1
Proses absorpsi dan distribusi obat
Absorpsi Distribusi
m.b. m.b. m.b. (membran biologis)
Reseptor
O O O O + R (OR) Respons
Obat Kompleks biologis
+ + +
P P P (Protein)
- Fasa farmasetik
Bentuk sediaan
per oral, rektal
Saluran cerna
(pemecahan bentuk sediaan dan terlarutnya obat aktif)
Absorpsi
(ketersediaan hayati)
Toksisitas
Protein plasma bioaktivasi
bioinaktivasi
Ekskresi Metabolisme 3
Hubungan perubahan pH dengan % bentuk molekul
Asam lemah Basa lemah
100
% Bentuk
Molekul
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pH
Ar-NH 2 Ar-NH 2
Lambung
(pH = 1 - 3) +
Ar-NH 3
+
Ar-NH 3
+
Ar-NH 3
Usus
(pH = 5 - 8)
Ar-NH 2 Ar-NH 2
Basa
Anilin 4,6 6 56 40 61
p-Toluidin 5,3 0 47 30 64
Aminopirin 5,0 - - 21 52
Kuinin 8,4 - 18 9 54
7
Benzalkonium klorida - 0 0 0 0
Hubungan koefisien partisi kloroform/air (P) dan
prosen absorpsi bentuk molekul asam dan basa
Tiopental 100 67
Anilin 26,4 54
Asetanilid 7,6 43
Asetosal 2,0 21
Asam barbiturat 0,008 5
Manitol < 0,002 <2
5 5'
R 3,5 3’,5’ R’ Tetapan Persyaratan
No. Penggabungan
H I, I I, I CH2-CH(NH2)-COOH 500,000 a, b, c, d (+)
1
H I, I I, I CH2 -CH2 -COOH 160,000 a, b, c, d (+)
2
H I, I I, I CH2 -COOH 100,000 d (-)
3
H I, I I, I COOH 72,000 d (-)
4
H I, I I, I CH2 -CH2 -NH2 32,000 d (-)
5
CH3 I, I I, I CH2 -CH(NH2 )-COOH 20,000 c (-)
6
H Cl, Cl Cl, Cl CH2 -CH(NH2 )-COOH 23,000 b (-)
7
H I, H I, I CH2 -CH(NH2 )-COOH 24,000 b (-)
8
H H, H I, I CH2 -CH(NH2 )-COOH 6,000 b (-)
9
H H, H H, H CH2 -CH(NH2 )-COOH 660 b (-)
10 12
Fungsi kompleks obat-protein :
1. Transpor senyawa biologis, contoh : pengangkutan O2 oleh
hemoglobin, Fe oleh transferin dan Cu oleh seruloplasmin.
2. Detoksifikasi keracunan logam berat, contoh : pada keracunan Hg,
Hg diikat secara kuat oleh gugus SH protein sehingga efek toksisnya
dapat dinetralkan.
3. Meningkatkan absorpsi obat, contoh : dikumarol diabsorpsi dengan
baik di usus karena dalam darah obat diadsorpsi secara kuat oleh
protein plasma.
4. Mempengaruhi sistem distribusi obat membatasi interaksi obat
dengan reseptor, menghambat metabolisme dan ekskresi obat
memperpanjang masa kerja obat.
Contoh : suramin, obat antitripanosoma, dosis tunggal diberikan
secara I.V., mencegah serangan penyakit tidur selama 2-3 bulan,
karena ukuran molekul besar tidak dapat melewati filtrasi
glomerulus dan ikatan kompleks suramin-protein plasma cukup kuat
kompleks terdisosiasi dengan lambat, melepas obat bebas sedikit
demi sedikit. 13
Interaksi Obat dengan Jaringan
Obat dapat berinteraksi dengan jaringan membentuk
depo di luar plasma darah
Contoh : Klorpromazin, kadar dalam jaringan otak dan
plasma darah (501 : 11)
Selektif
permeabel
Obat terikat = 500 Obat terikat = 10
Obat terikat
Kadar
total
Obat bebas
KEM
Obat A Obat B
Obat B
Obat A
+
Obat A bebas
Contoh:
1. Turunan fenilbutazon, kumarin dan asam salisilat dapat mendesak
turunan sulfonamida dari ikatannya dengan albumin. Sulfonamida
yang terbebaskan menimbulkan efek antibakteri lebih lanjut.
2. Asam salisilat dosis tinggi dapat mendesak tiroksin dari ikatannya
dengan protein plasma. Tiroksin yang terbebaskan berinteraksi
dengan reseptor dan menimbulkan respons biologis.
17
Obat tertentu dapat berikatan secara irreversible dengan
mineral dalam struktur tubuh merugikan.
Contoh :
• Tetrasiklin dapat menyebabkan warna gigi menjadi
kuning permanen bila diberikan pada anak < 8 tahun
karena membentuk kompleks dengan ion Ca struktur
gigi.
18
Interaksi Khas
Interaksi yang menyebabkan perubahan struktur
makromolekul reseptor sehingga timbul rangsa-
ngan/memicu perubahan fungsi fisiologis normal,
yang diamati sebagai respons biologis.
19
Interaksi Obat dg Enzim Biotransformasi
Ditinjau dari tipe interaksi bersifat tidak khas, ditinjau
dari akibat interaksi bersifat khas.
Contoh :
• Fisostigmin, penghambat enzim asetilkolinesterase, dapat
menghambat pemecahan asetilkolin pada reseptor khas
terjadi akumulasi asetilkolin dalam tubuh respons
kolinergik (+).
• Asetazolamid, penghambat enzim karbonik anhidrase,
dapat menghambat pembentukan H2CO3 jumlah H+
sebagai pengganti Na+ dalam tubulus renalis . Na+ yang
tidak reabsorpsi dikeluarkan + air efek diuresis (+).
20
Interaksi Obat dengan Reseptor
Reseptor obat : makromolekul jaringan sel, mengandung
gugus fungsional atau atom-atom terorganisir, reaktif secara
kimia dan bersifat khas, dapat berinteraksi secara reversibel
dengan molekul obat yang mengandung gugus fungsional
khas, menghasilkan respons biologis.
Bila mikromolekul obat berinteraksi dengan gugus fungsional
makromolekul reseptor, timbul energi yang berkompetisi
dengan energi yang menstabilkan reseptor, terjadi perubahan
struktur dan distribusi muatan molekul, menghasilkan
makromolekul dengan bentuk konformasi baru memicu
modifikasi fungsi organ khas respons biologis (+).
Respon biologis merupakan perbedaan utama antara
interaksi khas dan interaksi yang tidak khas.
21
afinitas efikasi
O + R Kompleks (OR) Respons biologis
Obat Reseptor
Paru
K Saluran cerna
R Empedu Glomerulus
E Penyaringan ultra
( obat terionisasi,
S Hidrofilik
Siklus enterohepatik
sukar larut lemak )
I bakteri
Tubulus
Lipofilik
Ekskresi
O Usus besar
( transpor aktif )
B Reabsorpsi
24
Tin ja Urin
Obat (elektrolit lemah) pada urin normal (pH = 4,8-7,5)
terdapat dalam bentuk tidak terdisosiasi, mudah larut
dalam lemak mudah direabsorpsi oleh tubular.
Obat asam lemah : as. salisilat, fenobarbital, nitrofurantoin,
asam nalidiksat, asam benzoat dan sulfonamida, ekskresi
bila pH urin dibuat basa, dan bila pH urin dibuat asam.
Contoh : t1/2 sulfaetidol (asam lemah) pada pH urin 5
11,5 jam, pada pH urin = 8 t1/2 menjadi 4,2 jam.
Obat basa lemah, ekskresi bila pH urin dibuat asam,
dan bila pH urin dibuat basa.
Contoh : kuinakrin, klorokuin, prokain, meperidin, kuinin,
amfetamin, imipramin, amitriptilin dan antihistamin.
Asam kuat dengan pKa < 2,5 , dan basa kuat dengan pKa
> 12, terionisasi sempurna pada pH urin eksresi tidak
terpengaruh oleh perubahan pH.
25