Anda di halaman 1dari 12

seorang auditor dapat

menggunakan lima jenis


pengujian untuk menentukan
tingkat kewajaran dari
laporan
keuangan.
seorang auditor dapat
menggunakan lima jenis
pengujian untuk menentukan
tingkat kewajaran dari
laporan
keuangan.
seorang auditor dapat
menggunakan lima jenis
pengujian untuk menentukan
tingkat kewajaran dari
laporan
keuangan.
Mata Kuliah: Auditing II
Nama Kelompok 1:
2001000037 – Creshaly Beau 2101000011 – Layla Anjani
2101000001 – Fransiska 2101000012 – Elsya Mardalena
2101000010 – Patricia Agatha

RESUME CHAPTER 13
Keseluruhan Perencanaan Audit dan Program Audit

Jenis – Jenis Tes Audit


Seorang auditor dapat menggunakan 5 jenis pengujian untuk menentukan tingkat
kewajaran dari laporan keuangan, yaitu:

1. Prosedur Penilaian Risiko: untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan
keuangan.
2. Pengujian Pengendalian: Untuk menguji tingkat efektivitas kebijakan dan prosedur
pengendalian yang sudah digunakan dalam menilai risiko pengendalian.
3. Pengujian Substantif atas Transaksi: Untuk menentukan tujuan audit terkait transaksi
telah terpenuhi pada setiap transaksi.
4. Prosedur Analitis: Untuk mengaudit saldo akun dengan membandingkan jumlah yang
tercatat dengan yang dikembangkan oleh auditor.
5. Pengujian Rincian Saldo: Fokus pada saldo buku besar umum akhir untuk akun neraca
dan laporan laba rugi.

Audit Risk Model

AAR

= PDR

IR x CR
Procedures to Tests of Substantive Analytical Tests of Sufficient
obtain an controls tests of procedures details of = competente
understanding (TOC) transactions (AP) balances vidence per
Keterangan:
of internal (STOC) (TDP) GASS
control
AAR: Acceptable Audit Risk
IR: Inherent Risk
CR: Control Risk
PDR: Planned Detection Risk

Hubungan Antara Jenis Tes dan Bukti

Jenis Bukti

Kinerja
Jenis Tes Pemeriksaan Tanya Kinerja Ulang
Fisik Konfirmasi Dokumentasi Observasi Jawab Ulang Analitik

Prosedur pengendalian internal √ √ √ √


Pengujian kontrol √ √ √ √
Pengujian substantif atas transaksi √ √ √
Prosedur analitis √ √
Pengujian rincian saldo √ √ √ √ √

Dampak Teknologi Informasi Terhadap Proses Audit

1. Auditor mungkin memerlukan teknik audit yang dibantu oleh komputer atau
menggunakan data.
2. Laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi, auditor harus mempertimbangkan
baik efektivitas hasil penelahaahan manajemen maupun pengendalian terhadap akurasi
informasi dalam laporan tersebut.

Perancangan Program Audit

Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan


yang tepat pada masing-masing dari empat jenis pengujian lainnya, program audit khusus bagi
setiap jenis harus dirancang untuk membentuk program bukti. Pada sebagian besar audit,
auditor yang bertanggung jawab atas penugasan itu merekomendasikan bauran bukti kepada
manajer penugasan. Setelah bauran tersebut disetujui, auditor yang bertanggung jawab lalu
menyusun program audit atau memodifikasi program yang sudah ada agar memenuhi semua
tujuan audit.

Setiap siklus transaksi mungkin akan dievaluasi dengan menggunakan serangkaian


program sub-audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan penagihan,auditor dapat
menggunakan:

 Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi


penjualan dan penerimaan kas
 Program audit prosedur analitis substantif untuk keseluruhan siklus
 Program audit pengujian rincian saldo untuk kas, piutang usaha, beban piutang tak
tertagih, penyisihan untuk piutang tak tertagih, dan piutang usaha rupa-rupa

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif atas Transaksi

Program audit pengujian pengendalian dan pengujian susbtantif atas transaksi biasanya
meliputi bagian deskriptif yang mendokumentasikan pemahaman atas pengendalian internal
yang diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko. Auditor menggunakan informasi
ini untuk mengembangkan program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi.

Prosedur Audit, Ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif


atas transaksi, auditor menekankan pada pemenuhan tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi yang dikembangkan.

Karena relatif murah, banyak auditor melaksanakan prosedur analitis substantif pada
semua audit. Auditor mungkin menggunakan data disagregat untuk meningkatkan ketepatan
ekspektasi auditor. Sedangkan untuk merancang prosedur audit pengujian rincian saldo,
auditor menggunakan metodologi yang berorientasi pada tujuan audityang berkaitan dengan
saldo.

Keputusan kunci dalam merancang prosedur audit pengujian rincian saldo,auditor harus
dapat mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi suatuentitas. Dan menetapkan
materialitas kinerja dan menilai risiko inheren tersebut. Risiko inheren dinilai dengan
mengidentifikasi setiap aspek dari sejarah, lingkungan, atauoperasi klien yang menunjukkan
kemungkinan yang besar bahwa salah saji dalam laporan keuangan tahun berjalan.
Auditor juga perlu memerlukan memahami prosedur penilaian risiko, prosedur untuk
memahami pengendalian, dan pengujian pengendalian yang dilaksnakan dalam audit
pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

Pengujian pengendalian jauh lebih mahal dibandingkan prosedur penilaian risiko auditor
karena luas pengujian yang diperlukan jauh lebih besar untuk mendapatkan bukti bahwa
pengendalian telah beroperasi secara efektif, terutama bila pengujian pengendalian itu
melibatkan pelaksanaan ulang.

Metodologi untuk Merancang Kontrol dan Tes Substantif

Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merencang pengujian pengendalian


dan pengujian substantif atas transaksi untuk penerimaan kas seperti yang digunakan
untuk penjualan. Terkait transkaksi,auditor mengikuti proses ini :

 Menentukan pengendalian interntal utama untuk setiap tujuan audit


 Merancang pengujian pengendalian untuk setiap pengendalaian yang digunakan untuk
mendukung pengurangan risiko pengendalian

Prosedur Audit

Untuk menguji apakah semua penerimaan kas yang tercatata telah disetorkan ke
rekening bank merupakan bukti penerimaan kas. Dalam pengujian ini, total penerimaan kas
yang dicatat dalam jurnal penerimaan kas untuk suatu periode tertentu, misalnya satu bulan,
direkonsiliasi dengan setoran actual yang dilakukan ke bank selama periode yang sama.
Perbedaan keduanya mungkin disebabkan oleh setoran dalam perjalanan dan barang-
barang lainnya, tetapi jumlahnya dapat direkonsiliasi dan dibandingkan.

Pendekatan Empat Langkah untuk Merancang Kontrol dan Tes Substantif

Bila auditor memilih lower assessed level of control risk approachmaka ditekankan pada
pengujian pengendalian. Ada beberapa tahap dalam pendekatan ini, yaitu:

1. Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman struktur pengendalian intern.


2. Merencanakan dan melaksanakan pengujian pengendalian.
3. Menetapkan risiko pengendalian.
4. Melakukan dokumentasi atas penetapan risiko pengendalian.

Metodologi untuk Merancang Tes Saldo – Piutang Usaha

Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha (Tahap I)


Auditor mempelajari industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi tujuan
manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan yang
dapat memengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang usaha. Untuk mendapatkan
pemahaman tersebut, auditor juga melaksanakan prosedur analitis pendahuluan yang dapat
menunjukkan kenaikan risiko salah saji piutang usaha.

Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)

Dalam melakukan tugasnya, auditor pertama-tama akan memutuskan pertimbangan


pendahuluan mengenai materialitas laporan keuangan secara keseluruhan, dan kemudian
mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke setiap akun neraca yang signifikan,
termasuk piutang usaha. Alokasi ini disebut sebagai penetapan salah saji yang dapat ditoleransi.

Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)

Aspek utama yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengendalian internal :

 Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan.


 Pengendalian terhadap pisah batas.
 Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih.

Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas


Transaksi (Tahap II)

Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko pengendalian


untuk penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Sedangkan, auditor menggunakan hasil
pengujian substantif atas transaksi untuk menentukan sejauh mana risiko deteksi yang
direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang
usaha.

Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)

Sebagian prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian yang terinci
dilakukan setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor
melaksanakan prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan,
bukan hanya pada piutang usaha. Hal ini memang harus demikian karena hubungan yang erat
antara akun-akun laporan laba-rugi dan neraca. Jika auditor mengidentifikasi salah saji yang
mungkin terjadi dalam retur dan pengurangan penjualan dengan menggunakan prosedur
analitis, piutang usaha mungkin akan mengoffset salah saji itu.

Pendekatan untuk Merancang Tes Rincian Saldo


Dalam merancang pengujian rincian saldo untuk rekening piutang, penting untuk memenuhi
8 (delapan) tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Hal ini disebut tujuan audit rekening
piutang yang berkaitan dengan saldo, terdiri dari :
1. Rekening umur piutang dalam neraca saldo sesuai jumlahnya dengan data asli lainnya,
dan totalnya ditambah dengan benar dan sesuai dengan jurnal buku besar (detail tie-in).
2. Piutang usaha yang dicatat ada (existence).
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan (completeness).
4. Piutang usaha sudah akurat (accuracy).
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (classification).
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar (cut-off).
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi (realizable value).
Membandingkan dan kontras audit terkait transaksi tujuan dan berhubungan dengan
keseimbangan tujuan audit.

Hubungan Antara Lima Istilah Terkait Bukti Utama:


1. Tahapan proses audit.
 Merencanakan dan merancang pendekatan audit.
 Melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.
 Melakukan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo.
 Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit.
2. Tujuan audit.
a. Terkait transaksi
 Keberadaan
 Kelengkapan
 Ketepatan
 Klasifikasi
 Waktu
 Posting dan ringkasan
b. Terkait saldo
 Keberadaan
 Kelengkapan
 Ketepatan
 Klasifikasi
 Memotong
 Ikatan detail
 Nilai yang dapat direalisasikan
 Hak dan kewajiban
 Presentasi dan pengungkapan
3. Jenis tes.
 Prosedur untuk memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal
 Pengujian pengendalian
 Pengujian substantif atas transaksi
 Prosedur analitis
 Tes rincian saldo
4. Keputusan bukti.
 Prosedur audit
 Ukuran sampel
 Item yang harus dipilih
 Waktu kinerja
5. Jenis bukti.
 Pemeriksaan fisik
 Konfirmasi
 Dokumentasi
 Prosedur analitis
 Pengamatan
 Pertanyaan klien
 Kinerja ulang

Integrasikan empat fase proses audit

Fase I: Merencanakan dan merancang pendekatan audit:


 Menerima klien dan melakukan perencanaan awal.
 Memahami bisnis dan industri klien.
 Menilai risiko bisnis klien.
 Melakukan prosedur analitis awal.
 Tetapkan materialitas dan nilai dapat diterima
 risiko audit dan risiko yang melekat.
 Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian.
 Kumpulkan informasi untuk menilai risiko penipuan.
 Mengembangkan rencana audit keseluruhan dan program audit

Fase II: Melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.

Auditor melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian sustantif atas transaksi


selama fase II. Tujuannya:
 Memperoleh bukti untuk mendukung pengendalian khusus yang berkontribusi pada
penilaian risiko pengendalian oleh auditor bagi audit laporan keuangan.
 Memperoleh bukti untuk mendukung ketepatan moneter transaksi.

Fase III: Melakukan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo. (Rendah, Sedang, Tinggi atau
tidak diketahui):
 Melakukan prosedur analitis.
 Lakukan pengujian terhadap item-item utama.
 Melakukan pengujian tambahan terhadap rincian saldo.

