Oleh:
ROYSTIANA DEWI
NIM. 40618114
a. tell show do
teknik ini biasanya digunakan untuk pasien dengan prosedur baru, sambil meminimalkan
rasa takut. Dokter gigi menjelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan, misalnya
memberikan demonstrasi prosedur, gerakan handpiece yang lambat pada jari, kemudian
dilakukan gerakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, tell show do dapat mengurangi
b. behavior shapping
modifikasi perilaku yang didasarkan pada prinsip –prinsip pembelajaran sosial. Prosedur ini
Pada tahap pertama jelaskan pada anak tujuan yang akan dilakukan pada anak
Jelaskan pentingnya prosedur yang akan dilakukan seseorang anak akan mengerti alasan
Jelaskan prosedur dengan sederhana, seorang anak sulit memahami dengan satu
Disentisasi adalah jenis manajemen perilaku yang diperkenalkan oleh Joseph Wolpe (1969)
berdasarkan pemahaman bahwa relaksasi dan kecemasan tidak dapat ada pada individu di saat
yang bersamaan. Dalam prakteknya, untuk manajemen kecemasan dental, stimulus penghasil
rasa takut dibangun, dimulai dengan stimulus dengan ancaman terendah. Namun, sebelum ini
dilakukan, pasien diajarkan untuk rileks. Jika keadaan relaksasi sudah tercapai, stimulus yang
menimbulkan rasa takut mulai diperkenalkan diawali dengan stimulus yang tidak menimbulkan
kecemasan kemudian dapat dilanjutkan dengan stimulus yang mulai menimbulkan rasa takut
c. Sedasi
Terdapat berbagai metode untuk sedasi pada pasien anak. Obat-obatan sedatif dapat diberikan
melalui inhalasi, atau melalui oral, rektal, submukosa, intramuskular, atau intravena. Penggunaan
obat kombinasi dan pilihan rute pemberian tertentu bertujuan untuk memaksimalkan efek,
nitrous oxide sering disertai dengan pemberian agen sedasi lain dengan rute pemberian berbeda
Beberapa jenis kegiatan dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian anak,seperti memainkan
film yang sesuai usia anak, bermain video game, dan lainnya bisa bermanfaat untuk mengalihkan
perhatian anak. Namun, berbicara dengan anak selama perawatan adalah metode yang efektif
e. Modelling
Video klip dari anak-anak lain yang sedang menjalani perawatan gigi yang diputar di monitor
TV dapat dijadikan sebagai model saat mereka menjalani prosedur perawatan gigi. Sebagian
besar studi modeling menunjukkan bahwa ada baiknya memperkenalkan anak ke dokter gigi
dengan cara ini, namun tidak semua penelitian menunjukkan perilaku kooperatif yang secara
statistik lebih baik pada anak-anak. Kurangnya replikasi mungkin disebabkan oleh perbedaan
dalam desain eksperimental, tim dokter gigi, kaset video dan film.i menunjukkan perlunya
rekaman video atau pemilihan film yang digunakan pada kantor dokter gigi (Dean dkk., 2011;
kandung, anak-anak lainnya, atau orangtua. Banyak dokter gigi mengijinkan anak untuk
mengajak orang tuanya masuk keruang operator untuk melihat riwayat medis gigi. Karena anak
yang sedang mengamati kemungkinan akan diperkenalkan perawatan gigi, dimulai dengan
pemeriksaan gigi. Kunjungan kembali orang tua dapat dijadikan kesempatan modeling yang
baik. Pada kesempatan ini banyak anak yang langsung menaiki dental chair setelah kunjungan
kembali. Pada saat anak menaiki dental chair, dokter gigi harus berhati-hati. Pasien anak
biasanya ditakutkan dengan suara yang keras seperti suara pada high-speed handpiece (Dean
dkk., 2011).
2. Penyakit jantung
Kelainan kongonital merupakan suatu kelainan sebelum kelahiran atau semasa dalam
kongonital merupakan abnormalitas dari struktur fungsi sirkulasi jantung pada masa
Penyakit jantung bawaan asionatik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang
dibawa sejak lahir, penyakit jantung bawaan ini merupakan bagian terbesar dari
seluruh penyakit jantung bawaan, bergantung pada ada tidaknya pirau, kelainan
Atrial septal defect atau defect septum adalah kelainan akibat adanya lubang pada
septum intersisal yang memisahkan atrium kiri dan kanan, berdasarkan letak lubang
defek ini dibagi menjadi defek septum atrium primum, bila lubang terletak di daerah
fossa ovalis dan defek sinus koroarius sbagian besar penderita defek atrium
Defect eptum ventrikel atau ventricular septal defect merpakan kelainan berupa
lubang atau celah pada septum di antara rongga ventrikel akibat kegagalan fusi atau
Patent ductus arterious atau duktus arteriosus persisten adalah duktus arteriosus yang
tetap membuka setelah bayi intervertikal, defect ini merupaka defect yang paling
sering di jumpai, pada penyakit jantung lahirKelainan ini terjadi pada bayi-bayi yang
lahir prematur.17,18 Insiden duktus arteriosus persisten sekitar 10-15% dari seluruh
Penderita PDA yang memiliki defek kecil dapat hidup normal dengan tidak atau
sedikitnya gejala, namun defek yang besar dapat menimbulkan gagal jantung
kongestif yang serupa dengan gagal jantung pada VSD. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya murmur sinambung (continous murmur) di sela iga 2-3 kiri
Perhatikan tonjolan, cacat , bercak dikulit, tahi lalat, asimetris wajah berlebih,
Putar kepala kekiri, lalu kekanan untuk periksa region submandibular sisi kiri
dan kanan
parotis bilateral
b. Mata
c. Bibir
Pemeriksaan visual
Tonus otot ; sudut mulut tidak dapat membentuk huruf o bell pals
Perubahan warna
Lesi herpetic, ulsearasi
Cheilitis angularis
Palpaasi bimanual gunakan ibu jari dan telunjuk untuk mencari tonjolan eo
dan io
d. Nodus limfatik
Kelompok servikal
e. Kelenjar saliva
Drainase
4. Pulpitis reversible
Pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak parah . jika penyebabnya
dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal. Rangsangan
ringan atau sebentar seperti karies erosi, servikal atau atrisi oklusal, sebagian besar
prosedur operatif, kuretase periodontium yang dalam dan fraktur email yang
pulpitis reversible
Gejala
Pulpitis reversibel biasanya asimtomatik (tanpa gejala). Akan tetapi, jika muncul, gejala
biasanya berbentuk pola yang khusus. Aplikasi stimulus seperti cairan dingin atau panas atau
bahkan udara, dapat menyebabkan sakit sementara yang tajam. Jika stimulus ini yang secara
normal tidak menimbulkan nyeri atau ketidaknyamanan, dihilangkan, nyeri akan segera reda.
Rangsangan panas dan dingin menimbulkan respons nyeri yang berbeda pada pulpa normal.
Ketika panas diaplikasikan pada gigi dengan pulpa yang tidak terinflamasi, respons awal
yang langsung terjadi (tertunda); intensitas nyeri akan meningkat bersamaan dengan naiknya
temperatur. Sebaliknya, respons nyeri terhadap dingin pada pulpa normal akan segera terasa;
intensitas nyerinya cenderung menurun jika stimulus dingin dipertahankan. Berdasarkan pada
observasi ini, respons dari pulpa sehat maupun yang terinflamasi tampaknya sebagian besar
5. pulpitis ireversibel
Pulpitis ireversibel seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari pulpitis reversibel.
Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif
atau terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma atau penggerakan gigi dalam perawatan
ortodonsia dapat pula menyebabkan pulpitis ireversibel. Pulpitis ireversibel tidak akan bisa
pulih walau penyebabnya dihilangkan. Cepat atau lambat pulpa akan menjadi nekrosis
Gejala
yang ringan. Akan tetapi, pulpitis ireversibel dapat juga diasosiasikan dengan nyeri
spontan (tanpa stimuli eksternal) yang intermiten atau terus-menerus. Nyeri pulpitis
nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan dengan nyeri periradikuler dan menjadi lebih sulit ketika
nyerinya semakin intens. Aplikasi rangsangan eksternal seperti dingin atau panas dapat
menyebabkan nyeri berkepanjangan.Jadi, dengan adanya nyeri parah, respons pulpa yang tidak
terinflamasi berbeda dengan respons pulpa dengan pulpitis reversibel. Aplikasi panas pada gigi
dengan pulpitis ireversibel dapat menghasilkan respons yang cepat; juga, kadang-kadang dengan
aplikasi dingin, responsnya tidak hilang dan berkepanjangan. Adakalanya, aplikasi dingin pada
pasien pulpitis ireversibel yang disertai nyeri akan menyebabkan vasokonstriksi, menurunnya
tekanan pulpa, dan diikuti kemudian dengan redanya nyeri. Walaupun telah diklaim bahwa gigi
dengan pulpitis ireversibel mempunyai ambang rangsang yang rendah terhadap stimulasi
elektrik, menurut Mumford ambang rangsang persepsi nyeri pada pulpa yang terinflamasi dan