Anda di halaman 1dari 42

WAWASAN UMUM UNTUK

PRAKTISI AUDIT

O
L
E
H

Aminah Ndewi (1610020141)


Febriani O. S Lela (1610020081)
Maria Resyan Ngua (1610020086)
Timoteus Rie (1610020184)
Theresia A. Ngusu (1610020149)
Keterampilan Audit (Audit Skills): Yang
Membedakan Nilai Audit Dari Profesi
Lainnya
Secara umum , keterampilan Auditor dapat ditinjau dari 2
perspektif, yaitu :

 Keterampilan Menjalankan Siklus Audit (Skills In Audit


Cycle)
 Keterampilan Mempraktekan Teknik Pemeriksaan
(Skills In Audit Execution)
KETERAMPILAN MENGUASAI SIKLUS AUDIT
(SKILLS IN AUDIT CYCLE):
KETERAMPILAN WAWASAN
Keberhasilan auditor tidak pada pelaksaanaan semata,
atau pada penyajian laporan saja, tetapi sudah dimulai
sejak perencanaan audit, selain pada tahap evaluasi ujung
rangkaian siklus audit. Auditor dapat dibedakan menjadi
2 keterampilan :

1. Auditor Pemula (Beginner/Junior Auditor )

2.Auditor Berpengalaman (Well Experienced/Senior


Auditor)
KETRAMPILAN MELAKSANAKAN AUDIT
(SKILLS IN AUDIT EXECUTION):
KETRAMPILAN IMPLEMENTASI
TAHAP MEMBEDAH DAN MERANGKUM
SUATU MASALAH
Problem
Identifikation

Problem
Elaboration

Problem
Extension

Problem
Conclusion
TEKNIK PEMERIKSAAN BERDASARKAN
METODENYA

1. Teknik Audit Deduktif (Deductive Audit


Technique
2. Teknik Audit Induktif (Inductive Audit
Technique)
PENYAJIAN 20 TEKNIK PEMERIKSAAN DAN
MENGAMBARKAN HUBUNGANYA DENGAN TAHAP
PENYELESAIAN

Teknik Pemeriksaan Problem Problem Problem


Identification Elaboration Extension
1. Pemetaan √
2.Peninjauan Ulang √
3.Survei √
4.Inspeksi √
5.Pemindaian √
6.Pengamatan √ √ √
7.Perbandingan √ √ √
8.Pengakuratan Data,Rekonsiliasi √ √ √
9.Penelaahan, Verifikasi √ √ √
10.Wawancara √ √ √
Teknik pemeriksaan Problem Problem Problem
Identification Elaboration Extension

11.Pemeriksaan Silang √ √ √
12.Analisis √ √
13.Penghitungan Fisik √ √
14.Pengujian √ √
15.Uji Petik √ √
16.Pemeriksaan Transaksi √ √
17.Penelusuran √ √
18.Peramalan √ √
19.Pengintaian √ √
20.Penyadapan √ √
TEKNIK DEDUKTIF MURNI UNTUK
MELAKUKAN IDENTIFIKASI AWAL

 Mapping
 Review

 Survey

 Inspection

 Scanning
TEKNIK YANG DI PAKAI UNTUK
PENDEKATAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF

 Observation
 Comparison

 Reconciliation

 Verifikation

 Interview

 Cross cheking
TEKNIK UNTUK PEMERIKSAAN TAHAP
LANJUT

 Analysis
 Counting

 Testing

 Sampling

 Vouching

 Tracing
BUKTI AUDIT (AUDIT EVIDENCE):
MEMBUAT TEMUAN MENJADI
GAMBLANG DAN BERMAKNA
SECARA GARIS BESAR BUKTI
DIBEDAKAN MENJADI:

PHYSICAL
EVIDENCE

DATA EVIDENCE
DATA EVIDENCE
Faktor penyebab terjadinya kesimpulan yang tidak
tepat/bias oleh auditor yaitu:
1. Waktu pemeriksaan yang tidak sebanding dgn
luasnya bidang-bidang yang diperiksa.
2. Kurangnya kompetensi auditor dalam mendalami
suatu bidang.
3. Hanya mengandalkan 1 kategori bukti saja dan
langsung menjadi kesimpulan yg dituangkan dlm
memo konfirmasi /langsung dimuat dalam
Laporan Hasil Audit.
3 TAHAPAN AKTIFITAS PENGUMPULAN
BUKTI AUDIT

1. Penetapan lingkup bukti-bukti (determining


scope of evidence)
2. Pengambilan rentang/kisaran bukti-bukti
(taking range of evidence)
3. Pengukuran tingkat signifikan/materialitas
bukti-bukti (measuring significancy/materiality
of evidence).
KISARAN BUKTI (RANGE OF EVIDENCE):
MENAJAMKAN TEMUAN PEMERIKSAAN
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN
KISARAN DATA

1. Penetapan “kisaran data sempel” berkaitan erat


dengan tingkat pengalaman, intuisi, dan
keyakinan auditor dlm pengambilan keputusan,
baik secra historis ke belakang maupun
ekspetsi ke depan melalui data-data yg
berbicara tentang hal itu.
2. Penetapan kisaran data yg baik identik dengan
penetapan “kriteria dan prioritas” yg baik
terhadap sampel yg diambil.
3. Penetapan kriteria dan proritas yg baik terkait
erat dengan seberapa besar ”upaya dan batasan
auditor” dlm pengumpulan, pengolahan serta
analisis data.
 Kisaran /rentang data (range of data) sangat
bergantung pada keputusan auditor setelah
ditentukn lingkup data (scope of data)
pemeriksaan.
 Apabila perencanaan harus bersamaan dengn
lingkup data, maka kisaran data sudah
ditetapkan mengikuti lingkupnya.
 Pada pelaksanaannya, lingkup data harus
dijalankan sepenuhnya karena sudah melalui
pertimbangan atas berbgai critical control /risk
point yang dihadapai
CONTOH PENERAPAN KISARAN DATA
Audit cut-off Topik Pemeriksaan on Site Range of Data (Contoh)
Date
physical test 1. verifikasi biaya-biaya yg a. Semua (100%) biaya-biaya non
1-15 Des'08 belum dibukukan dan kas bon rutin yg belum dilaporkan atau
yang belum bukti-bukti kas bon yg belum
dipertanggungjawabkan dipertnggungjawabkan lebh dri
10 hari.
b. Separuh (50%) biaya-biaya
rutin yg belum dilaporkan atau
bukti-bukti kas bon yg berumur
lebih dari 5 hari
2. verifikasi utang yg sudah jatu a. Semua (100%) utang berumur
temp tetapi belum diselesaikan kurang dari 5 hari kerja atau
utang ke supplier yg sering
bermasalah dalam hal
pengiriman (delivery)
b. 50% utang berumur 5 hari
kerja atau lebih (atau utang ke
vendor penyedia jasa ekspedisi)
Substantive 1. Verifikasi biaya-biaya berjumlah a. Semua (100%) biaya-biaya
Test 1 Sep-30 besar dan overbudget bernilai lebih dari 10
Nov'08 juta/bulan atau realisasi biaya
yg kumulatif alami overbudget
lebih dari 20%
b. 50% biaya-biaya nonrutin atau
relisasi biaya bulan
bersangkutan alami
overbudget lebih dari 20%
2. Evaluasi terhadap kinerja a. Semua (100%) vendor yang
vendor/supplier & Delivery baru jadi rekanan kurang dari
barang 1 tahun atau vendor tunggal
dimana perusahaan sangat
bergantung padanya
b. 50% vendor pemasok barang
noninventory atau vendor jasa
ekspedisi
LINGKUP BUKTI (SCOPE OF
EVIDENCE): MEMPERJELAS
TANGGUNG JAWAB ATAS HASIL
AUDIT
Penetapan lingkup bukti adalah penetapan
‘kavling’ yang sepatutnya diperiksa, yang
merupakan sumber asal dari pemeriksaan yang
dikumpulkan. Penetapan ini sejak tahap
perencanaan dan ditinjau kembali pada saat
pelaksanaan audit dengan memperhatikan:

 Kompleksitas bisnis yang dijalankan oleh


auditee
 Kesiapan sumber daya yang dimiliki auditor
Penetapan lingkup bukti sangat penting dalam
aktivitas audit dengan maksud:

 Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas hasil


audit, sebagai jaminan telah meninjau berbagai
aspek sesuai lingkup bukti.
 Menyesuaikan dengan sumber daya audit yang
dimiliki.
 Menyediakan kondisi bagi pihak auditee agar dapat
memberikan dukungan sepenuhnya terhadap data
yang diminta.
 Memberikan perspektif yang jelas bagi auditee
untuk memahami hasil audit.
Lingkup bukti secara sederhana ditetapkan dari 2
perspektif terkait relevansinya, yaitu:

1. Time-Based Scope of Evidence


Dibedakan atas 3 tingkatan area pengujian,
yaitu:

a) Cut Off Date for Physical Test


Area pengujian fisik mengambil kurun waktu
paling mutakhir, yaitu dimulai pada tanggal
akhir bulan dari Laporan Keuangan Bulanan
terbaru hingga tanggal uji fisik dilakukan.
Objek uji fisik dapat berupa aset, transaksi,
atau data yang secara langsung dapat dihitung
atau bisa diamati.
b) Cut Off Date for Substantive Test
Bertujuan untuk mendapatkan indikasi awal
sebelum sampai pada kesimpulan menyeluruh
tentang tingkat pengelolaan risiko dan
pengendalian operasi sepanjang rentang waktu
sesudah audit terakhir.

