Anda di halaman 1dari 31

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN KELUARGA BINAAN


SKABIES DENGAN INFEKSI SEKUNDER

Oleh:
Sani Solihatul Fitri
H1A 012 053

Pembimbing:
dr. Ika Primayanti, M. kes
dr. Mayuarsih Kartika
dr. IGN Agung Ariawan

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
PUSKESMAS GUNUNG SARI
2017
A. KASUS PASIEN DALAM KELUARGA BINAAN
I. DATA KASUS PASIEN DALAM KELUARGA BINAAN
Tanggal 13 Oktober 2017
Diisi oleh: Sani Solihatul Fitri (H1A 012 053)
Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan: Puskesmas Gunungsari

Keluarga yang akan dibina dalam kasus ini adalah keluarga Tn. M. Keluarga Tn. M
merupakan keluarga inti (nuclear family) yang terdiri atas Tn. M sendiri, istrinya dan 2 orang
anak. Berikut ini adalah identitas anggota keluarga yang diperoleh pada saat kunjungan
pertama:
Tabel 1. Data identitas keluarga
Anggota Keluarga Keterangan
Nama Tn. Madudin Kepala Keluarga/ayah pasien
Umur 37 tahun
Alamat Ds. Kekait, Gunung Sari
Agama Islam
Pendidikan S1
Pekerjaan Guru Honorer Daerah + Petani
Status Menikah
Anggota Keluarga Keterangan
Nama Ny. Hipzil Ibu pasien
Umur 27 tahun
Alamat Ds. Kekait, Gunung Sari
Agama Islam
Pendidikan SMA
Pekerjaan Mahasiswa + IRT
Status Menikah
Anggota Keluarga Keterangan
Nama An. Maulidia Pasien
Umur 10 tahun
Alamat Ds. Kekait, Gunung Sari
Agama Islam
Pendidikan SD
Pekerjaan Pelajar
Status Belum Menikah
Anggota Keluarga Keterangan
Nama An. Nuri Adik pasien
Umur 7 tahun
Alamat Ds. Kekait, Gunung Sari
Agama Islam
Pendidikan SD
Pekerjaan Pelajar
Status Belum menikah

Ikhtihasar keluarga Tn. M dapat digambarkan sebagai berikut:


Ikhtisar Keluarga Pasien:

Tn. M/ Ny.H/
37 27

An.M An.N/
/10 7

Keterangan:
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien
II. DATA STATUS KESEHATAN KELUARGA

Data kesehatan awal, diambil saat kunjungan pertama ke rumah keluarga binaan
(13 Oktober 2017):
No Nama Usia BB/TB Keluhan Status Tanda vital
Anggota gizi
Keluarga
1 An. M 10 tahun 25 kg/ Timbul bintik Baik 80x/mnt,20x/mnt
124 cm kemerahan, , 36,50 C
bernanah dan
gatal di tangan,
kaki dan badan
terutama saat
malam hari.
2 Tn. M. 37 tahun 65 kg/ Sering Baik 120/80 mmHg,
165 cm mengalami nyeri 80x/mnt,
ulu hati dan 20x/mnt, 36,70 C
mual yang
berulang
3 Ny. H 27 tahun 53 kg/ Batuk pilek Baik 110/70 mmHg,
160 cm sejak kemarin. 76x/mnt,
20x/mnt, 36,50 C
4 An. N 7 tahun 22 kg/ Timbul bintik Baik 78x/mnt,
110 cm kemerahan dan 20x/mnt, 36,30 C
gatal-gatal di
tangan, kaki dan
badan terutama
saat malam hari.
III. DATA PELAYANAN PASIEN DALAM KELUARGA BINAAN
a. Anamnesis
Keluhan utama: bintik-bintik kemerahan disertai nanah
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke balai pengobatan Puskesmas Gunungsari (Rabu, 11 Oktober 2017)
dengan keluhan bintik-bintik kemerahan disertai nanah yang terasa gatal di tangan, kaki serta
badan pasien. Gatal terutama dirasakan saat malam hari dan berkurang saat siang hari.
Keluhan gatal dirasakan terus menerus sejak 5 hari sebelum datang ke Puskesmas
Gunungsari. Pasien merasa sangat terganggu dengan gatal tersebut. Pasien juga merasa malu
akibat bintik kemerahan dan gatal sering diejek oleh temannya.
Pasien menyangkal adanya demam, lemas, mual-muntah, penurunan nafsu makan,
ataupun nyeri perut .

Riwayat penyakit dahulu


Pasien pernah mengalami keluhan serupa pada bulan agustus 2017. Pasien
mengatakan tidak ada riwayat penyakit lain seperti asma, diare ataupun demam yang
berkepanjangan sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga


Keluarga pasien ada yang menderita penyakit yang serupa saat ini, yaitu adik pasien.
Seluruh anggota keluarga yang terdiri dari 4 orang tinggal bersama dalam satu rumah. Pasien
tidur bersama adiknya dalam satu kasur. Untuk riwayat penyakit lainnya, di keluarga tidak
ada yang menderita penyakit hipertensi, diabetes melitus maupun asma. Namun ayah pasien
sering mengeluh nyeri ulu hati berulang dan ibu pasien sedang mengalami flu saat kunjungan
pertama.

