Anda di halaman 1dari 105

ANALISIS FISIKOKIMIA-II

(11-6228)

Waktu pertemuan: - 2 x 50 menit


Dosen pengampu : - Ryanto Budiono, Drs., MSi.
- Ratih, SFarm., MFarm.
- Soediatmoko Soediman

1
SYARAT MENGIKUTI UTS ATAU UAS

• Jumlah kehadiran minimal: SESUAI PERATURAN


UNIVERSITAS/FAKULTAS
• Sistem pembelajaran: - kuliah
• - tanya-jawab
• - kuis
• Kuis minimal 1 x masa UTS dan 1 x masa UAS
dengan nilai masing-masing 10 (sepuluh) %.
• NILAI AKHIR TERDIRI DARI:
• UTS: 40%
• UAS: 60%
2
BUKU BACAAN
• 1. NANANG PRIYATNA, 2011, ………………
• 2. DASLI NOERDIN, 1968, ELUSIDASI STRUKTUR
SENYAWA ORGANIK, Dengan Cara Spektroskopi
Ultra Lembayung dan Infra Merah, Angkasa, Bandung
• 3. SUDJADI, 1983, PENENTUAN STRUKTUR
SENYAWA ORGANIK, Ghalia Indonesia, Jakarta.
• 4. PAVIA, DONALD; GARY M. LAMPMAN; GEORGE S.
KRIZ, Jr., 1979, INTRODUCTION TO SPECTROSCOPY:
A Guide for Students of Organic Chemistry, Saunders
College, Philadelphia.

3
PENDAHULUAN

• RUMUS EMPIRIS DAN RUMUS MOLEKUL

• CONTOH:
1 (satu) molekul gula (glukose) tersusun dari 24 buah
atom, terdiri dari:
- 6 atom karbon (C)
- 12 atom hidrogen (H)
- 6 atom oksigen (O)
RUMUS MOLEKUL GLUKOSE: C6H12O6

4
• Perbandingan terkecil antara atom C : H : O, sebagai
penyusun molekul glukose adalah: 1 : 2 : 1, maka:
RUMUS EMPIRIS Glukose adalah:
C (1) H(2) O(1) = (CH2O)

1 molekul air tersusun dari 3 buah atom, terdiri dari:


- 2 atom Hidrogen (H)
- 1 atom Oksigen (O)
rumus molekul air adalah: H2O
Rumus empiris air adalah: H (2) O (1) = (H2O)

5
DEFINISI UMUM:

• RUMUS EMPIRIS suatu senyawa adalah:


• Rumus yang menyatakan perbandingan terkecil
masing-masing atom unsur yang menyusun molekul
senyawa tersebut.

• RUMUS MOLEKUL suatu senyawa adalah:


• Rumus yang menyatakan jumlah masing-masing
atom unsur yang menyusun satu molekul senyawa
tersebut.

6
CARA MENENTUKAN RUMUS EMPIRIS
SUATU SENYAWA
1. Carilah perbandingan berat atau persentase berat
masing-masing unsur penyusun senyawa.

2. Bagilah masing-masing angka dengan Berat Atom


(Ar) unsur yang bersangkutan.

Maka akan diperoleh perbandingan jumlah


molekul dari masing-masing unsur penyusun
senyawa → RUMUS EMPIRIS

7
Contoh:
a. Suatu senyawa mengandung 75% karbon (C), dan 25%
hidrogen (H)
• Ar: C = 12; H = 1
• Tentukan rumus empiris senyawa tersebut.
• Jawab:
• %berat C : % berat H = 75 : 25
• Molekul C : molekul H = 75/12 : 25/1
= 6,25 : 25
=1:4
Jadi Rumus Empiris senyawa adalah: C (1) H (4)
= ( CH4 )

8
b. 40 gram suatu senyawa tersusun dari 28 gram besi
(Fe) dan 12 gram oksigen (O)
• Ar Fe = 56; O = 16
• Tentukan rumus empiris senyawa tersebut.

• Jawab:
• Berat Fe : berat O = 28 : 12
• Molekul Fe : molekul O = 28/56 : 12/16
• = 0,50 : 0,75
=2:3
Rumus Empiris = Fe (2) O (3) = Fe2O3
9
CARA MENENTUKAN RUMUS MOLEKUL
• Rumus molekul dan rumus empiris suatu senyawa
kadang-kadang sama, tetapi pada umumnya tidak
sama.

• Rumus molekul merupakan kelipatan Rumus empiris


Jika senyawa mempunyai rumus empiris NO2, maka
rumus molekulnya = (NO2) n. Jika n = 2; maka rumus
molekulnya menjadi: N2O4;
• Jika n = 3; maka rumus molekulnya menjadi: N3O6 dst.

• Untuk menentukan rumus molekul secara pasti, perlu


diketahui Berat Molekul (Mr) dari senyawa tersebut.

10
• Sebelum menentukan Rumus Molekul, perlu
diketahui terlebih dahulu dua hal:

1. Rumus Empiris Senyawa,


2. Berat Molekul (Mr) Senyawa.

Contoh:
c. Suatu senyawa mempunyai Rumus Empiris: NO2,
mempunyai BM (Mr) = 92. (Ar N = 14; O = 16).
Tentukan Rumus Molekul senyawa tersebut.

11
• Jawab:
{NO2}n = 92
{14 + (16 x 2)}n = 92
{14 + 32}n = 92
{46)n = 92
n = 92:46 = 2
Maka Rumus Molekol = (NO2)n
= (NO2)2
= N2O4

12
d. Rumus Empiris suatu senyawa adalah CH2O.
Jika 0,3 mol. senyawa tsb. mempunyai massa
= 45 g; Tentukan Rumus Molekulnya.
(C = 12; H = 1; O =16)

Jawab:
Mr atau BM = gram/mol. = 45/0,3 = 150.
{CH2O}n = 150, maka n = 5
Rumus Molekul: (CH2O)n = (CH2O)5 = C5H10O5

13
e. Senyawa tersusun dari 84% Karbon (C) dan 16%
Hidrogen (H). (C = 12; H =1)
Jika Mr senyawa = 100, tentukan Rumus
Molekulnya.

Jawab:
%berat C : %berat H = 84 : 16
mol. C : mol. H = 84/12 : 16/1 = 7 : 16
Rumus Empiris senyawa = C7H16;
(C7H16)n = 100; (100)n = 100, maka: n =1
Rumus Molekul senyawa = C7H16

14
SPEKTROFOTOMETRI - UV
• Beberapa istilah dalam Spektrofotometri:
• Pergeseran Batokromik; Hipsokromik, dan efek
Hiperkromik serta Hipokromik.
1. Pegeseran Batokromik (Bathochromic Shift = Red
Shift) adalah pergeseran menuju frekuensi yang
lebih rendah; panjang gelombang () lebih tinggi
2.Pergeseran Hipsokromik (Hypsochromic Shift =
Blue Shift) adalah pergeseran menuju frekuensi
lebih tinggi; panjang gelombang () lebih rendah.

15
3. Efek Hiperkromik (Hyperchromic Effect) adalah
terjadinya peningkatan terhadap intensitas.
4. Efek Hipokromik (Hypochromic Effect) adalah
terjadinya penurunan terhadap intensitas.

Terjadinya hal-hal di atas adalah sebagai akibat


dari adanya pengaruh substituen.

Dapat digambarkan sebagai berikut:

16
HIPERKROMIK

HIPSOKROMIK BATOKROMIK
Abs.

HIPOKROMIK
 100 200 300 400 500 600 700

BLUE RED

17
PENGARUH KONJUGASI TERHADAP
PANJANG GELOMBANG ()
hv Jika konjugasi bertambah, maka
E frekuensi akan turun sehingga 
λ
makin tinggi.

Contoh:

Spektra UV dari Dimetilpoliena


(CH3(CH=CH)nCH3
A: n=3
B: n=4
C: n=5

18
Log 
5,5

5,0
B
A
4,5

4,0

3,5

3,0

0,0
200 300 380
Panjang gelombang () nm

19
PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA ORGANIK
YANG TAK DIKETAHUI
• Dalam hal ini, penentuan struktur merupakan
penggabungan dari berbagai macam “potongan-
potongan gambar” yang “berasal dari satu gambar”,
sehingga akan dihasilkan gambaran yang utuh dari
struktur dimaksud.
• TIDAK ADA SATUPUN TEKNIK TUNGGAL yang dapat
memberikan suatu gambaran yang utuh dari suatu
senyawa.
• Oleh karena itu, spektrum UV inipun tidak akan dapat
menunjukkan gambaran suatu senyawa secara utuh.

20
• Kegunaan yang utama adalah untuk
menunjukkan atau mengidentifikasi jenis-jenis
kromofor dan menunjukkan adanya konjugasi
dalam molekul atau senyawa.

21
ATURAN –ATURAN YANG DIGUNAKAN
UNTUK MENENTUKAN  maksimum
• Aturan 1:
• a. Jika spektrum memberikan intensitas rendah ( = 10 –
100) pada daerah 270 – 350 nm, serta tidak ada pita
serapan lain di atas 200 nm, maka dapat diharapkan
senyawa mengandung kromofor tak terkonjugasi
sederhana yang mempunyai elektron –n. Pita lemah ini
terjadi karena transisi dari n - *.

• b. Jika spektrum bermacam-macam, diantaranya berada di


daerah tampak, maka diharapkan senyawa mengandung
rantai panjang terkonjgasi atau kromofor aromatik
polisiklik.

22
Jika larutannya berwarna, kemungkinan mempunyai 4 – 5
gugus kromofor terkonjugasi dan gugus auksokrom.
(Perkecualian: senyawa yang mengandung nitrogen,
misalnya diazo, senyawa nitro, nitroso, -diketon, glioksal
dan iodoform).

Aturan 2:
Menunjukkan adanya hubungan antara intensitas pita serapan
utama dengan pita  maks., dan panjang konjugasi atau daerah
terjadinya konjugasi kromofor.

a. Jika harga  antara 10.000 – 20.000, umumnya


menunjukkan adanya keton tak jenuh sederhana - , 
atau di-ena

23
• b. Pita-pita serapan yang mempunyai harga antara 1.000 – 10.000,
biasanya menunjukkan adanya sistem aromatik. Substitusi pada
inti oleh gugus fungsi yang memperpanjang kromofor, membe -
rikan pita serapan dengan  besar sekitar 10.000.

• c. Pita-pita serapan dengan   100, menandakan adanya transisi


dari n - *

• Catatan: Gambaran Sederhana Transisi Elektronik


• *

• *

• n

• 

• 

24
• Aturan 3:
• Perhitungan  maksimum dari senyawa tak
jenuh
Di-ena dan Tri-ena:
Untuk senyawa yang diduga di-ena
terkonjugasi atau tersubstitusi,  maks.
(teoritis) dapat dihitung berdasarkan tabel.
Untuk mempermudah penggunaan tabel,
maka perlu diketahui tentang jenis-jenis di-
ena yang berbeda, konjugasi, ikatan ganda dll.

25
• a. Konjugasi linier, al.: 1,3,5-heksatriena;
isoprena dll.

CC CC
CC
H

26
• b. Konjugasi berseberangan:

C C
HC C
HC C

27
• c. Diena siklik, al.: sikloheksadiena; siklohepta
1,3 diena dll.

28
• d. Diena semisiklik, yang mana salah satu
ikatan ganda membentuk sebagian cincin
lingkar dan ikatan ganda yang lain di luar
lingkar (bila hanya satu dari kedua karbon
hibrida sp2 ikatan ganda tsb. membentuk
cincin, ikatan ganda seperti ini dinamakan
ikatan ganda eksosiklik atau luar lingkar).

29
• Diena semisiklik

• Diena homoanular adalah diena dimana kedua


ikatan ganda tsb. terkonjugasi dalam satu
lingkar yang sama.

30
• Misal: 1,3 sikloheksana (ingat bahwa kedua
ikatan ganda tsb. adalah eksosiklik terhadap
lingkar B).

A
B

31
• f. Diena heteroanular

A
B

32
TABEL-I
Aturan Woodward untuk serapan
Diena dan Triena
NAMA IKATAN maksimum (nm)
Diena heteroanular (1) 214
Diena homoanular (2) 253
Penambahan untuk:
a. Setiap substituen alkil atau 5
sisa lingkar
b. Setiap ikatan rangkap luar 5
lingkar (eksosiklik)
c. Perpanjangan dengan satu 30
ikatan rangkap
33
NAMA IKATAN maksimum (nm)
d. Auksokrom:
- O-asil; -O-CO-R; O-CO-Ar 0
- O-alkil; -OR 6
- S-alkil;-SR 30
- Cl; -Br 5
- N-(alkil)2; -N-RR’ 60

