Anda di halaman 1dari 23

Aida Novitasari, S.Kep, Ns, M.

Kep
 Pengertian :
Sindrom down adalah abnormalitas
kromosom yang ditandaia dengan berbagai
derajat retardasi mental dan defekfisik yang
berhubungan  trisomi 21 kromosom
nomor urut 21 bertumpuk tiga
Karakteristik fisik (paling sering
tampak):
Tengkorak bulat
kecil dengan oksiput
datar
Lipatan epikantus
bagian dalam dan
fisura palpebra
serong (mata miring
ke atas dan keluar)
Hidung kecil dengan
batang hidung
tertekan ke bawah
(hidung sadel)
 Mandibula hipoplasti  membuat lidah
tampak besar
 Leher pendek tebal
 Muskulator hipotonik  abdomen buncit,
hernia umbilikalis
 Sendi hiperfleksible dan lemas
 Garis simia  puncak transversal pada
sisi telapak tangan
 Tangan dan kaki lebar, pendek dan
tumpul
 Palatum berlengkung tinggi
 Lidah menjulur kadang berfisura
 Intelegensia
Bervariasi dari retardasi hebat
sampai intelgensia normal rendah
Kelambatan bahasa lebih berat
daripada kelambatan kognitif
cacat intelektual ringan (IQ 50-70)
sampai sedang (IQ 35-50)
 Anomali kongenital  pen↗ insiden:
Penyakit jantung kongesti  paling
umum
Agenesis renal
Atresia duodenum
Hiscprung
Fistula trakeoesofagus
Subluksasi pinggul
Ketidakstabilan vertebra servikal 1
atau 2
 Masalah sensori  seringkali
berhubungan:
Tuli konduktif
Strabismus
Miopi
Nistagmus
Katarak
Konjungtivitis
 Pertumbuhan dan perkembangan
seksual:
Pertumbuhan berat badan dan tinggi
badan menurun  umumnya obesitas
Perkembangan selaual terlambat
Infertil pada pria, fertil pada wanita
Penuaan prematur umum terjadi
Harapan hidup rendah
PENGKAJIAN:

Kaji riwayat keluarga  terutama terkait


dengan usia ibu, anak lain yang serupa
dalam keluarga
Kaji riwayat tumbang
Kaji keadaan fisik
 Masalah keperawatan:
 Resiko tinggi infeksi
 Kerusakan menelan
 Resiko tinggi konstipasi
 Resiko tinggi cidera
 Perubahan proses keluarga
 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
Diagnosa keperawatan:
 Resiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan
kerentanan terhadap infeksi pernafasan
 Kerusakan menelan b/d hipotonia, lidah besar,
kerusakan kognitif
 Resiko tinggi cidera b/d hipotonia, hiperekstensibilitas
sendi, instabilitas atlantoaksial
 Resiko tinggi konstipasi b/d hipotonia
 Perubahan proses keluarga b/d anak yang menderita
sindrom down
 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d
kerusakan fungsi kognitif
Diagnosa keperawatan:
 Resiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan
kerentanan terhadap infeksi pernafasan
 Kerusakan menelan b/d hipotonia, lidah besar,
kerusakan kognitif
 Resiko tinggi cidera b/d hipotonia, hiperekstensibilitas
sendi, instabilitas atlantoaksial
 Resiko tinggi konstipasi b/d hipotonia
 Perubahan proses keluarga b/d anak yang menderita
sindrom down
 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d
kerusakan fungsi kognitif
Resiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan
kerentanan terhadap infeksi pernafasan
 INTERVENSI:
 Ajarkan keluarga teknik cuci tangan yang baik 
meminimalkan pemajanan pada mikroorganisme
 tekankan pentingnya mengganti posisi anak sesering
mungkin terutama posisi duduk  mencegah
penumpukan sekret dan memudahkan ekspansi paru
 ajarkan pada keluarga penghisapan hidung dengan spuit
tipe-bulb  tulang hidung anak yang tidak berkembang
menyebabkan masalah kronis tidakadekuatan drainase
mukus
 dorong penggunan vaporizer uap dingin  mencegah
krusta skeresi nasal dan mengeringnya membran mukus
 tekankan perawat oral higiene
 tekankan pemakaian antibiotik tuntas sesuai advise
dokter  keberhasilan penyembuhan infeksi dan
mencegah pertumbuhan organisme resisten
Kerusakan menelan b/d hipotonia, lidah
besar, kerusakan kognitif

 INTERVENSI:
 hisap hidung bayi setiap kali sebelum pemberian makan
 untuk menghilangkan mukus
 berikan makanan sedikit tapi sering, biarkan anak
beristirahat setelah pemberian makan
 jelaskan pada keluarga bahwa menarik lidahmerupakan
respon normal pada anak dengan lidah menjulur dan
tidak berarti penolakan makanan.
 berikan makanan padat dengan mendorongnya pada
mulut bagian belakang dan samping, gunakan sendok
bayi yang panjang dan bertangkai lurus
 hitung kebutuhan kalori berdasarkan tinggi dan berat
badan bukan berdasarkan usia  karena pertumbuhan
cenderung lebih lambat pada anak-anak sindrom down
Resiko tinggi cidera b/d hipotonia,
hiperekstensibilitas sendi, instabilitas
atlantoaksial
 INTERVENSI:
 anjurkan aktivitas bermain dan olahraga yang sesuai
dengan maturasi fisik anak, ukuran, koordinasi dan
ketahanan  menghindari cidera
 anjurkan anak untuk berpartisipasi dalam olahraga
yang dapat melibatkan tekanan pada kepala dan
leher (lompat tinggi, senam dan menyelam) yang
dievaluasi secara radiologis  mengetahui
perkembangan instabilitas atlantoaksial
 ajari keluarga dan pemberi perawatan lainnya
(guru,pelatih, dll) gejala instabilitas atlantoaksial (nyeri
leher, kelemahan, tortikolis)  perawatan yang tepat
dapat diberikan secara adekuat
 laporkan segera apabila ada tanda-tanda kompresi
medulla spinali (nyeri leher menetap, hilangnya
ketrampilan motorik stabil dan kontrol kandung
kemih/usus, perubahan sensasi)  mencegah
keterlambatan pengobatan
 UPAYA PENCEGA HAN AGAR TDK TERLAHIR
ANAK SYNDROME DOWN :
 Skreninng prakehamilan
 semakin tinggi usia orang tua
semakin tinggi pula resiko
melahirkan anak dengan Syndrome
Down.
SEE YOU LETTER

Anda mungkin juga menyukai