Anda di halaman 1dari 18

BUDIDAYA IKAN PATIN

Kelompok 7

- Ramawira Arsyad
- Sekar Sari A.
- Najla Maharani
A.Latar belakang
Sejarah ikan patin
◦ Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih
perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi
yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang
menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha
untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan
tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai
panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan
perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak
mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk
membesarkan ikan ini.Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal,
warna putih seperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif
kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas
golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang
berfungsi sebagai peraba.Penangkaran ikan patin banyak terdapat di Lampung,
Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan.
◦ Jenis-jenis ikan patin
1. Pangasius Nieuwenhuissi
Ikan patin Pangasius Nieuwenhuissi adalah spesies yang berasal dari Jawa,Sumatra dan
Kalimantan. Panjang ikan ini biasanya bisa mencapai sekitar 60 cm. Selain memiliki
moncong yang runcing, Pangasius Nieuwenhuissi juga memiliki gigi yang bersatu dalam
dengan bidang yang lebar. Cukup unik bukan jika di bayangkan.
◦ 2. Pangasius Macronema
Jenis ikan patin Pangasius Macronema memiliki nama lain di kalangan masyarakat yaitu
ikan riu,rios, lancang atau jaura. Ikan yang berasal dari Kalimantan barat ini memiliki
ukuran yang relatif kecil yaitu sekitar 20 cm. Uniknya ikan ini memiliki sungut yang lebih
panjang dari pada panjang kepalanya. Gigi dari ikan jenis ini pun juga tidak kalah unik
yaitu memiliki gigi veromine yang terpisah-pisah dan ada 37-45 sisir saring tipis di
lengkung insang yang pertama.
◦ 3. Pangasius Micronemus
Ikan patin jenis Pangasius Micronemus atau ikan patin wakalatau rius caring ini tersebar
di Kepulauan Sunda dan Thailand. Ikan jenis ini memiliki panjang tubuh mencapai 60
cm. Selain memiliki sungut rahang atas yang memanjang hingga pinggiran belakang
mata, ikan ini juga memiliki mata yang sangat besar sekitar seprempat panjang
kepala ukurannya. Moncongnya yang berbentuk persegi ini juga menjadi ciri khas dari
spesies jenis ini. Di tambah tonjolan tulang lengan pada pangkal sirip yang pendek.
4. Pangasius Nasutus
Jenis ikan patin yang satu ini berasal dari Jawa,Sumatra,Kalimantan dan Malaysia. Ikan
ini memiliki ukuran yang relatif panjang hingga 90 cm. Memiliki gigi veromine, yaitu gigi
yang letaknya di atas tepatnya di atas langit-langit di rongga mulut dan berada di
belakang gigi utama, bentuknya seperti bulu halus dan fungsinya adalah untuk
mencengkram makanan. Matanya berada di atas garis sudut mulut dan memiliki ukuran
yang kecil.
◦ 5. Pangasius Polyuranodon
Ikan yang satu ini memiliki punggung yang agak kehitaman dan bentuk tubuh yang
cukup tinggi dan berwarna putih. Memiliki sungut peraba di bawah rahang dan
pendek. Kepalanya juga memiliki ukuran yang relatif kecil. Ikan ini juga memiliki 7 jari-jari
lunak dan 2 jari-jari keras pada sirip punggungnya. Panjang jenis ikan ini mencapai 50
cm dan tersebar di daerah Sumatra,Jawa, Kalimantan dan Thailand.
◦ 6. Helicophagus Wandersii
Ikan Helicophagus Wandersii berasal dari Sumatra dan Kalimantan Timur. Dengan warna
agak putih dan sirip kemerahan juga ukuran panjang sekitar 50 cm
◦ 7.Pangasius Lithostoma
Pangasius Lithosoma adalah ikan yang berasal dari Kalimantan dan memiliki ukuran
yang tidak terlalu panjang di banding ikan patin lainnya yaitu mencapi 20 cm. Memiliki
moncong yang tebal dan sedikit panjang dengan sirip di bawah perut.
B. Penanaman Benih
Untuk penebaran benih, jumlah idealnya adalah 80-300 ekor permeter dengan air 1000
cm. Penanaman benih yang kami akan coba sebanyak 5.000 benih.
C. Pakan atau Makanan
Ikan patin merupakan ikan yang rakus. Frekuensi dalam pemberian pangan cukup
pagi, siang, dan malam hari. Pakan yang diberikan adalah berupa pelet ikan. Dalam
sehari ikan membutuhkan setengah kilogram pelet, dan jika di kalikan sebulan maka
menjadi 15 kilogram pelet. 1kg pelet di hargain dengan Rp.10,000 maka untuk 15kg
adalah 10.000 + 15kg= Rp.150,000 dalam sebulan.
D. Pemijahan dan Pedederan
◦ Pemijahan ikan patin
Secara umum, pemijahan ikan dapat dibedakan menjadi pemijahan alami dan
pemijaha buatan. Pemijahan alami dilakukan terhadap jenis-jenis ikan yang mudah
dipijahkan sepanjang tahun, sedangkan pemijahan buatan dilakukan terhadap ikan-
ikan yang sulit memijah karena lingkungannya yang tidak sesuai.
Ikan patin termasuk salah satu jenis yang sulit dipijahkan secara alami, karena sulit
menciptakan atau memanipulasi lingkungan sesuai dengan habitatnya di alam. Karena
itu, pemijahan ikan patin dapat dilakukan secara buatan dengan ransangan
menggunakan kelenjar hipofisa.
◦ Pendederan ikan patin
Pendederan dilakukan untuk menghasilkan benih yang berukuran lebih besar. Untuk
kegiatan pembesaran yang ditujukan untuk menghasilkan ikan konsumsi, benih yang
dibutuhkan biasanya berukuran > 50 g/ekor, terutama untuk pemeliharaan di keramba
jaring apung (KJA), keramba, hampang. Benih ukuran tersebut sudah dapat berenang
di perairan yang agak dalam dan tidak lolos ke luar melalui lubang jaring pada KJA.
Biasanya, kegiatan pendederan dilakukan di kolam tanah sehingga menghemat biaya
pakan. Dengan pengolahan tanah yang baik dan pemupukan yang cukup, pakan
alami akan melimpah didalam kolam sehingga benih memperolah pasokan pakan
yang cukup. Pada kolam terpal, pemupukan tidak dapat dilakukan sehingga benih
patin hanya memperolah pakan yang dipasok oleh pembudi daya.
◦ Pendederan patin di kolam terpal sebaiknya dimulai dari benih berumur > 30 hari. Benih
berumur > 30 hari sudah dapat beradaptasi dengan pakan buatan. Benih di tebar
dengan kepadatan 100-200 ekor/meter persegi dengan kedalaman air kolam antara 40-
60 cm. Selama pemeliharaan, benih diberi pakan pelet yang dihaluskan berbentuk
tepung. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3-5% dari total berat badan ikan.
Pemberian pakan dilakukan 405 kali sehari, yang dibrikan pada pagi, siang, sore, dan
malam hari. Seperti ikan lainya, patin dilatih untuk makan pada waktu dan tempat
tertentu.
◦ Pakan untuk benih patin sebaiknya mengandungprotein 30-35%. Ini karena benih patin
membutuhkan protein yang banyakuntuk tumbuh. Di alam, benih memakan berbagai
planktonyang terdiri dari hewan dan tumbuhan yang mengandung protein tinggi.
◦ Untuk mencegah benih patin terserang penyakit, sebaiknya benih patin tersebut diberi
vitamin C dosis 250-500 mg/kg berat tubuh selama beberapa hari sebagai imonustimulan
atau diberikan lipo polisakari 10 mg/1 untuk mempertahankan stamina benih.
◦ Kolam juga harus dijaga kebersihannya sehingga tidak menjadi sarang penyakit. Sisa
pakan dan kotoran ikan di dasar kolam terpel secara rutin di bersihkan dengan
melakukan penyifonan setiap 10-20 hari sekali. Penyifonan dilakukan menggunakan
selang. Ujung selang yang satu dimasukkan kedalam kolam, sedangkan ujung yang
lainya diletakkan ditempat yang lebih rendah dari dasar kolam, kemudian sedot
hingga air kolam mengalir sambil ujung selang didalam kolam digeser/digerak-
gerakkan hingga endapan kolam tersedot keluar bersama air dasar kolam.Hal
tersebut dilakukan di seluruh bagian kolam hingga air yang keluar tidak
mengandung endapan lagi. Jika sudah berpengalaman, sifon hanya mengeluarkan
air 20-30 cm saja. Setelah itu, air kolam ditambah air baru hingga ketinggianya
separti semula.
◦ Bila oksigen sangat minimal (misalnya, <3 ppm) maka perlu diaerasi untuk
menambah suplai oksigen terlarut. Bila suhu udara cukup dingin maka diatas
permukaan air dapat dipasang lampu bohlam berdaya 40-60 watt. Sebaliknya, bila
suhu terlalu panas pada siang hari, segera lakukan pendinginan dengan memasang
pelepah daun kelapa di atas kolam atau dapat pula menggunakan daun pisang.
Untuk menghasilkan benih ukuran 50 g/ekor, dibutuhkan waktu pemeliharaan2-2,5
bulan. Benih ukuran 50 g dibutuhkan oleh pembudi daya untuk pembesaran KJA.
Patin ukuran tersebut juga dapat dipasang di akuarium sebagai ikan hias.
E. Masa Panen
◦ Ikan patin akan lebih berpotensi terkena luka jika anda melakukan penangkapan kala
panen menggunakan jala apung, Sebaiknya arah yang dipakai adalah dari arah hilir
yang pada akhirnya beranjak ke arah hulu. Kematian ikan dapat di hindari dengan
penangkapan cara ini karena ikan tetap mendapatkan pasukan oksigen dan air
segar.
◦ Para benih ikan yang telah di pelihara dan berkembang menjadi induk ikan maka
sudah bisa di panen biasanya dalam waktu 6 bulananan.
F. Biaya Produksi
◦ pembelian bibit: 5000 ekor x 400 ribu rupiah = Rp. 2.000.000,-.
◦ pembelian pelet: 5 sak x 150.000 rupiah = Rp. 750.000,-
Total biaya produksi = Rp. 2.750.000,-

◦ Hasil Panen:
(perkiraan mortalitas 15% dari total bibit): 15% x 5000 ekor = 750 ekor.
5.000 ekor – 750 ekor = 4.250 ekor ikan

◦ Masa panen ikan yang hidup x jumlah perkilo ikan x harga perkilo
4.250 ekor x 3 x 12.000 = 153.000.000
◦ Maka keuntungan yang bisa diperoleh:
Rp.153.000.000 – Rp. 2.750.000 = Rp. 150.250.000

Anda mungkin juga menyukai