Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT
PADA TRAUMA OBSTETRI, ANAK,
DAN LANSIA Di susun oleh kelompok 9

1. Adriati alimuddin r011181737

2. Ahmad suaib r011181710

3. Akbar r011181718
Kegawatdaruratan obstetri
Kegawatan Obstetri Spesifik
– Abrupsio plasenta
Abrubsi meliputi lepasnya plasenta dari
dinding uterus, jenisnya disebabkan
karena cepatnya deselerasi atau gerakan
abdomen yang menurun. Plasenta
menjadi lepas keseluruhan atau sebagian
dari uterus, mengganggu sirkulasi ibu-
janin.
Tanda dan Gejala
• Abdomen nyeri dan lunak
• Uterus kaku
• Penurunan dan hilangnya detak jantung janin
• Ibu nyeri punggung
• Perdarahan pervaginam (mungkin minimal atau tersembunyi)
• Pada ultrasonography ada bekuan dibelakang plasenta
• Cairan amnion berwarna anggur
• Ibu mengalami syok

Intervensi Teraupetik
• Berikan oksigen 10-15 liter/menit melalui amsk yang rapat
• Bolus infuse Ringer Laktat atau normal saline
• Lakukan konsultasi kehamilan untuk mengevaluasi pasien untuk persalinan sesar emergensi ata
intervensi lain.
• Lakukan pemeriksaan laboratorium meliputi darah lengkap, tes Kleihauer-Betke, jenis dan
crossmatch, dan pemeriksaan koagulasi (seperti prothrombine time dan ratio internasional normal,
activated partial thromboplastine time, fibrinogen dan D-dimer).
Next
– Persalinan pretem
Persalinan preterm (kontraksi teratur yang
terjadi sebelum kehamilan 37 minggu)
menempatkan janin pada resiko lahir
preterm dan merupakan komplikasi
kehamilan yang sering terjadi pada trauma.
Tanda dan Gejala
• Kontraksi uterus terjadi setiap 10 menit atau kurang
• Kram abdomen
• Nyeri punggung
• Tekanan pada pelvis
• Peningkatan atau pengeluaran vagina atau timbulnya perdarahan
vagina
Intervensi Teraupetik
• Kaji dan periksa dalam (gunakan speculum steril) untuk
mengevaluasi servik dan kaji adanya rupture membrane.
• Awali terapi tocolitic (terbutaline untuk pasien dengan kemungkinan
janin dapat bertahan hidup pada minggu 20 dan 35 minggu.
• Masukkan pasien pada unit obstetric untuk monitoring kontinyu
janin secara elektronik dan pengkajian pada aktivitas uterin.
Next
– Rupture uteri
Rupture uterin adalah cedera yang jarang
terjadi yaitu kurang dari 1% pada sebagian
besar wanita hamil dengan trauma. Uterus
itu sangat kuat, otot fleksibel sehingga
butuh kekuatan besar untuk membuatnya
rupture
Tanda dan Gejala
• Serangan nyeri tiba-tiba pada abdomen berhubungan dengan
trauma
• Perdarahan per vaginam (mungkin minimal atau tidak nampak)
• Bagian janin dapat dipalpasi dari luar uterus
• Janin mengalami bradikardi dan asystole
• Ibu mengalami syok hipovolemik
Tindakan Teraupetik
• Awali dengan memberikan penggantian cairan kristaloid dan
produk darah
• Siapkan persalinan sesar emergensi, kemungkinan sampai
hysterectomy.
Next
– Cedera janin
Janin dapat mengalami cedera pada beberapa
bagian tubuh tetapi kemungkinan trauma
dihubungkan dengan ukuran relatif pada bagian
tubuh tersebut.
Karena kepala janin adalah bagian terbesar dari
tubuh, fraktur tulang tengkorak dan banyaknya
bagian intracranial yang keluar menunjukkan
prosentase yang signifikan dari injuri.
