WILAYAH PENGEMBANGAN
STRATEGIS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
TANTANGAN PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR PUPR
INDEKS DAYA SAING GLOBAL INDONESIA
TAHUN 2015-2016
Indeks Daya Saing Global
Indonesia (GCI)
Tahun Ranking
2010 – 2011 44
2011 – 2012 46
2012 - 2013 50
2013 - 2014 38
2014 - 2015 34
2015 - 2016 37
Indeks Daya Saing Indonesia Malaysia Mewujudkan
Thailand masyarakatPhilippines
Vietnam
Infrastruktur Indonesia Infrastruktur Umum 81 16 Indonesia
71 yang99mandiri, maju,
106
adil dan makmur melalui 97
Tahun Ranking Jalan 80 15 51 93
percepatan pembangunan di
Kereta Api 43 13 78 48 84
2010 – 2011 90 berbagai bidang dengan
Pelabuhan 82 16 52
menekankan 76
terbangunnya 103
2011 – 2012 82
Transportasi Udara 66 21 struktur
38 perekonomian
75 yang98
2012 - 2013 92 Listrik 86 36 kokoh
36 berlandaskan
87 keunggulan
89
2013 - 2014 82 Telepon Bergerak 49 24 kompetitif
36 di berbagai
28 wilayah
76
2014 - 2015 56 yang didukung oleh SDM
Telepon Tetap 80 73 88 100 108
berkualitas dan berdaya saing.
2015 - 2016 62 Sumber: The Global Competitiveness Report 2015-2016 (World Economic Forums)
Catatan:
Standar Minimal masuk investment grade: SnP BBB-, Fitch BBB dan Moody Baa3. Kondisi saat ini untuk Indonesia : S&P BB+, Fitch BBB- , dan
Moody Baa3 Yang menunjukkan Fitch dan Moody memenuhi namun SnP belum memenuhi.
Pada 10 Mei 2016, Kementerian PUPR menjadi salah satu yang menerima kunjungan SnP untuk menilai grade Indonesia (diharapkan paling
tidak Indonesia bisa masuk ke dalam Investment Grade)
ESENSI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
North-East Asia
141,000 Km,
2002 32 Negara
Central Asia
1995
Indonesia ASEAN
Populasi
251,5 Juta 625 Juta
(40 %)
GDP US$
US$ 872 Miliar
(35 %) 2.459
Miliar
Luas
Wilayah
1,9 Juta Km2 4,5 Juta
Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (42 %) Km2
TANTANGAN TANTANGAN PEMBANGUNAN
NASIONAL INFRASTRUKTUR (NAWACITA)
WPS
dilakukan perencanaan, pemrograman, dan pembangunan
(Wilayah Pengembangan Strategis) infrastruktur PUPR melalui Pendekatan Wilayah yang
dituangkan dalam 35 Wilayah Pengembangan
KAWASAN PERKOTAAN Strategis (WPS).
Pengembangan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan
pembangunan yang memadukan antara pengembangan
wilayah dengan “market driven”, yang mempertimbangkan
aspek ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mendukung
KAWASAN penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur
INDUSTRI Berkelanjutan.
KAWASAN PERDESAAN
PELABUHAN LAUT
PELABUHAN LAUT
PUSAT
EKONOMI BANDARA
KAWASAN
INDUSTRI
KEK
PUSAT
EKONOMI
PUSAT EKONOMI
(IBUKOTA
PROVINSI)
Pusat komersial &
perdagangan KEK
Cth : Jabodetabek,
Mebidangro, Mamminasata
14 Ketapang, Bitung
KAWASAN
12
INDUSTRI
PRIORITAS 10 Cth : Danau
PELABUHAN KAWASAN
(Cth : Bitung, Tanjung KAWASAN Toba, Tj.Lesung
STRATEGIS
Priok, Kuala Tanjung) STRATEGIS
PARIWISATA
METROPOLITAN
PELABUHAN
NASIONAL
PERIKANAN
(Cth : Belawan, DUKUNGAN
Cilacap, Bitung) INFRASTRUKTUR
PUPR
40
ASDP KONEKTIVITAS KAWASAN
(Cth : Bakauheni, MULTIMODA PERDESAAN
Merak, Ketapang) PRIORITAS
NASIONAL
BANDARA Cth : Kubu (Sungai
(Cth: Kulon Progo,
Samarinda Baru,
Perbatasan
Nasional di
13 Ambawang), Muncar
(Banyuwangi),
Kertajati) PROVINSI Komodo (Labuan
Kalimantan, NTT, LUMBUNG Bajo)
KERETA API
(Cth : Sulawesi dan Papua serta PANGAN
Selatan, Sumatera
Utara, Double track 10 PKSN Cth : Jawa Barat, Jawa Timur,
Sumatera Utara, Sulawesi
Jawa) Selatan
13
KEBUTUHAN INVESTASI INFRASTRUKTUR
DI INDONESIA
Kebutuhan
pendanaan
infrastruktur ke-
PUPR-an mencapai
Rp. 2.232,0 Triliun
atau 40% dari total
infrastruktur sebesar
Rp. 5.519,4 Triliun
Keterangan:
1 Dukungan pendanaan APBN
yang diharapkan
2 Dukungan pendanaan BUMN
yang diharapkan
3 Kemampuan maksimal swasta
melalui percepatan
kerjasama pemerintah dan
swasta termasuk business to
business (b to b)
4 Kenaikan karena pertambahan
komponen tol laut serta biaya
rutin
5 Alokasi tersebut terdiri dari
kegiatan Angkutan Perkotaan
berbasis Rel dan Jalan
6 Kemampuan PT PLN hanya
sekitar Rp. 250 T, selebihnya
Sumber : RPJMN 2015-2019 memerlukan PMN
REALISASI PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
PUPR 2016
TARGET PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TAHUN 2016
1
Mendukung Ketahanan Air, Kedaulatan Pangan dan Energi
• Pembangunan jaringan irigasi 43 ribuHa
• Rehabilitasi jaringan irigasi 308 ribu Ha
• Pembangunan 30 bendungan (8 bendungan baru dan 22 bendungan lanjutan)
• Pembangunan 387 embung/bangunan penampung air
2 Mendukung Konektivitas
• Pembangunan jalan baru 768,65 km
• Pembangunan jalan tol 28,95 km (Pemerintah)
3
Mendukung Peningkatan Kualitas Hidup
• Pembangunan SPAM untuk 916.980 Sambungan Rumah (SR)
• Pembangunan TPA di 72 Kab/Kota
• Pembangunan infrastruktur di 2.161 Ha kawasan kumuh
• Pembangunan Rusunawa 11.472 Unit
• Pembangunan Rumah Khusus 6.350 Unit
16
TARGET PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TAHUN 2016
Sumatera
Maluku
Kalimantan Sulawesi
Papua
5. Ciawi, Kab. Bogor 6. Sukamahi, Kab. Bogor 7. Leuwikeris, Kab. Ciamis 8. Cipanas, Kab. Sumedang
(Prov. Jawa Barat) (Prov. Jawa Barat) (Prov. Jawa Barat) (Prov. Jawa Barat)
Volume : 6,45 Juta m³ Volume : 1,68 Juta m³ Volume : 67.74 Juta m³ Volume : 190 Juta m³
Manfaat: reduksi banjir 160 Manfaat: reduksi banjir 29 Manfaat: irigasi 11.950 Ha, air baku Manfaat: irigasi 10.500 Ha, reduksi
m³/det m³/det 0,85m³/det, reduksi banjir 57 m³/det, banjir 475m³/det, listrik 2.5 MW, air
Biaya: 1,2 T Biaya: 0,893 T Listrik 15 MW baku 0.5 m³/det
Biaya: 1,158 T Biaya: 2,14 T
Volume lahan irigasi reduksi banjir air baku Listrik biaya konstruksi
470,55 38,400 1,843 9,79 20,74 8,602
Juta m³ Ha m³/det m³/det MWA Rp. trilyun
18
ANJUNGAN CERDAS SEBAGAI
INFRASTRUKTUR PENDUKUNG WPS
ANJUNGAN CERDAS DALAM KONSEP WPS
20
Pendahuluan
Anjungan Cerdas diharapkan dapat menangkap potensi ekonomi lokal dan menghubungkannya
ke jaringan regional, nasional dan internasional. Karenanya anjungan cerdas harus:
1) Mampu mengintegrasikan berbagai dimensi infrastruktur baik multisektor maupun
multipurpose;
2) Berfungsi sebagai “bridge” antara Gap Ekonomi di kawasan perkotaan dan non perkotaan
dan mengurangi disparitas antar kawasan;
3) Memiliki fungsi sebagai media promosi, edukasi dan pelatihan, Informasi (sosial, budaya),
dan memiliki fasilitas penunjang;
4) Menciptakan konektivitas antara backbone utama dengan komunitas local secara lebih kuat
dan teratur;
5) Mampu mengangkat identitas kawasan (terutama sebagai penghasil perikanan premium);
6) Mendorong enterpreneurship di suatu kawasan;
7) Sebagai stimulan yang difokuskan bagi kesejahteraan masyarakat sekitarnya
Jangka
Cost Recovery
Menengah
a. Ketersediaan (Availability)
Tersedianya fasilitas umum secara memadai dengan memperhitungkan jam – jam puncak secara
bijaksana
c. Cerdas (Smart)
Dapat mengelola proses konstruksi dan operasional secara efisien dengan dukungan teknologi
yang memungkinkan interaksi maksimal antara fasilitas, dengan pengguna, pengelola dan
lingkungan. Penggunaan teknologi digital sangat disarankan.
e. Kesetaraan (Equity)
Kesetaraan dan responsif gender (wanita, anak – anak, lansia, dan orang – orang berkebutuhan
khusus)
g. Berpihak kepada Produk Lokal dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Menyediakan tempat untuk usaha kecil untuk berkembang
6. Convention Hall
Convention hall dimaksudkan sebagai sarana pendidikan, sosial, termasuk utuk menjalanka
tugas pemerintahan.