WA ODE DITA ARLIANA P1807214003 NURDIANA LANTE P1807214007 MATILDA PASENO P1807214401 KONSENTRASI KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN DEFENISI • Menurut Kando (2013) • Menurut Umar dan Katu Penyakit degeneratif (2014) Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang adalah istilah medis untuk mengiringi proses penuaan. menjelaskan suatu penyakit Penyakit ini terjadi seiring yang muncul akibat proses bertambahnya usia. kemunduran fungsi sel Penyakit degeneratif adalah tubuh yaitu dari keadaan penyakit akibat penurunan normal menjadi lebih buruk. fungsi organ/ alat tubuh. Penyakit yang mengiringi Tubuh mengalami defisiensi proses penuaan/terjadi produksi enzim & hormon, seiring bertambahnya usia. imunodefisiensi, peroksida lipid, kerusakan sel (DNA), pembuluh darah, jaringan protein & kulit (ketuaan). Fakta Di Dunia • Penyakit tidak menular menyebabkan 38 juta (68%) dari dunia 56 juta kematian pada tahun 2012 dan 43% Kesakitan di dunia (WHO, 2014). • Dimana sebagian besar dari PTM ini adalah penyakit degeneratif. Penyebab utama kematian pada tahun 2012 adalah: penyakit kardiovaskular (17,5 juta kematian, atau 46,2%), kanker (8,2 juta, atau 21,7%), penyakit pernapasan, termasuk asma dan penyakit paru obstruktif kronik (4.0 juta, atau 10,7%) dan diabetes (1,5 juta, atau 4%). • Diperkirakan tahun 2020 : 73% kematian disebabkan penyakit degeneratif Asia Tenggara dan Indonesia • Di Asia Tenggara terjadi peningkatan yang paling spesifik dari 6,7 juta (2000) menjadi 8,5 juta (2012) • PTM di Indonesia cenderung meningkat • → penyebab utama kematian • → penyebab disabilitas • Di Indonesi berdasarkan data Riskesdas 2013, Jenis PTM yang banyak diderita adalah PTM terdiri dari, (1) asma, (2) penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), (3) kanker, (4) diabetes melitus (DM), (5) hipertiroid, (6) hipertensi, (7) jantung koroner, (8) gagal jantung, (9) stroke, (10) gagal ginjal kronis, (11) batu ginjal dan (12) penyakit sendi/rematik • Gangguan metabolisme tubuh akan memberi dampak berupa gangguan fungsi organ memicu berbagai penyakit degeneratif seperti obesitas, stroke, diabetes Melitus, hipertensi, kanker, hiperkolesterol/ trigliserid, penyakit jantung, gangguan sistem pencernaan, gangguan asam urat, emosional (mudah stres, depresi, hiperaktif, dll.). (Handayani, dkk 2009) • Penyakit biasanya akan menyerang seseorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, dan • Setiap orang pasti menginginkan tubuh • umumnya seiring yang sehat sepanjang bertambah usia maka usianya. kekebalan tubuh juga melemah. • Secara alami usia-usia senja muncul penyakit ancaman penyakit muncul berdasarkan usia • Pada usia ini seseorang cenderung mulai dihantui oleh • Sekarang Usia 30-an gangguan kolesterol tahun adanya tinggi dan juga perubahan pola hidup gangguan kadar gula “salah” beberapa penyakit seperti jantung darah, yang secara atau diabetes bisa teoritis dapat muncul. mengganggu sistem • Selain itu beberapa reproduksinya. kanker tertentu juga dapat menyerang. • Wanita usia reproduksi sehat untuk hamil antara 25-30 tahun. • Sehingga, dari segi kesehatan reproduksi, sebetulnya risiko pertama dari usia ini adalah tak dapat hamil karena telah berkurangnya kesuburan. • Jadi, bila si wanita usianya telah melewati usia reproduksi sehat untuk hamil ternyata kemudian hamil, berarti risiko itu telah terlewati. • Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis. • Pada fase reproduksi, • Kualitas sel telur yang wanita memiliki 400 sel dihasilkan pun menurun telur. Semenjak wanita sehingga tingkat keguguran mengalami menarche meningkat. sampai menopause, • Sampai pada akhirnya kira- wanita mengalami kira umur 45 tahun sel telur menstruasi secara habis sehingga wanita tidak periodik yaitu pelepasan menstruasi lagi alias tidak satu sel telur. dapat hamil lagi. • Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Proses Awal Penyakit Degeneratif Beberapa teori yang menunjukkan proses awal terjadinya penyakit degeneratif di dalam tubuh manusia, yaitu: • Adanya hubungan antara transisi demografi, epidemiologi, dan kesehatan. Pada tahap awal kematian, penyakit infeksi dan parasitik yang berkaitan dengan depriviasi kondisi lingkungandan sosial mengawali penurunan. Pada tahapPada tahap ini terjadi seleksi terhadap umur dalam bertahan hidup. Tahap selanjutnya adalah saat di mana fertilitas mulai menurun. Di sini struktur umur mulai berubah dengan meningkatnya umur lansia. Pada tahap ini penyakit degeneratif mulai muncul dan penyakit kronis mulai mewarnai profil kesehatan penduduk. Lanjutan.... • Perubahan metabolisme tubuh yang ditandai penurunan produksi hormon testosteron untuk lakilaki dan estrogen untuk perempuan biasanya mulai tampak pada usia 65 tahun ke atas. • Kelebihan gizi yang mengakibatkan tingginya prevalensi penyakit degeneratif sudah dirasakan negara-negara berkembang termasuk Indonesia. • Pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi (degeneratif) adalah akibat adanya pergeseran pola makan dan pola hidup Estrogen dan Menopause • Menopause terjadi pada wanita karena ovarium berhenti memproduksi estrogen, sehingga kadar estrogen turun yang menyebabkan tidak terjadinya menstruasi (Gold, 2001 dalam Saputra, 2011) • Keadaan ini dapat menimbulkan perubahan pada banyak sistem dan organ tubuh. Gejala vasomotor, urogenital atropi, peningkatan risiko osteoporosis dan kelainan kardiovaskuler adalah gejala yang telah diketahui dapat timbul pada wanita menopause (Sawitri, dkk 2009). Osteoporosis dan Resiko Penyakit Jantung
• Osteoporosis merupakan suatu
gangguan metabolisme tulang yang dapat dialami oleh hampir semua wanita pasca menopause. Salah satu faktor resiko terjadinya osteoporosis adalah penurunan kadar hormon estrogen dan diperkirakan akan meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis sampai tiga kali jika gangguan keseimbangan hormonal ini tidak diterapi (Laily, 2011). • Begitu pula risiko penyakit jantung bagi wanita pasca menopause akan meningkat karena menurunnya produksi estrogen yang berfungsi sebagai pelindung jantung (Laily, 2011) Hipogonadisme • Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan • Diabetes melitus tipe II interaksi hormon, seperti Rendahnya kadar estrogen, hormon androgen dan akibat ketidakpekaan testoteron. Gangguan ini terhadap kadar insulin menyebabkan infertilitas, impotensi dan tidak adanya Hipogonadisme tanda-tanda kepriaan (Snyder, • Pada pria obesitas penurunan PJ dkk 2000) testoteron terjadi akibat konversi testosteron menjadi estrogen dalam jaringan lemak perifer yang berlebihan dapat menyebabkan hipogonadisme (Mustofa, 2010) Penelitian Terkait
Obesitas juga berhubungan dengan
Adanya peningkatan glukosa konsentrasi SHBG yang lebih darah pada penderita diabetes rendah, hal ini kemungkinan akan berpengaruh terhadap sebagai akibat dari peningkatan penurunan luteinizing hormon kadar insulin dalam (LH) yang mengakibatkan obes. Pria dengan obesitas sering terjadiya penurunan jumlah mempunyai testosteron total rendah sampai sedang tetapi testoteron (Allan, 2008 dalam konsentrasi testosteron bebas Mustofa, 2010). Fukui et al normal. Suatu kondisi yang (2007) dalam Mustofa, 2010 menjelaskan adanya hubungan menyampaikan bahwa tingkat dengan rendahnya konsentrasi testosteron serum pada SHBG (Rhonden et al. 2005 dlam sejumlah besar pasien dengan Mustofa, 2010). diabetes tipe 2 lebih rendah. Diabetes Melitus • Penderita DM beresiko lebih • Disfungsi ereksi neuropati tinggi mengalami disfungsi yaitu kerusakan pada ujung- ereksi atau impotensi sebanyak ujung syaraf parasimpatis di 2,6 – 4 kali, penyakit jantung 1,8 penis sehingga relaksasi – 2,4 kali dan Hipertensi 1,6 – pembuluh darah arteri helicina 1,7 kali. (Harahap, 2006) di korpus kavernosa tidak terjadi. • Akibatnya volume aliran darah tidak bisa bertambah dan penis tidak bisa membesar. • Umumnya proses neuropati berjalan pelan-pelan, makin lama makin banyak syaraf yang mengalami neuropati dan akhirnya terjadi kerusakan secara total. Obesitas • Obesitas 3 kali lebih banyak dijumpai pada wanita, keadaan ini disebabkan karena metabolisme pada wanita lebih rendah apalagi paska Menopause (Lake et al., 1997).Pasca menopause dimana sudah tidak ada ovulasi, sehingga sudah Tidak ada Fase luteal, • Obesitas mempengaruhi fungsi Merupakan salah satu alasan reproduksi wanita akibat adanya menurunnya metabolisme pada kadar leptin dan insulin yang wanita (Woods et al., 2002 dalam tinggi. Kadar leptin yang tinggi Sugiharto, 2009). mempengaruhi steroidogenesis di ovarium. Leptin menghambat kerja follicle stimulating hormone (FSH) dan insulin like growth factor-1 (IGF-I) di folikel, sehingga mengganggu sintesis estrogen di ovarium/folikel, tetapi tidak pada sintesis progeste-rone (Sugiharto, 2009). • Pada pria terdapat hubungan kuat antara berat badan meningkat dengan rendahnya produksi sperma serta disfungsi ereksi. Obesitas sangat terkait dengan kemandulan pada pria. Sel-sel lemak memroduksi estrogen. Dan laki-laki dengan sel lemak berlebih, lebih banyak menghasilkan estrogen dibandingkan pria dengan berat • Berat badan dan perubahan pada badan normal. Jadi salah satu berat badan yang melebihi berat penyebab paling umum badan normal (terlalu gemuk) kemandulan pria adalah produksi akan mempengaruhi kejadian sperma yang abnormal (Sallmen keterlambatan konsepsi M, dkk, 2006). (infertilitas). Hasil analisis bivariat dengan Odds Ratio (OR) terhadap obesitas didapatkan OR sebesar 2.695 sehingga obesitas merupakan faktor risiko terhadap kejadian keterlambatan konsepsi (Infertilitas) pasangan suami istri pada lakilaki (Ahsan, 2012). Arterosklerosis • Kesulitan dengan kinerja seksual juga dapat terjadi pada pria dengan arterosklerosis atau yang memiliki kolesterol tinggi. Kolesterol akan • atheroskeloris merupakan bentuk memperlambar aliran darah artetiosklerosis yang umum, yaitu dan menciptakan plak pada penggumpalan / penimbunan arteri pembuluh darah, kolesterol atau lemak pada sehingga menyebabkan pria dengan kolesterol tinggi tidak dinding arteri. dapat mempertahankan • Kolesterol adalah lemak yang ereksi. Jika dibiarkan, tidak larut dalam air maupun gangguan ini juga bisa darah, supaya ia bisa beredar menyebabkan impotensi dalam tubuh (melalui darah) maka kolesterol terbungkus dalam sebuah lapisan lipoprotein. Kanker Prostat • Prostat adalah kelenjar eksokrin pada sistem reproduksi pria.Prostat merupakan organ yang terdiri atas jaringan fibromuskular dan glandular yang tersembunyi di bawah kandung kemih. Dalam keadaan normal, prostat mempunyai berat 20 gram dan panjang 2,5 cm yang terletak pada uretra posterior. Di bagian depan prostat disokong oleh ligamentum prostatik dan di bagian belakang oleh diafragma urogenital (Ragunathan, 2015). • Kanker adalah penyakit di mana sel- sel dalam tubuh tumbuh di luar kendali. Ketika kanker dimulai di prostat, hal itu disebut kanker prostat. Kecuali untuk kanker kulit, kanker prostat adalah kanker paling umum pada pria Amerika (CDC). • Di Indonesia, data Globocan tahun 2008 menunjukan Kanker prostat di Indonesia menempati urutan ke 5. Dari data Indonesian Society of Urologic Oncology (ISUO) 2011 selama periode 2006-2010 terdapat 971 penderita Kanker prostat. Usia rerata 68.3 tahun, terbanyak pada selang usia 70-79 tahun sebesar 37.6% (Depkes, 2015). Daftar Pustaka • Ahsan, dkk. 2012. Aktor Risiko Yang Memengaruhi Keterlambatan Konsepsi (Infertlitas)Pasangan Suami Istri Pada Laki-Laki Di Kecamatan Palu Utara Kota Palu. Tesis Universitas Hasanuddin • Handayani, Adiati dkk. 2009. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Kematian Pada Penyakit Degeneratif di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 13 No. 1 Januari 2010: 42–53 • Harahap,Ridwan. 2006. Disfungsi Seksual pada Pendrita Diabetes Melitus Pria. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 39, No. 3 September 2006 • Kando, Gabriela. 2013. Penyakit Degeneratif dan Vegetarian. http://gabriela-kando-fkp13.web.unair.ac.id/artikel_detail-91683- Tugas%20Kuliah- Makalah%20Penyakit%20degeneratif%20dan%20Vegetarian.html. Diakses tanggal 15 Mei 2015 • Laily, SJ. 2011. Kadar Serum Osteocalcin Dan C-Telopeptide Pada Wanita Pasca Menopause. Skripsi Universitas Sumatera Utara • Mustofa, Samsul. 2010. Sindrom Metabolik dan Defisiensi Testosteron. Majalah Kesehatan PharmaMedika, 2010 Vol,2, No,2 • Sallmen M, dkk 2006. Reduced fertility among overweight and obese men. J. Epidemiology • Saputra, Mondale. 2011. Depresi Pada Wanita Menopause dan Hubungannya dengan Kualitas Hidup. Tesis Universitas Andalas. • Sawitri, EI dkk. 2009. Kulit dan Menopause Manifestasi dan Penatalaksanaan. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 21 No. 1 April 2009 • Snyder, PJ dkk. 2000. Effects of testosterone replacement in hypogonadal men. J Clin Endocrinol Metab. 2000 Aug;85(8):2670-7. • Sugiharto. 2009. Obesitas dan Kesehatan Reproduksi Wanita. Jurnal Kesmas Vol 5, No 1 (2009) • Umar, H; Katu, S. 2014. Indikator Gangguan Metabolik Pada Penyakit Degeneratif. gizi.poltekkes-mks.ac.id/.../Indicator- metabolik-penyakit-degenerati.html. Diakses tanggal 15 Mei 2015 • WHO. GLOBAL STATUS REPORT On Noncommunicable Diseases 2014 . http://www.who.int/nmh/publications/ncd-status-report- 2014/en/
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis