Anda di halaman 1dari 30

INDUSTRI NITROGEN

Disusun Oleh :
Boketa ( D1121161001 )
Dody Susanto ( D1121161019 )
Risma Desya Ramadhani ( D1121161013 )
Fici Paulin ( D1121161005 )
M. Fadhil K. ( D1121161009 )
Trimah Nurhayani ( D1121161025 )
Nitrogen
Bahan Baku

 Bahan baku pembuatan nitrogen adalah udara .


 Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat
pada permukaan bumi. Udara bumi yang kering
mengandungi 78%nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air,
karbon dioksida, dan gas-gas lain.
 Udara adalah campuran dari berbagai gas secara
mekanis dan bukan merupakan senyawa kimia. Udara
merupakan komponen yang membentuk atmosfer bumi,
yang membentuk zona kehidupan pada permukaan
bumi. (Gabriel, 2001)
Komposisi udara di atmosfer terdiri dari, sebagai berikut :
Sifat-Sifat Fisik Udara
 Nitrogen merupakan gas inert, artinya gas yang sangat stabil
dan sulit bereaksi. Nitrogen sangat penting fungsinya untuk
kehidupan karena merupakan elemen utama dalam protein
dan DNA.
 Nitrogen adalah gas yang perannya sangat penting untuk
berbagai bidang kehidupan seperti rumah sakit, industri
makanan, industri perminyakan, bengkel, ban kendaraan,
hingga berbagai pemanfaatan lainnya.
 Bahaya nitrogen adalah reaksi nitrogen dengan hemoglobin di
dalam darah dapat menyebabkan daya dukung oksigen dalam
darah menurun, dan Proses pembakaran juga dapat
meningkatkan nitrat dan nitrit akibat emisi nitrogen oksida
yang dikonversi menjadi nitrat dan nitrit oleh lingkungan.
Pengambilan Nitrogen

Filtrasi Kompresi Cooling Water

Heat Exchanger Purrification


Ekspansi
(Pemindah Panas) (Pemurnian)

Distilasi
Filtrasi
 Pada tahap ini Udara disaring menggunakan filter. Agar
kotoran atau gas-gas pengotor dari udara bebas dapat
disaring dan tidak terikut dalam proses-proses selanjutnya.
 Contoh gas pengotor : uap air dan karbondioksida, debu juga
bisa menjadi zat pengotor pada udara bebas.
 Zat pengotor ini harus dihilangkan karena dapat
menyebabkan penyumbatan pada perlatan, tingkat bahaya
yang dapat ditimbulkan, korosi, dan juga dalam batas-batas
tertentu dilarang terkandung dalam spesifikasi produk akhir.
Kompresi

 Kompresi bertujuan untuk menyedot udara dari


lingkungan untuk masuk ke dalam sistem untuk di
proses. Kompresi dilakukan oleh Kompresor udara yang
berfungsi menaikkan tekanan agar udara luar dapat
masuk ke sistem.
Cooling Water

 Air umumnya digunakan sebagai pendingin, System


penguapan terbuka merupakan tipe system pendingin
yang umumnya digunakan dalam plant pemisahan
udara.
 Sebagian industry menggunakan system direct cooler
pada proses pendinginannya, dimana terjadi kontak
langsung antara udara dengan air pada sepanjang tray
direct cooler. Direct cooler mempunyai kelebihan dari
pada proses pendinginan yang menggunakan tube atau
shell cooler, dimana temperature yang bisa dicapai yaitu
2ºC, sedang pada tube atau shell cooler hanya sekitar
8ºC,.
Purrification (Pemurnian)
 Pada proses ini terdapat proses penyerapan (adsorpsi)
terhadap material/zat-zat pengotor dari feed air ,
diantaranya : uap air, karbon monoksida, karbon dioksida,
dan beberapa kandungan hidrokarbon.
 Pada beberapa industri, menggunakan 2 layer pada vessel
pemurnian ini, layer bawah menggunakan alumina untuk
menyerap/ mengadsorpsi kandungan uap air dalam udara
dan bagian top/atas menggunakan molecular sieve yang
bertindak sebagai adsorben untuk menghilangkan
karbondioksida.
Heat Exchanger (Pemindah Panas)

 Melewati exchanger, udara didinginkan hingga


mendekati titik pencairan. Karena udara menjadi dingin.
 Mula-mula uap air akan menjadi deposit, dimulai jadi
cairan kemudian berubah menjadi salju halus dengan
arah yang berlawanan.
 Fungsi heat exchanger untuk memudahkan pergerakan
panas yang akan dipindahkan aliran panasnya, dari zat
yang memiliki panas lebih tinggi menuju daerah yang
dingin hingga temperature keduanya sama.
Ekspansi

 Sebagian udara diumpankan ke expander untuk


memproduksi dingin yang dibutuhkan proses (reflux dan
heat loss recovery) sehingga keluarannya berbentuk
cairan yang di umpankan ke atas kolom melewati heat
exchanger sebagai reflux. Untuk ini, expander
membutuhkan penyerap energi sebesar cold production
yang diinginkan, bisa dicouple dengan alat oil brake,
generator, kompressor atau yang lainnya.
 Udara yang dingin tersebut diekspansikan atau
diturunkan tekanannya sampai tekanan menjadi 70 – 80
psig hingga udara tersebut cair.
Distilasi

 Pada proses ini final terjadi proses pemisahan antara gas-gas


yang terkandung pada udara bebas sebagai umpan melalui
perbedaan titik didih (relative volatilitas). Dimana nitrogen
memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan
gas-gas lain yang terkandung dalam udara yaitu -195. Bila
dipisahkan masing-masing gas pada proses vaporisasi
(destilasi), maka nitrogen akan cepat menguap dan
menghasilkan produk gas yang siap digunakan.
Proses Pembuatan Amonia (NH3)

A. Proses Haber-Bosch
1. Menghilangkan senyawa belerang dari senyawa amonia.
Belerang perlu dipisahkan karena bersifat antikatalis
pada tahapan berikutnya. Penghapusan belerang
dilakukan degan hidrogenasi (menambahkan hidrogen)
sehingga menghasilkan asam sulfida.
H2 + RSH → RH + H2S
2. Asam sulfida yang terjadi kemudian diserap dan
dihilangkan dengan mengalirkannya melalui oksida dari
logam seng sehingga terbentuk senyawa Seng Sulfida
(ZnS) dan uap air.
H2S + ZnO → ZnS + H2O
3. Setelah dihilangkan kandungan belerangnya senyawa
karbon kemudian direaksikan dengan katalis untuk
menghasilkan senyawa karbon dioksidan dan gas
hidrogen.
CH4 + H2O → CO + 3H2
4. Langkah berikutnya adalah mengkonversi CO menjadi
hidrogen (dihasilkan hidrogen lebih banyak) dan gas sisa
karbondioksida
CO + H2O → CO2 + H2
5. Karbon Dioksida kemudian dipisahkan dengan
penyerapan dalam larutan etanolamin atau dengan
penyerapan media absorbsi pada lainnya.
6. Langkah terakhir dalam memproduksi hidrogen adalah
menggunakan katalis methanation untuk
menghilangkan residu karbon monoksida dan
karbondioksida yang masih tertinggal dalam hidrogen.
7. Untuk dapat menghasilkan amonia sebagai produk akhir,
hidrogen yang sudah dihasilkan kemudian direaksikan
dengan nitrogen yang berasal dari udara bebas
menghasilkan amonia cair. Tahapan ini dikenal dengan
loop sintesis amonia yang juga dikenal dengan proses
Haber-Bosch.
3H2 + N2 ↔ 2NH3
Neraca Massa
 Misal :
 1. Campuran N2-H2 = g 0,3 Ar/100
 2. Batas maximum Ar yang masuk ke reactor = 5/100
campuran N2-H2
 Produk terkonversi = 65 %
 Basis = 100 mole campuran N2-H2
 Reaksi: N2 + 3 H2 2NH3
1~ 3 ~2
• Neraca Proses
 Campuran N2 dan H2 masuk proses = 100 + R
 Campuran N2 dan H2 keluar proses = 0,65 (100 + R)
• Ar yang diijinkan masuk dalam proses = 0,05 (100 + R)
• Perbandingan Ar yang diijinkan per mole campuran =
0.05 (100 + 𝑅)
• = 0,077
0.05 (100 + 𝑅)
 N2 dan H2 keluar dari kondensor Jumlah mole Ar dalam
aliran purge = 0,077 x Pg
 Ar dalam Feed = 0,077 x Pg
 Pada kondisi stedi