Riwayat pengobatan
Pasien pernah mengobati keluhan serupa sebelumnya pada bulan agustus namun
mengaku hanya diberikan amoksisilin serta obat minum dan salep antibiotik dari petugas
puskesmas.
Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan ataupun obat
obatan tertentu.

Riwayat sosial dan lingkungan


Pasien adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Pasien termasuk keluarga dengan sosial
ekonomi menengah . Pasien memiliki PHBS yang masih kurang baik, menggunakan handuk
dan tempat tidur yang sama dengan adik pasien. 10 tahun yang lalu Ayah pasien merupakan
perokok aktif dan menghabiskan 1 bungkus rokok setiap harinya, namun sudah berhenti
merokok sejak menikah. Pasien juga memiliki kebiasaan jarang mandi sore, tidak mencuci
tangan dengan sabun sebelum dan setelah makan.
Di sekolah pasien terdapat beberapa teman yang mengalami gejala serupa, salah
satunya menjadi teman duduk sebangku pasien.

b. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis (13 Oktober 2017)
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6
Nadi : 80 X/menit, kuat angkat, irama teratur
Pernapasan : 20 X/menit
Suhu : 36,5C
BB : 25 kg
TB: : 124 cm
Status gizi : baik

Status Lokalis
Kulit :
Tampak multiple vesikel serta pustul di area tangan, kaki dan badan pasien. Tampak
gambaran terowongan di bawah kulit antara dua vesikel
Kepala :
Ekspresi wajah: normal, Bentuk dan ukuran: normal, deformitas (-)
Mata :
Bentuk: normal,Alis: normal, bola mata: exopthalmus (-/-),strabismus (-/-),
Palpebra: edema (-/-), ptosis (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-), Sklera : ikterus (-/-), perdarahan (-), hiperemia (-/-)
Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya (+/+)
Lensa: tampak jernih.
Telinga :
Bentuk: normal, Lubang telinga: normal, serumen (-/-), Nyeri tekan (-/-).
Hidung :
Bentuk dan fungsi normal, sekret (-)
Mulut :
Bentuk: simetris, Bibir: sianosis (-), stomatitis (-),Faring: hiperemia (-)
Leher :
Pembesaran KGB (-)
Thorax :
Cor:
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba ICS 5 midklavikula sinistra
Perkusi : Batas atas pada ICS 2
Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo:
Inspeksi : Bentuk simetris, Pergerakan simetris, frekuensi 20 x/menit, teratur
Palpasi : Pergerakan simetris
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, Suara tambahan rhonki -/-, Suara
tambahan wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : Bentuk: distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi :Turgor dan tonus: normal, nyeri tekan epigastrium: (-),
Hepar/Lien/Ren: tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
Inguinal-genitalia-anus : tidak dievaluasi

Ekstremitas atas :Akral hangat : +/+


Deformitas : (-)
Edema: (-/-)
Sianosis : (-)
Ekstremitas bawah: Akral hangat : +/+
Deformitas : (-)
Edema : (-/-)
Sianosis : (-)

c. Pemeriksaan penunjang:(-)

d. Diagnosis Kerja: Scabies dengan infeksi sekunder

e. Terapi:
1. Cetirizin tablet 1 x 1 tablet
2. Salep Permetrin 5%
3. Oksitetrasiklin salep pada area yang bernanah saja

f. Prognosis Pasien
Dubia ad bonam

g. KIE
Pasien harus berobat bersama seluruh anggota keluarganya yang sakit.
Seluruh pakaian, selimut, sarung bantal, sarung guling dan kasur harus direndam
dengan air mendidih, kemudian dijemur di terik matahari, dan disetrika. Kasur bantal
dan guling di jemur di bawah sinar matahari langsung.
Mengubah perilaku sehari-hari menjadi perilaku hidup bersih dan sehat
Rajin mandi dengan sabun minimal 2 kali sehari
Tidak menggunakan pakaian dan handuk secara bersama
Rajin mencuci pakaian yang digunakan dengan bersih dan membersihkan tempat
tinggal
B. KONDISI FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN, SOSIAL, EKONOMI, DAN
BUDAYA KELUARGA

1. Keadaan Lingkungan
Keluarga An. M tinggal di Desa Kekait, Gunungsari, Lombok Barat. Tempat
tinggalnya tersebut merupakan tempat tinggal sendiri. Luas rumah kira-kira 45 m2,
dimana panjangnya 7,5 m dan lebarnya 6 m, dan menghadap ke Utara. Rumah An. M
berlantai keramik, beratap genteng dan terdiri dari 2 kamar tidur dan 1 ruang tamu, 1
dapur, 1 ruang keluarga, 1 kamar mandi dan jamban. Letak pembuangan sampah di
samping rumah.
Rumah An.M mempunyai halaman 2x1 meter. Sebelah timur dan barat
rumah An. M adalah rumah tetangga yang temboknya hanya berjarak 1 meter dengan
rumah An. M. Di selatan rumah An. M terdapat jalan lorong kecil yang menjadi jalan
kecil yang menghubungkan dengan rumah tetangga di belakang rumah An. M.
Dinding rumah An. M terbuat dari batu bata ada yang diplester dan di cat.
Rumah tersebut memiliki 8 buah jendela, 2 diruang keluarga, 2 di ruang tamu, dan
masing-masing 2 lagi di kamar tidur, namun jendela tersebut jarang dibuka. An. M
tidur bersama dengan adiknya beralas dengan kasur. Ayah An. M dan ibu tidur di
kamar yang satunya dengan beralas kasur. Akses masuk ke dalam rumah melalui 1
pintu depan dan 1 melalui pintu di belakang rumah. Kondisi pencahayaan di dalam
rumah An. M cukup melalui pintu belakang, namun di dalam kamar agak gelap pada
siang hari karena sinar matahari lebih banyak terhalang oleh bangunan dan jendela
pun sering tertutup. Di rumah An. M tidak ada tempat khusus untuk menyimpan
barang bekas, dan biasanya barang barang ditempatkan di depan rumah dan samping
rumah.
Dapur pasien terletak di sebelah kamar mandi di bagian belakang rumah.
Untuk mencuci dan mandi, keluarga An. M biasa di kamar mandi sehingga air
langsung terbuang kepenampungan. Namun untuk mencuci piring ibu An. M
menggunakan halaman samping rumah. Keluarga An. M mengatakan untuk
kebutuhan air bersih sehari-hari menggunakan air sumur dan air dari mata air. Air
tersebut digunakan sebagai air minum, air untuk memasak, mencuci dan kebutuhan
sehari-hari lainnya. Tempat pembuangan sampah pasien terletak + 15 meter dari
rumah An. M.
Denah rumah An. O

Halaman Depan
U
Kamar Tidur
Dapur Ruang tamu
orang tua TTTTTTTTT

TTTTTT
Kamar tidur Ruang keluarga
anak

Kamar mandi
Teras Dapur
Halaman depan

Keterangan:
: pintu
: jendela
2. Sosial Ekonomi

An. M adalah anak pertama dari keluarga Tn. M dan Ny. H. An. M lebih
sering menghabiskan waktu bersama ayah, ibu dan adiknya. An. M sering berkumpul
bersama anggota keluarga yang lain di ruang keluarga untuk menonton TV, bermain,
atau sekedar beristirahat bersama. Tn. M merupakan tulang punggung keluarga dan
bekerja sebagai guru honorer dan bertani serta berkebun. Rerata penghasilan orang
tua adalah Rp.1.500.000-2.000.000 perbulan.

3. Budaya

Budaya dan adat istiadat setempat masih mengikuti daerah-daerah di Lombok


pada umumnya. Tn. M dan Ny. H mengatakan bahwa di lingkungan tempat tinggal
mereka masih terdapat beberapa budaya yang dianut oleh masyarakat sekitar
kepercayaan bahwa bila anak-anak sakit maka akan di tangani terlebih dahulu dengan
memakai bahan-bahan alami di rumah. Bila penyakitnya tambah berat baru anak di
bawa berobat ke mantri atau ke puskesmas.

C. MASALAH KESEHATAN KELUARGA BINAAN


1. Identifikasi Masalah Kesehatan Keluarga

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan pertama dan
kedua terhadap keluarga binaan yang akan dibina, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah kesehatan dalam keluarga An. M tersebut beserta dengan kemungkinan
penyebab masalah kesehatannya yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:

No. Anggota Masalah Kemungkinan Penyebab Keterangan


Keluarga Kesehatan Masalah Kesehatan

1. Anak I (An. M) Scabies dengan Salah satu teman di Masalah


infeksi sekunder
sekolah An. M memiliki diketahui saat
gejala serupa dengan kunjungan ke
An. M puskesmas dan
Kurangnya penerapan saat kunjungan
PHBS pada pasien pertama ke
dengan baik, seperti: rumah.
- Jarang mandi,
terkadang hanya
satu kali dalam
sehari
- Menggunakan
handuk secara
bergantian dengan
anggota keluarga
lain
- Menggunakan
pakaian yang sama
untuk berhari-hari
dan tidak dicuci
Kurang memperhatikan
kebersihan tempat
tinggal
Kondisi rumah dengan
pencahayaan kurang dan
lembab
2 Ayah Gastritis Kronis Tn M sering mengalami Masalah
keluhan nyeri ulu hati diketahui saat
berulang terutama kunjungan
setelah makan makanan pertama ke
pedas dan bersantan rumah.
Tn.M memiliki pola
makan yang tidak
teratur ketika sedang di
luar rumah
Tuan M adalah seorang
yang suka minum kopi
hitam, kadang sarapan
hanya dengan meminum
segelas besar kopi
hitam, sebelum menikah
tuan M adalah seorang
perokok berat
3 Ibu ISPA Ibu H sering Masalah
mengalami flu diketahui saat
berulang pertama ke
Ibu tidak pernah rumah
mengalami keluhan
serupa seperti anak M
4 Adik Scabies An. M mengalami Masalah
keluhan yang sama diketahui saat
dengan An. N. kunjungan
An. N memakai handuk pertama ke
yang sama dengan An. rumah.
M.
An.N tidur bersama
dengan An. M
An N sering memakai
baju yang sama dengan
anak M
Jendela kamar yang
jarang di buka
Dari tabel di atas, diperoleh data bahwa saat kunjungan rumah pertama
masalah kesehatan dialami oleh An. M, Tn. M, Ny. H, dan An. N. Melalui
wawancara, dapat diketahui beberapa penyebab masalah yang dianggap menjadi
kemungkinan penyebab masalah dalam keluarga tersebut. Dengan demikian seluruh
anggota keluarga memilki masalah kesehatan.
Jika dilihat dari aspek kesehatan masyarakat, maka masalah-masalah
kesehatan yang dialami oleh An. M di atas terkait dengan determinan kesehatan yang
ada yaitu aspek lingkungan, aspek perilaku, dan aspek pelayanan kesehatan, dapat
diuraikan sebagai berikut:

Pasien (An. M ) Scabies dengan infeksi sekunder


Berdasarkan determinan kesehatan, An. M memiliki masalah kesehatan yang
terutama terkait pada aspek lingkungan, aspek perilaku, serta aspek pelayanan
kesehatan.

Ayah (Tn.M) gastritis kronis


Berdasarkan determinan kesehatan, Tn.M memiliki masalah kesehatan yang
terutama terutama terkait pada aspek perilaku/gaya hidup.

Ibu (Ny. H) ISPA


Berdasarkan determinan kesehatan Ny.H memiliki masalah kesehatan yang
terutama terkait dengan aspek lingkungan

Adik (An. N) Scabies


Berdasarkan determinan kesehatan An. N memiliki masalah kesehatan yang
terutama terkait dengan aspek lingkungan, perilaku/gaya hidup dan aspek pelayanan
kesehatan.
Masalah kesehatan yang pertama kali diidentifikasi adalah berasal dari An. M
dalam hal ini yang merupakan anak pertama dalam keluarga inti dengan keluhan gatal
di tangan, kaki dan badan yang merupakan kelanjutan dari intervensi yang telah
dilakukan sebelumnya dari tanggal 11 Oktober 2017.
Dari kunjungan tersebut, dilakukan identifikasi masalah kesehatan keluarga
An. M yang diperoleh melalui kunjungan ke rumah pasien pada tanggal 13 Oktober
2017. Dari kunjungan rumah pertama dan kedua tersebut mulai diperoleh masalah
kesehatan masing-masing anggota keluarga dan memperkirakan rencana upaya
intervensi yang akan dilakukan.

2. Rencana Upaya Intervensi yang Akan Dilakukan


No. Anggota Masalah Kesehatan Rencana Upaya Ket
Keluarga Anggota Keluarga Intervensi
1. An. M Scabies dengan Menjelaskan mengenai penyakit
infeksi sekunder Scabies, faktor resiko, cara
penularan,pengobatan yang tepat
dan pencegahannya.
Menyarankan kepada seluruh
anggota keluarga untuk
mengulangi pengobatan dengan
permetrin selama 8 jam di seluruh
tubuh
Menyarankan untuk merendam
baju-baju yang sudah dikenakan
serta seprai, sarung bantal dan
guling, handuk dengan air panas
Menyarankan untuk menjemur
kasur, bantal dan guling dibawah
sinar matahari
Lebih aktif bekerjasama dengan
pusat pelayanan kesehatan.
Penyuluhan mengenai Pola Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) secara
personal hygiene maupun
lingkungan kepada dan keluarga:
o Membuka jendela setiap hari
o Rutin membersihkan rumah
o Menjaga kebersihan
lingkungan
o Menyarankan dan
mengajarkan untuk mencuci
tangan sebelum makan dan
sesudah BAB.
o Memberikan informasi
mengenai pentingnya akan
kebersihan minuman atau
makanan.
2 Ayah (Tn. M) Gastritis Kronis Menyarankan Tn. M untuk
mengurangi konsumsi makanan
yang pedas dan asam
Menyarankan Tn. M untuk
membiasakan makan secara
teratur
Menyarankan Tn. M untuk
kontrol ke puskesmas untuk
mengurangi keluhan.
3 Ibu (Ny. H) ISPA Penyuluhan tentang PHBS
Menyarankan untuk mengurangi
makanan-makanan ringan dan
dengan makanan bergizi.
Menyarankan untuk memisahkan
tempat makan dna minumnya
dengan anggota keluarga yang
lain.
Menggunakan masker atau
penutup hidup saat sedang sakit.
Menyarankan untuk rajin
membersihkan dan merapikan
kamar.
Menyarankan untuk berobat ke
puskesmas agar keluhan tidak
bertambah parah
Istirahat yang cukup dan
mengurangi aktivitas yang tidak
perlu.
An. N Scabies Menjelaskan mengenai penyakit
Scabies, faktor resiko, cara
penularan,pengobatan yang tepat
dan pencegahannya.
Menyarankan kepada seluruh
anggota keluarga untuk
mengulangi pengobatan dengan
permetrin selama 8 jam di seluruh
tubuh
Menyarankan untuk merendam
baju-baju yang sudah dikenakan
serta seprai, sarung bantal dan
guling, handuk dengan air panas
Menyarankan untuk menjemur
kasur, bantal dan guling dibawah
sinar matahari
Lebih aktif bekerjasama dengan
pusat pelayanan kesehatan.
Penyuluhan mengenai Pola Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS)

3. Upaya Kesehatan yang Telah Dilakukan Keluarga


Upaya kesehatan yang telah dilakukan oleh keluarga An. M bila terdapat
anggota keluarga yang sakit adalah mencari pengobatan walaupun hal ini dilakukan
jika penyakit dirasakan tidak sembuh dan semakin memberat. Pengobatan di
puskesmas dilakukan apabila penyakit An. M dirasakan lebih berat. Selama ini
menurut keluarga An. M, masalah kesehatan sehari-hari dalam keluarga juga diatasi
dengan membeli obat yang dijual di warung atau pergi ke mantri.Untuk masalah
kesehatan gatal-gatal di tubuh An. M, keluarga sudah mengobati dengan bedak yang
dibeli sendiri namun keluhan tidak membaik.
D. PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN PASIEN
1. Kerangka Konsep Masalah Pasien

BIOLOGIS

Tidak terdapat faktor


LINGKUNGAN,
PERILAKU biologis dari pasien
SOSIAL BUDAYA

Mandi hanya satu kali sehari Penularan penyakit dari


teman sekolah
Tidur bersama dengan anggota Skabies
Ventilasi dan pencahayaan
keluarga yang lain
rumah yang kurang

Menggunakan pakaian/ Kurangnya pengetahuan


handuk bersama mengenai penyakit scabies

Jendela rumah jarang dibuka PELAYANAN


Lingkungan tempat tinggal
yang padat
Tidak berobat ke puskesmas
KESEHATAN
jika keluhan tidak berat
Informasi yang belum memadai
mengenai scabies dari Yankes

Pengobatan untuk penyakit


scabies yang minimum

2. Nilai Fungsi Dalam Keluarga

Lima fungsi dasar keluarga yang dikemukakan oleh Friedman (1998) yaitu:
a. Fungsi afektif
Dalam keluarga Tn.M, hubungan individu dalam keluarga terjalin dengan
harmonis. Bila ada salah satu dalam anggota keluarga yang sakit, Tn.M selaku kepala
rumah tangga segera mencari pengobatan meskipun terkadang bila keluhan masalah
kesehatan tidak berat, anggota keluarga hanya membeli obat yang ada di warung. Ny.H
sebagai seorang ibu rumah tangga mengasuh anaknya dengan baik. Dari lahir hingga saat
ini, ibu senantiasa merawat anaknya setiap hari. Kedua anaknya mendapat ASI selama 2
tahun.
b. Fungsi sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga Tn. M bersosialiasi dengan baik dengan
tetangga di sebelah barat, selatan dan timur rumah. Keluarga yang tinggal dekat dengan
rumah pasien masih memiliki hubungan keluarga dengan Tn. M. Mereka adalah orang-
orang yang paling sering diajak berinteraksi oleh keluarga Tn. M. Begitu pula dengan
anak-anak Tn.M yang bermain bersama dengan anak tetangga yang lainnya.

c. Fungsi Reproduksi
Sejak menikah 11 tahun yang lalu, Tn. M dan Ny.H tidak menunggu waktu yang lama
dikaruniai seorang anak, yakni An. M kemudian disusul dengan kelahiran anak keduanya
yaitu An. N. Ny. H tidak pernah mengalami keguguran. Saat ini Ny. H menggunakan KB
suntik tiap 3 bulan.

d. Fungsi Ekonomi
Tn. M bekerja sebagai guru honorer dan petani, serta berkebun. Dari pekerjaannya
tersebut Tn. M mengaku memiliki penghasilan Rp. 1.500.000,- - Rp. 2.000.000,-/bulan
dan mampu mencukupi kebutuhan keluarganya, seperti makanan, pakaian dan rumah. Ny.
H sebagai ibu rumah tangga dan mahasiswa. Dengan demikian pemasukan untuk keluarga
Tn. M hanya bersumber dari Tn. M saja.

e. Fungsi perawatan kesehatan


Dalam mencegah penyakit, setiap individu dalam keluarga Tn. M belum mampu
secara maksimal dalam melaksanakan pencegahan penyakit. Hal tersebut tercermin
dengan masih banyaknya perilaku dalam anggota keluarga yang belum menunjukkan
perilaku hidup bersih dan sehat. Ketika keluhan penyakit muncul, keluarga tersebut
mengatasinya dengan membeli obat yang ada di warung. Apabila keluhan tak kunjung
reda, keluarga tersebut mencari pelayanan kesehatan seperti ke mantri atau ke puskesmas.

3. Fungsi Fisiologis

Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan APGAR skor dengan nilai
hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. APGAR skore disini akan dilakukan
pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menetukan fungsi
fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.
A. Adaptation
Di dalam menghadapi masalah keluarga , Tn.M sebagai kepala keluarga yang
memtuskan suatu keputusan. Tn.M juga mendapat dukungan dari istri dan anaknya. Pasien
selalu mendapat kasih sayang yang cukup dari kedua orangtuanya.
B. Partnership
Komunikasi antara pasien dengan naggota keluarga yang lain terjalin dengan baik.
Orang tua pasien selalu menyempatkan waktu untuk menemani pasein belajar dan
mengerjakan tugas sekolah. Biasanya An.M selalu berkumpul di rumah mulai sore hari
setelah Tn.M pulang bekerja, mereka berkumpul sekedar untuk mengobrol atau menonton
TV bersama-sama.
C. Growth
Orang tua An. M masih bersyukur diberikan rezeki oleh Allah, wakaupun pendapatan
rata-rata tiap harinya tidak begitu besar. Namun untuk kebutuhan sehari-hari masih dapat
tercukupi.
D. Affection
Pasien maerasa hubungan kasih sayang dengan anggota keluarga lainnya masih
berjalan lancar.
E. Resolve
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup baik dari anggota keluarganya.
Tabel. APGAR skor
Skor
Kategori Keterangan
0 1 2

1. Adaptation X Seluruh anggota keluarga dapat beradaptasi


dengan anggota keluarga lain, serta penerimaan,
dukungan dan saran dari anggota keluarga lain

2. Partnership X Seluruh anggota keluarga menjalin komunikasi


yang baik, saling mengisi antara anggota keluarga
dalam segala masalah yang dialami keluarga

3. Growth X Anggota keluarga jarang melakukan hal-hal baru


sehingga jarang memberi dukungan mengenai hal-
hal baru
4. Affection X Hubungan kasih sayang dan interaksi antar
anggota terjalin dengan baik

5. Resolve X Anggota keluarga kadang-kadang puas mengenai


kebersamaan dan waktu yang dihabiskan antar
anggota

Skor fungsi keluarga Tn.M adalah 8. Dalam ketentuan APGAR score dikatakan keluarga
ini dalam kategori baik.

4. Sumber Daya yang Dimiliki Keluarga


Tn. M yang bekerja sebagai guru honorer dan petani saat ini masih dapat memenuhi
kebutuhan keluarganya. Kebutuhan pangan keluarga Tn. M setiap harinya diupayakan
cukup. Keluarga ini memakan nasi sebagai sumber kalori setiap harinya. Untuk sumber
protein, tempe dan tahu menjadi pilihan, sedangkan sumber lemak didapat dari daging
sebagai lauk yang dibeli tiap 2 kali seminggu. Untuk vitamin dan mineral, sayur tersedia
setiap harinya. Pakaian yang digunakan pun sudah layak pakai.
Dari kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residential Environment dari WHO
(1974), antara lain:
1. Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin dan fungsi sebagai tempat istirahat.
2. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus, dan kamar
mandi.
3. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.
4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.
5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari
gempa, keruntuhan dan penyakit menular.
6. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.
Dari kriteria yang ada rumah Tn.M sudah memenuhi keenam kriteria rumah sehat
tersebut untuk rumahnya sehingga rumah Tn. M sudah layak huni.
E. PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN PASIEN
a. Diagnostik Holistik
1. An. M dan keluarga
Aspek Personal (aksis 1)
Pasien datang ke balai pengobatan Puskesmas Gunungsari (Rabu, 11 Oktober 2017)
dengan keluhan gatal di seluruh tubuh sejak 5 hari yang lalu. Pasien mengeluh gatal
terutama di sela-sela jari tangan dan kaki dan semakin memberat pada malam hari dan
ketika pasien bersekolah.
Aspek Klinik (aksis 2)
Scabies dengan infeksi sekunder dengan diagnosis banding impetigo bulosa
Aspek Risiko Internal (aksis 3)
Pasien perempuan usia 10 tahun. Untuk penyakit skabies dapat mengenai semua
umur, karena penyakit ini menular melalui kontak erat secara langsung maupun tidak
langsung dengan penderita scabies. Ditambah lagi dari faktor kebersihan diri yang
kurang baik sangat mempermudah pasien terkena penyakit ini.
Aspek Risiko eksternal (aksis 4)
Teman sebangku pasien memiliki keluhan yang sama dengan pasien, pasien kadang
bermain dengan tetangga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien. Kurangnya
pengetahuan keluarga mengenai penyakit scabies, mulai dari penyebab, cara penularan
serta cara pencegahannya. Rumah yang pengap dikarenakan ventilasi dan pencahayaan
yang kurang.
Skala fungsional (aksis 5)
Skala fungsional pasien yaitu kelas V karena pasien dapat melakukan kegiatan
dengan baik sehari-hari.
b. Rencana Penatalaksanaan Pasien
No. Kegiatan Rencana intervensi Sasaran Waktu Hasil yang
diharapkan
1. Aspek personal Evaluasi: Keluarga Kunjung - Kekhawatiran
- Keluhan, harapan, dan Pasien an pasien
kekhawatiran pasien pertama berkurang
Intervensi: - Keluarga
- Edukasi kepadapasien pasien dapat
dan keluarga mengenai mengetahui
scabies, bagaimana mengenai
penularannya, dan apa scabies
bahayanya bila tidak - Keluarga dapat
diobati. mengetahaui
- Memberikan informasi pentingnya
mengenai PHBS hidup bersih
dan sehat serta
dapat
menerapkannya
2. Aspek klinik Evaluasi: Keluarga Kunjung Kondisi
Scabies dengan - Pemantauan perbaikan pasien an klinis membaik,
infeksi kondisi klinis pasien pertama keluarga
sekunder dan sembuh dari
Terapi: kedua skabies
Farmakologis : Dilakukan
Permetrin 5 % kontrol
Cetirizin tab 1x1 kesehatan secara
Salep teratur
oksitetrasiklin Penerapan
3% PHBS terus
Menjelaskan tentang dilakukan
scabies,bagaimana Mencegah
penularannya, apa penularan
bahayanya bila tidak kepada orang
diobati serta cara sekitar
pencegahannya
- Pasien harus berobat
bersama seluruh
anggota keluarganya
- Seluruh pakaian,
selimut, sarung bantal,
sarung guling dan kasur
harus direndam dengan
air hangat, kemudian
disetrika. Kasur bantal
dan guling di jemur di
bawah sinar matahari.
- Tidak saling bertukar
menggunakan pakaian
maupun handuk
3. Aspek Resiko Edukasi: Pasien Kunjung Pasien mengerti
Internal Mengenai keadaan an ke bahwa penyakit
kesehatan dua scabies
Aspek perilaku serta merupakan
aspek lingkungan penyakit
memiliki peranan menular. pola
penting terhadap kebiasaan sehari
terjadinya penyakit hari dan
lingkungan
mempengaruhi
akan kesehatan
dan terjadinya
penyakit.
4 Aspek Edukasi: Keluarga Kunjung Orang tua
eksternal - Pentingnya PHBS pasien an ke pasien dapat

Kurangnya dua dan menerapkan


PHBS di rumah
pengetahuan ketiga
dan mengajarkan
mengenai pada anak-
scabies anaknya

Kurangnya
pengetahuan
keluarga
mengenai
rumah sehat,
dan prilaku
hidup bersih
dan sehat

c. Tindak Lanjut Dan Hasil Intervensi Pasien


Tanggal Kegiatan dan Hasil
Kedatangan Kegiatan:
pertama - Pada kedatangan pertama ini, dilakukan penelaahan masalah kesehatan dari
(Jumat, 13 setiap anggota keluarga.
Okt 2017) - Menelaah lingkungan rumah dan perilaku dari pasien dan setiap anggota
keluarga
- mengevaluasi apakah terdapat perbaikan gejala klinis dari pasien sepulang dari
puskesmas
Hasil :
- Keluhan utama pasien gatal di seluruh tubuh terutama di malam hari. Keluhan
tersebut masih dirasakan, adik pasien juga masih mengeluhkan hal yang serupa,
namun keluhan ini sudah berkurang.
- Pasien menggunakan salep permetrine 5%, salep antibiotik oksitetrsiklin 3%
dan antihistamin cetirizin yang diperoleh dari puskesmas.
- Adik pasien memiliki keluhan yang serupa dengan pasien
- Ayah pasien memiliki gastritis kronis
- Mengenai PHBS keluarga pasien:
- Keluarga dan pasien menggunakan handuk secara bergantian
- Tidak ada tempat pembuangan sampah sendiri dan keluarga membuang
sampah yang berjarak 15 meter dari rumahnya (yang merupakan tempat
pembuangan sampah masyarakat sekitar)
- Luas rumah pasien 7x6,5 m, dengan dihuni 4 orang anggota keluarga
- Keluarga dan pasien belum mengetahui mengenai penyakit scabies sepenuhnya,
penyebabnya, bagaimana penularan dan pencegahannya, serta terapinya yang
benar.

Intervensi :
- Memberikan penyuluhan langsung terkait penyakit yang dialami pasien,
penyebabnya,menjelaskan penggunaan salep permetrine 5%, bagaimana
penularan dan pencegahannya, selain itu menjelaskan bahwa penyakit pasien ini
bisa menular ke orang lain terutama yang sering kontak dengan pasien
- Menjelaskan cara pengobatan yang tepat, penggunaan obat, cara mencuci
pakaian, handuk, sarung bantal, sarung guling dan seprai. Menjemur kasur,
bantal dan guling.
- Menjelaskan tentang PHBS yang baik, seperti rajin mandi 2 kali sehari,
mengganti pakaian, memotong kuku, mencuci tangan sebelum makan dan
sesudah BAB
- Menjaga selalu kebersihan makanan
- Menjelaskan pentingnya cuci tangan pakai sabun dan mengajarkan bagaimana
cuci tangan yang baik dan benar
Kedatangan Kegiatan :
Kedua Mengevaluasi kondisi klinis pasien
(Selasa, 17 Evaluasi kondisi kesehatan anggota keluarga yang lain
Okt 2017) Evaluasi dari intervensi sebelumnya
Hasil :
- salep permetrine 5% telah digunakan sesuai petunjuk yang sudah diajarkan.
- Saat kunjungan kedua, kondisi klinis pasien membaik, gatal di seluruh tubuh
sudah tidak dialami
- Kondisi adik juga sudah membaik, gatal-gatal sudah tidak dialami, namun luka
bekas garukan masih.
- Pasien dan keluarga sudah mengerti mengenai penyakit scabies dan juga bisa
memberi informasimengenai penyakit tersebut kepada tetangga sekitar
- Evaluasi PHBS :
Keluarga pasien sudah mulai menjaga kebersihan diri dengan rajin mandi,
mengganti pakaian, dan memotong kuku
Ibu pasien sudah menjemur kasur setiap siang di bawah sinar matahari
Ibu pasien mencuci baju setiap 2 hari sekali namun belum menggunakan air
hangat
Pasien dan keluarga sudah menggunakan handuk masing-masing
Kondisi kamar masih gelap dan kurang pencahayaan
Ibu pasien mengatakanmulai membiasakan mencuci tangan sebelum masak
Mencuci tangan pakai sabun belum sepenuhnya dilakukan, terkadang masih
tidak menggunakan sabun setelah buang air besar
Ayah pasien menghentikan kebiasaan nya yang tidak sarapan, mengurangi
konsumsi kopi dan makanan pedas.
Intervensi:
Melakukan edukasi mengenai :
- Edukasi kepada keluarga tentang PHBS untuk tetap dibiasakan dan lebih
ditingkatkan, terutama kebersihan diri
- Memicu keluarga untuk membuat tempat pembuangan air limbah rumah tangga di
belakang rumah pasien
Kedatangan Evaluasi Kondisi pasien dan keluarga:
ketiga Saat kunjungan ketiga, keluhan gatal-gatal di seluruh tubuh sudah tidak di alami.
(Sabtu, 21 PHBS walapun belum maksimal dilakukan, namun pasien sudah muai mencoba
Okt 2017) perlahan-lahan

Evaluasi PHBS :
- Keluarga pasien sudah memiliki handuk masing-masing sehingga tidak bergantian
- Kebersihan rumah tetap dijaga oleh keluarga
- Ventilasi di kamar sudah dibuka dan pada siang hari pintu kamar selalu dibuka
agar cahaya dapat masuk
- Mulai membiasakan mencuci tangan pakai sabun.
F. KESIMPULAN
Kesimpulan Penatalaksanaan Pasien Keluarga Binaan
Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan pasien
1. Faktor internal
Pasien terbuka terhadap edukasi dan motivasi yang diberikan Pembina dan
mencoba untuk mengikuti nasehat yang diberikan pembina
Kesadaran pasien akan pentingnya kesehatan dan ada niat untuk berubah ke arah
hidup yang lebih sehat dengan mulai meningkatkan PHBS
2. Faktor eksternal
Dukungan dan perhatian keluarga terhadap kesehatan pasien dan setiap anggota
keluarga
Kepala keluarga dalam hal ini Tn.M merasa memiliki tanggung jawab untuk
menjamin kesehatan dalam keluarganya sekaligus sebagai pengambil keputusan
untuk membawa keluarganya yang sakit segera berobat

Faktor penghambat terselesaikannya masalah pasien


Pembuangan sampah cukup jauh dari rumah sehingga kadang sampah tetap
dibiarkan di belakang rumah jika anggota keluarga sibuk atau tidak bisa keluar
rumah karena hujan
Kebiasaan tidak mencuci tangan memakai sabun belum dilakukan dengan baik
sebelum makan maupun sesudah buang air besar.

Rencana penatalaksanaan pasien selanjutnya


Edukasi kepada pasien dan keluarga untuk mulai menerapkan PHBS khusunya di
rumah tangga, dan dilakukan secara perlahan-lahan namun berkelanjutan.
Mengajak keluarga pasien untuk terus bergaya hidup sehat dengan memperhatikan
kebersihan diri dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Lestari,A. Prinsip-Prinsip Kedokteran Keluarga. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Fakultas Kedokteran UNS

Prasetyawati, AE. 2012. Kedokteran Keluarga dan wawasannya. Fakltas Kedoktern

Universitas Sebelas Maret

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan

Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

Djuanda, A. Dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

Mansyur, M., Wibowo, AR., Maria, A., Munandar, A., Bdillah,A., Ramadora AF. 2006.

Pendekatan Kedoteran Keluarga pada Penatalaksanaan Skabies Anak Usia Pra

Sekolah. Jakarta : Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FK UI

Strong M., Jhonstone P. 2010. Intervations for treating scabies (Review). The Cochrane

Collaboration. Published by JohnWiley & Sons, Ltd : New York.

Anda mungkin juga menyukai