Fase IV: Selesaikan audit dan keluarkan laporan audit


 Tinjauan untuk kewajiban kontinjensi.
 Tinjau untuk acara selanjutnya.
 Kumpulkan bukti akhir.
 Evaluasi hasilnya.
 Menerbitkan laporan audit.
 Berkomunikasi dengan komite audit dan manajemen.

Resume Chapter 14
Audit Siklus Penjualan dan Penagihan

Audit siklus penjualan dan penagihan bertujuan utama untuk memastikan bahwa saldo
akun yang diperoleh dari siklus tersebut disajikan secara wajar. Akun-akun yang termasuk
dalam siklus penjualan dan penagihan terbagi ke dalam lima kelas transaksi, yaitu penjualan
(tunai maupun kredit), penerimaan kas, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan
piutang tak tertagih, dan estimasi beban piutang tak tertagih. Semua akun yang ada di siklus
penjualan dan penagihan mempengaruhi saldo akun piutang usaha atau penyisihan piutang tak
tertagih, kecuali penjualan tunai karena transaksi sudah terselesaikan tanpa adanya piutang
yang masih harus diterima.

Siklus penjualan dan penagihan serta dokumen dan catatan terkait memiliki 8 fungsi bisnis
didalamnya, yaitu:

1. Pemrosesan Pesanan Pelanggan


Terbagi menjadi dua yaitu permintaan pelanggan dan permintaan penjualan. Pesanan
pelanggan mengacu pada permintaan barang dagang oleh pelanggan yang menjadi awal
dari siklus, sedangkan permintaan penjualan mengacu pada dokumen yang berisi detail
barang yang dipesan oleh pelanggan, mulai dari informasi barangnya hingga kuantitas
yang diminta.
2. Pemberian Kredit
Sebelum barang dikirim, orang yang menyetujui kredit akan melakukan penjualan
secara kredit. Kredit yang disetujui memiliki batasan sesuai dengan file induk pelanggan
yang telah disetujui sebelumnya.
3. Pengiriman Barang
Barang dikirim dan perusahaan akan mencatat penjualan pada tahap ini dimana asetnya
diberikan kepada pelanggan.
4. Penagihan Pelanggan dan Pencatatan Penjualan
Memberi tahu pelanggan jumlah yang sudah jatuh tempo atas barang. Aspek penting
dari penagihan adalah completeness, occurance, dan accuracy. Semua pengiriman harus
ditagihkan dengan jumlah yang benar dan tidak ditagih lebih dari sekali. Adapun
dokumen transaksi yang diperlukan adalah faktur penjualan, arsip transaksi penjualan,
jurnal penjualan, arsip induk piutang dagang, neraca saldo piutang dagang, dan laporan
penagihan bulanan.
5. Pemrosesan dan Pencatatan Penerimaan Kas
Terkait penerimaan, penyetoran, dan pencatatan kas. Dokumen transaksi yang
dibutuhkan ialah slip pembayaran, daftar awal penerimaan kas (daftar yang disusun oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab mencatat yang berkaitan dengan penjualan,
contohnya bank), arsip transaksi penerimaan kas, dan jurnal penerimaan kas.
6. Pemrosesan dan Pencatatan Retur dan Pengurangan Penjualan
Barang akan dikembalikan oleh pelanggan ketika mereka tidak puas dengan barang yang
diterima atau opsi lainnya adalah pengurangan harga. Dokumen yang diperlukan disini
ialah memo kredit dan jurnal retur dan pengurangan penjualan.
7. Penghapusan Piutang Tak Tertagih
Perusahaan harus menghapus piutang tak tertagih yang biasanya dikarenakan oleh
pelanggan yang mengalami kebangkrutan atau penagihan piutang melalui agen.
Penghapusan ini memerlukan dokumen formular otorisasi piutang tak tertagih.
8. Penyediaan Beban Piutang Tak Tertagih
Perusahaan harus mencatat beban piutang tak tertagih karena salah satu risiko
perusahaan yang mana tidak dapat mengharapkan 100% penjualan kreditnya.

Metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi


penjualan yang pertama adalah memahami pengendalian internal penjualan. Auditor harus
mampu memahami siklus penjualan klien dan mempelajari bagan arus serta menyusun
kuisioner terkait pengendalian internal klien. Lalu kemudian, auditor menggunakan informasi
yang diperoleh dalam memahami pengendalian untuk menilai resiko penagihan. Pada dasarnya
untuk dapat menghasilkan sistem pengendalian yang baik memiliki 5 faktor pendukung yang
patut di terapkan, yaitu:

1. Pemisahan Tugas yang tepat


Dapat membantu mencegah berbagai jenis salah saji baik akibat kesalahan maupun
penipuanatau kecurangan.
2. Menentukan Luas Pengujian Pengendalian
Luas pengujian pengendalian pada perusahaan bergantung pada keefektifan
pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa hasil pengujian itu dapat
diandalkan dalam mengurangi resiko pengendalian.
3. Merancang Pengujian Pengendalian untuk Penjualan
Pengujian pengendalian yang sesuai untuk pemisahan tugas biasanya terbatas
pada pengamatan auditor atas aktivitas dan diskusi dengan personil.
4. Arah Pengujian
Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dokumen sumber jurnal sampai
dengan dokumen yang disediakan oleh perusahaan.
5. Penjualan yang dicatat dengan akurat
Pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus memperhatikan hal hal berikut :
a. Mengirimkan jumlah barang yang dipesan
b. Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim
c. Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi.

Sedangkan pada bagian transaksi yang berkaitan dengan sasaran audit untuk penjualan
memiliki 6 faktor yaitu:

1. Keterjadian Transaksi yang Dicatat Memang Ada (Existence)


Tujuan ini berkenaan dengan apakah transaksi yang tercatat memang benar-benar
terjadi. Pencatatan transaksi penjualan ke dalam jurnal penjualan padahal transaksi itu
tidak terjadi merupakan pelanggaran atas tujuan keterjadian. Tujuan ini merupakan
padanan auditor atas asersi manajemen tentang keterjadian untuk kelas transaksi.

2. Kelengkapan-Transaksi yang Terjadi Telah Dicatat (Completeness)


Tujuan ini berkaitan dengan apakah semua transaksi yang harus dimasukkan dalam
jurnal benar-benar telah dicatatkan. Kelalaian untuk memasukkan transaksi penjualan
ke dalam jurnal penjualan dan buku besar ketika penjualan itu terjadi melanggar tujuan
kelengkapan.

3. Keakuratan-Transaksi yang Dicatat Dinyatakan pada Jumlah yang Benar (Accuracy)


Tujuan ini membahas keakuratan informasi tentang transaksi akuntansi dan merupakan
salah satu bagian dari asersi keakuratan untuk kelas transaksi.

4. Posting dan Pengikhtisaran-Transaksi yang Dicatat Dimasukkan ke dalam File Induk dan
Diikhtisarkan dengan Benar (Classification)
Tujuan ini berkaitan dengan keakuratan transfer informasi dari transaksi yang dicatat
dalam jurnal ke buku besar pembantu dan ke buku besar. Ini merupakan bagian dari
asersi keakuratan untuk kelas transaksi.
5. Klasifikasi-Transaksi yang Dicatat dalam Jurnal Klien telah Diklasifikasikan secara Tepat
(Posting and summarization)
Tujuan ini menyatakan apakah transaksi telah dimasukkan dalam akun yang tepat,dan
merupakan padanan auditor atas asersi klasifikasi manajemen untuk kelas transaksi.

6. Penetapan Waktu-Transaksi Dicatat pada Tanggal yang Benar (Timing)


Tujuan penetapan waktu transaksi merupakan padanan auditor atas asersi cutoff
manajemen

Anda mungkin juga menyukai