Ar dalam aliran purge = Ar dalam Feed


0,077Pg = 0,3 Pg = 3,896
 Sehingga rasio Pg/F = 3,896/100 = 0,03896.
Neraca Energi
 Tabel harga kapasitas panas gas inorganik pada keadaan
ideal
 Diketahui panas reaksi untuk reaksi berikut: 4NH3 (g) +
5O2 (g) → 4NO (g) + 6H2O
 P = 1 atm
 T = 298 k
 ΔHR = -279,33 kkal/gmol
 Dalam fasa uap :
 T = 920 c
 P = 1 atm
Pengolahan Limbah

1. Metode Pengolahan Limbah SO2


Salah satu limbah dari pembuatan Amonia yang
dihasilkan adalah Sulfur. Sulfur dapat membentuk
Sulfur Dioksida (SO2). Akibat utama polutan SO2
terhadap manusia adalah terjadinya iritasi pada sistem
pernafasan. (Kristanto,P, 2002). Flue Gas Desulfurization
(FGD) adalah metode pengolahan gas SO2 secara fisik
dan kimia yang banyak dipakai saat ini. (Miller, 1996).
Sistem ini menggunakan bahan baku air laut yang
tersedia melimpah di Selat Jawa. Flue gas yang masuk
ke Flue Gas Desulphurisation (FGD) akan di-spray oleh
air laut sehingga terjadi reaksi kimia berikut:
SO2 + H2O → H+ + HSO3–
Contoh Proses Diagram Alir PGD
( Flue Gas Desulfurization )
Proses selanjutnya adalah proses oksidasi. Dengan
menggunakan oksidation air blower, udara dari atmosfer
di masukkan ke dalam tangki larutan campuran antara
air laut dengan hasil dari reaksi kimia sebelumnya. Dan
terjadi reaksi kimia berikut:
HSO3– + ½O2 → HSO4–
Dan pada akhir proses, terjadi reaksi kimia secara alami
di naturalisation basin, yaitu:
HSO4– + HCO3– → SO42+ + H2O + CO2
Hasil reaksi kimia di atas merupakan zat-zat yang
menjadi penyusun alami air laut. Dan menurut hasil
penelitian, penambahan zat-zat tersebut ke dalam air
laut jumlahnya masih tidak berpengaruh terhadap
keseimbangan air laut. Hal ini tentu saja dikarenakan
oleh jumlah air laut yang sangat banyak.
2. Budidaya Ikan
Senyawa nitrogen ( amonia ) merupakan kontaminan utama
dalam air limbah budidaya. Amonia menjadi limbah nitrogen utama
yang dihasilkan oleh hewan air. Pakan merupakan sumber utama
amonia dalam sistem budidaya. Hal ini dikarenakan hanya sekitar
20-30% dari nutrisi pakan menjadi biomassa, sedangkan sisanya
diekskresikan ke lingkungan dalam bentuk amonia dan urea.
Meningkatnya pemberian pakan akan diikuti dengan buangan dan
akumulasi limbah nitrogen yang semakin tinggi, dan pada akhirnya
menyebabkan penurunan kualitas air. Untuk mempertahankan
kualitas air budidaya yang baik, diperlukan pengembangan dan
penerapan metode baru. Metode yang dapat digunakan salah
satunya adalah sistem akuaponik. Sistem akuaponik dikenal sebagai
integrasi produksi tanaman hidroponik dengan budidaya ikan dalam
sistem resirkulasi. Tanaman pada sistem akuaponik dapat menyerap
nutrien yang berasal dari limbah budidaya.
Daftar Pustaka

 Gabriel, J.F, 2001, Fisika Lingkungan, Cetakan Pertama,


Penerbit Hipokrates, Jakarta
 Kristanto, P, 2002, Ekologi Industri, Penerbit ANDI,
Yogyakarta
 Miller, K. W. 1996. Effect of Calcium and Dibasic Acid on
Selected Strains of Neutrofilic Sulfur-oxidizing Bacteria.
Journal of Environ. Quality, 156: 854-857. Illinois State
University, USA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai