Anda di halaman 1dari 14

Kegawatdaruratan

Hipertensi

dr. Bambang Hady Prabowo, MM.


Latar Belakang
 Dari populasi Hipertensi (HT), ditaksir 70%
menderita HT ringan, 20% HT sedang dan
10% HT berat.
 Pada setiap jenis HT ini dapat timbul krisis
hipertensi dimana tekanan darah (TD)
diastolik sangat meningkat sampai 120 – 130
mmHg.
 JNC membagi krisis HT menjadi 2 golongan
yaitu :
◦ Hipertensi emergensi (darurat)
◦ Hipertensi urgensi (mendesak)
Definisi
 Hipertensi atau tekananan darah tinggi
merupakan gangguan pada sistem
peredaran darah yang dapat menyebabkan
kenaikan tekanan darah di atas nilai
normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg.
Klasifikasi Hipertensi
Faktor Risiko Hipertensi
 Berusia di atas 65 tahun.
 Mengonsumsi banyak garam.
 Kelebihan berat badan.
 Memiliki keluarga dengan hipertensi.
 Kurang makan buah dan sayuran.
 Jarang berolahraga.
 Minum terlalu banyak kopi (atau minuman
lain yang mengandung kafein).
 Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras.
Krisis Hipertensi
 Krisis hipertensi merupakan suatu sindrom
klinis dengan tanda khas berupa kenaikan
tekanan darah sistolik dan diastolik secara
tiba-tiba dan progresif.
 Membedakan kedua golongan krisis HT ini
bukanlah dari tingginya TD, tapi dari
kerusakan organ sasaran.
 HT emergensi dan urgensi perlu dibedakan
karena cara penanggulangan keduanya
berbeda.
 Klasifikasikan Krisis hipertensi :
◦ Hipertensi emergensi (darurat) ditandai
dengan TD Diastolik > 120 mmHg, disertai
kerusakan berat dari organ sasaran yang
disebabkan oleh satu atau lebih
penyakit/kondisi akut.  ICU
◦ Hipertensi urgensi (mendesak), TD diastolik >
120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakan/komplikasi minimum dari organ
sasaran.  RS / Klinik
Gejala Klinis Krisis Hipertensi
 Sakit kepala, hilang/ kabur penglihatan, kejang,
defisit neurologis fokal, gangguan kesadaran
(somnolen, sopor, coma).
 Funduskopi berupa perdarahan retina, eksudat
retina, edema papil.
 Nyeri dada, edema paru.
 Azotemia, proteinuria, oligouria.
 Preklampsia dgn gejala berupa gangguan
penglihatan, sakit kepala hebat, kejang, nyeri
abdomen kuadran atas, gagal jantung kongestif dan
oliguri, serta gangguan kesadaran/ gangguan
serebrovaskuler
Tujuan Pengobatan.
 Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya
menurunkan tekanan darah, tetapi
mencegah/memperbaiki kelainan
fungsional dan structural yang terjadi
akibat hipertensinya (komplikasi organ
sasaran).
Penatalaksanaan
 Bila diagnosa hipertens emergensi telah
ditegakkan, maka Tekanan Darah (TD)
perlu diturunkan secara bertahap.
 Tujuan penurunan TD bukanlah untuk
mendapatkan TD normal, tetapi lebih
untuk mendapatkan penurunan tekanan
darah yang terkendali.
 TD secara bertahap diusahakan mencapai
normal dalam satu atau dua minggu.

Anda mungkin juga menyukai