Anda di halaman 1dari 25

SEMINAR STASE MANAJEMEN DI IRNA 3 RSUD PATUT

PATUH PATJHU GERUNG TAHUN 2019

OLEH
KELOMPOK 8

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG PROFES NERS
MATARAM
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan unit pelayanan kesehatan dari sistem pelayanan
kesehatan dan merupakan unsur strategis dilihat dari konteks jumlah biaya yang dikeluarkan,
dimana sebagian besar dana kesehatan terserap dalam sektor pengelolaan rumah sakit baik
di Negara maju maupun di Negara berkembang. Pelayanan medik dan perawatan merupakan
sub sistem dari sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Bentuk pelayanan yang diberikan
disesuaikan dengan keadaan pasien, sehingga lebih bersifat individual (Depkes, 2002).

Manjemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam


menjalankan suatu kegiatan organisasi. Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses
bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai
suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga diharapkan
keduanya saling menopang. Sebagaimana yang terjadi di dalam proses keperawatan, di
dalam manajemen keperawaatan pun terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai
kekhususan terhadap mayoritas tenaga seorang pegawai, maka setiap tahapan di dalam
proses manajemen lebih rumit jika dibandingkan dengan proses keperawatan. Manajemen
keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit,
sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan aplikasinya di dalam organisasi
keperawatan itu sendiri (Gillies, 2002).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen. Menurut
Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang
mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai
tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai
suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok)
membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan
atau usulan bersama.
Manajemen Keperawatan
Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara singkat
sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen
mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies,
2002).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang
merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen asuhan
keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya,
maka diperlukan suatu Standard Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan
sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.
Fungsi manajemen keperawatan

Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu Planning
(perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian), Directing
(pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).

Prinsip manajemen keperawatan


ada 9 Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan di antaranya adalah :

Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi


perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keyputusan,pemecahan
masalah yang efektif dan terencana.

Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.


Manajer keperawatan yang menghargai waktu dan menyusun perencanaan yang dengan
baik danmelaksanakan terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi


maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan diberbagai tingkat manajerial.
Penerapan MAKP

Profesionalisme dalam pelayanan dapat dicapai dengan mengoptimalkan peran dan


fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan
dengan baik m;elalui kominikasi yang efektif antarperawat, maupun dengan tim
kesehatan. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan keefektivitasnya
adalah salah pergantian sif (timbang terima pasien).

Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima
pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas,
dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum, dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus
akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh perawat primer keperawatan kepada perawat primer
(penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.
Ronde keperawatan

langkah langkah dalam ronde keperawatan :


Sterilisasi obat
Supervisi Keperawatan

Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan


kemampuan pihak yang di supervisi agar mereka dapat melaksnakan tugas kegiatan
yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Hubber, 2000). Supervisi keperawatan
adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan
oleh supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan
peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.
Discharge Planning
Perencanaan pulang (discharge planning) merupakan komponen yang terkait
dengan rentang ners. Rentang keperawatan sering pula disebut dengan keperawatan
yang berkelanjutan yang artinya keperawatan yang selalu dibutuhkan pasien
dimanapun pasien berada. Rentang keperawatan kontinu (continuum of care) adalah
integrasi system keperawatan yang berfokus pada pasien terdiri atas mekanisme
pelayanan keperawatan yang membimbing, mengarahkan pasien sepanjang waktu
(Chesca, 1982).
BAB III
PELAKSANAAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
Profil Ruangan
Ruangan IRNA III merupakan salah satu ruangan rawat inap di RSUD patut patuh
patju kabupaten lombok barat yang melayani perawatan pasien rawat gabung.
Berdasarkan hasil observasi tanggal 29 April 2019 di ruang IRNA III Rumah Sakit
Patut Patuh Patju Gerung Lombok Barat didapatkan :
Tabel 3.1 Jumlah bed ruangan IRNA III
Ruang IRNA III memiliki 2 pintu masuk 1 dan 2 yang terletak di bagian barat dan timur dan
memiliki kapasitas 14 ruangan, terdapat 1 ruangan yang terletak di dekat pintu masuk sebelah
barat yang digunakan sebagai ruangan administrasi, ruangan janitor, ruangan BHP dan linen
dan terdapat 1 kamar mandi, ruangan ini terletak di sebelah utara di samping kiri pintu masuk,
selain ruangan yang di jelaskan diatas terdapat 3 ruangan lain yang berada tengah yang terletak
dibagian utara dan selatan, dibagian utara terdapat 2 ruangan yang di gunakan sebagai ruang
konseling yang terletak disebelah ruangan pasien no.3 dan ruangan alkes terletak di antara
ruangan konseling dan ruangan pesien no.4, ruangan alkes juga dilengkapi dengan 1 kamar
mandi. Dibagian selatan diantara ruangan pasien no.10 dan ruangan pasien no.9 terdapat
ruangan yang digunakan khusus untuk tenaga keperawatan yang juga dilengkapi 1 kamar
mandi.

Ruang IRNA III RSUD patut patuh patju di pimpin oleh kepala ruangan, terdapat 3
Perawat primer (1,2 dan 3), dan dari setiap perawat primer memegang masing-masing 4
perawat associate, dari jumlah perawat associate seluruhnya sebanyak 12 orang. Selain tenaga
keperawatan terdapat 2 tenaga admin. Ruang perawatan IRNA III ini dari hasil wawancara kami
ruangan ini belum mempunyai visi misi dan motto ruangan. Adapun visi dan misi ruangan
IRNA III selaras dengan visi dan misi rumah sakit.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan selama 3 hari, yaitu tanggal 29 April 2019 s/d 1 Mei
2019 meliputi 3 komponen utama : (1) tenaga perawat / M1, (2) sarana dan prasarana / M2, dan
(3) metode pemberian asuhan keperawatan / M3. Data yang diperoleh, dianalisis dengan analisa
SWOT sehingga didapatkan beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih 1 sebagai prioritas
masalah.
Tenaga dan Pasien (M1-Man)
Struktur Organisasi Ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju Tahun 2019
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tanggal 29 April 2019 di ruang IRNA III RSUD
Patuh Patut Patju terdapat 41 bed pasien. ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju Gerung
Lombok Barat dipimpin oleh Kepala ruangan. Di ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju
Gerung Lombok Barat menggunakan MPKP tim modifikasi, pada shift pagi 1 ketua tim dan 3
perawat pelaksana dan kepala ruangan, dan 4 perawat primer, shift sore 1 ketua tim dan 3
orang perawat primer, shift malam 1 ketua tim dan 3 orang perawat primer.
Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat

Perhitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas (1984) dihitung berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien untuk setiap shiftnya
Pengukuran tingkat kepuasan klien menggunakan kuesioner yang berisi 18 pertanyaan
dengan pilihan jawaban : “sangat baik” dengan score 4, “baik” dengan score 3, “kurang baik”
dengan score 2 dan “buruk” dengan skor 1. Selanjutnya tingkat kepuasan klien dikategorikan
sebagai berikut :
Sangat puas : 55-72
Puas : 35-54
kurang puas : 19-34
tidak puas : < 18
Berdasarkan penyebaran kuesioner dari 30 klien pada tanggan 01 Mei 2019 di dapatkan hasil
bahwa 10 orang menyatakan sangat puas ( 33,3 %), 20 orang menyatakan puas (66,6 %) dan
tidak ada yang menyatakan kurang puas dan tidak puas terhadap pelayanan keperawatan di
ruang irna III RSU Patut Patuh Patju.
BAB 4
IMPLEMENTASI

Pelaksanaan Manajemen Asuhan Keperawatan


Persiapan
Pada tahap persiapan seluruh anggota kelompok melakukan orientasi, analisa situasi
ruangan, perencanaan dan pengorganisasian selama 6 hari dari tanggal 29 April-04 Mei
2019. Setelah itu pada hari ke 8 (senin, 06 Mei 2019) dilaksanakan destiminasi hasil
pengkajian, analisa situasi serta menyampaikan rencana program kerja.
Uji coba
Pada minggu kedua, kelompok mulai melaksanakan asuhan keperawatan dengan
menerapkan model tim modifikasi keperawatan yang dilakasankan secara bergantian
berperan sebagai kepala ruangan, perawat primer dan perawat associate. Disamping itu
setiap anggota kelompok juga dibagi dalam 3 shift dinas yaitu: pagi, sore, dan malam yang
dilaksanakan mulai minggu kedua yaitu pada tanggal 6 Mei – 11 Mei 2019. Dengan
penetapan model tim modifikasi oleh kelompok, selanjutya peran tenaga keperawatan dibagi
dalam 3 kategori: Kepala ruangan, ketua tim (PP) dan Perawat asosiet. Adapun bagan model
struktur organisasi modifikasi tim
4. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan MAKP dilaksanakan pada minggu ke-2 yaitu pada tanggal 6 Mei-22 Mei 2019
yang meliputi pelaksanaan masing-masing peran (Ka. Ruangan, Ketua Tim dan Perawat Asosiet). Setiap
anggota kelompok dengan berpedoman pada uraian tugas telah disepakati serta pelaksanaan dinas jaga.
5. Kelebihan
Model MAKP Tim Modifikasi yang dijalankan oleh ruangan:
Asuhan keperawatan lebih terencana selama 24 jam jadi karena direncanakan dari pagi
Membangun kemandirian perawat associet dan perawat pembelajaran/ profesionalisasi PA dalam
menjadi perawat primer kedepannya pada saat rotasi.
Perawatan kepada pasien lebih komprehensif.
Penyebaran tenaga perawat lebih optimal.
Model MAKP yang dijalankan oleh mahasiswa adalah Model Tim Modifikasi.
6. Hambatan
Model MAKP Tim modifikasi yang dijalankan oleh mahasiswa:
Bila muncul masalah keperawatan yang baru dari pasien, tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan
rencana yang sudah disusun oleh PP
Merangkapnya tugas dari KATIM khususnya pada shift sore dan malam karena tidak didampingi
langsung oleh kepala ruangan.
Perawat PP harus memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dalam mengambil keputusan
yang tepat, menguasai keperawatan klinis, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu
7. Konsep Solusi
Semua model MAKP baik untuk diterapkan diruangan tetapi penyesuaian dan pemerataan
shift harus diperhatikan dan dikondisikan sesuai keadaan tenaga diruangan sehingga model MAKP yang
diterapakan berjalan sesuai dengan harapan.
Model MAKP juga harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan Sumber Daya Manusia
(Perawat) dan jenjang karirnya.
BAB 5
EVALUASI

Pada bab ini akan diuraikan evaluasi dari aplikasi Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) yang dilaksanakan dalam praktik manajemen keperawatan di ruang IRNA III RSUD
PATUT PATUH PATJU Gerung Kab. Lombok Barat dengan implementasi yang dilakukan
pada tanggal 6 Mei s/d 22 Mei 2019.

a. Evaluasi Proses
Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun, maka kegiatan yang dapat dilakukan antara
lain :
• Pembuatan struktur organisasi
• Analisa situasi
• Pembuatan jadwal dan rancangan pembagian peran dalam penerapan MAKP
• Pelaksanaan timbang terima
• Pelaksanaan discharge planning
• Evaluasi penerapan discharge planning
• Penyusunan laporan
• Persiapan seminar
b. Evaluasi Hasil

1. Discharge Planning
• Penerapan pemberian KIE pasien dilengkapi dengan leaflet
• Membuat leaflet penyakit terbanyak di ruang IRNA III (pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, penatalaksanaan)
• Pengisian lembar dischart planning dimulai pada saat pasien masuk ruangan sampai dengan
pasien akan pulang
2. Timbang Terima
• Melakukan timbang terima yang benar dan secara menyeluruh
• Perawat mengikuti operan sekurang-kurangnya harus hadir 15 menit sebelum operan
dimulai
• Secara rutin kepala ruangan melakukan pemeriksaaan terkait kelengkapan RM semua
pasien diruangan IRNA III yang berfokus pada masalah keperawatan, rencana dan tindakan
keperawatan
• Metode timbang terima yang dilakukan perawat IRNA III belum menerapkan metode
SBAR sehingga pada saat role play mahasiswa menggunakan metode SBAR dengan
harapan perawat ikut menggunakan metode SBAR.
3. Ronde keperawatan
• Melakukan ronde keperawatan yang benar sesuai dengan konsep dan teori.

4. Supervisi Keperawatan

• Ketersediaan form supervisi untuk kepala ruangan dan ketua tim


• Melengkapi pengisian lembar/form supervisi karu dan katim
• Mengevaluasi kelengkapan isi pendokumentasian melalui form supervisi
• Menindaklanjuti kinerja staf melalui form supervisi

5. Pendokumentasi Keperawatan

• Dokumentasi dilakukan secara priodik, sistematis, dan berencana untuk menilai


perkembangan pasien setelah tindakan keperawatan
• Tersedianya lembar pendokumentasi keperawatan secara lengkap
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang IRNA III Rumah Sakit Patut Patuh
Patju dapat dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian mengenai unsur-unsur yang ada di ruang IRNA III RSUD Patut Patuh Patju
Gerung Lombok Barat, meliputi:

a. Hasil pengkajian unsur input :

1. M1 / ketenagaan : jumlah tenaga perawat di ruang IRNA III sebanyak 22 orang dimana 7
orang sudah berpendidikan S1 dan sisanya D3
2. M2 / sarana dan prasarana : alat medis, alat meubel, alat tenun, alat elektronik serta
administrasi penunjang masih baik dan layak pakai.
3. M3 / metode pemberian asuhan keperawatan: meliputi MAKP, supervise, timbang terima,
discharge planning, ronde keperawatan, sentralisasi obat dan dokumentasi keperawatan
sudah berjalan dengan baik meskipun ada beberapa yang belum optimal
4. M4 / Dana : 84,5% sumber dana berasal dari BPJS dan sisanya dari pasien umum, dan dinas
sosial.
5. M5 / Mutu : survey tingkat kepuasan pasien di Ruang IRNA III sangat baik dimana 66,6%
pasien mengatakan sangat puas, 33,3% mengatakan puas dan sisanya mengatakan cukup
puas.
b. Permasalahan yang muncul dari hasil pengkajian adalah : Tidak tersedianya
leaflet/browser pada saat discharge planning, catatan perkembangan masih kurang
berkesinambungan, ronde keperawatan telah dilaksanakan tetapi tidak berkesinambungan ,
supervise belum berjalan dengan baik, survey kepuasan tidak dilakukan dengan optimal.

c. Mengimplementasikan perencanaan meliputi MAKP, timbang terima, discharge planning,


supervise, ronde keperawatan, dan dokumentasi keperawatan

d. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi proses dan evaluasi akhir
dimana beberapa tindakan berhasil dilaksanakan oleh mahasiswa untuk mengatasi masalah
yang ada di IRNA III RSUD Patut Patuh Patju Gerung Lombok Barat

e. Dokumentasikan tindakan telah dilaksanakan di IRNA III RSUD Patut Patuh Patju Gerung
Lombok Barat dalam status rekam medik pasien dengan lengkap, jelas dan
berkesinambungan
B. Saran
Kami menyadari masalah yang akan muncul selama proses kegiatan salah satunya
dipengaruhi oleh ketidakdisiplinan perawat sehingga kami meyakini bahwa penerapan MAKP
Tim Modifikasi merupakan metode yang cocok diterapkan dalam meningkatkan mutu
keperawatan secara profesional, dengan penerapan MAKP perawat mampu memberi asuhan
keperawatan secara menyeluruh dan optimal.
Bagi mahasiswa, penerapan metode MAKP sangat membantu selama praktik
berlangsung, penerapan model ini memudahkan dalam menentukan pembagian tim sesuai tupoksi
serta membantu dalam menentukan standar dan proses keperawatan secara menyeluruh dan
profesional.

C. Kesan
1. Mahasiswa mendapatkan pengalaman yang luar biasa di ruangan IRNA III RSUD
Patuh Patuh Patju, dimana kelompok mendapatkan banyak ilmu terkait stase manajemen mulai
dari memanage ruangan IRNA III, melakukan timbang terima, dan membagi tugas setiap staf
sesuai dengan fungsinya masing-masing.
2. Perawat/ tenaga kesehatan di ruang IRNA III, dapat menerima kehadiran mahasiswa
praktek tim manajemen Profesi Ners STIKES YARSI Mataram dengan terbuka, perawat juga
banyak memberikan masukan, saran dan bimbingan yang berharga bagi kelompok demi
kelancaran praktek yang dilakukan selam 4 minggu.

Anda mungkin juga menyukai