Anda di halaman 1dari 9

DISKUSI DHE PEDODONSIA

Oleh:
ROYSTIANA DEWI
NIM. 40618114

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
1. Teknik anamnesa

a. tell show do

teknik ini biasanya digunakan untuk pasien dengan prosedur baru, sambil meminimalkan

rasa takut. Dokter gigi menjelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan, misalnya

memberikan demonstrasi prosedur, gerakan handpiece yang lambat pada jari, kemudian

dilakukan gerakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, tell show do dapat mengurangi

kecemasan. Pada pasien anak yang baru kedokter gigi

b. behavior shapping

pembentukan prilaku merupakan teknik nonfarmakologi, teknik ini merupakan bentuk

modifikasi perilaku yang didasarkan pada prinsip –prinsip pembelajaran sosial. Prosedur ini

secara bertahap menggembangkan perilaku dan memperkuat perilaku sosial.

 Pada tahap pertama jelaskan pada anak tujuan yang akan dilakukan pada anak

 Jelaskan pentingnya prosedur yang akan dilakukan seseorang anak akan mengerti alasan

dan dapat bekerja sama

 Jelaskan prosedur dengan sederhana, seorang anak sulit memahami dengan satu

penjelasan, sehingga harus dijelaskan secara berlahan dan bertahap.

 Pehatikan tingkat pemahaman anak

 Gunakan perkiraan dalam keberhasilan

 Memperkuat membentuk prilaku yang kuat

Disentisasi adalah jenis manajemen perilaku yang diperkenalkan oleh Joseph Wolpe (1969)

berdasarkan pemahaman bahwa relaksasi dan kecemasan tidak dapat ada pada individu di saat
yang bersamaan. Dalam prakteknya, untuk manajemen kecemasan dental, stimulus penghasil

rasa takut dibangun, dimulai dengan stimulus dengan ancaman terendah. Namun, sebelum ini

dilakukan, pasien diajarkan untuk rileks. Jika keadaan relaksasi sudah tercapai, stimulus yang

menimbulkan rasa takut mulai diperkenalkan diawali dengan stimulus yang tidak menimbulkan

kecemasan kemudian dapat dilanjutkan dengan stimulus yang mulai menimbulkan rasa takut

(Duggal dkk., 2013)

c. Sedasi

Terdapat berbagai metode untuk sedasi pada pasien anak. Obat-obatan sedatif dapat diberikan

melalui inhalasi, atau melalui oral, rektal, submukosa, intramuskular, atau intravena. Penggunaan

obat kombinasi dan pilihan rute pemberian tertentu bertujuan untuk memaksimalkan efek,

meningkatkan keamanan, serta memaksimalkan penerimaan pada pasien. Inhalasi campuran

nitrous oxide sering disertai dengan pemberian agen sedasi lain dengan rute pemberian berbeda

(Dean dkk., 2011).

d. Distraksi (Pengalihan Perhatian)

Beberapa jenis kegiatan dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian anak,seperti memainkan

film yang sesuai usia anak, bermain video game, dan lainnya bisa bermanfaat untuk mengalihkan

perhatian anak. Namun, berbicara dengan anak selama perawatan adalah metode yang efektif

untuk mengalihkan perhatian anak (Duggal dkk., 2013).

e. Modelling

Video klip dari anak-anak lain yang sedang menjalani perawatan gigi yang diputar di monitor

TV dapat dijadikan sebagai model saat mereka menjalani prosedur perawatan gigi. Sebagian

besar studi modeling menunjukkan bahwa ada baiknya memperkenalkan anak ke dokter gigi

dengan cara ini, namun tidak semua penelitian menunjukkan perilaku kooperatif yang secara
statistik lebih baik pada anak-anak. Kurangnya replikasi mungkin disebabkan oleh perbedaan

dalam desain eksperimental, tim dokter gigi, kaset video dan film.i menunjukkan perlunya

rekaman video atau pemilihan film yang digunakan pada kantor dokter gigi (Dean dkk., 2011;

Koch dan Pulsen, 2009)

Modifikasi perilaku dapat juga dilakukan pada pasien seperti saudara

kandung, anak-anak lainnya, atau orangtua. Banyak dokter gigi mengijinkan anak untuk

mengajak orang tuanya masuk keruang operator untuk melihat riwayat medis gigi. Karena anak

yang sedang mengamati kemungkinan akan diperkenalkan perawatan gigi, dimulai dengan

pemeriksaan gigi. Kunjungan kembali orang tua dapat dijadikan kesempatan modeling yang

baik. Pada kesempatan ini banyak anak yang langsung menaiki dental chair setelah kunjungan

kembali. Pada saat anak menaiki dental chair, dokter gigi harus berhati-hati. Pasien anak

biasanya ditakutkan dengan suara yang keras seperti suara pada high-speed handpiece (Dean

dkk., 2011).

2. Penyakit jantung

a. Penyakit jatung bawaan

Kelainan kongonital merupakan suatu kelainan sebelum kelahiran atau semasa dalam

kandungan dan termasuk didalamnya alah kelainan jantung, kelainan jantungb

kongonital merupakan abnormalitas dari struktur fungsi sirkulasi jantung pada masa

kelahiran, malformasi kardiovaskuler kongenitaltersebut berasal dari kegagalan

perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.

b. Penyakit jantng bawaan asionatik

Penyakit jantung bawaan asionatik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang

dibawa sejak lahir, penyakit jantung bawaan ini merupakan bagian terbesar dari
seluruh penyakit jantung bawaan, bergantung pada ada tidaknya pirau, kelainan

berupa lubang pada sekat pembatas antar jantung.

c. Atrial septal defect

Atrial septal defect atau defect septum adalah kelainan akibat adanya lubang pada

septum intersisal yang memisahkan atrium kiri dan kanan, berdasarkan letak lubang

defek ini dibagi menjadi defek septum atrium primum, bila lubang terletak di daerah

fossa ovalis dan defek sinus koroarius sbagian besar penderita defek atrium

sekundum tidak memberikan gejala terutama pada bayi dan anakkecil.

d. Ventricular septal defect

Defect eptum ventrikel atau ventricular septal defect merpakan kelainan berupa

lubang atau celah pada septum di antara rongga ventrikel akibat kegagalan fusi atau

penyambungan sekat bawaan.

e. Patent ductus arterious

Patent ductus arterious atau duktus arteriosus persisten adalah duktus arteriosus yang

tetap membuka setelah bayi intervertikal, defect ini merupaka defect yang paling

sering di jumpai, pada penyakit jantung lahirKelainan ini terjadi pada bayi-bayi yang

lahir prematur.17,18 Insiden duktus arteriosus persisten sekitar 10-15% dari seluruh

penyakit jantung bawaan dengan penderita perempuan melebihi laki-laki yakni

Penderita PDA yang memiliki defek kecil dapat hidup normal dengan tidak atau

sedikitnya gejala, namun defek yang besar dapat menimbulkan gagal jantung

kongestif yang serupa dengan gagal jantung pada VSD. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya murmur sinambung (continous murmur) di sela iga 2-3 kiri

sternum menjalar ke infraklavikuler.

3. Pemeriksaan ekstra oral

a. Kepala, wajah dan leher

Pemeriksaan wajah dan leher dilihat dari depan

 Perhatikan tonjolan, cacat , bercak dikulit, tahi lalat, asimetris wajah berlebih,

dan pemerksaan leher

 Angkat dagu ke atas pembengkakan akan terlihat jelas, pada pembengkakan

tiroid ; lesi akan bergerak saat menelan

 Putar kepala kekiri, lalu kekanan untuk periksa region submandibular sisi kiri

dan kanan

 Bila pasien tidak terlalu gemuk, biasanya pembengkakan kelenjar sublingual,

nodus limfatik dan kelenjar submandibular akan terlihat

 Kepala kembali dalam posisi tegak untuk pemeriksaan bilateral kelenjar

parotis bilateral

b. Mata

Perhatikan kedipan mata

Frekuensi ; masalah psikologis, Parkinson

Exophthalamus bilateral hipertiroidisme

c. Bibir

 Pemeriksaan visual

Tonus otot ; sudut mulut tidak dapat membentuk huruf o bell pals

Perubahan warna
Lesi herpetic, ulsearasi

Cheilitis angularis

 Palpaasi bimanual gunakan ibu jari dan telunjuk untuk mencari tonjolan eo

dan io

d. Nodus limfatik

Nodus limfatik yang normal tidak dapat diraba

Nodus limfatik daerah kepala dan leher dibagi dalam 2 kelompok

 Kelompok melingkar luar dan dalam

Bagian luar. Submental dibalik dagu, letaknya pada otot mylohyoideus

Submandibula diantara mandibula dan kelenjar saliv mandibula

 Kelompok servikal

Nodus limfatik servikal di permukaan tersebar di sekitar vena jugularis

eksterna dan anterior

e. Kelenjar saliva

 Drainase

Nodus sub mandibula drainase unilateral dan nodus submental.

4. Pulpitis reversible

Pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak parah . jika penyebabnya

dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal. Rangsangan

ringan atau sebentar seperti karies erosi, servikal atau atrisi oklusal, sebagian besar

prosedur operatif, kuretase periodontium yang dalam dan fraktur email yang

menyebabkan tubulus dentin terbukaadalah factor factor yang dapat mengakibatkan

pulpitis reversible
 Gejala

Pulpitis reversibel biasanya asimtomatik (tanpa gejala). Akan tetapi, jika muncul, gejala

biasanya berbentuk pola yang khusus. Aplikasi stimulus seperti cairan dingin atau panas atau

bahkan udara, dapat menyebabkan sakit sementara yang tajam. Jika stimulus ini yang secara

normal tidak menimbulkan nyeri atau ketidaknyamanan, dihilangkan, nyeri akan segera reda.

Rangsangan panas dan dingin menimbulkan respons nyeri yang berbeda pada pulpa normal.

Ketika panas diaplikasikan pada gigi dengan pulpa yang tidak terinflamasi, respons awal

yang langsung terjadi (tertunda); intensitas nyeri akan meningkat bersamaan dengan naiknya

temperatur. Sebaliknya, respons nyeri terhadap dingin pada pulpa normal akan segera terasa;

intensitas nyerinya cenderung menurun jika stimulus dingin dipertahankan. Berdasarkan pada

observasi ini, respons dari pulpa sehat maupun yang terinflamasi tampaknya sebagian besar

disebabkan oleh perubahan dalam tekanan intrapulpa

5. pulpitis ireversibel

Pulpitis ireversibel seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari pulpitis reversibel.

Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif

atau terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma atau penggerakan gigi dalam perawatan

ortodonsia dapat pula menyebabkan pulpitis ireversibel. Pulpitis ireversibel tidak akan bisa

pulih walau penyebabnya dihilangkan. Cepat atau lambat pulpa akan menjadi nekrosis

 Gejala

Pulpitis ireversibel biasanya asimtomatik atau pasien hanya mengeluhkan gejala

yang ringan. Akan tetapi, pulpitis ireversibel dapat juga diasosiasikan dengan nyeri

spontan (tanpa stimuli eksternal) yang intermiten atau terus-menerus. Nyeri pulpitis

ireversibel dapat tajam, tumpul, setempat atau difus


(menyebar) dan bisa berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam. Menentukan lokasi

nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan dengan nyeri periradikuler dan menjadi lebih sulit ketika

nyerinya semakin intens. Aplikasi rangsangan eksternal seperti dingin atau panas dapat

menyebabkan nyeri berkepanjangan.Jadi, dengan adanya nyeri parah, respons pulpa yang tidak

terinflamasi berbeda dengan respons pulpa dengan pulpitis reversibel. Aplikasi panas pada gigi

dengan pulpitis ireversibel dapat menghasilkan respons yang cepat; juga, kadang-kadang dengan

aplikasi dingin, responsnya tidak hilang dan berkepanjangan. Adakalanya, aplikasi dingin pada

pasien pulpitis ireversibel yang disertai nyeri akan menyebabkan vasokonstriksi, menurunnya

tekanan pulpa, dan diikuti kemudian dengan redanya nyeri. Walaupun telah diklaim bahwa gigi

dengan pulpitis ireversibel mempunyai ambang rangsang yang rendah terhadap stimulasi

elektrik, menurut Mumford ambang rangsang persepsi nyeri pada pulpa yang terinflamasi dan

tidak terinflamasi adalah sama.

Anda mungkin juga menyukai