Anda di halaman 1dari 46

Masalah Trauma pada

Lansia
Pendahuluan

 Jatuh sering ditemukan pd usia lanjut dg segala


konsekuensinya yg sangat mahal: morbiditas dan
mortalitas, disabilitas, dan pemeliharaan kesehatan.
 Dahulu, jatuh tidak dikenali sbg masalah kesehatan yg
serius dan tidak dapat dicegah.
 Saat ini, berdasarkan bukti-bukti penelitian, walaupun
etiologinya multifaktorial, jatuh dapat dicegah dg cara
tatalaksana faktor-faktor risikonya.
 Tatalaksana faktor-faktor risiko jatuh yg efektif
membutuhkan pendekatan multidisiplin.
 Pencegahan jatuh tidak scr luas dipraktekkan, kecuali di
bidang Geriatri melalui Pendekatan Paripurna Pasien
Geriatri (P3G).
 Jatuh tetap menjadi isu kesehatan masyarakat yg
ditatalaksana di bawah standar (udertreated public health
issue).
Insiden dan Akibat Jatuh

 Sekitar 35%-40% orang berusia >65 th jatuh


setiap tahun; separuhnya jatuh lebih dari 1 kali.
 Wanita lebih sering jatuh dibandingkan pria.
 Lebih dari separuh jatuh terjadi di rumah
(terutama di kamar mandi dan dapur) saat pasien
melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
Cedera akibat Jatuh/ Fall Injuries

 Fraktur, laserasi, soft-tissue injury, dan trauma


kepala terjadi pd 5%-15% jatuh di masyarakat.
 Sekitar 8% orang berusia >65 th mengunjungi
UGD krn fall-related injury setiap tahun.
 Jatuh mrpk penyebab kedua brain and spinal cord
injury pd usia lanjut.
 Pneumonia, dehidrasi, dan imobilisasi akibat
jatuh.
 Fraktur panggul mrpk akibat jatuh yg paling
menakutkan.
 Sekitar 50% orang berusia lanjut yg mengalami
fraktur panggul akibat jatuh akan tergantung
hidupnya kpd orang lain dan keterbatasan
fungsional aktivitas sehari-hari.
 Di AS luka akibat jatuh mrpk penyebab
kematian kelima pd orang berusia >65 th.
Lokasi fraktur tersering
Etiologi Jatuh

 Lingkungan: terpeleset, tersandung, dan faktor-


faktor lingkungan lain yg mengganggu
keseimbangan seperti kurang penerangan, lantai
kamar mandi yg licin.
 Intrinsik: akibat gangguan keseimbangan,
mobilitas, fungsi sensorik dan kognitif, drop
attack, dizziness, dan hipotensi postural.
 Ekstrinsik: polifarmasi >4 obat-obatan, obat-
obatan spesifik, intoksikasi, pasca perawatan RS.
Faktor Intrinsik

1. Vertigo: keluhan pusing seolah-olah berputar, kadang


disertai sensasi ingin muntah. Faktor risiko:
spondiloartrosis servikalis, sumbatan pembuluh darah
vertebrobasiler, hipertensi, hiperkoagulasi.
2. Ggg penglihatan krn katarak atau degenerasi makula
mengganggu visus, penurunan kemampuan adaptasi
silau atau perubahan intensitas cahaya.
3. Ggg pendengaran terkait ggg nervus vestibularis.
4. Penyakit sistemik: gagal jantung, pneumonia, ISK,
PPOK, MCI.
5. Metabolik: hipoksia, ggg keseimbangan asam-basa,
hiponatremia, hipo/hiperglikemia.
6. Ggg sistem muskuloskeletal: nyeri lutut akibat OA
genu, nyeri tumit akibat plantar fasciitis, LBP akibat
spondiloartrosis lumbal.
7. Ggg proprioseptif akibat neuropati perifer.
8. Dehidrasi dan deconditioning effect → hipotensi
postural.
9. Sinkop/ hilangnya kesadaran mendadak: respon
vasovagal, bradi dan takiaritmia, stenosis aorta, TIA,
stroke.
10. Drop attact: kelemahan tungkai bawah mendadak yg
menyebabkan jatuh tanpa kehilangan kesadaran,
sering dikaitkan dg insufisiensi vertebrobasiler yg
dipicu oleh perubahan posisi kepala.
Faktor Ekstrinsik
1) Lampu ruangan yg kurang terang.
2) Lantai yg licin, basah, atau tidak rata.
3) Furnitur yg terlalu rendah atau tinggi.
4) Tangga yg tidak aman.
5) Kamar mandi dg bak mandi/ closet terlalu rendah/
tinggi dan tidak memiliki alat bantu untuk
berpegangan.
6) Tali atau kabel yg berserakan di lantai.
7) Karpet yg terlipat.
8) Benda-benda di lantai yg menyebabkan seseorang
tersandung.
Tabel 1: Penyebab jatuh
Etiologi Keterangan
Kecelakaan Kecelakaan murni (terpeleset, tersandung), interaksi antara
bahaya di lingkungan dan faktor yg meningkatkan kerentanan.
Sinkop Hilangnya kesadaran
Drop attack Kelemahan tungkai bawah mendadak yg menyebabkan jatuh
tanpa kehilangan kesadaran.
Dizziness dan
atau Vertigo Penyakit vestibular, penyakit SSP
Hipotensi Hipovolemia, disfungsi otonom, tirah baring lama, obat-obatan,
ortostatik hipotensi postpandrial.
Obat-obatan Diuretik, antihipertensi, antidepresan trisiklik, sedatif,
antipsikotik, hipoglikemia, alkohol.
Proses Berbagai penyakit akut, kardiovaskular (aritmia, sinkop sinus
penyakit karotis), neurologis (TIA, stroke akut, kejang, parkinson,
spondilosis lumbval atau servikal, tumor, hematom subdureal
Pendekatan pasien dengan Jatuh

 Semua pasien >65 th harus dilakukan skrining dg


pertanyaan spesifik ttg jatuh.
 Dua kali jatuh dlm waktu 6 bulan atau jatuh yg
menyebabkan cedera serius harus dilakukan evaluasi
lengkap dan intervensi multikomponen.
 Faktor-faktor risiko yg bisa dimodifikasi harus diketahui
untuk mencegah jatuh pd pasien risiko tinggi atau jatuh
berulang.
1) Anamnesis (Catastrophe: a Mnemonic for obtaining a history
after a fall) dan PF (The Mnemonic I HATE FALLING
can be a useful tool for remembering the key components of the
exam).
2) Review obat-obatan yg bisa meningkatkan risiko
jatuh.
3) Identifikasi lingkungan dan faktor-faktor situasional.
4) Fungsi kognitif dan fungsional sehari-hari.
5) Identifikasi penyakit medis akut yg baru.
Anamnesis: Catastrophe
 Caregiver and housing.
 Alcohol (including withdrawl).
 Treatment (medication).
 Affect (depression).
 Syncope.
 Teetering (dizziness).
 Recent illness (or hospitalization).
 Ocular problem.
 Pain with mobility.
 Hearing.
 Environtmental hazard.
PF: I HATE FALLING
 TD ortostatik, fungsi sensorik, fungsi motorik, fungsi kognitif,
masalah kaki, dan penilaian performance.
 Inflammation of joints (or deformity).
 Hypotension (orthostatic measurements).
 Auditory and visual abnormalities.
 Tremor (or other signs of parkinsonism)
 Equilibrium or balance (Romberg or Pull-test).
 Foot problem.
 Arrhytmia or valvular disease.
 Leg-length discrepancy.
 Lack of conditioning (general weakness).
 Illness.
 Nutritional status.
 Gait disturbance.
PF: lower extremity proximal muscle weakness,
gait, and balance

 Instruksikan pasien: duduk-berdiri tanpa bantuan tangan secepat-


cepatnya frekwensi 5x; waktu >10 detik menegaskan adanya
kelemahan otot prksimal tungkai bawah.
 Instruksikan pasien bangkit dari kursi, berjalan 3 meter lurus,
berbalik arah 180 derajat, kemudian duduk kembali ke kursi:
penilaian Gait (gaya berjalan).
 Romberg: pasien berdiri dg mata terbuka, kemudian tutup mata
berdiri 3 arah berlainan; satu kaki kanan selangkah kaki kiri; tumit
kaki kanan di atas ibu jari kaki kiri: masing-masing
dipewrtahankan selama 10 detik untuk menilai keseimbangan.
Review Obat-obatan
Obat-obatan yg meningkatkan risiko jatuh:
1. Hipnotik-sedatif, khususnya benzodiazepine dan
zolpidem.
2. Antidepresan.
3. Antiemetik.
4. Antikolinergik, termasuk antihistamin.
5. Antihipertensi dan vasodilator.
6. NSAID.
7. Obat hipoglikemi.
8. Antipsikotik.
9. Ca antagonis.
Evaluasi pasien usia lanjut yg jatuh

Anamnesis:
• Riwayat medis umum, tingkat mobilitas, riwayat jatuh
sebelumnya.
• Review obat-obatan yg dikonsumsi: antihipertensi,
hipnotik-sedatif, antiemetik, antidepresan, antihistamin,
antikolinergik, NSAID, hipoglikemik oral, antipsikotik,
Ca antagonis.
• Apakah yg dipikirkan pasien sbg penyebab jatuh:
tersandung/ terpeleset, apakah pasien sadar akan
jatuh?apakah kejadian jatuh sama sekali tidak terduga?
• Lingkungan tempat sekitar jatuh: waktu dan tempat
jatuh, saksi, kaitan dg perubahan postur, batuk, bak,
memutar kepala?
• Gejala yg terkait: kepala terasa ringan, dizziness, vertigo,
palpitasi, nyeri dada, sesak, gejala neurologis fokal
mendadak (kelemahan, ggg sensorik, disartria, ataksia,
bingung, afasia), aura, inkontinensia urin atau alvi.
• Hilangnya kesadaran: apakah yg langsung diingat stl
jatuh?, apakah adanya kehilangan kesadaran dapat
dijelaskan oleh saksi?, apakah pasien dapat bangkit
kembali stl jatuh?
Pemeriksaan fisik:
 Tanda vital: demam, TD saat berbaring, duduk, dan berdiri.
 Visus mata.
 Kardiovaskular: aritma, bruit karotis, stenosis aorta, sensitivitas
sinus karotis.
 Ekstremitas: OA genu, plantar fasciitis, lingkup gerak sendi,
deformitas, ulserasi.
 Neurologis: status mental, otot (kelemahan, rigiditas, spastisitas),
saraf kranial, tremor istirahat, bradikinesia, gejala involunter
lainnya, keseimbangan dan cara berjalan.
Algorithm: the Clinical Approach to the Prevention of
Falls among Elderly Persons living in the community

Ask all pts >65 y:


No falls and
fall and balance or gait difficulties
No balance or gait
Observe the pts:
difficulties
getting into and out of chair and walking

>2 falls or One falls and


balance or no balance or
gait difficulties gait difficulties

Assessment of
predisposing and precipitating factors Recommended participation in an
Followed by intervention exercise program that include
suggested by the results balance and strength training
of detailed assessment
Penilaian klinis dan tatalaksana
yg direkomendasikan
bagi orang berusia lanjut yg berisiko jatuh
1) Lingkungan saat jatuh sebelumnya: perubahan
lingkungan dan aktivitas untuk mengurangi
kemungkinan jatuh berulang.
2) Konsumsi obat-obatan: review obat-obatan yg
berisiko dan polifarmasi >4 macam obat.
3) Penglihatan: visus <20/60, katarak, penurunan
pewrsepsi kontras → rujuk ke dokter mata.
4) Tekanan darah postural (stl 5 menit dlm posisi
berbaring, segera stl berdiri dan 2 menit stl berdiri)
TDS turun >20 mmHg (atau >20%) dg atau tanpa
gejala, segera atau stl 2 menit berdiri): diagnosis dan
tatalaksana penyakit dasar jika memungkinkan, review
dan kurangi obat-obatan, strategi kompensasi (elevasi
bagian kepala tempat tidur, bangkit perlahan, dan
latihan dorsofleksi).
5) Keseimbangan dan gaya berjalan (laporan pasien atau
observasi pemeriksaan fisik): diagnosis dan
tatalaksana penyakit dasar jika memungkinkan,
kurangi obat-obatan yg mengganggu keseimbangan,
intervensi lingkungan, rujuk ke URM (alat bantu,
latihan keseimbangan, dan gaya berjalan).
6) Pemeriksaan neurologis (gangguan proprioseptif dan
kognitif, penurunan kekuatan otot): diagnosis dan
tatalaksana penyakit dasar jika memungkinkan,
tingkatkan input proprioseptif (dg alat bantu atau alas
kaki yg sesuai, berhak rendah, dan bersol tipis),
kurangi obat-obatan yg mengganggu fungsi kognitif,
kewaspadaan pendamping ttg adanya defisit fungsi
kognitif, kurangi faktor risiko lingkungan, rujuk ke
URM (latihan gaya berjalan, keseimbangan, dan
kekuatan).
7) Pemeriksaan muskuloskeletal: pemeriksaan tungkai
(sendi dan lingkup gerak sendi) dan pemeriksaan kaki
→ diagnosis dan tatalaksana penyakit dasar jika
memungkinkan, rujuk ke URM (latihan kekuatan,
lingkup gerak sendi, gaya berjalan, dan keseimbangan
dan alat bantu), gunakan alas kaki yg sesuai, rujuk ke
podiatrist.
8) Pemeriksaan kardiovaskular (sinkop, aritmia): rujuk
ke dokter spesialis jantung, pemijatan sinus karotis
(pd kasus sinkop).
9) Evaluasi thd bahaya di rumah stl dipulangkan dari RS:
rapikan karpet yg terlipat, gunakan lampu malam hari,
lantai kamar mandi yg tidak licin, pegangan tangga,
dan intervensi lain yg diperlukan.
Tatalaksana Medis Fraktur
 Tujuan utama: mengembalikan pasien pd keadaan dan
fungsi sebelum tjd fraktur.
 Operasi dan mobilisasi dini: risiko morbiditas dan
mortalitas.
 Non-operasi dan mobilisasi dini pada pasien non-
ambulatoar dan demensia.
 Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G): penyakit
dasar, penyakit penyerta, status fungsional ADL
barthel), kognitif (MMSE), dan mental (Geriatric
Depression Scale), faktor risiko, prognosis, dan
kelayakan operasi.
 Persiapan mental pasien dan keluarga: edukasi kpd
pasien dan keluarga ttg penyakit dan tatalaksananya.
 Evaluasi obat-obatan yg digunakan utk menghindari
efek samping akibat polifarmasi.
 PF: status nutrisi (BB,TB, albumin, limfosit total),
penilaian kulit untuk menilai adanya dekubitus.
 Tatalaksana nyeri: parasetamol 4-6x500 mg sehari,
kombinasi parasetamol 500 mg dan kodein 10 mg,
NSAID, kalsitonin 50-100 IU SK malam hari pd nyeri
osteoporosis.
Komplikasi pasca operasi

 Risiko infeksi: antibiotika perioperatif.


 Mencegah tromboemboli: heparin SK dan atau stoking
kompresi.
 Delirium pasca operasi: ggg elektrolit, obat-obatan spt narkotik
utk mengatasi nyeri, benzodiazepin utk obat tidur, ditunggu
keluarga, ruang rawat yg familier dg pasien..
 ISK dan retensio urin: kateter urin dilepas segera stl operasi,
nyeri, opiat.
 Ulkus dekubitus: mobilisasi dini, kasur antidekubitus.
 Asupan nutrisi: 12-24 jam pasca operasi, kalori dan protein
ditambah utk mencegah keseimbangan negatif.
 Mobilisasi dini utk mencegah komplikasi akibat imobilisasi: hari
pertama pasca operasi dapat dimulai latihan kekuatan isometrik,
mobilisasi bertahap dari tempat tidur-duduk, berdiri, dan berjalan
dg pegangan.
 Perencanaan pulang ke rumah/ Discharge Planning utk
memulihkan kemampuan pasien utk melaksanakan aktivitas
hidup harian dasar sehari-hari tanpa ketergantungan saat embali
ke rumah.
Pencegahan Fraktur

 Osteoporosis: pemeriksaan BMD meningkatkan risiko


fraktur pd trauma minimal.
 Fraktur osteoporotik: lengan bawah, vertrebra, dan
femur proksimal.
 Suplementasi vitamin D, Calsium, glusamin, condroitin
dan Bifosfonat.
 Hip protector.
Senam
 sederhana
 mudah
 aman
 menyenangkan
 indah
 mengikuti kaidah ilmiah
TUJUAN
 Strengthening
 Isometric
 Isotonic

 Isokinetic

 Endurance
 Balance
 Static / dynamic
DOSIS
 Intensitas
 Durasi
 30 – 60 menit
 Interval
 Warm-up

 Force

 Cool down

 Stretching

 Frequensi
 3 – 5 x / minggu
Lat. Penguatan otot ekst. Sup
inf, punggung, perut
2. Alat bantu
3.Sepatu

Anda mungkin juga menyukai