(1) Sistem diena yang tidak termasuk pada struktur lingkar


(2) Sistem diena pada struktur lingkar

34
Modifikasi aturan Woodward untuk serapan
keton dan aldehida tak jenuh
CATATAN:

   

2
H
CCC
CCO
HH
HH
HARGA  maksimum PADA UMUMNYA  10.000,
DAN BERTAMBAH BESAR DENGAN MAKIN
PANJANGNYA SISTEM TERKONJUGASI

35
TABEL-II
Modifikasi aturan Woodward untuk serapan
keton dan aldehida tak jenuh

NAMA IKATAN maksimum (nm)


Sistem induk , -tak jenuh
keton cincin 6 atau keton 215
siklik, atau keton tanpa lingkar
,  tak jenuh
Sistem induk , -tak jenuh 202
keton cincin 5
Sistem induk aldehida , -tak 207
jenuh

36
NAMA IKATAN maksimum (nm)
Penambahan untuk:
a. Ikatan ganda yang
menambah panjang 30
konjugasi
b. Setiap substituen Alkil:
 10
 12
 dan lebih tinggi 18
c. Setiap substituen:
- OH  35
- OH  30
- OH  50

37
NAMA IKATAN maksimum (nm)
Penambahan untuk:
- O-AsiI - , -  dan -  6
- O-Metil
- 35
- 30
- 17
- 31
- S-Alkil - 85
- Cl - 15
- 12
- Br - 25
- 30

38
NAMA IKATAN maksimum (nm)
- NR2 - 95
d. Setiap ikatan ganda luar 5
lingkar(eksosiklik)

e. Komponen Diena 39
homoanular

-etanol (terhitung) : (jumlah)


maks.

39
• Untuk  maksimum dalam pelarut yang lain,
mengalami koreksi seperti pada Tabel III.

40
Untuk  maksimum aldehida dan keton
,  tak jenuh dalam pelarut yang lain,
mengalami koreksi seperti pada: Tabel-III
PELARUT KOREKSI (nm)
- Etanol 0
- Metanol 0
- Dioksan +5
- Kloroform +1
- Eter +7
- Air -8
- Heksana + 11
- Sikloheksana + 11
41
Contoh:
• Berapakah substituen yang melakat pada
molekul di bawah ini ?
• Apakah terdapat perpanjangan sistem
terkonjugasi ?
• Apakah ada ikatan rangkap luar lingkar ?

H
C
3
42
• Jawab:

H3C

• Terdapat tiga substituen (2 sisa lingkar dan


1 substituen alkil)
• Tidak terdapat parpanjangan ikatan rangkap
terkonjugasi
• Tidak terdapat ikatan rangkap luar lingkar
43
• Berapakah substituen yang melekat pada C
ikatan rangkap dalam sistem terkonjugasi ?
• Apakah terdapat ikatan rangkap luar lingkar ?

C
H
3

AB

44
• Jawab:
CH3

A B

• Terdapat 4 substituen (3 sisa lingkar dan


1 substituen alkil)
Terdapat dua perpanjangan ikatan ganda luar
lingkar (terhadap lingkar A)
Terdapat 1 perpanjangan ikatan terkonjugasi

45
Perhitungan maks.
• Contoh:

46
• Jawab:
• Sistem induk (heteroanular) : 214 nm
• Sisa lingkar (4 x 5) : 20 nm
• Ikatan ganda luar lingkar
(2 x 5) terhadap lingkar A/B : 10 nm

maks. perhitungan : 244 nm


maks. pengamatan : 247 nm

47
C

A B

48
• Jawab:
• Sistem induk (homoanular-B) : 253 nm
• Sisa lingkar (5 x 5) : 25 nm
• Ikatan ganda luar lingkar
(3 x 5) terhadap lingkar A : 15 nm
Perpanjangan ikatan ganda
Terkonjugasi (1 x 30) : 30 nm

maks. perhitungan : 323 nm


maks. pengamatan : 320 nm
49
• Asam abietik:

50
• Jawab:
• Sistem induk (heteroanular) : 214 nm
• Sisa lingkar (3 x 5) : 15 nm
• Subst. alkil (1 x 5) : 5 nm
• Ikatan ganda luar lingkar : 5 nm