Penyebab lain kematian janin adalah sebagai berikut:
• Kelahiran preterm
• Rupture membrane premature
• Laserasi plasenta
• Cedera tali pusat
• Trauma tusuk
Evaluasi awal dengan dokter obstetric atau perinatologist.
• Karena sebagian besar kematian janin terjadi pada saat
cedera berlangsung, monitoring elektronik dilakukan
minimum setiap 4 jam, hal ini dilakukan juga pada
trauma minor.
Next
– Persalinan sesar perimortem
Pada kejadian yang jarang dimana ibu hamil
yang mengalami cardiopulmonary arrest
atau kematian emminem, lakukan seluruh
standar dasar dan tindakan advance life
support, termasuk defebrilasi dan
pemberian obat, serta mempertimbangkan
persalinan sesar emergensi.
Tindakan
• Operasi sesar dilakukan dalam waktu 5 menit setelah ibu
meninggal dan kemungkinan peluang terbesar adalah
keutuhan neurologi bayi.
• Hanya satu-satunya tindakan yang diterima oleh standar
perawatan dengan mengubah secara manual posisi vena
cava untuk meningkatkan perfusi.
• Pada kondisi yang jarang, usaha resusitasi ibu adalah dapat
mengambil janin
• Persalinan perimortem dapat terjadi di IGD. Meskipun tim
kompeten melakukan resusitasi dan menstabilisasi bayi,
peralatan yang lengkap harus selalu tersedia.
• Lanjutkan resusitasi cardiopulmonary pada ibu sampai
dengan janin lahir.
KEGAWATDARURATAN TRAUMA PADA ANAK
DAN LANSIA
Cedera anak spesifik
– Trauma Kepala
Cedera kepala (dan cedera tulang belakang)
sering terjadi pada pasien anak primer karena
ukuran kepalanya yang besar, tipisnya tulang
tengkorak, dan otot leher longgar. Trauma
intracranial penyebab utama kematian dan
kecatatan pasien anak. Cedera kepala hamper
80% terjadi pada kasus trauma pasien anak,
dan sebagian besar trauma tumpul.
Tanda dan gejala
• Hypoksia
• Hypotensi
• Syok
• Fraktur pada tulang tengkorak
• Kejang
• Hipertermi serebral
Penanganan
• Pemberian oksigen
• Resusitasi cairan
• Kontrol perdarahan
• Pemberian benzodiazepine untuk mengontrol kejang aktif.
• Pertahankan ekshalasi karbon dioksida dalam batas normal (35-45
mmHg).
• CT scan
Next
- Trauma Tumpul Abdomen
Seorang anak memiliki rongga iga kartilago yang belum
matang dan kelemahan otot abdomen dan memiliki dinding
dada yang tipis dan belum matang. Namun demikian organ
intra-abdominal pasien pediatric kurang terlindungi seperti
pada pasien dewasa. Isi abdomen dapat berada setinggi garis
pusar karena anak-anak memiliki rongga abdomen yang luas
dan pelvis yang kecil.
Jenis-jenis cidera yang biasanya terjadi pada anak
• cedera abdomen dengan adanya abrasi di bahu.
• cedera jenis hematoma duodenal atau cedera pankreatik
• cedera visceral.
Penanganan
• lakukan pemasangan kateter untuk memonitor pengeluaran
urine.
• Kembangkan evidence terkait pengkajian focus dengan
sonography untuk trauma (focused assessment wih sonography
for trauma/FAST) pada anak dapat diganti lavage periotenal
untuk pasien yang tidak dapat diperiksa.
Next
– Trauma Ekstremitas
Sprain, strains, dan fraktur ekstremitas
adalah yang paling sering terjadi pada
cedera anak.
Tindakan penanganan
• Bandingkan ekstremitas yang tidak cedera ketika mengkaji
ekstremitas. Dengan pemeriksaan radiologi
• Atasi fraktur yang terjadi dekat dengan batang epifisis.
menjamin perfusi jaringan optimal seperti imobilisasi awal,
elevasi, dan terapi dingin.
