Anda di halaman 1dari 5

PENGERTIAN DAN PRINSIP PENGELOLAAN

HUTAN BERBASIS EKOSISTEM

Hutan dengan segala isi dan prosesnya merupakan sebuah ekosistem, yang merupakan suatu komunitas
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme beserta lingkungan non-hayati yang dinamis dan kompleks, serta
saling berinteraksi sebagai suatu unit yang fungsional. Perencanaan dan pengelolaan kawasan hutan yang
berdasarkan ekosistem dapat diartikan sebagai sebuah cara yang berhubungan dan pemanfaatan ekosistem,
yang terdiri dari melindungi, memelihara, dan bila perlu memperbaharui keragaman hayati dari level spesies
dan genetik menuju level komunitas dan lanskap.
Perpekstif ekosistem bekerja pada semua skala dari mikro sampai global. Sebuah pendekatan berbasis
ekosistem dalam pemanfaatan hutan adalah melindungi/menjaga fungsi hutan pada semua skala spasial dan
waktu sebagai prioritas pertama, selanjutnya menuju pemanfaatan yang berkelanjutan atau lestari dalam
batasan ekologi. Sebuah ekosistem hutan juga sebuah ruang spasial yang berkelanjutan, di mana
setiap bagian hutan saling berhubungan, kluster-kluster ekosistem saling tergantung satu sama lain, mulai dari
bagian kecil dari jenis tanah yang berbeda pada luasan 4 ha tegakan hutan sampai sebuah DAS seluas 500.000
ha atau lebih.
 Pada sebuah pengelolaan hutan berbasis ekosistem selalu berusaha untuk menghindari hilangnya fungsi
hutan dengan cara memelihara komposisi dan struktur hutan, mulai dari bakteri tanah yang paling kecil
sampai suatu bagian hutan dari suatu areal besar DAS. Karena suatu pendekatan berbasis ekosistem
mengharuskan modifikasi yang minimum terhadap komposisi dan struktur ekosistem hutan, untuk
menghasilkan berbagSebagai contoh, dengan memelihara sebuah pohon pada suatu areal HPH atau
meninggalkan tegakan pohon-pohon tua pada setiap bagian hutan, kita akan menghasilkan sebuah
lingkungan dengan rentang manfaat yang lebar, mulai dari ekowisata sampai penebangan kayu. Hal
tersebut tidak akan didapatkan pada sistem penebangan konvensional, seperti pada tebang habis dan
hutan tanaman.
“ Prinsip-Prinsip Pengelolaan Hutan
Berbasis Ekosistem
Prinsip 1 : Memfokuskan pada apa yang akan ditinggalkan, bukan apa yang akan diambil.
Sebuah pendekatan berbasis ekosistem dalam pemanfaatan hutan membiarkan secara penuh fungsi hutan pada seluruh skala
spasial sepanjang waktu. Sebagai contoh, seorang pengelola HPH harus mengidentifikasi setiap bagian hutan dalam areal hutan
konsesinya, areal-areal mana yang harus dilindungi, serta mengidentifikasi fungsi hutan yang harus dijaga, pada jangka pendek
dan jangka panjang.

Prinsip 2 : Terapkan prinsip kehati-hatian dalam seluruh perencanaan dan kegiatan pengelolaan hutan.

Prinsip kehati-hatian berarti dalam setiap perencanaan pengelolaan harus selalu mementingkan aspek perlindungan
fungsi ekosistem hutan daripada aspek produksi jangka pendek ( jatah tebangan tahunan). Dengan kata lain, jika kita
tidak yakin bahwa kegiatan yang akan dilakukan akan melindungi, menjaga dan memperbaiki fungsi ekosistem, jangan

dilakukan.

Prinsip 3 : Seluruh perencanaan dan kegiatan harus memasukkan perlindungan fungsi hutan pada semua skala waktu dan ruang,
dengan menentukan batas ekologis dari seluruh jenis ekosistem hutan.
Skala waktu yang harus dipertimbangkan adalah perencanaan pengelolaan hutan pada periode 500 tahun atau
lebih,terhadap rencana penebangan selama 1 sampai 20 tahun. Sedangkan skala ruang dalam satu perencanaan ditentukan
untuk areal hutan paling kecil, misalkan sebuah areal hutan pada sebuah Sub DAS kecil seluas 200 ha atau lebih. Yang
dimaksud dengan batas ekologis adalah faktor biofisik yang membatasi berbagai pemanfaatan hutan yang menyebabkan
tingkat perubahan ekosistem yang tidak dapat diterima
Prinsip 4 : Seluruh perencanaan dan kegiatan harus melindungi, memelihara dan jika perlu merehabilitasi keanekaragaman
hayati yang ada (genetik,spesiesdankomunitas).

Pemeliharaan dan rehabilitasi keanekaragaman hayati sangat penting dilakukan untuk melestarikan seluruh kehidupan yang kita
ketahui pada suatu ekosistem hutan. Pemeliharaan keragaman genetik artinya menjamin keberadaan genetik lokal termasuk
genetik pohon yang ditebang pada suatu areal, harus segera direhabilitasi dengan genetik yang sama jika sudah sangat
rusak. Pemeliharaan keragaman spesies dan komunitas berarti pemeliharaan keragaman populasi lokal meliputi tumbuhan, satwa
dan mikroorganisme, pada setiap fase suksesi pada seluruh tipe ekosistem yang ada di seluruh kawasan hutan.

Prinsip 5 : Menghargai dan memelihara proses/gangguan alam sepanjang waktu dan ruang sebagai dasar kegiatan
perlindungan, pemeliharaan dan rehabilitasi kawasan hutan.
Sebagai contoh, adanya pohon yang rusak karena kebakaran hutan atau gangguan alam lainnya, sangat mempengaruhi
komposisi, sturktur dan fungsi ekosistem dari keseluruhan fungsi hutan. Pada level bentang lahan. gangguan alam baik besar
maupun kecil sangat berpengaruh terhadap keragaman pola habitat dan keragaman tumbuhan dan hewan. Perlindungan
dan pemeliharaan sangat diperlukan untuk keperluan pembentukan komposisi, sturktur dan fungsi hutan pada suatu bentang
lahan.

Prinsip 6: Pada setiap aktivitas perencanaan dan pengelolaa hutan harus selalu memperhatikan aspek perlindungan,
pemeliharaan, dan pemulihan komposisi, struktur, dan fungsi hutan pada setiap bagian atau level tegakan
Komposisi diarahkan sebagai bagian dari penyehatan ekosistem hutan secara alami meliputi topografi, tanah, air, tumbuhan,
hewan dan mikroorganisme. Struktur merupakan susunan dari berbagai bagian di dalam suatu ekosistem hutan meliputi
sejumlah pohon besar, pohon-pohon intermediat, tumbuhan bawah, serta pohon yang sudah tumbang. Fungsi hutan lebih
ditujukan pada bagaimana seluruh fungsi hutan berlangsung optimal pada jangka waktu yang lama.

Anda mungkin juga menyukai