• maks. perhitungan : 239 nm


• maks. pengamatan : 241 nm

51
• Ergosterol

C D

A B

52
• Jawab:
• Sistem induk : 253 nm
• Sisa lingkar : 20 nm
• Ikatan ganda luar lingkar : 10 nm

• maks. perhitungan : 283 nm


• maks. pengamatan : 282 nm

53
Aturan 4:
• Untuk sistem konjugasi yang panjang seperti
karotenoida, Fieser dan Kuhn memberikan
persamaan untuk menghitung maksimum dan
maksimum.

maksimum (dalam heksan):


{114 + 5 M + n(48,0 – 1,7n)} – {16,5 Rendo –
10 Rekso)}

54
Keterangan:
• M = jumlah substituen alkil
• n = jumlah ikatan ganda terkonjugasi
• Rendo = jumlah lingkar dengan ikatan ganda
endosiklik
• Rekso = jumlah lingkar dengan ikatan ganda
eksosiklik
maksimum dalam heksan = (1,74 x 104n)

55
• Kedua persamaan di atas dapat digunakan
untuk menghitung maks. dan maks. beberapa
senyawa, antara lain:
• - Trans--karoten dan
• - Trans-likopen

• Contoh:

• Trans -  - Carotene:

56
57
• Harga maks. dasar : 114 nm
• Substituen alkil (10 x 5) : 50 nm
• Ikatan ganda terkonjugasi
• {11 x (48 – (1,7 x 11)} : 322,3 nm +
• 486,3 nm
• Rendo (2 x 16,5) : 33 nm
• Rekso (0 x 10) : 0 nm –
• maks. perhitungan : 453,3 nm
• maks. pengamatan : 452 nm

58
• maks. Perhitungan:
• = 1,74 x 11 x 104 = 19,1 x 104
• = 19,1 x 104
• maks. Percobaan:
• = 15,2 x 104

• Catatan:
• Persamaan untuk menghitung maks. Adalah
semi-empirik, dimana harga perhitungan tidak
selalu = harga percobaan.

59
• Trans-likopen:

60
TABEL-IV
Modifikasi aturan Woodward untuk mempermudah
e tan ol
maks .

hitungan serapan maks. ultra lembayung dari turunan enon


(pelarut etanol)
NAMA IKATAN maksimum (nm)
Enon induk
(asiklik atau cincin  6) 215
Enon siklik lingkar 5 - 10
Aldehida-aldehida -5

Perpanjangan konjugasi (untuk + 30


tiap ena)
Komponen homoanular + 39

-etanol (terhitung) jumlah


maks.
61
NAMA IKATAN maksimum (nm)
Ikatan ganda eksosiklik +5
Substituen:
Akil - + 10
- + 12
-  atau lebih tinggi + 18
Hidroksil - + 35
- + 30
- + 50

Alkoksil - + 35
- + 30
- + 17
- + 31
62
NAMA IKATAN maksimum (nm)
Asetoksil - , -  dan  +6
Di-alkilamino -  + 95
Khlorin - + 15
- + 12
Tioalkil - + 85
Bromin - + 25
- + 30

63
• Harga-harga maks. transisi   * dan n  n*
dalam senyawa karbonil, sangat tergantung
pada polaritas pelarut dan sifat substituen
pada C kromofor. Unt. menghitung serapan
maks. menggunakan Tabel-IV, pada [ercobaan
hanya jika digunakan pelarut alkohol. Jika
digunakan pelarut lain, maka harus digunakan
faktor koreksi pada Tabel-V.
• Catatan:
• Kromofor dasar yang mempunyai satu -ena:

64
C
C

• Yang terkonjugasi dengan satu -on

C
O

65
• digambarkan sebagai:



CCCO
HH
• Disebut satu –enon
• Jika gugus satu karbonil terkonjugasi dengan
dua ikatan ganda (di-ena), maka disebut suatu
di-enon.

66
  

C C C C C O
H H H H

• Dalam senyawa siklik, ikatan ganda etilena


yang terkonjugasi dengan karbonil, mungkin
homoanular atau heteroanular.

67
Tabel-V
• Faktor koreksi pelarut untuk menghitung
serapan maks. UV dari enon-enon:
• (untuk pelarut selain etanol, digunakan faktor
koreksi berikut terhadap harga perhitungan
berdasarkan Tabel-III)

68
Tabel-V

PELARUT KOREKSI (nm)


- Air -8
- Metanol 0
- Kloroform +1
- Dioksan +5
- Eter +7
- Heksana + 11

69
Tabel-VI
• Aturan Nielsen untuk menghitung serapan
maksimum Asam Karboksilat tak jenuh , ,
dan ester (pelarut etanol)

70
Tabel-VI

HARGA DASAR untuk ASAM SERAPAN MAKS. (nm)


dan ESTER
-Monosubstitusi alkil- 208
- Disubstitusi alkil , atau , 217
- Trisubstitusi alkil , ,  225
- Untuk ikatan rangkap
endosiklis dalam lingkar 5 +5
atau 7
- Ikatan rangkap eksosiklis +5
-Perpanjangan ikatan rangkap
terkonjugasi + 30

71
Contoh:
• Kholes-4-en-3-on:

O 

• Sistem induk (keton lingkar 6 tak jenuh): 215 nm
• Subst. alkil : 2 x 12 : 24 nm
• maks. : 239 nm
• maks. Percobaan : 241 nm
72
• Kholesta-2,4-den-6-on:

O
• Sistem induk : 215 nm
• Komp. Homoanular : 39 nm
• Subst. alkil () : 10 nm
• Subst. alkil (>) : 18 nm
• Igll : 10 nm
• Pigk : 30 nm
73
• 3--asetoksi-7-oksolanosta-5, 8, 11-triena

A cO

• Sistem induk : 215 nm


• Pigt : 30 nm
• Komp. Homoanular : 39 nm
• Igll : 10 nm
74
• Subst. alkil () : 10 nm
• Alkil () : 12 nm
• Alkil (>) : 18 nm

• maks. dlm. Etanol (perhitungan) : 329 nm


• percobaan : 327 nm

• Perhatian:
• Untuk bagian struktur:

A c O

75
• Tidak dapat dihitung serapannya karena berada di bawah
nilai “cut-off” dari pelarutnya sendiri (etanol)

Tabel “cut-off” pelarut dalam


spektrofotometri

76
Tabel-VII
PELARUT BATAS  TERRENDAH (nm)
(CUT-OFF)
-Air 205
- Etanol 210
- Heksana 210
- Sikloheksana 210
- Metanol 210
- Dietil Eter 210
- Asetonitril 220
- Tetrahidrofuran 235
- Diklorometana 245
- Karbon Tetraklorida 265
- Benzena 280 77
Aturan-7:
• Jika kita mempunyai sejumlah Asam
Karboksilat, kita gunakan Tabel-VI, disamping
Tabel-V, untuk menentukan serapan
maksimum.
• Harga maks. Untuk Asam ,  takjenuh,
biasanya lebih rendah dibanding keton , 
tak jenuh. Hal ini disebabkan elektron-
elektron n dan , dapat berresonansi sbb.:

78
O
2HC C C
H
O H

• Resonanasi seperti ini dapat menurunkan


affinitas elektron gugus karbonil, karena itu
kapasitas untuk bertindak sebagai aseptor
elektron  dalam eksitasi, melibatkan
perpindahan elektron.
79
• Contoh:
• Asam sikloheptena-1-karboksilat:
O
C
OH

• Merupakan senyawa tersubstitusi -, , dan


asam tak jenuh -, . Maka harga yang
digunakan = 217 nm
• C=C endosiklis lingkar 7 = 5 nm 80
• maks. (etanol)-perhitungan = 222 nm
• maks. Percobaan = 222 nm

• Asam-3-metil-2-butenoat:
C
H3H O

H
3C C C C
 
O
H

81
• Asam tak jenuh tersubstitusi-,  = 217 nm

• maks. Percobaan = 216 nm

82
Aturan empiris untuk derivat Bensoil
• Kromofor induk:

C
H3H O

H
3C C C C
 
O
H

83
TABEL-VIII
KROMOFOR INDUK ORIENTASI maks. (nm)
Z = alkil atau sisa - 246
lingkar
Z=H - 250
Z = OH atau O-alkil - 230
SUBSTITUEN
R = alkil atau sisa o, m +3
lingkar p +10
-OH, -OCH3, -O-alkil o, m +7
p + 25
-O- o + 11
m + 20
p + 78 84
SUBSTITUEN ORIENTASI maks. (nm)
- Cl o, m +
p + 10 0
- Br o, m +2
p + 15
- NH2 o, m + 13
p + 58
- NHCOCH3 o,m + 20
p + 45
-NHCH3 p + 73

-N(CH3)2 o,m + 20
p + 85

85
Contoh:
O

H2N OH

• Induk : 230 nm
• Substi tuen : 58 nm
• maks. Perhitungan : 288 nm
• maks. Percobaan : 288 nm
86
O

H O C

H O O H

O H

• Induk : 230 nm
• m-OH (2x7) : 14 nm
• p-OH : 25 nm
• maks. perhitungan : 269 nm
• maks. percobaan : 270 nm
87
INFRA RED SPECTROSCOPY
SPEKTROSKOPI MERAH-INFRA
• Energi molekul terbagi menjadi:
• Energi translasi
• Energi rotasi  serapan didaerah gelombang
mikro (microwave) atau infra merah jauh (FIR
= Far Infra Red)
• Energi elektronik atau transisi elektronik 
serapan atau emisi di daerah ultra lembayung
atau tampak, dengan ciri-ciri:
88
• Energi elektronik atau transisi elektronik 
serapan atau emisi di daerah ultra lembayung
atau tampak, dengan ciri-ciri:

• Panjang gelombang (  cm)


• Frekuensi (  Hz)
• Bilangan gelombang (  cm-1)
•  = /C = 1/)
• C = 3,0 x 1010 cm.s-1

89
• Energi Vibrasi  pita serapan diseluruh
daerah spektrum infra merah
• {Frekuensi (Hz) dalam infra merah, dinyatakan
juga dalam bilangan gelombang (cm-1)}

• Energi Elektronik mempunyai ciri-ciri:


• -   (panjang gelombang)
• -   cm-1 (bilangan gelombang)
• -   Hz = siklus.s-1 (frekuensi)

90
• =

91
Tabel:
8 daerah penting untuk pemeriksaan
pendahuluan spektrum IR
Daerah Spektrum Ikatan yang menyebabkan
Panjang gelombang Bilangan gelombang (cm-1) absorpsi
(mikrometer)
2,7 – 3,3 3750 - 3000 Regang: O – H ; N - H
3,0 – 3,4 3300 - 2900 - C  C – H;  C  C - H
Regang C – H; Ar - H
3,3 – 3,7 3000 - 2700 CH3 -; - CH2 -;  C – H;
Regang C – H; O  CH
4,2 – 4,9 2400 - 2100 Regang C  C; C  N
5,3 – 6,1 1900 - 1650 Regang C  O (asam,
aldehida, keton, amida,
ester, anhidrida)
92
Daerah Spektrum Ikatan yang menyebabkan
absorpsi
Panjang gelombang Bilangan gelombang (cm-1)
(mikrometer)

5,9 – 6,2 1675 - 1500 Regang:  C  C  (alifatik


dan aromatik);  C  N -
6,8 – 7,7 1475 - 1300 Lentur:  C – H

10,0 - 650 1000 - 650 Lentur:  C  C – H, Ar – H


(luar bidang)

93
• Dalam daerah regang: O – H; N – H pada
spektrum (3750 – 3000) dapat dilakukan
pembedaan:

• Getaran regang O – H bebas (tidak ada ikatan


hidrogen), terjadi di daerah 3700 – 3500 cm-1

• Getaran O – H fenol bebas cenderung akan


mempunyai serapan pada daerah 3500 cm-1

94
• Pita O – H bebas mempunyai intensitas lebih
rendah dibanding pita O – H terikat, dan
hanya akan nyata dalam larutan yang encer
atau fase gas.

• Serapan O – H terikat hidrogen, tampak pada


daerah 3450 – 3200 cm-1 sebagai pita yang
agak lebar dan kuat (intense).

• Amin tak terikat menunjukkan pita pada


daerah 3500 cm-1, sedangkan amin terikat
memberikan pita pada daerah 3500 - 95
• 3100 cm-1, dengan intensitas yang lemah,
tetapi lebih kuat dibanding pita O – H terikat.

• Amin primer memberikan dua pita; amin


sekunder dan imina memberikan satu pita,
amin tersier tidak memberikan pita.

• Asam karboksilat dalam keadaan padat dan


larutan yang relatif encer, tidak menunjukkan
serapan O – H, tetapi akan terjadi serapan
yang lebar dan kuat di daerah 3000 –
96
• 2500 cm-1 sebagai penggantinya.

• Berbagai jenis ikatan C – H memberikan


serapan di bagian tertentu dari daerah regang
C – H (3300 – 2700 cm-1).

97
Posisi kira-kira untuk berbagai jenis gugus
adalah sbb.:
Jenis H Bilangan gelombang Intensitas pita
(cm-1)
Ar - H 3030 sedang
CC-H 3300 tinggi
CC-H 3040 - 3010 sedang
- CH3 2960 Dan 2870 tinggi
- CH2 - 2930 dan 2850 tinggi
 CH 2890 rendah
-CO 2720 rendah
H

98
• Dengan catatan:
• Bahwa C  C – H; C  C – H dan Ar – H
mengabsorpsi di atas 3000 cm-1, sedangkan C
– H alifatis dan aldehida mengabsorpsi di
bawah 3000 cm-1.
• Juga harus diperhatikan bahwa – CH3 dan –
CH2 – memberikan dua pita.

99
Daerah regang simetri ikatan rangkap tiga
Jenis ikatan rangkap tiga Bilangan gelombang Intensitas pita
(cm-1)
H–CC-R 2140 - 2100 kuat
R – C  C – R’ 2260 - 2190 Intensitas variabel
(bermacam-macam)
R – C  CR Tak ada absorpsi -
R–CN 2260 - 2240 Kuat

Konjugasi akan meyebabkan sedikit pergeseran harga ke arah


bilangan gelombang yang lebih kecil

100
Pita-pita penting di daerah karbonil
Jenis karbonil Bilangan gelombang Intensitas pita
(cm-1)
R – C – H (jenuh) 1740 - 1720 kuat
O
COOH (jenuh) 1705 - 1725 kuat
R – C – R (jenuh) 1705 - 1725 kuat
O
R – C – OR (lakton 1750 - 1730 kuat
O beranggota 6 dan 7)
Lakton beranggota 5 1780 - 1760 kuat
Ester (bukan lingkar) 1740 - 1710 kuat
Halida asam Dua pita terpisah dengan kira-kira 60 cm-1 pada 1815 –
1800 cm-1 dan 1780 – 1740 cm-1
Amida 1700 - 1640 kuat
101
Konjugasi akan menggeser semua pita absorpsi
ke bilangan gelombang lebih kecil (dengan
catatan bahwa tegangan (strain) pada cincin
lakton menggeser absorpsi ke frekuensi lebih
tinggi)

• Daerah regang ikatan rangkap simetri pada


1680 – 1600 cm-1 mengandung pita-pita yang
disebabkan oleh gugus sbb:

102
Jenis ikatan rangkap Bilangan gelombang Intensitas pita
(cm-1)
CC 1680 - 1620 variabel
CN- 1690 - 1640 variabel
-NN- 1630 - 1575 variabel

Pita  C  C  akan betul-betul lemah


untuk molekul yang relatif simetrik. Sistem
aromatik mempunyai satu atau lebih pita
kuat di daerah 1400 – 1500 cm-1

103
Pada daerah lentur C – H (1000 – 650 cm-1),
menghasilkan informasi yang berguna untuk
mencari sifat-sifat yang khusus dari alkena dan
posisi substitusi pada cincin aromatik.

• Beberapa serapan khas di daerah ini antara


lain: Lentur C – H etilena:

104
Beberapa serapan khas di daerah ini antara lain:
Lentur C – H etilena:
Jenis alkena . (cm-1)
Bil. Gelombang Intensitas pita
RCH  CH2 990 - 910 kuat
RCH  CRH (cis) 690 sedang sampai kuat
RCH  CRH (trans) 970 sedang sampai kuat
R2C  CH2 890 sedang sampai kuat
R2C  CRH 840 - 790 sedang sampai kuat
Benzena tersubstitusi:
Jenis substituen Bil. Gelombang (cm-1) Intensitas pita
Aromatik monosubstitusi 750 dan 700 Biasanya sedang sampai
(5 H berdampingan) kuat
Aromatik orto 750 Biasanya sedang sampai
(4 H berdampingan) kuat
Aromatik meta 780 - 810 Biasanya sedang sampai
(3 H berdampingan) kuat
Aromatik para 850 - 800 Biasanya sedang sampai
105
(2 H berdampingan) kuat

Anda mungkin juga menyukai