Trauma Lansia
Trauma Lansia
Lansia
Pendahuluan
Anamnesis:
• Riwayat medis umum, tingkat mobilitas, riwayat jatuh
sebelumnya.
• Review obat-obatan yg dikonsumsi: antihipertensi,
hipnotik-sedatif, antiemetik, antidepresan, antihistamin,
antikolinergik, NSAID, hipoglikemik oral, antipsikotik,
Ca antagonis.
• Apakah yg dipikirkan pasien sbg penyebab jatuh:
tersandung/ terpeleset, apakah pasien sadar akan
jatuh?apakah kejadian jatuh sama sekali tidak terduga?
• Lingkungan tempat sekitar jatuh: waktu dan tempat
jatuh, saksi, kaitan dg perubahan postur, batuk, bak,
memutar kepala?
• Gejala yg terkait: kepala terasa ringan, dizziness, vertigo,
palpitasi, nyeri dada, sesak, gejala neurologis fokal
mendadak (kelemahan, ggg sensorik, disartria, ataksia,
bingung, afasia), aura, inkontinensia urin atau alvi.
• Hilangnya kesadaran: apakah yg langsung diingat stl
jatuh?, apakah adanya kehilangan kesadaran dapat
dijelaskan oleh saksi?, apakah pasien dapat bangkit
kembali stl jatuh?
Pemeriksaan fisik:
Tanda vital: demam, TD saat berbaring, duduk, dan berdiri.
Visus mata.
Kardiovaskular: aritma, bruit karotis, stenosis aorta, sensitivitas
sinus karotis.
Ekstremitas: OA genu, plantar fasciitis, lingkup gerak sendi,
deformitas, ulserasi.
Neurologis: status mental, otot (kelemahan, rigiditas, spastisitas),
saraf kranial, tremor istirahat, bradikinesia, gejala involunter
lainnya, keseimbangan dan cara berjalan.
Algorithm: the Clinical Approach to the Prevention of
Falls among Elderly Persons living in the community
Assessment of
predisposing and precipitating factors Recommended participation in an
Followed by intervention exercise program that include
suggested by the results balance and strength training
of detailed assessment
Penilaian klinis dan tatalaksana
yg direkomendasikan
bagi orang berusia lanjut yg berisiko jatuh
1) Lingkungan saat jatuh sebelumnya: perubahan
lingkungan dan aktivitas untuk mengurangi
kemungkinan jatuh berulang.
2) Konsumsi obat-obatan: review obat-obatan yg
berisiko dan polifarmasi >4 macam obat.
3) Penglihatan: visus <20/60, katarak, penurunan
pewrsepsi kontras → rujuk ke dokter mata.
4) Tekanan darah postural (stl 5 menit dlm posisi
berbaring, segera stl berdiri dan 2 menit stl berdiri)
TDS turun >20 mmHg (atau >20%) dg atau tanpa
gejala, segera atau stl 2 menit berdiri): diagnosis dan
tatalaksana penyakit dasar jika memungkinkan, review
dan kurangi obat-obatan, strategi kompensasi (elevasi
bagian kepala tempat tidur, bangkit perlahan, dan
latihan dorsofleksi).
5) Keseimbangan dan gaya berjalan (laporan pasien atau
observasi pemeriksaan fisik): diagnosis dan
tatalaksana penyakit dasar jika memungkinkan,
kurangi obat-obatan yg mengganggu keseimbangan,
intervensi lingkungan, rujuk ke URM (alat bantu,
latihan keseimbangan, dan gaya berjalan).
6) Pemeriksaan neurologis (gangguan proprioseptif dan
kognitif, penurunan kekuatan otot): diagnosis dan
tatalaksana penyakit dasar jika memungkinkan,
tingkatkan input proprioseptif (dg alat bantu atau alas
kaki yg sesuai, berhak rendah, dan bersol tipis),
kurangi obat-obatan yg mengganggu fungsi kognitif,
kewaspadaan pendamping ttg adanya defisit fungsi
kognitif, kurangi faktor risiko lingkungan, rujuk ke
URM (latihan gaya berjalan, keseimbangan, dan
kekuatan).
7) Pemeriksaan muskuloskeletal: pemeriksaan tungkai
(sendi dan lingkup gerak sendi) dan pemeriksaan kaki
→ diagnosis dan tatalaksana penyakit dasar jika
memungkinkan, rujuk ke URM (latihan kekuatan,
lingkup gerak sendi, gaya berjalan, dan keseimbangan
dan alat bantu), gunakan alas kaki yg sesuai, rujuk ke
podiatrist.
8) Pemeriksaan kardiovaskular (sinkop, aritmia): rujuk
ke dokter spesialis jantung, pemijatan sinus karotis
(pd kasus sinkop).
9) Evaluasi thd bahaya di rumah stl dipulangkan dari RS:
rapikan karpet yg terlipat, gunakan lampu malam hari,
lantai kamar mandi yg tidak licin, pegangan tangga,
dan intervensi lain yg diperlukan.
Tatalaksana Medis Fraktur
Tujuan utama: mengembalikan pasien pd keadaan dan
fungsi sebelum tjd fraktur.
Operasi dan mobilisasi dini: risiko morbiditas dan
mortalitas.
Non-operasi dan mobilisasi dini pada pasien non-
ambulatoar dan demensia.
Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G): penyakit
dasar, penyakit penyerta, status fungsional ADL
barthel), kognitif (MMSE), dan mental (Geriatric
Depression Scale), faktor risiko, prognosis, dan
kelayakan operasi.
Persiapan mental pasien dan keluarga: edukasi kpd
pasien dan keluarga ttg penyakit dan tatalaksananya.
Evaluasi obat-obatan yg digunakan utk menghindari
efek samping akibat polifarmasi.
PF: status nutrisi (BB,TB, albumin, limfosit total),
penilaian kulit untuk menilai adanya dekubitus.
Tatalaksana nyeri: parasetamol 4-6x500 mg sehari,
kombinasi parasetamol 500 mg dan kodein 10 mg,
NSAID, kalsitonin 50-100 IU SK malam hari pd nyeri
osteoporosis.
Komplikasi pasca operasi
Isokinetic
Endurance
Balance
Static / dynamic
DOSIS
Intensitas
Durasi
30 – 60 menit
Interval
Warm-up
Force
Cool down
Stretching
Frequensi
3 – 5 x / minggu
Lat. Penguatan otot ekst. Sup
inf, punggung, perut
2. Alat bantu
3.Sepatu