Anda di halaman 1dari 29

Sani Solihatul Fitri

H1A 012 053


 Presbikusis Perubahan patologi organ
auditori akibat proses degenerasi  tuli
sensorineural

 usia harapan hidup ↑  presbikusis ↑


 Usia > 65 tahun didapati gangguan
pendengaran pada 40%,
 Populasi kejadian meningkat pada usia >75
tahun
 Telinga luar (auris eksterna) : daun telinga, liang
telinga

 Telinga tengah ( auris media) : membran timpani,


kavum timpani, tuba eustakius, prosesus
mastoideus

 Telinga dalam ( labirin ) : kanalis semisirkularis,


utrikulus, sakulus, koklea
 Presbikusis adalah tuli sensorineural pada
usia lanjut akibat proses degenerasi organ
pendengaran, simetris (terjadi pada kedua
sisi telinga) yang terjadi secara progresif
lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah
atau tinggi serta tidak ada kelainan yang
mendasari selain proses menua secara umum
 30-35% pada populasi berusia 65-75 tahun
 40-50% pada populasi di atas 75 tahun.
 Perbedaan prevalensi presbikusis antar ras
belum diketahui secara pasti.1,2
ETIOLOGI:
 Proses degenerasi
FAKTOR RISIKO
 Herediter
 Pola makanan
 Metabolisme/penyakit sistemik
 Arterosklerosis
 Infeksi
 Riwayat terpapar bising
 Gaya hidup
Penebalan
membran
basilaris dan
atrofi
ligamentum
Jenis Patologi
Sensorik Lesi terbatas pada koklea
Atrofi organ Corti, jumlah sel-sel rambut dan
sel penunjang berkurang

Neural Sel-sel neuron pada koklea dan jaras


auditorik berkurang
Metabolik Atrofi stria vaskularis
(Strial presbycusis) Potensial microphonic menurun
Fungsi sel dan keseimbangan
biokimia/bioelektrik koklea berkurang
Mekanik Perubahan gerakan mekanik duktus
(Cochlear presbycusis) koklearis
Atrofi ligamentum spiralis
Membran basilaris lebih kaku
Tipe sensorik Tipe neural

• Awal  gangguan
pendengaran pada
frekuensi tinggi • Penurunan
• Frekuensi percakapan pendengaran sedang
tidak terganggu dan mengenai seluruh
• Penyebab degenerasi  frekuensi
akumulasi pigmen • Etiologi : atrofi ganglion
lipofuscin spiralis
• Etiologi : atrofi organ korti • Penurunan speech
bermula dari daerah discrimination
basiler gangguan diskriminasi
• Sel penyokong atrofi dan wicara
berkurangnya sel – sel
rambut
metabolik mekanik

• Diskriminasi bicara bisa


dipertahankan dengan • Terjadi penebalan dan
baik • pengerasan membrana
• Atrofi stria vaskularis basilaris  penurunan
• Atrofi membrana spiralis mobilitas
 Penurunan pendengaran perlahan dan progresif,
simetris di kedua telinga
 Telinga berdenging
 Pasien bisa mendengar suara percakapan tetapi tidak
bisa memahaminya , terutama bila di ucapkan
dengan cepat dan berlatar bising ( cocktail party
deafness)
 Bila suara ditinggikan  rasa nyeri di telinga,
disebabkan oleh faktor kelelahan saraf
 Pemeriksaan otoskopik : membran timpani suram
 Tes penala : tuli sensorineural
 Audiometri nada murni
 Tahap awal  tajam (sloping)  frekuensi 2000 Hz  Gambaran
khas pada presbikusis jenis sensori dan neural
 Garis ambang audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih
mendatar  
 Pemeriksaan audiometri tutur : gangguan diskriminasi bicara
(speech discrimination)
N
o Tipe Audiometri nada murni Audiometri tutur
.

1 Sensori Penurunan ambang dengar Bergantung pada


yang curam pada frekuensi frekuensi yang
tinggi (sharply slooping) terkena
2 Neural Penurunan pendengaran Gangguan
sedang pada semua diskriminasi tutur
frekuensi (gently slooping) berat
3 Metabolik Penurunan pendengaran Gangguan
(strial) dengan gambaran flat dan diskriminasi tutur
berjalan progresif pelan ringan
4 Mekanik Penurunan pendengaran Bergantung pada
dengan kurva menurun kecuraman
pada frekuensi tinggi secara penurunan
lurus berjalan progresif
pelan
 Rehabilitasi : pemasangan alat bantu dengar
(hearing aid)
 Implan koklea
 Latihan membaca ujaran (speech reading) &
mendengar (auditory training) yang dilakukan
bersama ahli terapis wicara
 Diberikan pengertian untuk orang sekitarnya agar
berbicara dengan jelas, kata-kata yang singkat, dan
tidak terlampau keras
AD= AD 500 Hz+ AD 1000 Hz + AD 2000Hz +AD 4000Hz
4
• Derajat ketulian:
0-25 dB : Normal
>25-40 dB : Tuli ringan
>40-55 db : Tuli sedang
>55-70 dB : Tuli sedang berat
>70-90 dB : Tuli berat
>90 dB : Tuli sangat berat
 Notasi pada audiogram
Untuk pemeriksaan audiogram, kita perlu membuat grafik AC dan grafik
BC
 Pendengaran normal
AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB
AC dan BC berhimpit, tidak ada gap
 Tuli Konduktif
BC normal atau kurang dari 25 dB
AC lebih dari 25 dB
Antara AC dan BC terdapat gap
 Tuli Sensorineural
AC dan BC lebih dari 25 dB
AC dan BC berhimpit, tidak ada gap
 Tuli Campur
BC lebih dari 25 dB
AC lebih besar dari BC, terdapat gap
 Alat bantu dengar merupakan suatu alat
elektronik yang dioperasikan dengan batere,
yang berfungsi memperkuat dan merubah
suara sehingga komunikasi bisa berjalan
dengan lancar
 Microphone
 Amplifier
 Receiver atau loudspeaker
 Batere
 Alat bantu dengar memiliki beberapa jenis,
diantaranya1:
 Tipe behind the ear (BTE) adalah jenis alat
bantu dengar yang ditempatkan di belakang
telinga.
 Tipe in the ear (ITE) adalah alat bantu dengar
yang ditempel dalam telinga.
 Tipe in the canal (ITC) adalah alat bantu
dengar paling kecil dan mahal yang
ditempatkan di meatus acusticus eksternus
(lubang telinga).
 1. Mild Hearing Loss
Penggunaan alat bantu dengar dapat
membantu kemampuan komunikasi pasien.
Beberapa pasien dapat mempertimbangkan
pemakaian alat bantu dengar paruh waktu /
pada kondisi-kondisi tertentu saja
 2. Moderate Hearing Loss
Penggunaan alat bantu dengar sudah
menjadi kebutuhan bagi pasien dalam
kategori ini. Pada umumnya alat bantu
dengar memberikan hasil yang baik bila
dipakai dengan strategi pemakaian yang
sesuai
 3. Severe Hearing Loss
Alat bantu dengar harus digunakan bila
pasien masih ingin berkomunikasi dengan
suara sebagai media penerimaan primernya.
Pada beberapa kasus pasien dengan tingkat
gangguan pendengaran ini membutuhkan
implantasi koklea
 Belvins, NH. Presbycusis.. Available on
http://www.uptodate.com/contents/presbycusis
 Roland, PS. Presbycusis. Available on
http://reference.medscape.com/article/855989-overview
 Muyassaroh. Faktor Resiko Presbikusis. J Indon Med Assoc,
Volum: 62, Nomor: 4, April 2012.
 Suwento R, Hendarmin H. Gangguan Pendengaran pada geriatric.
Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, eds.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga HIdung Tenggorok Kepala dan
Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai penerbit FKUI ; 2007. P.10-43.
 Schuknecht HF, Gacek MR. Pathology of presbycusis. Ann Otol
Rhynol Laryngol 1993; 102: 1-16.
 Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. 6th ed.
Jakarta: EGC; 2000. P: 230-240.
 Gates GA. Mills JH. Presbycusis. Lancet 2005; 366: 1111 -20.
 Cochrane GC. Cellular injury by oxidant. Am J Med 1991:3-24.

Anda mungkin juga menyukai