c) Cut Off Date for Advanced Test


Area pengujian ini merupakan kelanjutan dari
hasil substanstive test pada short term period
sebelumnya.
2. Topical-Based Scope of Evidance
a) Audit Activity/ Task Based
Audit Activity Topik Pemeriksaan
Opname Fisik Kas Operasi, lembar cek, deposito & giro, surat
berharga, stok barang & uang penjualan, aktiva
tetap, dan sebagainya.
Pemeriksaan bukti Pengeluaran uang via Bank/Tunai, penerimaan
transaksi dan verifikasi & transfer uang penjualan, biaya yang
biaya operasi overbudget, biaya non rutin yang relatif besar,
dan sebagainya.
Pencocokan mutasi Konsistensi mutasi antar Rekening Bank, mutasi
/saldo atau data antar antar Bank dengan petty cash, pengeluaran
bagian barang dengan uang penjualan, order pembelian
dengan penerimaan barang, dan sebagainya.
Pengamatan atas Kecepatan pelayanan dan standar kepuasan
praktik bisnis/operasi pelanggan, disiplin kehadiran dan pemenuhan
tertentu kompetensi SDM, kerapihan konter dan lobby,dll
Peninjauan kembali Tindak lanjut auditee terhadap hasil temuan
terhadap masalah/data audit terakhir, efektivitas reward & punishment
tertentu terhadap SDM, dll.
b) Business Process / Organization Based
Pendekatan ini lazim digunakan dalam Audit
Kepatuhan guna memastikan administrasi dan
pengendalian berjalan efektif sesuai alur proses atau
ketentuan yang ditetapkan. Kelemahan perspektif audit
ini adalah cenderung tertuju pada hasil pengamatan
semata, sampel data yang sederhana, serta kesimpulan
tentang penyebab yang hanya seputar SDM, perangkat
sistem, dan implementasi (tidak mampu mendeteksi
secara langsung fraud).

c) Critical Control Point Based / Critical Risk Point Based


Pendekatan ini lebih tepat dipakai dalam Risk-based
Audit yang banyak diterapkan dalam pola audit
kontemporer. Sebagai contoh, pemeriksaan terhadap:
 Efektivitas pengendalian pengelolaan kas perusahaan
 Keserasian antara perencanaan dan realisasi strategi
divisi sales & marketing
 Berbagai critical point pada supply-chain management
perusahaan.

Kelemahannya terletak pada tuntutan kapabilitas


auditor yang relatif tinggi, khususnya kemampuan
melihat dalam wawasan strategis.
CONTOH

Tim audit sebuah perusahaan retail akan melakukan


kunjungan reguler on site ke suatu representative office
per 15 Desember 2008. Pemeriksaan lapangan terakhir
dilakukan pada Agustus 2007.

Audit Cut-Off Date Topik Pemeriksaan On Site

Physical Test 1. Opname Fisik


2. Verifikasi Transaksi Keuangan
1-15 Desember 2008 3. Verifikasi Non Keuangan
4. Aktivitas Kritis
5. Assets Critical
6. Hal Kritis Lainnya
Audit Cut-Off Date Topik Pemeriksaan On Site
Substantive Test 1. Fokus Utama
2. Keuangan
1 Sep.’08 – 30 Nov. ‘08 3. Transaksi Kritis
4. Aktivitas Kritis
5. Assets Critical
6. Hal Kritis Lainnya

Advanced Test 1. Perluasan periode data dari Substantive


Audit pada Fokus Utama
1 Sep. ‘07 – 30 Agt ‘08 2. Perluasan periode data dari Subtantive
Audit lainnya (Keuangan, Transaksi, dan
Aktivitas Critical)
BOBOT BUKTI (WEIGHT OF EVIDENCE)
MENGUKUHKAN TEMUAN AUDIT
TERDAPAT 3 PERSPEKTIF DALAM
PEMBOBOTAN BUKTI,YAITU:

a) Pembobotan nilai bukti(Measuring value of


evidence)
Nilai nominal yang tertera pada bukti
bersangkutan diukur melalui pengembangan
nilai keberbagai kondisi disekitar bukti,seperti
frekuensi munculnya bukti,luas area dimana
bukti dapat dijumpai,lamanya suatu bukti
berlangsung,serta besarnya kualitas dan
vitalitas bukti.

Adapun contohnya sbb:


Aspek Pembobotan Contoh Pembobotan

Frekuensi Munculnya bukti • Hasil opname harian selama 3 bulan


terakhir menunjukan telah bterjadi
selisih pada item”A’sebanyak 5 kali
atau rata’hampir 2 kali kejadian
perbulan.
Luas Area Bukti • Selisih inventory sebesar Rp1 juta
meliputi 20 dari 50 total item
produk(40%),dimana yang 15 item
diantarnya merupakan produk yang
baru diluncurkan tahun ini.
• Tidak ada bukti tertulis menyangkut
serah-terima pada berbagai
aktivitas,seperti pengeluaran kas bon
uang,peminjaman barang,dan
pergantian shift penjaga konter.
Aspek Pembobotan Contoh Pembobotan
Lamanya bukti berlangsung •Piutang tak tertagih
klien’X’sebesar Rp2 juta sudah
berlangsung 12 bulan,yaitu sejak
januari 2009.
•Tercatat adanya
keluhan/komplain dari pelanggan
A pada januari 2009 yang belum
diselesaiakn sehingga audit
berlangsung juni 2009.

Kualitas atau Vitalitas bukti •Selisih inventory yng dijumpai


pada opname,yaitu Rp1
juta,merupakan selisih terbesar
yang pernah terjadi selama
gudang ‘X’beroperasi.
b) Pembobotan sumber penyebab bukti(measuring
root cause of evidence)
Ditinjau dari salah satu kombinasi dari
sejumlah faktor penyebab,yang dalam dunia
manajemen dikenal sebagai ‘’ 5M+1E
‘’:kapabilitas orang(man),sistem/proses
kerja(method),peralatan/sarana
fisik(matchine),barang(material),uang(money),
dan lingkungan(environment).

Adapun contoh,Sbb:
Aspek Pembobotan Contoh Pembobotan
Manusia(Man) •Diketahui petugas mengabaikan
prosedur untuk menimbang
setiap kali barang yang besar
,sehingga terjadi selisih saat
diopname sebesar Rp10 juta.
Sistem/proses kerja •Prosedur penimbangan terhadap
(method) koli barang yang besar tidak
berjalan sebagaiman
mestinya,sehingga terjadi selisih
Peralatan(Machine) sebesar Rp10 juta.

•Timbangan digital yang dimiliki


gudang hanya memiliki kapasitas
maksimum sebesar
100kg,sehingga sering tidak
digunakan dalam inpeksi barang
berkoli besar.
Aspek Pembobotan Contoh Pembobotan
Barang (Material) •Jumlah transaksi harus
dilakukan tidak kurang dari 500
bukti transaksi per
hari,sementara petugas entry
hanya 1 orang,dan inilah yang
menjadi pangkal berbagai
kesalahan data yang dijumpai.
Uang (Money) •Karena uang yang diterima di
kantor pusat jauh dibawah nilai
yang diminta cabang,maka
beberapa aktivitas promosi yang
penting terabaikan atau
menggunakan pos dana yang
tidak sesuai (seperti uanh hasil
penjualan).
c) Pembobotan Dampak/Resiko Bukti (Measuring
cause –effect of evidence)

Ditinjau dari salah satu atau kombinasi dari


sejumlah resiko,baik secara keuangan maupun
nonkeuangan (operasi administratif),baik secara
langsung ataupun sekedar resiko potensial,baik
sebats internal ataupun meluas keluar lingkungan
bisnis (eksternal).

Adapun contoh,Sbb:
Aspek Pembobotan Contoh Pembobotan

Risiko langsung Keuangan •Perusahan mengalami kerugian


setidaknya Rp50 juta dari
pembelian perangkat supplier’’X’’
yang tidak memperhitungkan
diskon yang diberikan supplier .

Risiko tidak langsung keuangan •Dengan mengacu pada penjualan


bulan sebelumnya,yang rata-rata
omzetnya Rp5 juta perhari,maka
kekesongan barang ‘A’selama
bulan ini menyebabkan loss
opportunity sekitar Rp150 juta.
Aspek Pembobotan Contoh Pembobotan
Risiko langsung non keungan •Tidak adanya data pelanggan
yang loyal di outlet tersebut
menyebabkan perusahaan
mengalami pengurangan jumlah
lelanggan tetap setidaknya 1000
pelanggan pertahun(dengan
asumsi 50% dari pelanggan
baru,yaitu 200 orang
perbulan,menjadi pelayan loyal).

Risiko tidak langsung non •Kondisi peralatan yang tidak


keungan memadai dapat berpengaruh
terhadap motivasi kerja
karyawan.
•Tampak muka(outlook)gedung
kantor cabang terkesan kumuh
menurun minat masyrakat
untuk bertransaksi di Bank
tersebut.
Sekian
dan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai