Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behavioral Therapy)
Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behavioral Therapy)
Nama Kelompok :
Riyan Yogi Abdillah
Oktaviana Putri
Ririn Eka Saputri
Siska
Wariq Aufa
DEFINISI
Bunuh diri didefinisikan sebagai usaha seseorang untuk mengakhiri hidupnya dengan cara suka rela atau
sengaja. Kata Suicide berasal dari kata Sui yang bearti diri (self), dan kata Caedere yang bearti (to kill)
(Husain, 2015).
Suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat
dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan
atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri (Muhith Abdul,
2015).
1. Bunuh diri konvensional, adalah produk dari tradisi dan paksaan dari opini umum untuk mengikuti kriteria kepantasan,
kepastian sosial dan tuntutan sosial.
2. Bunuh diri personal, bunuh diri ini banyak terjadi pada masa modern, karena orang merasa lebih bebas dan tidak mau
tunduk pada aturan dan tabu perilaku tertentu.
PERILAKU
Pada umumnya, tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress. Perilaku bunuh diri berkembang
dalam rentang di antaranya (Muhith Abdul, 2015):
1. Suicidal intent
Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri
2. Suicidal ideation
Tahap ini merupakan proses kontemplasi dari suicide atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/ tindakan,
bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu
menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati.
Suicidal threat
Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam, bahkan ancaman untuk mengakhiri
hidupnya.
3. Suicidal gesture
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya
mengancam kehidupannya, tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini
pada umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyanyat pembuluh darah pada tangannya. Hal ingi
terjadi karena individu memahami ambivalen antara mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati
4. Suicidal attempt
Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif klien ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat
yang mematikan. Walaupun banyak individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.
KARAKTERISTIK BUNUH
DIRI
1. Faktor genetik dan faktor biologi, faktor genetik mempengaruhi terjadina risiko bunuh diri pada keturunannya. Disamping itu
penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya risiko bunuh diri.
2. Teori sosiologi, Emile Durkheim (2015) membagi dalam 3 kategori jenis bunuh diri yaitu: egoistik (orang yang tidak terintegrasi
pada kami sosial, atruistik (melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat), dan anomic (suicide karena kesulitan dalam berhubungan
dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor)
3. Teori psikologi, Sigmund Freud meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penderita gangguan jiwa yang dirawat di Ruang Gatotkoco RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018. Populasi penelitian adalah pasien gangguan jiwa sebanyak 26
orang. Data rekam medik yang terkumpul diidentifikasi data pasien yang mengalami tentamen
suicidum kemudian dibuat persentase kasusnya berdasarkan umur, jenis kelamin, metoda, agama,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, dan diagnosa psikiatri sehingga didapatkan gambaran
tentang angka kejadian tentamen suicidum pada penderita gangguan jiwa berdasarkan umur, jenis
kelamin, metoda, agama, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan dan diagnosa psikiatri.
Dalam kasus kelompok kami yang diangkat Ruang Gatotkoco memiliki 26 pasien pada saat
mengkaji tanggal 5 Desember 2018 dari 26 pasien terdapat 10 pasien yang memiliki riwayat
resiko bunuh diri, bermacam-macam cara yang dilakukan pasien seperti gantung diri, menyayat
lengan, memasukan kepala ke dalam air, minum obat berlebih dll.
Pada 10 pasien laki-laki menghasilkan karakteristik umur, pendidikan dan pekerjaan yaitu:
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
4. Tn. M 45 tahun SD -
5. Tn. A 30 tahun SD -
7. Tn. N 46 tahun SD -
Beck Dpression Inventor–II (BDI-II). BDI-II terdiri dari 21 aitem yang bersifat
laporan diri yang digunakan untuk mengukur tingkat keparahan gejala depresi
secara subjektif. Setiap respon jawaban dinilai berdasarkan skala 0 (tidak
mengalami) sampai 3 (berat). Skala ini berisi aspek kognitif (misalnya pikiran
tentang kegagalan di masa lalu), emosi/afeksi (misalnya kesedihan), dan
somatik/vegetatif (misalnya kelelahan) Ginting, dkk. (2013).
Penerapan Terapi Kognitif Dengan Menggunakan
Beck Dpression Inventor–II (BDI-II)
Dalam pengukuran terapi kognitif perilaku dilakukan dalam lima sesi yaitu
Sesi 1 : Mengungkapkan perasaan, pikiran otomatis yang negatif tentang diri
sendiri, orang lain dan lingkungan dialami paisen dan mengenali pikiran dan
perilaku negatif yang dialami.
Sesi 2 : Belajar cara untuk mengatasi pikiran negatif
Sesi 3 : Menyusun rencana perilaku dengan memberikan konsekwensi positif dan
konsekwensi negatif
Sesi 4 : Mengevaluasi kemajuan dan perkembangan terapi, memfokuskan terapi,
dan mengevaluasi perilaku yang dipelajari berdasarkan kosekwensi yang disepakati
Sesi 5 : Menjelaskan pentingnya psikofarmaka dan terapi modalitas lainnya untuk
mecegah kekambuhan dan mempertahankan pikiran positif dan perilaku adaptif
secara mandiri dan berkesinambungan
Intreprestasi nilai tingkat depresi