Anda di halaman 1dari 22

RETENSIO URIN

POST PARTUM
Pembimbing : dr.Tumpal Simatupang, Sp.OG (K)

Nama : Eky Aditya Prastama


FAA : 114 021
RETENSIO URIN
Definisi :
Tidak adanya proses berkemih spontan/tdk
berkemih spontan yg di mulai 6 jam pasca persalinan
per-vaginam dgn residu utin lebih dari 200 ml.
RETENSI URIN POST PARTUM
Tidak adanya proses berkemih spontan
setelah kateter menetap dilepaskan
INSIDENSI RETENSI
URIN POST PARTUM
 Pervaginam spontan : disfungsi kandung kemih
(9% -14%)
 Kelahiran menggunakan forcep : 38%
ETIOLOGI
Retensio Urin Akut Retensio Urin
- Berlangsung <24 Kronik
jam post patum Berlangsung >24
- terjadi akibat jam post patum
kerusakan yang
permanen
khususnya gangguan
pada otot detrusor
-Post operasi dan
post partum
merupakan
penyebab terbanyak
retensi urin akut

5
FAKTOR RESIKO
1. Riwayat kesulitan berkemih
2. Primipara
3. Pasca anestesi blok epidural, spinal, atau pudenda
4. Persalinan yang lama dan/ atau distosia bahu
5. Kala II lama
6. Trauma perineal yang berat
7. Kateterisasi selama atau setelah kelahiran
8. Perubahan sensasi setelah berkemih
9. Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
PATOFISIOLOGI
Disinergi otot detrusor Sfingter Uretra

gangguan pada otot detrusor Relaksasi sfingter uretra


tidak sempurna
kontraksi dari otot detrusor kurang
Nyeri dan edema

fase pengosongan kandung kemih


tidak adekuat ibu post partum tidak dapat mengosongkan
kandung kemihnya dengan baik

Retensi Urin
8
9
PENYEBAB
1. TRAUMA INTRAPARTUM
Penyebab utama
Kepala janin masuk panggul → penekanan yang cukup berat dan
berlangsung lama pada uretra dan kandung kemih → perlukaan
jaringan, edema mukosa kandung kemih, uretra, meatus eksterna
dan ekstravasasi darah di dalamnya → hematom yang luas →
pengurangan rangsangan kandung kemih → retensi urin post
partum
PENYEBAB
2. Refleks kejang (cramp) sfingter uretra
Pasien post partum → ketakutan timbul perih dan sakit
jika urin mengenai episiotomi atau laserasi perineum
PENYEBAB
3. Hipotonia selama masa kehamilan nifas
Analgesik epidural atau anastesi spinal → memblok
sensasi normal dari kandung kemih dan fungsi normal
kandung kemih
GEJALA KLINIS
1. Kesulitan buang air kecil

2. Pancaran kencing lemah, lambat, dan terputus-putus

3. Keinginan untuk mengedan atau memberikan tekanan pada


suprapubik saat berkemih ,Rasa tidak puas setelah
berkemih

4. Kandung kemih terasa penuh ( distensi abdomen)

5. Sering berkemih dengan volume yang kecil

6. Keterlambatan berkemih lebih dari 6 jam setelah persalinan

7. Kesulitan dalam memulai berkemih setelah persalinan

8. Letak fundus uteri tinggi

13
 Mengedan bila miksi (staining)
 Rasa tidak puas sehabis miksi (incomplete emptying)
 Nokturia
 Pancaran kurang kuat (weak streaming)
 Ketidaknyamanan daerah pubis
DIAGNOSIS RETENSIO
URIN
Anamnesis
Nyeri dan terdapat keinginan untuk berkemih, tetapi tidak
dapat berkemih.
• Gejala retensio urin :
1. Kencing tidak lampias
2. Pancaran kencing lemah, lambat dan terputus-putus
3. Kencing menetes setalah berkemih
4. Sering berkemih dengan volume yang kecil
5. Keterlambatan berkemih lebih dari 6 jam setelah
persalinan
6. Tidak bisa BAK
7. Kandung kemih terasa penuh
Pemeriksaan fisik
Massa supra simpisis dengan perkusi yang pekak.
Pemeriksaan ginekologi
Vesika urinaria  kateterisasi  200-300 ml.

 Normal jika volume residu urine ≤ 50 ml


 Abnormal/retensi urine jika volume residu urine ≥200 ml
KATETERISASI
 Kateterisasi Urin Sisa <500 ml : kateter intermiten (tiap
4 jam selama 24 jam)  periksa kembali sisa urin,
banyak minum, berikan antibiotik prifilaksis
(nitrofurantoin, ampisilin, atau trimethoprim-
sulfamethiazole), berikan obat prostaglandin (mesosprol).
 Urin Sisa 500-1000 mL „ Kateterisasi 1x24 jam „
Kateterisasi intermitten: tiap 4 jam selama 24 jam,
kecuali dapat berkemih spontan, Periksa urin sisa, Banyak
minum 3 liter/hari, Antibiotika sesuai kultur, „
Prostaglandin (misalnya misoprostol) dapat terus
diberikan selama kateter masih terpasang
 Urin Sisa >2000 mL „
 Kateterisasi 3x24 jam „Buka tutup kateter/6 jam selama
24 jam, kecuali dapat berkemih spontan „
 Periksa urin sisa, bila tetap retensi urin pasang kateter
menetap selama 1 minggu (pertimbangkan kateter
silikon untuk mengurangi risiko infeksi), bisa pulang,
buka tutup kateter dilakukan mulai 2 hari sebelum
kontrol. Saat kontrol, kateter dilepas dan diperiksa lagi
urin sisa 6 jam kemudian atau setelah berkemih spontan „
 Banyak minum 3 liter/hari „
 Antibiotik sesuai kultur „
 Prostaglandin (misalnya misoprostol) dapat terus
diberikan selama kateter masih terpasang
4 jam
PENATALAKSANAAN
Obat-obatan Obat yang meningkatkan kontraksi vesika urinaria dan
menurunkan resistensi uretra yaitu yang bekerja pada: „
 Parasimpatis bersifat kolinergik, asetilkolin bekerja di ‘end organ’
menghasilkan efek muskarinik (contoh: betanekhol, karbakhol,
metakholin) „
 Simpatis obat yg digunakan adalah antagonis reseptor alpha yang
menyebabkan relaksasi spingter uretra (contoh: fenoksibenzamin)
 Otot polos mempengaruhi kerja otot destrusor, contoh:
Prostaglandin F2 alfa  spesifisitas reseptor asetilkolin muskarinik
dan merangsang kontraksi detrusor.

Pemberian cairan Banyak minum 3 liter/24 jam untuk mencegah


kolonisasi bakteri
PENCEGAHAN
 Kasus Obstetri „
 Atasi nyeri organ pelvis „
 Evaluasi dan ukur urin sisa 4 jam postpartum „
 Pemasangan kateter 24 jam untuk partus lama dan distosia
Kala II lama „
 Pemberian prostaglandin
 Ginekologi „
 Atasi nyeri „
 Pemasangan kateter 24 jam pascaoperasi, kemudian diukur
urin sisa 4 jam setelah kateter dilepas „
 Pemberian prostaglandin
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai