Anda di halaman 1dari 3

Pendahuluan

membahas kebijakan pengelolaan ekosistem dari Program Perspektif Baru Dinas Kehutanan Amerika
Serikat. Pengelolaan ekosistem adalah kontribusi penting untuk kehutanan berkelanjutan, memperkuat
prinsip-prinsip ekologi dalam pengelolaan. Terdapat beragam definisi, namun intinya adalah integrasi
pengetahuan ilmiah tentang hubungan ekologis dengan tujuan melindungi ekosistem asli jangka
panjang. Pengelolaan ekosistem juga mencakup aspek ekonomi dan sosial. Satuan Tugas Pengelolaan
Ekosistem Antar Lembaga (1994) menekankan pendekatan untuk memulihkan dan mempertahankan
ekosistem yang sehat dengan menggunakan ilmu pengetahuan terbaik. USDA Forest Service (Thomas
dan Huke 1996) mengintegrasikan ekonomi, ekologi, dan aspek sosial dalam pengelolaan sumber daya
alam di suatu wilayah.

Latar belakang politik pengelolaan ekosistem di Pasifik Barat Laut

Pada dekade terakhir, terjadi perubahan dalam gaya pengelolaan lahan publik di Barat Laut Pasifik, dari
tebang habis dan rotasi pendek menuju upaya besar dalam pengelolaan dan penelitian ekosistem. Hal
ini dipicu oleh putusan pengadilan pada tahun 1993 yang mempengaruhi penebangan kayu di lahan
federal. Peraturan baru menekankan perlindungan habitat dan keanekaragaman hayati. Awalnya, fokus
hukum pada burung hantu tutul utara kemudian meluas ke seluruh spesies terkait dengan hutan tua di
wilayah tersebut. Keputusan ini berdampak ekonomi signifikan terutama pada komunitas kecil yang
bergantung pada kayu dari lahan federal.

Presiden Clinton merespons masalah ini dengan mengadakan konferensi pada 1993 dan membentuk
tiga kelompok kerja antar lembaga untuk menangani pengelolaan ekosistem dan kesejahteraan
masyarakat. Laporan dari Tim Penilai Pengelolaan Ekosistem Hutan diterbitkan pada Juli 1993, menandai
dimulainya era pengelolaan ekosistem di Barat Laut Pasifik.

Kontroversi tentang Pengelolaan ekosistem

meskipun diakui sebagai konsep penting untuk pembangunan berkelanjutan, juga kontroversial.
Terdapat perbedaan pandangan, di mana beberapa mendukung fokus ekologi, sementara yang lain
melihatnya sebagai cara untuk mencocokkan kebutuhan manusia dengan nilai-nilai lingkungan. Di
Amerika Serikat, kontroversi ini terkait dengan Rencana Hutan Barat Laut, dengan beberapa skeptis
terhadap pendekatan yang diambil. Mereka mengkritik bahwa aspek ekonomi sering diabaikan atau
diragukan, dan juga menyoroti kebingungan konseptual seputar operasionalisasi konsep ekosistem.
Penting untuk mencari konsensus dan memperbaiki implementasi pengelolaan ekosistem. Meskipun
demikian, Rencana Hutan Barat Laut dianggap berhasil dalam mempertahankan lingkungan sambil
memastikan pasokan kayu yang stabil dan berkelanjutan.

Pengelolaan berbasis ekosistem

Pengelolaan berbasis ekosistem mengakui bahwa tidak mungkin mengelola seluruh aspek ekosistem.
Sebaliknya, para manajer fokus pada manipulasi aspek tertentu dari ekosistem untuk mempertahankan
karakteristik yang diinginkan, dengan mempertimbangkan input, proses, interaksi, dan output
ekosistem. Schlaepfer (1997) lebih suka menggunakan istilah "pengelolaan berbasis ekosistem" daripada
"pengelolaan ekosistem". Pendekatan ini dapat diterapkan pada berbagai isu pengelolaan sumber daya
alam seperti pengelolaan lahan, hutan, air, satwa liar, lahan basah, dan daerah aliran sungai.
Manajemen berbasis ekosistem merupakan proses sistematis yang didasarkan pada penilaian yang baik
dan ilmu pengetahuan yang kuat. Tujuannya adalah mencapai penggunaan sumber daya alam yang
berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan teknologi. Pentingnya
pengelolaan berbasis ekosistem adalah untuk memungkinkan masyarakat menggunakan sumber daya
alam sambil mempertahankan produktivitas untuk generasi mendatang, melindungi ekosistem yang
berharga, memulihkan habitat yang rusak, dan merehabilitasi ekosistem yang telah berubah. Yang
terpenting, penting untuk fokus pada bagaimana sumber daya alam dikelola daripada sekadar istilah
yang digunakan.

menjadi ilmuwan yang berkontribusi terhadap pengelolaan ekosistem

Pengelolaan berbasis ekosistem merupakan pendekatan yang mengakui kompleksitas ekosistem dan
berusaha untuk mempertahankan karakteristik yang diinginkan dengan memanipulasi aspek tertentu
dari ekosistem. Kontribusi ilmiah terhadap pengelolaan ekosistem mencakup berbagai bidang seperti
silvikultur, genetika pohon, pengendalian serangga, dan ekologi. Biologi konservasi menekankan
perlindungan seluruh sistem biologis dan prosesnya. Dinamika ekosistem mempelajari perubahan pola
bentang alam. Studi kasus menunjukkan pentingnya analisis spasial dan konfigurasi lanskap dalam
memahami pengaruh terhadap populasi hewan dan keanekaragaman hayati. Pengelolaan ekosistem
juga berkembang di Eropa, terbukti dari konferensi di Belanda dan publikasi jurnal khusus mengenai
pengelolaan ekosistem.

Pentingnya mempertimbangkan skala lanskap, integrasi antar disiplin ilmu, dan peran gangguan dalam
pengelolaan ekosistem menjadi sorotan dalam penelitian di Pasifik Barat Laut. Khususnya, rancangan
tata guna lahan harus memperhitungkan probabilitas terjadinya gangguan alami.

Selama berabad-abad, hutan dianggap sebagai entitas terpisah dengan kebijakan kehutanan yang
terbatas pada wilayah hutan itu sendiri. Namun, pemahaman baru mulai muncul bahwa hutan
merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dan berinteraksi dengan elemen-elemen lain di sekitarnya,
seperti zona transisi dengan lahan pertanian atau daerah perkotaan. Fungsi ekosistem hutan terjadi
pada skala berbeda, dari tingkat tapak hingga tingkat lanskap, regional, dan global. Pemahaman ini
menjadi dasar untuk memasukkan lanskap dalam pengelolaan berbasis ekosistem.

Ekosistem hutan sebagai bagian dari lanskap yang lebih luas

Pasal 8(e) dari Prinsip-prinsip Hutan yang dirumuskan di KTT Bumi 1992 menggarisbawahi integrasi
pengelolaan hutan dengan kawasan sekitarnya untuk mempertahankan keseimbangan ekologis dan
produktivitas yang berkelanjutan. Ini mendorong pengelola untuk mempertimbangkan interaksi antara
ekosistem hutan dan tipe penggunaan lahan lainnya.

Konsep integrasi pengelolaan hutan dengan lanskap terkait erat dengan ekologi lanskap, yang
mempelajari hubungan antara elemen-elemen pembentuk lanskap dan fungsi lanskap sebagai sebuah
sistem. Pentingnya mempertimbangkan skala lanskap, mengakui peran matriks dalam melestarikan
keanekaragaman, dan memahami bahwa lebih banyak keragaman belum tentu lebih baik juga diakui.

Pemahaman tentang elemen-elemen lanskap dan integrasi pengelolaan hutan dengan lanskap
diperlukan untuk pengelolaan keanekaragaman hayati. Keputusan terkadang harus diambil pada skala
ekosistem dan lanskap, mempertimbangkan juga faktor manusia. Perubahan sikap dan partisipasi
masyarakat lokal penting dalam keberhasilan implementasi pengelolaan ekosistem di tingkat lanskap.
Buku-buku teks terbaru dalam bidang ekologi hutan dan pengelolaan hutan menekankan metode
penskalaan spasial untuk analisis ekosistem bentang alam dan regional serta peran hutan dalam ekologi
global. Pengelolaan berbasis ekosistem, meskipun awalnya diabaikan, kini mulai diimplementasikan
dengan berbagai instrumen, dan berpotensi mengubah paradigma kehutanan.

Anda mungkin juga menyukai