Anda di halaman 1dari 53

Kelompok

3
1. Ririn Alfiah Rianti 1710711018

2. Arkianti Putri 1710711019

3. Jesy Milanti 1710711021

4. Afifah Arum Meylany 1710711022


BUDAYA
5. Shania Hasina Sidiki 1710711023
KESELAMATAN
6. Ganis Eka Madani 1710711024
PASIEN
7. Anisa Nurhazyima 1710711025
DEFINISI
Keselamatan pasien didefinisikan sebagai layanan yang tidak
mencederai dan merugikan pasien ataupun sebagai suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

Sistem tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan


hal yang berhubungan dengan keselamatan pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (IOM
dalam Cahyono, 2008; Depkes RI, 2006).
Budaya patient safety adalah produk dari nilai, sikap,
kompetensi, dan pola perilaku individu dan kelompok
yang menentukan komitmen, style dan kemampuan suatu
organisasi pelayanan kesehatan terhadap program
patient safety.
DIMENSI BUDAYA KESELAMATAN PASIEN

MENURUT

James Reason dalam Reiling (2006)

dan NPSA (2004)


Budaya keterbukaan (open culture)

 Dimensi ini memiliki karakteristik bahwa perawat akan merasa


nyaman membahas insiden yang terkait dengan keselamatan
pasien serta mengangkat isu-isu terkait keselamatan pasien
bersama dengan rekan kerjanya, juga supervisor atau pimpinan.

 Keterbukaan juga ditujukan kepada pasien. Pasien diberikan


penjelasan akan tindakan dan juga kejadian yang telah terjadi.
Budaya pelaporan (reporting culture)

 Budaya pelaporan merupakan bagian penting dalam rangka


meningkatkan keselamatan pasien. Perawat akan membuat
pelaporan jika merasa aman.

 Perawat yang terlibat merasa bebas untuk menceritakan atau


terbuka terhadap kejadian yang terjadi.

 Perlakuan yang adil terhadap perawat, tidak menyalahkan secara


individu tetapi organisasi lebih fokus terhadap sistem yang berjalan
akan meningkatkan budaya pelaporan.
Budaya keadilan (just culture)

Perawat saling memperlakukan secara adil antarperawat ketika terjadi


insiden, tidak berfokus untuk mencari kesalahan individu (blaming),
tetapi lebih mempelajari secara sistem yang mengakibatkan
terjadinya kesalahan.
Budaya pembelajaran (learning culture)

Budaya pembelajaran memiliki pengertian bahwa sebuah organisasi


memiliki sistem umpan balik terhadap kejadian kesalahan atau insiden
dan pelaporannya, serta pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan
kualitas perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
STRATEGI
PENERAPAN
PASIENT SAFETY

ARKIANTI
PUTRI
17101711019
STRATEGI
I b. Rancang sistem
pekerjaan yang
a. Lakukan memudahkan
orang lain untuk
safe practices. melakukan
tindakan medik
secara benar.
c. Mengurangi
d. Membuat
ketergantunga
protokol dan
n pada
checklist.
ingatan.

e.
Menyederhanakan
tahapan-tahapan.
EDUKAS
I
a. Kenali dampak akibat
kelelahan dan kinerja.

b. Pendidikan dan
pelatihan patient safety.

c. Melatih kerjasama
antar tim.

d. Meminimalkan variasi
sumber pedoman klinis
yang mungkin
membingungkan
Akuntabil
a. itas
Melaporkan kejadian error.

b. Meminta maaf.

c. Melakukan remedial care.

d. Melakukan root cause


analysis.

e. Memperbaiki sistem atau


mengatasi masalahnya
Penerapan Budaya
Patient Safety oleh
Perawat Pelaksana
Penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat
pelaksana adalah tindakan yang dilakukan oleh
perawat pelaksana yang mencerminkan dimensi
budaya keselamatan pasien yaitu keterbukaan dan
melaporkan ketika terjadi insiden keselamatan pasien,
keadilan antar perawat ketika terjadi insiden
keselamatan pasien, serta pembelajaran terhadap suatu
kesalahan atau insiden keselamatan pasien (KBBI,
2013; NPSA, 2004; Reiling, 2006).

Penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat


pelaksana disimpulkan sebagai suatu tindakan yang
dilakukan oleh perawat pelaksana yang mencerminkan
MANFAAT BUDAYA
KESELAMATAN PASIEN
&
KARAKTERISTIK POSITIF
BUDAYA KESELAMATAN PASIEN

JESY MILANTI
1710711021
MANFAAT PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN
PASIEN
Manfaat utama dalam penerapan budaya
keselamatan pasien adalah organisasi
menyadari apa yang salah dan
pembelajaran terhadap kesalahan tersebut
(Reason, 2000 dalam Cahyono, 2008).

Fleming (2006) juga mengatakan bahwa


fokus keseluruhan terhadap penerapan
budaya keselamatan pasien dengan
melibatkan seluruh komponen yang terlibat
dalam organisasi akan lebih membangun
budaya keselamatan pasien dibandingkan
apabila hanya fokus terhadap programnya
saja.
Adapun manfaat dalam penerapan
budayakeselamatan pasien secara rinci
antara lain (NPSA, 2004):
a. Membuat organisasi kesehatan lebih
tahu jika ada kesalahan yang akan terjadi
atau jika kesalahan terjadi.
b. Meningkatnya laporan kejadian yang
dibuat dan belajar dari kesalahan yang
terjadi akan berpotensial menurunnya
kejadian yang sama berulang kembali dan
keparahan dari insiden keselamatan
pasien.
c. Kesadaran akan keselamatan pasien,
yaitu bekerja untuk mencegah error dan
melaporkan jika ada kesalahan.
e. Berkurangnya turn over pasien,
karena pasien yang pernah
mengalami insiden, pada umumnya
akan mengalami perpanjangan hari
perawatan dan pengobatan yang
diberikan lebih dari pengobatan
yang seharusnya diterima pasien.
f. Mengurangi biaya yang
diakibatkan oleh kesalahan dan
penambahan terapi.
g. Mengurangi sumber daya yang
dibutuhkan untuk mengatasi
keluhan pasien.
KARAKTERISTIK DARI POSITIF BUDAYA KESELAMATAN PASIEN

Komunikasi dibentuk Identifikasi ancaman laten


dari keterbukaan dan terhadap keselamatan
saling percaya secara proaktif
Alur informasi dan Pembelajaran organisasi
prosesing yang baik Memiliki pemimpin yang
Persepsi yang sama komit dan eksekutif yang
terhadap pentingnya bertanggung jawab.
keselamatan
Pendekatan untuk tidak
Disadari bahwa menyalahkan dan tidak
kesalahan tidak bisa memberikan hukuman
sepenuhnya dihindari pada insiden yang
dilaporkan.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENERAPAN
BUDAYA KESELAMATAN
PASIEN OLEH PERAWAT
PELAKSANA
Manajemen dan Kepemimpinan (Leadership)

Faktor Kepegawaian (Staffing)

Lingkungan Fisik dan Akreditasi Rumah


Sakit

Karakteristik Perawat Pelaksana (Performance)


MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN
(LEADERSHIP)

Tiga Domain Perilaku Kepemimpinan

Pengarahan Pengawasan Koordinasi


(Direction) (Supervision) (Coordination)
Direc
tion
Penugas Kebijaka
Perintah
an n

Peratura
Prosedur Standar
n

Pendapa
t & Saran
Supervis
ion
Memeriksa Mengevaluas
Pekerjaan i Kinerja

Memperbaiki Memberi
Kinerja Staf Dukungan
Coordina
tion
Staf bekerja bersama secara harmonis

Meminimalkan terjadinya konflik


antar staf
Menciptakan dan menjaga suasana
serta tingkah laku saling merespon
dan mengantisipasi di setiap unit
PERFOMENCE

Usia
Tingkat Pendidikan
Perawat
Masa kerja
MENGUKUR PENERAPAN
BUDAYA KESELAMATAN
PASIEN
Salah satu alat untuk mengukur penerapan
budaya keselamatan pasien adalah dengan
instrumen kuesioner.
Pada dasarnya empat dimensi budaya
keselamatan pasien yakni budaya keterbukaan,
pelaporan, keadilan, dan budaya pembelajaran
digunakan dalam menilai budaya keselamatan
pasien dalam suatu organisasi kesehatan. The
Hospital Survey of Patient Safety Culture yang
dikembangkan oleh AHRQ menggunakan
komponen-komponen sebagai indikator masing-
masing dimensi budaya keselamatan pasien.
INDIKATOR DIMENSI BUDAYA
KETERBUKAAN

Kerjasa
komunik
ma antar
asi
unit
terbuka

kerjasa Persepsi
ma keselam
dalam atan
unit pasien
INDIKATOR DIMENSI BUDAYA
KEADILAN

Umpan
balik
(feedback) Staffing
dan
komunikasi

Respon
tidak
menhukum
INDIKATOR DIMENSI BUDAYA
PELAPORAN

Pelaporan
Hand over
kejadian
INDIKATOR DARI DIMENSI
BUDAYA PEMBELAJARAN

Pembelajaran oleh
perawat

Ekspetasi manajer

Dukungan
Manajemen
MENILAI BUDAYA
PATIENT SAFETY
 Budaya patient safety biasanya dinilai dengan self-
completion questionnaires. Biasanya dilakukan
dengan cara mengirimkan kuesioner kepada
semua staff, untuk kemudian dihitung nilai rata-
rata respon terhadap masing-masing item atau
faktor.
 Langkah pertama dalam proses pengembangan
budaya patient safety adalah dengan menilai
budaya yang ada
 Biasanya ada jenis pernyataan yang digunakan
untuk menilai dimensi budaya patient safety,
pertama adalah pernyataan-pernyataan untuk
mengukur nilai, pemahaman dan sikap dan kedua
adalah pernyataan-pernyataan untuk mengukur
aktifitas atau perilaku yang bertujuan untuk
pengembangan budaya patient safety, seperti
kepemimpinan, kebijakan dan prosedur
PERTANYAAN KUNCI UNTUK
PENILAIAN BUDAYA PATIENT
SAFETY
 Apakah patient safety menjadi prioritas utama dari organisasi
pelayanan kesehatan, termasuk pemimpinnya?
 Apakah patient safety dipandang sebagai sesuatu yang
positive dan mendapatkan fokus perhatian pada semua
aktivitas?
 Apakah ada sistem “blame free‟ untuk mengidentifikasi
ancaman-ancaman pada patient safety, berbagi informasi dan
belajar dari pengalaman?
 Apakah ada penilaian resiko pada semua aktivitas yang terjadi
di dalam organisasi pelayanan kesehatan?
 Apakah ada lingkungan kerjasama yang baik sehingga semua
anggota tim bisa berbagi informasi mengenai patient safety?
 Apakah pasien dan keluarga pasien terlibat dalam proses
pengembangan patient safety?
CARA MEMBANGUN
BUDAYA PATIENT SAFETY
DI RUMAH SAKIT
Membangun budaya keselamatan pasien di
RS dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut
Seluruh personel RS memiliki kesadaran yang
konstan dan aktif tentang hal yang potensial
menimbulkan kesalahan.
Baik staf maupun organisasi RS mampu
membicarakan kesalahan, belajar dari
kesalahan tersebut dan mengambil tindakan
perbaikan.
Bersikap terbuka dan adil / jujur dalam
membagi informasi secara terbuka dan bebas,
dan penanganan adil bagi staf bila insiden
terjadi.
Pimpinan terkait menerangkan bahwa penyebab
insiden keselamatan pasien tidak dapat
dihubungkan dengan sederhana ke staf yang
terlibat. Semua insiden berkaitan juga dengan
sistem tempat orang itu bekerja.

Perubahan nilai, keyakinan dan perilaku menuju


keselamatan pasien penting bukan hanya bagi
staf, melainkan juga semua orang yang bekerja
di RS serta pasien dan keluarganya. Tanyakan
apa yang bisa mereka bantu untuk
meningkatkan keselamatan pasien RS.
Penjelasan/pemahaman tentang aktivitas
organisasi RS yang bersifat resiko tinggi dan
rentan kesalahan.

Lingkungan yang bebas menyalahkan,


sehingga orang dapat melapor kesalahan
tanpa penghukuman.
Pimpinan wajib berkomitmen mendukung dan
memberikan penghargaan kepada staf yang
melaporkan insiden keselamatan pasien,
bahkan meskipun kemudian dinyatakan salah.
Komunikasi antar
staf dan tingkatan
harus sering terjadi
dan tulus.

Terdapat keterbukaan
tentang kesalahan
dan masalah bila
terjadi pelaporan.
Pembelajaran organisasi. Tanggapan atas
suatu masalah lebih difokuskan untuk
meningkatkan kinerja sistem daripada
untuk menyalahkan seseorang.

Seluruh staf harus tahu apa yang harus


dilakukan bila menemui insiden: mencatat,
melapor, dianalisis, memperoleh feed back,
belajar dan mencegah pengulangan.
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan
di rumah sakit dalam membangun
budaya keselamatan pasien
Melakukan diklat patient safety
pada perawat dan karyawan
yang baru masuk, serta diklat
berkelanjutan pada karyawan
yang lama.
Mengundang ahli patient safety
ke rumah sakit untuk
melakukan seminar atau diklat
terkait patient safety.
Setiap pagi melakukan morning
report yang melaporkan juga
rapat pembahasan kasus
insiden keselamatan pasien.
MENGUKUR MATURITAS BUDAYA
PATIENT SAFETY
Maturitas budaya patient safety dalam organisasi
diklasifikasikan oleh Ashcroft et.al. (2005).

Patologis

Generatif Reaktif

Proaktif Kalkulatif
MENGUKUR MATURITAS BUDAYA
PATIENT SAFETY
• organisasi melihat keselamatan pasien sebagai
masalah, akibatnya informasi-iinformasi terkait
patient safety akan ditekan dan lebih berfokus
Patologis pada menyalahkan individu demi menunjukkan
kekuasaan pihak tertentu.

• organisasi sudah menyadari bahwa


keselamatan pasien adalah hal penting,
tetapi hanya berespon ketika terjadi
Reaktif insiden yang signifikan.
MENGUKUR MATURITAS BUDAYA
PATIENT SAFETY
• organisasi cenderung berpaku pada aturah-aturan
dan jabatan dan kewenangan dalam organisasi.
Setelah insiden terjadi, informasi tidak diteruskan
atau bahkan diabaikan, kesalahan segera dibenarkan
Kalkulatif atau dijelaskan penyebabnya, tanpa analisis yang
lebih mendalam lagi.

• Organisasi yang proaktif berfokus pada upaya-upaya


untuk mengantisipasi masalah-masalah patient
safety dengan melibatkan banyak stakeholders
proaktif terkait patient safety.
MENGUKUR MATURITAS BUDAYA
PATIENT SAFETY

Generatif

Organisasi yang generatif secara aktif mencari


informasi untuk mengetahui apakah tindakan-
tindakan yang dilakukan dalam organisasi ini
sudah aman atan belum.
PENGEMBANGAN BUDAYA PASIEN
SAFETY
 Salah satu tantangan dalam pengembangan
patient safety adalah bagaimana mengubah
budaya yang ada menuju budaya patient
safety.
 Langkah penting pertama adalah dengan
menempatkan patient safety sebagai salah
satu prioritas utama dalam organisasi
pelayanan kesehatan, yang didukung oleh
eksekutif, tim klinik, dan staf di semua level
organisasi dengan pertanggungjawaban yang
jelas.
Pengembangan safety culture

 Mendeklarasikan patient safety sebagai salah


satu prioritas
 Menetapkan tanggung jawab eksekutif dalam
program patient safety
 Memperbaharui ilmu dan keahlian medis
 Membudayakan sistem pelaporan tanpa
menyalahkan pihak-pihak terkait
 Reformasi pendidikan dan membangun
organisasi pembelajar
 Mempercepat perubahan untuk perbaikan
Bagaimana mengetahui bahwa patient safety di
dalam organisasi atau dalam tim telah berubah ?

 Orang akan melihat bahwa manajemen/tim


leadership mempunyai komitmen terhadap
safety, dengan cara mencegah terjadi
kesalahan dan bukan dengan menghukum
pelakunya.
 Staf memperhatikan kesehatan dan
keselamatan pribadi dan anggota tim lainnya
secara serius dan bisa menyadari ketika ada
yang salah.
 Masalah dan kesalahan diantisipasi oleh
sistem secara proaktif.
Bagaimana mengetahui bahwa patient safety di
dalam organisasi atau dalam tim telah berubah ?
 Setiap staf secara konsisten akan menegur
staf lain jika melakukan tindakan yang
tidak aman, dan mengutamakan keamanan
daripada efisiensi.
 Staff dan manajemen secara konsisten
mengimplementasikan remedial actions.
 Keselamatan pasien dipandang sebagai
sesuatu hal yang esensial dan menarik.

Anda mungkin juga menyukai