• radiologi pada sendi bagian atas dan bawah pada sisi yang
dicurigai fraktur untuk mengkaji adanya perluasan fraktur.
• Kaji dan dokumentasikan pengkajian neurovascular perifer
(5P; pallor, pain, pulse,paresthesia, dan paralisis) sebelum
dan sesudah melakukan manipulasi atau membungkus
ekstremitas yang cedera.
Trauma pada lansia
– Jatuh
Jatuh, yang kebanyakan terjadi di rumah
adalah penyebab terjadinya mekanisme
trauma pada individu-individu yang berusia
lebih dari 65 tahun. level/derajat jatuh yang
sama seringkali menyebabkan fraktur yang
signifikan, trauma craniocerebral dan
perlukaan yang dalam
Faktor-factor yang dapat menyebabkan tingginya kasus-kasus jatuh,
antara lain:
• Penurunan ketajaman penglihatan
• Obesitas
• Kerusakan saraf dan tulang (pening, kejang, arthritis)
• Gangguan irama jantung
• Gangguan gaya dan keseimbangan tubuh
• Kerapuhan tulang karena usia
• Penggunaan obat-obatan
• Demensia
• Urgensi system perkemihan
• Konsumsi alkohol
• Faktor lingkungan – permukaan lantai, alas kaki, furniture, tangga,
pencahayaan yang kurang, dan kurang familiar pada keadaan
sekitar.
Next
– Kecelakaan kendaraan bermotor
Usia mempengaruhi penurunan fungsi kognitif, penurunan ketajaman
pendengaran, perubahan penglihatan langsung dan sekelilingnya, gangguan
koordinasi, terbatasnya gerak leher dan peningkatan waktu reaksi yang
berkontribusi dalam kecelakaan kendaraan bermotor pada lansia.
– Luka Bakar
Berkurangnya sensasi, keterlambatan psikomotor, gangguan penglihatan dan
pendengaran dapat mengakibatkan orang dewasa lanjut tidak menyadari (tidak
dapat menghindari dar) bahaya panas dan kebakaran api. Tujuan resusitasi dan
penanganan dasar hamper sama dengan penanganan pada lansia yang mengalami
luka bakar
Next
– Insiden kendaraan bermotor dan pejalan
kaki
Insiden kendaraan bermotor yang menabrak
pejalan kaki adalah sumber utama dari cedera
kepala dan muskuloskletal yang dialami pasien-
pasien lansia dan ini adalah penyebab ketiga
yang menyebabkan kematian terkait trauma
pada individu yang berusia lebih dari 65 tahun.
Faktor-faktor yang mengkontribusi peristiwa cedera pada lansia
pejalan kaki adalah:
• Pergerakan yang melambat
• Peningkatan kebutuhan waktu untuk bereaksi
• Kehilangan kemampuan penglihatan dan pendengaran
• Keterbatasan rotasi leher
• Penggunaan obat
• Penyalahgunaan obat
• Kemampuan penilaian yang buruk
• Kyposis, yang dialami banyak lansia dan mengakibatkan postur
tubuh mengalami kesulitan untuk mengangkat kepala dan
melihat tanda-tanda lalu lintas yang akan terjadi
Next
– Kekerasan pada lansia
Pada pasien lansia yang mengalami cedera, kemungkinan yang dikarenakan kekerasan, perlakuan yang
tidak semestinya atau pengabaian harus selalu menjadi pertimbangan
– Fraktur-fraktur, memar-memar, dan luka bakar atau cedera dalam tubuh yang belum dapat
dijelaskan.
– Riwayat kunjungan berkali-kali di bagian gawat darurat atau riwayat di daerah rawan kecelakaan.
– Keterlambatan mencari penanganan yang tidak dapat dijelaskan dan penjelasan yang berbeda
meneganai kondisi sekitar cedera.
– Lokasi-lokasi cedera yang tidak biasa di tubuh.
– Pola-pola cedera yang tidak lazim
– Ketidakkonsistenan temuan-temuan dengan riwayat yang diceritakan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai