Anda di halaman 1dari 18

KULTUR PAKAN ALAMI

SEBAGAI PAKAN LARVA IKAN KERAPU

DINAS KETAHANAN PANGAN, KELAUTAN DAN PERTANIAN


PROVINSI DKI JAKARTA
PUSAT BUDIDAYA DAN KONSERVASI LAUT 1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas karunia Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat-
Nya Kultur Pakan Alami sebagai Pakan Larva Ikan Kerapu dapat diselesaikan dengan baik. Kultur Pakan
Alami sebagai Pakan Larva Ikan Kerapu ini merupakan gambaran dari teknik kultur pakan alami Balai
Benih Ikan Laut, Pusat Budidaya dan Konservasi Laut Provinsi DKI Jakarta untuk meningkatkan produksi
benih ikan.
Diharapkan tulisan ini dapat memberikan banyak manfaat bagi pembaca baik sebagai acuan
kultur pakan alami maupun pengetahuan tambahan. Kami sangat berterima kasih kepada pelaku budidaya
di Kepulauan Seribu yang banyak memberikan informasi serta pihak-pihak yang telah memberikan saran
dan bantuan dalam menyelesaikan Panduan Teknis Kultur Pakan Alami sebagai Pakan Larva Ikan Kerapu.

Jakarta, November 2017

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian

Darjamuni
NIP.196009291987031005
2
FITOPLANKTON
Fitoplankton merupakan organisme tumbuhan yang berukuran renik, bergerak mengikuti arah arus, dan
dapat melakukan proses fotosintesis karena memiliki klorofil. Selain berfungsi sebagai pakan, fitoplankton
juga berperan sebagai peneduh media dan penstabil kualitas air bagi hidup zooplankton. Salah satu
fitoplankton yang digunakan sebagai pakan hidup dalam pembenihan ikan kerapu yaitu Nannochloropsis
sp. karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Kandungan nutrisi tersebut meliputi; protein 52.11%,
karbohidrat 16.00%, lemak 27.65%, EPA 30.50%, total ⱷ3 HUFAs 42.70%, vitamin C 0.85%, dan klorofil a
0.89%.

Nannocloropsis sp.
3
Ekologi Fitoplankton

Sinar matahari merupakan energi Fitoplankton dalam proses


sebagai faktor pendukung yang fotosintesisnya membutuhkan
dibutuhkan oleh fitoplankton makronutrien berupa unsur
untuk membentuk makanannya Nitrogen, Posfat, besi, Kalium,
sendiri (Fotosintesis). Magnesium, Sulfur, Kalsium dan
Ketika mendapatkan Cahaya mikronutrien terdiri dari
Ketika berfotosintesis fitoplankton Matahari dan Nutrisi yang cukup
akan menghasilkan oksigen yang beberapa logam berupa unsur
maka Fitoplankton dapat tumbuh Boron, Mangan, Zinc, Cobalt,
dibutuhkan organisme lainnya di dan memperbanyak diri dengan
perairan. Molibdenum dan Cuprum.
baik.
KULTUR FITOPLANKTON
Nannochloropsis sp.
1) Persiapan Bak
a) Keringkan bak terlebih dahulu
b) Cuci dengan kaporit 30 gram dalam 1 ton ( bak dalam keadaan kering, dinding
disiram kaporit dan digosok,kemudian didiamkan selama 8 jam )
c) Rendam dengan menggunakan Natrium Thiosulfat sebanyak 15 gram dalam 1
ton selama 6 jam, kemudian kuras dan bilas dengan air sampai bersih, sampai
tidak ada kaporit tertinggal)
d) Tunggu sampai kering dengan dijemur kurang lebih selama 6 jam terik matahari
e) Bak diisi air ±80 % air dan diberi aerasi

5
KULTUR FITOPLANKTON
Nannochloropsis sp.
2) Proses Kultur Nannochloropsis sp. masukkan bibit fitoplankton yang sudah berumur
5 hari atau 6 hari sebanyak 20 % dari volume air (80 %) dengan cara disaring
menggunakan filter bag 2 buah/di double (volume air jadi 100 %)
3) Kemudian diberi pupuk 30 gram Urea, 20 gram ZA , 10 gram TSP untuk 1 ton air
(total volume air), dilakukan antara pukul 6 sampai 7 pagi
(Perbandingan pupuk yang diberikan Urea:ZA:TSP adalah 3:2:1)
4) Cek Perkembangan sampai hari ke 5 (D5)
(warna hijau pekat, dengan kepadatan individu ± 12 Juta/ml)
5) Siap panen ke bak kultur zooplankton (Rotifera)

6
KULTUR FITOPLANKTON
Nannochloropsis sp.
Urea

Bibit ZA
Fitoplankton TSP

Pembersihan atau pencucian bak Setelah terisi air yang sudah


dilakukan menggunakan kaporit Pada hari ke 5 setelah kultur
disterilkan, kemudian bibit kepadatan fitoplankton dapat
dan dinetralisir menggunakan fitoplankton yang berumur
Natrium Thiosulfat. ditandai dengan berubahnya
D5–D6 dimasukkan melalui warna air menjadi hijau pekat.
Selanjutnya bak kultur dikeringkan filter bag.
selama 6 jam dibawah panas Kemudian Fitoplankton dipanen
Pemupukan dengan pupuk dan dapat digunakan sebagai
matahari dan diisi air sebanyak Urea 30 gram, ZA 20 gram,
80% pakan rotifer atau larva ikan.
dan TSP 10 gram.
7
ZOOPLANKTON
Zooplankton atau plankton hewani merupakan suatu organisme yang berukuran kecil
yang hidupnya terombang-ambing oleh arus di laut. Zooplankton sebenarnya
termasuk golongan hewan perenang aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara
vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka sangat kecil
jika dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus itu sendiri. Banyak jenis zooplankton di
laut namun beberapa zooplankton jenis ini banyak dimanfaatkan sebagai pakan alami
yaitu Rotifera (Brachionus sp.) dan Artemia (Artemia sp.).

Rotifera Artemia
8
ROTIFERA (Brachionus sp.)
Rotifera merupakan pakan alami yang paling sering digunakan untuk pemeliharaan larva
ikan laut. Keunggulan rotifera antara lain kulturnya mudah dan dapat disisipi nutrisi
lainnya yang dibutuhkan larva ikan. Dalam siklus hidupnya rotifera dapat bertahan hidup
selama 12 – 19 hari. Ukuran panjang tubuh rotifer berkisar antara 60 – 273 µm dengan
lebar 92 – 170 µm. Rotifer bersifat omnivora, jenis makanannya terdiri dari perifiton,
nannoplankton, detritus dan semua partikel organik.

Protein Lemak EPA DHA HUFA

KANDUNGAN GIZI YANG DIBUTUHKAN LARVA IKAN KERAPU


9
KULTUR ZOOPLANKTON
Rotifera (Brachionus sp.)
1) Persiapan Bak
a) Keringkan bak terlebih dahulu
b) Cuci dengan kaporit 30 gram dalam 1 ton ( bak dalam keadaan kering, dinding
disiram kaporit dan digosok,kemudian didiamkan selama 8 jam )
c) Rendam dengan menggunakan Natrium Thiosulfat sebanyak 15 gram dalam 1
ton selama 6 jam, kemudian kuras dan bilas dengan air sampai bersih, sampai
tidak ada kaporit tertinggal)
d) Tunggu sampai kering dengan dijemur kurang lebih selama 6 jam terik matahari
e) Bak diisi air ±80 % air dan diberi aerasi

10
KULTUR ZOOPLANKTON
Rotifera (Brachionus sp.)
2) Air laut yang sudah disterilkan dimasukkan menggunakan filterbag sebanyak ¼ volum bak
3) Masukan fitoplankton sebanyak 100 liter kepadatan 12 juta sel/ml atau sampai warna air
kehijau-hijauan
4) Kultur bibit zooplankton 15 liter/bak, ± 6 hari pada hari ke 2 pagi dan sore hari air
ditambahkan ke dalam wadah kultur sampai volume 50%
5) Masukan 100 liter fitoplankton sebagai pakan rotifer, rutin selama pemeliharaan
6) Proses Panen
a) Setelah 5-6 hari air berwarna kemerah-merahan
b) Kemudian tampung pada wadah menggunakan plankton net ukuran 50 mikron dan
100 mikron untuk membedakan ukuran
c) Rotifera yang sudah tersaring dibilas, kemudian siap digunakan untuk pakan larva
ikan

11
KULTUR ZOOPLANKTON
Bibit
Rotifer
Bibit
Fitoplankton

Pencucian bak dilakukan Setelah terisi dengan air kemudian Proses pemanenan zooplankton
menggunakan kaporit dan dimasukan bibit fitoplankton yang dilakukan pada hari ke 5 dengan
dinetralisir menggunakan berumur D5 – D6 sebanyak 100 indikasi air berwarna kemerahan.
Natrium Thiosulfat. liter dan bibit rotifer sebanyak 15 Pemanenan dilakukan dengan cara
Selanjutnya bak kultur liter. Pemasukan bibit fitoplankton disaring menggunakan planktonet
dikeringkan selama 6 jam sebagai pakan dilakukan rutin ukuran 50 dan 100 µm.
dibawah panas matahari selama pemeliharaan zooplankton.
dan diisi air sebanyak 80%.
12
ARTEMIA (Artemia sp.)
Artemia merupakan organisme yang telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi bagi berbagai larva udang maupun ikan di balai pembenihan. Naupli artemia dapat
diperoleh dengan dua cara yaitu langsung dari telur menetas yang keluar dari induk,
maupun dari telur dorman (cyste) yang ditetaskan. Warna dan pergerakannya menjadi
faktor rangsangan bagi larva ikan untuk aktif memangsa. Artemia merupakan jenis
crustacea yang hidup dengan kadar salinitas tinggi.

Protein Karbohidrat Lemak Abu Kalori


40 – 50% 15 – 20% 15 – 20% 2 – 4% 50 – 55%

KANDUNGAN GIZI YANG DIBUTUHKAN LARVA IKAN KERAPU


13
SIKLUS HIDUP ARTEMIA
Artemia merupakan makhluk hidup
yang sangat unik dimana telur tidak
akan menetas jika tidak dalam kondisi
optimal yang dibutuhkan oleh bakal
larva, fase ini disebut Dorman.

Ketika telah menetas siklus hidup


artemia seperti udang dimana
melewati tahap-tahap nauplii, zoea,
mysis, dan kemudian artemia dewasa
dan siap memijah untuk bertelur
kembali.

Artemia yang banyak dijual secara


konvensional merupakan siste/cyste
(telur) dan perlu upaya kultur untuk
menetaskan siste menjadi naupli
artemia.

14
KULTUR ARTEMIA
(Artemia sp.)
1) Persiapan bak
a) Bak Conical tank dicuci menggunakan larutan kaporit 40 gram per 20 liter air laut
b) Bilas 2 kali sampai bau kaporit berkurang menggunakan Natrium Thiosulfat
c) Keringkan bak selama 24 jam

2) Bibit Artemia
Masukkan ±10 gram bibit artemia ke conical tank dengan air ±15 liter dan tambahkan aerasi kuat

3) Tutup conical tank dengan warna gelap, tunggu 24 jam untuk pemanenan dengan kondisi sebagai
berikut
a) Posisi cangkang berada di lapisan atas air
b) Artemia berkumpul di bagian bawah
c) Setelah 24 jam, ambil artemia di bahu keran bawah
d) Cuci artemia dengan air tawar sampai bersih
e) Pindahkan artemia ke ember dan diaerasi
15
KULTUR ARTEMIA
(Artemia sp.)
Cyste
Artemia

Cangkang telur artemia


CONICAL TANK
CONICAL TANK

Artemia

Keran pemanenan artemia


Conical tank dicuci menggunakan
larutan kaporit 40 gram/l dan Setelah 24 jam artemia akan menetas dan
dibilas menggunakan larutan Masukan siste artemia 5 gr/liter, siap dipanen. Pemanenan dilakukan dengan
Natrium Thiosulfat hingga bersih kemudian ditambahkan aerasi membuka keran conical tank yang ada di
dan dikeringkan selama 24 jam kuat dan ditutup rapat serta bawah karena artemia akan berkumpul di
didiamkan selama 24 jam dasar dan disaring menggunakan plankton
net.
16
CARA PEMBERIAN PAKAN ALAMI PADA LARVA
Frekuensi pemberian pakan larva ikan terbagi menjadi 4 yaitu D2 – D30; D2 – D30; D16 – D30;
dan D20 – D45 sebelum dipanen untuk dipindahkan ke tahap Larva Rearing.

D2 D30 D2 D30 D16 D30 D20 D45

Fitoplankton Rotifer, Artemia, dan


Fitoplankton dan Rotifer Rotifer dan Artemia
(Nannochloropsis sp.) Pellet

a) Rotifer ukuran SS
Artemia a) Pellet ukuran <198 µm
(5 – 7 indv/ml)
(0,2 – 0,5 ind/ml) b) Pellet ukuran 198 – 308 µm
b) Rotifer ukuran S
c) Pellet ukuran 308 – 476 µm
(8 – 10 ind/ml)
c) Rotifer ukuran SM
(>15 ind/ml)
17
Team Penyusun :

R. Una Rusmana
Februry Yandini
Azril Aziz
Rahmayani
Hamelia Priliska
Haris Achmad Nugrahadi
Ading Nurdin
Muhamad Rois

DINAS KETAHANAN PANGAN, KELAUTAN DAN PERTANIAN


PROVINSI DKI JAKARTA
PUSAT BUDIDAYA DAN KONSERVASI LAUT
18

Anda mungkin juga menyukai