Anda di halaman 1dari 93

TRANSISI EPIDEMIOLOGI GIZI

Transisi Epidemiologi

 Definisi : perubahan distribusi dan faktor-faktor penyebab


terkait yg melahirkan masalah epidemiologi yg baru, yg
ditandai dengan perubahan pola frekuensi penyakit.
 Perubahan kompleks dalam pola kesehatan & pola
penyakit utama penyebab kematian  penurunan
prevalensi penyakit infeksi (PM), penyakit non infeksi
(PTM) justru semakin meningkat.
 Sebab : perubahan gaya hidup, sosial ekonomi &
meningkatnya UHH  meningkatnya pola risiko
timbulnya penyakit degeneratif seperti PJK, DM,
hipertensi, etc.
Sejarah Transisi
Epidemiologi
 Teori transisi epidemiologi pertama kali
dikeluarkan oleh seorang pakar Demografi
Abdoel Omran (1971).
 Pada saat itu Abdoel Omran mengamati
perkembangan kesehatan di negara industri
sejak abad 18.
 Tdd 3 fase transisi epidemiologi
3 fase transisi epidemiologi

1. The age of pestilence and famine : ditandai dengan


tingginya mortalitas,
2. The age of receding pandemics : era di mana angka
harapan hidup mulai meningkat antara 30-50,
3. The age of degenerative and man-made disease :
fase dimana penyakit infeksi mulai turun namun
penyakit degeneratif mulai meningkat (gambaran
untuk negara Barat).
 banyak dikritik : Rogers dan Hackenberg (1987) dan
Olshansky and Ault(1986)  Omran melakukan revisi.
Bagi negara Barat, ketiga model
tersebut ditambah 2 lagi yaitu:
4. The age of declining CVD mortality, ageing,
lifestyle modification, emerging and resurgent
diseases : ditandai dengan UHH mencapai 80-85,
angka fertilitas sangat rendah, serta penyakit
kardiovakular dan kanker,
5. The age of aspired quality of life with paradoxical
longevity and persistent inequalities : yg
menggambarkan UHH mencapai 90 tahun tetapi
dengan karakteristik kronik morbiditas, sehingga
mendorong upaya peningkatan quality of life.
Transisi epidemiologi Omran
utk negara berkembang
Mengganti fase ketiga menjadi “The age of triple
health burden” yg ditandai dengan 3 hal yaitu:
 Masalah kesehatan klasik yang belum terselesaikan
(PM),
 Munculnya problem kesehatan baru,
 Pelayanan kesehatan yg tertinggal (Lagging),
Ketika itu dikaitkan dengan jenis penyakit beberapa
pakar mengganti beban ketiga itu dengan “New
Emerging Infectious Disease” Penyakit menular
baru/penyakit lama muncul kembali
TRANSISI EPIDEMIOLOGI GIZI
Kebutuhan
Kesehatan dasar
manusia

Makanan
Pemilihan sehat
makanan yg salah
berdampak besar
pada tubuh Tubuh
berfungsi
normal
 Gizi baik : tubuh memperoleh zat gizi yg
cukup (pertumbuhan fisik & perkembangan
otak baik)  mampu bekerja secara normal.
 Gizi kurang : tubuh kekurangan salah
satu/lebih zat gizi esensial  pertahanan
tubuh menurun.
 Gizi lebih : tubuh memperoleh zat gizi dalam
jumlah berlebihan  efek toksik
(membahayakan kesehatan)
2 masalah gizi di Indonesia

 Gizi kurang
 Peningkatan masyarakat dengan gizi lebih
Gaya hidup masyarakat yg berubah membuat
permasalahan gizi mengalami perubahan baik
dari segi bentuknya maupun akibat penyakit yg
akan ditimbulkan.
Transisi epidemiologi gizi membuat beberapa
masyarakat mengalami gizi lebih (over
nutrition).
Transisi epidemiologi gizi

 Masalah gizi kurang : beban di Indonesia : NTT


 Gizi lebih juga semakin meningkat. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah kasus penyakit degenerative.
 Penyakit degenerative : penyakit yg muncul
akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu
dari keadaan normal menjadi lebih buruk.
 Penyakit yg masuk dalam kelompok ini antara
lain diabetes melitus, stroke, jantung koroner,
kardiovaskular, obesitas, dislipidemia etc.
Masalah obesitas

 Estimasi WHO : akan ada satu orang di dunia,


khususnya di wilayah perkotaan yg dibayangi
akan menderita obesitas atau kegemukan.
 Prediksi WHO : jml tetap akan meningkat
dengan jumlah penderita obesitas sebanyak
1,5 miliar orang.
 Hal ini dianggap wajar : masyarakat
perkotaan hidup di bawah tuntutan ekonomi
dipaksa melupakan gaya hidup sehat.
 Kepadatan rutinitas merupakan satu faktor
utama pergeseran masyarakat untuk berolah
raga dan makan makanan yg sehat.
 WHO : penyakit degeneratif menjadi
pembunuh manusia terbesar. Angka
kematian tertinggi ada di negara-negara
dengan pendapatan nasional rendah ataupun
tinggi.
Gizi dan Penyakit
Degeneratif
1. DM
2. PJK
3. Stroke
4. Hipertensi
5. Penyakit ginjal
6. Penyakit hepar dan empedu
7. Gastritis
8. Gout
Penyebab Penyakit DM

 Banyak mengkonsumsi makanan yg


mengandung gula
 Kurang tidur dapat menyebabkan
berkurangnya sistem kekebalan tubuh
sehingga tubuh mudah terserang penyakit.
 Makan terlalu banyak karbohidrat (nasi/roti)
maka tubuh akan menyimpannya dalam
bentuk gula dalam darah (glikogen) 
pemicu awal terjadinya gejala diabetes.
 Merokok : selain paru-paru, merokok juga dapat
merusak hati dan pankreas (tempat produksi
hormon insulin)  mengganggu produksi insulin
dalam kelenjar pankreas.
 Kurangnya aktivitas fisik
 Faktor Keturunan (genetika) :
 Jika kedua orang tua (bapak & ibu) menderita
diabetes : peluang diabetes anaknya 83%.
 Jika salah satu orang tua (bapak/ibu) adalah penderita
diabetes : peluang diabetes anaknya 53%.
 Jika kedua orang tua tidak menderita diabetes :
peluang diabetes anak 15%.
Gejala DM

 Gejala Khas:
 Rasa haus sehingga banyak minum (polidipsia)
 Sering kencing (poliuria) terutama pada malam
hari
 Sering merasa lapar (polifagia)
 Berat badan menurun cepat
Gejala Lain DM

 Rasa lemas,
 Kurang gairah kerja
 Mudah mengantuk
 Kesemutan pada jari tangan dan kaki
 Penglihatan menjadi kabur
 Gatal pada kemaluan (pruritus vulvae) bagi
penderita wanita, keputihan
 Impotensi pada pasien pria
 Luka sukar sembuh
Prevalensi DM

 Jumlah penderita DM di Indonesia terus


meningkat, saat ini diperkirakan > 5 juta
penduduk Indonesia (1 dari 40 penduduk)
menderita diabetes.
 DM pada lanjut usia umumnya adalah diabetes
tipe yg tidak tergantung insulin (NIDDM).
 Prevalensi DM makin meningkat pada lanjut
usia. Meningkatnya prevalensi DM di negara
berkembang dipengaruhi oleh : peningkatan
pendapatan perkapita, perubahan gaya hidup.
Prevalensi

International Diabetes Federation (IDF)


 Tahun 2005 (dunia) terdapat 200 juta (5,1%)
diabetisi (orang dengan diabetes)
 20 tahun kemudia (Tahun 2025) akan
meningkat menjadi 333 juta (6,3%) orang.
Prevalensi

Diabetes Atlas (2003)


 Indonesia (2000) adalah 1,9 % (2,5 juta orang)
 TGT (toleransi glukosa terganggu) adalah
9,7% (12,9 juta orang)
 Tahun 2025, akan menjadi 2,8% (5,2 juta
orang) diabetisi dan 11,2 % (20,9 juta orang)
dengan TGT
Prevalensi

WHO 1998
 Diabetisi Indonesia, meningkat hampir 250%
dari 5 juta di tahun 1995 menjadi 12 juta pada
tahun 2025.
Metabolisme DM
 Metabolisme karbohidrat dan DM : 2 mata
rantai yg tidak dapat dipisahkan.
 Penderita DM mengalami kerusakan dalam
produksi maupun sistem kerja insulin,
sedangkan insulin sangat dibutuhkan dalam
melakukan regulasi metabolisme karbohidrat.
 Akibat : penderita DM akan mengalami
gangguan metabolisme karbohidrat.
Metabolisme DM

 Pengaturan metabolisme glukosa oleh insulin


melalui berbagai mekanisme kompleks yg
efek nettonya adalah peningkatan kadar
glukosa dalam darah.
 Oleh karena itu, penderita DM yg jumlah
insulinnya tidak mencukupi atau bekerja tidak
efektif akan mengalami hiperglikemia
Tindakan Pencegahan

 Promotif dan Preventif:


 Pencegahan obesitas pada pasien yg berisiko
diabetes.
 Asupan serat makanan 25 gram/1000 kalori,
khususnya serat larut dapat membantu
mengendalikan kadar glukosa darah dan menambah
rasa kenyang.
 Menghindari asupan kalori yg berlebihan.
 Olahraga teratur (yaitu, 3 kali seminggu atau lebih
selama waktu >30 menit dengan intensitas 60-80%
dari frekuensi jantung maksimal [220-usia])
 Pengaturan Gizi:
 Makan  buah berserat, seperti apel dengan kulitnya,
setiap hari
 Hindari kebiasaan minum sari buah secara berlebihan
 Sertakan rebusan buncis atau sayuran lain yg dapat
membantu mengendalikan glukosa darah dalam
menu sayuran
 Biasakan sarapan dengan sereal tinggi serat, seperti
havermout kacang hijau, jagung rebus, atau roti
bekatul
 Hindari penambahan gula pasir pada minuman (kopi,
teh) dan makanan sereal.
Tindakan Rehabilitatif

 Terapi gizi untuk pengendalian glukosa darah


pada pasien-pasien DM Tipe I dan II sesuai
pedoman yg dianjurkan
Hipertensi

Adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan


darah lebih dari 140/90 mmHg untuk usia di atas
50 tahun. Dan harus dilakukan pengukuran
tekanan darah minimal sebanyak 2x untuk
memastikan keadaan tersebut (WHO, 2001)
Gejala Hipertensi

 Sakit kepala  Wajah memerah


 Jantung berdebar  Hidung berdarah
 Sulit bernafas  Sering buang air
setelah bekerja keras kecil, terutama
 Mudah lelah malam hari
 Penglihatan kabur  Telinga berdenging
(tinnitus)
 Vertigo
PENYEBAB HIPERTENSI

1.Genetik 2.Usia 3.Garam

4.Stress 5.Obesitas 6.Kolesterol

7.Rokok 8.Kafein 9.Alkohol

10.Kurang olahraga 11. Jenis kelamin


Metabolisme
Prevalensi

 Tahun 1997 sebanyak 15 juta penduduk


Indonesia mengalami hipertensi; tp hanya 4%
yg melakukan kontrol rutin.
 SKRT (2001) : penduduk umur 25 tahun ke
atas  27% laki-laki dan 29% wanita
menderita hipertensi; 0,3% mengalami
penyakit jantung iskemik dan stroke.
Prevalensi
 50% penderita tidak menyadari sebagai penderita :
lebih berat karena tidak merubah dan menghindari
faktor risiko.
 70% adalah hipertensi ringan :
diabaikan/terabaikan  menjadi ganas (hipertensi
maligna) dan 90% hipertensi esensial dan hanya
10% penyebabnya diketahui (penyakit ginjal,
kelainan hormonal & kelainan pembuluh darah).
 Surkesnas 2001, angka kesakitan Hipertensi pada
dewasa sebanyak 6-15% dan kasusnya cenderung
meningkat menurut peningkatan usia.
Dilaksanakan

Pencegahan Tertier
Pencegahan Sekunder
Lebih agar penderita
Berupa kegiatan
Pencegahan Primer ditujukan hipertensi
untuk pada terhindar dari
menghentikan / kegiatan komplikasi lanjut
mengurangi deteksi dini & untuk
faktor risiko untuk meningkatkan
hipertensi kualitas hidup,
menemukan memperpanjang
sebelum penyakit. lama ketahanan
penyakit Bila hidup. Fokus
hipertensi ditemukan, kegiatan :
terjadi. maka dapat pertahankan
dilakukan kualitas hidup
penderita.
pengobatan
secara dini.
Pencegahan Primer
• Makan sayur dan buah yg cukup
• Makanan rendah garam dan lemak
• Olahraga dan aktivitas fisik
• Tidak merokok dan alkohol
Pencegahan Sekunder
• Pemeriksaan dini ke dokter secara berkala
Pencegahan Tertier
• Obat untuk memperlebar pembuluh darah (vasodilator), mengubah
kecepatan kontraksi otot jantung, menurunkan tekanan darah
(antihipertensi), pelancar air seni (diuretic) agar sisa metabolisme
yg ada dalam darah keluar bersama urine, sehingga darah tidak
terlalu kental
• Obat tradisional : Mengkudu masak (pace), mentimun, daun seledri,
daun selada air, bawang putih, daun dan buah belimbing bintang,
buah belimbing wuluh, daun tapak dara, akar papaya.
UPAYA PROMOTIF
 Penyuluhan pentingnya gaya hidup sehat
 Penyuluhan gizi bagi lansia
 Kampanye anti rokok
 Penyuluhan kesehatan, untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan
kualitas hidup oleh pakar bidang kesehatan
 Pelayanan konseling oleh dokter keluarga
tentang pola hidup sehat
UPAYA PREVENTIF

 Pemeriksaan tekanan darah secara rutin


 Olahraga secara teratur, seperti senam jantung
sehat & senam lansia
 Membatasi konsumsi rokok, alkohol dan kafein
 Mencegah stress dan membina hidup yg positif
 Mengkonsumsi kalium dan natrium yg cukup
 Menerapkan perilaku hidup sehat
UPAYA REHABILITATIF

 Menjaga dan mempertahankan kualitas hidup


penderita agar lebih baik
 Istirahat yg cukup dan pemenuhan gizi yg tepat
pada penderita pasca sakit
 Minum obat teratur agar tekanan darah dapat
terkontrol dan tidak memberikan komplikasi
seperti penyakit ginjal kronik, stroke dan
jantung.
PRINSIP DIET

 Makanan beraneka ragam dan gizi


seimbang
 Jenis dan kompisisi makanan disesuaikan
dengan kondisi penderita
 Jumlah garam dibatasi sesuai dengan
kesehatan penderita
GARAM

 Yg dimaksud adalah garam natrium


 Salah satu sumbernya adalah garam dapur
 Dianjurkan konsumsi garam dapur tidak
lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari
DONT's
Prevalensi PJK

 SDKI : prevalensi PJK di Indonesia dari tahun ke tahun


meningkat  peningkatan jumlah kematian.
 Urutan ke-9 dari penyakit yg membahayakan &
urutan ke-4 sebagai penyebab kematian.
 Tahun 1980 prevalensi PJK meningkat menjadi urutan
ke-6 serta urutan ke-3 sebagai penyebab kematian.
 Tahun 2000-an dapat dipastikan, kecenderungan
penyebab kematian di Indonesia bergeser dari
penyakit infeksi ke penyakit degeneratif seperti CVD
(antara lain PJK)
Prevalensi PJK (cont,)

 Peningkatan taraf kehidupan dan sosial-


ekonomi  merubah pola hidup  pola makan
 WHO dan Kemkes RI : saat ini hanya 50%
penduduk Indonesia yg masih mengkonsumsi
bahan makanan seperti buah dan ayuran, padi-
padian, daging berlemak rendah, kacang-
kacangan, dan sebagainya. Sedang fast food
yg sangat kaya lemak jumlahnya semakin
meningkat
Gejala PJK

1. Gejala Sesak napas


2. Sering pusing bahkan pingsan
3. Sering mengalami nyeri pada dada sebelah
kiri
4. Jantung sering berdebar-debar
5. Gampang lelah dan pening
6. Mual dan muntah
Penyebab PJK

1. Faktor Usia dan Jenis Kelamin


2. Faktor Keturunan dari keluarga
3. Faktor Perokok aktif atau Pasif
4. Faktor Penyakit Diabetes
5. Faktor Tekanan darah tinggi
6. Faktor Kegemukan atau obesitas
7. Faktor Gaya Hidup
8. Stress atau Emosi berlebih
Metabolisme PJK

1. PJK : penyempitan pembuluh nadi koroner ini.


 Penyempitan dan penyumbatan dapat
menghentikan aliran darah ke otot
jantung yg sering ditandai dengan rasa
nyeri.
 Dalam kondisi lebih parah kemampuan
jantung memompa darah dapat hilang 
merusak system golongan irama jantung
dan berakibat dengan kematian
Metabolisme PJK (cont,)

2. Menyebabkan kelenturan pembuluh nadi


menjadi berkurang, serangan jantung
koroner akan lebih mudah terjadi ketika
pembuluh nadi mengalami penyumbatan
ketika itu pula darah yang membawa
oksigen ke jaringan dinding jantung pun
terhenti
Hubungan Usia Degeneratif dan
Penyakit Jantung Koroner

 Usia yg rentan menurut Silvia dan Loraine


(2006) : usia 40-60 tahun (dewasa madya).
 Perbedaan ini : diakibatkan oleh adanya
perbedaan pola hidup, pola makan, dan
tingkat stress
Upaya promotif

 Memberikan informasi kepada masyarakat


bahwa pola makan yg tidak sehat dapat
menyebabkan PJK
 Penyuluhan tentang bahaya PJK
Pencegahan dan Pengaturan
Gizi
1. Pola makan yg sehat
2. Menjaga berat badan ideal
3. Berhenti merokok
4. Hindari stress
5. Olahraga secara teratur
6. Hidup aktif
Upaya rehabilitatif
1. Olahraga secara teratur
Berjalan kaki, jalan cepat, atau jogging secara
teratur selama 30 menit/hari, 3-4 kali seminggu
dapat memperkuat jantung, melancarkan
peredaran darah, membakar lemak dan menjaga
kesimbangan HDL dan LDL.
 2.Hidup aktif.
 Lakukan berbagai pekerjaan rumah
 Perbanyak berjalan kaki atau bersepeda, kurangi
menggunakan kendaraan bermotor
Penyebab Stroke

Risiko Medis Risiko Perilaku


 Kolesterol  Gaya Hidup
 Hipertensi  Pola Makan
 Arteriosklerosis  Kurang aktivitas gerak
 Gangguan jantung  Obesitas
 Diabetes
 Riwayat stroke dalam
keluarga (faktor keturunan)
 Migrain.
Minor
 Bingung
 Pusing
GEJALA  Sulit Bicara
 Otot-otot melemah
Mayor  
 Tiba-tiba kepala sakit

 Pingsan tiba-tiba

 Sulit berbicara

 bingung

 Tiba-tiba terjatuh

 Pandangan Kabur

 Pupil mata berbeda ukurannya

 Sulit bernapas, sulit mengunyah, bicara dan


menelan
 Tidak dapat mengontrol buang air kecil atau BAB

 Denyut nadi terasa kuat dan justru melemah


PENGENDALIAN

Pilar pengendalian Stroke terdiri dari 4 hal, yaitu :


 Terapi diet stroke (rendah garam, lemak, purin)
dan banyak makan makanan yg mengandung
vitamin A,B,C,E dan elektrolit seperti sayur dan
buah-buahan)
 Terapi obat (aspirin, triclopidine, clopidogrel,
cilostazol, dipiridamol)
 Olah raga/latihan jasmani
 Penyuluhan/edukasi
MAKANAN

Makanan yg boleh dimakan Makanan yg tidak boleh dimakan

Sumber Karbohidrat Sumber Karbohidrat

Beras, kentang, ubi, singkong, terigu, Produk olahan yg dibuat dengan garam dapur,
hunkwe, sagu, roti soda/baking powder, kue yg manis

Sumber Protein Sumber Protein

Sumber protei rendah lemak seperti Ikan, Daging sapi dan ayam berlemak, jeroan, otak,
ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu, hati, ikan banyak duri, susu penuh keju, es
dan kacang-kacangan krim, dan produk olahan protein hewani yg
diawetkan seperti daging asam, ham, bacon,
dendeng, kornet

Sayuran

Sayuran berserat sedang dimasak, seperti


bayam, kangkung, kacang panjang, labu
siam, tomat, tauge, wortel
Lanjutan ...
Sumber Lemak Sumber Lemak

• Sumber lemak dalam jumlah Minyak kelapa dan minyak kelapa


terbatas yaitu bentuk makanan sawit, margarin dan mentega biasa,
yg mudah dicerna. santan kental, krim dan produk
gorengan.
• Makanan terutama diolah
dengan cara dipanggang,
dikukus, disetup, direbus, dan
dibakar
Prevalensi stroke di Indonesia

 Riskesdas (2007) kasus stroke di wilayah perkotaan 33


provinsi & 440 kabupaten.
 258.366 sampel rumah tangga perkotaan dan 987.205
sampel anggota rumah.
 Hasilnya : stroke merupakan pembunuh utama di
antara penyakit non-infeksi di kalangan penduduk
perkotaan.
 Penyebab : gaya hidup (namun tidak memandang yg
kaya dan miskin), kebiasaan merokok dll.
 Stroke juga tidak memandang jenis kelamin,
perbandingannya 50 : 50.
Lanj…
 Prevalensi stroke di Indonesia (Riskesdas, 2007) :
8/1000 penduduk (0,8%).
 Perbandingan : prevalensi stroke di AS adalah
3,4/100.000 penduduk, Singapura 55/100.000
penduduk, Thailand 11/100.000penduduk.
 Menkes RI : stroke penyebab kematian utama di
Indonesia pada tahun 2011. Porsinya mencapai
15,4% dari total penyebab kematian. Artinya, 1
dari 7 orang yg meninggal dikarenakan stroke.
Metabolisme

 Metabolisme stroke sangat berhubungan


dengan metabolisme otak.
 Dalam keadaan istirahat otak memerlukan
oksigen sebanyak 20% dari seluruh
kebutuhan oksigen tubuh.
 Adanya kebutuhan oksigen yg tinggi tersebut
disertai dengan aktivitas metabolik otak yg
terjadi secara terus-menerus memerlukan
aliran darah yg konstan ke dalam otak.
Berkurangnya suplai oksigen atau darah ke otak
terjadi akibat penyempitan, penyumbatan di
pembuluh darah atau pecahnya pembuluh
darah dapat mengakibatkan Otak tidak bisa
berfungsi dengan baik jika kekurangan oksigen,
termasuk komunikasi otak dengan bagian-
bagian tubuh lainnya.
Jaringan otak pun lama kelamaan mengalami
degenerasi (mati). Baru disebut stroke bila
serangan atau gangguan yg terjadi lebih dari 24
jam. Stroke menyerang otak, pusat
pengendalian tubuh manusia. Karena itu,
serangan ini biasa mengakibatkan gangguan
pada organ tubuh yg lain. Selain itu, juga bisa
menyebabkan matinya sel-sel otak.
Gejala Gagal Ginjal

 Perubahan kencing (frekuensinya abnormal,


urin berbusa atau bergelembung, keluar
darah)
 Pembengkakan (biasanya terjadi
pembengkakan pada bagian kaki, tangan,
dsb)
 Mudah lelah
 Mual dan muntah
 Nyeri di bagian pinggang
Penyebab
1.Radang ginjal menahun

2.Sumbatan/batu dan infeksi

3.Diabetes Mellitus

4.Hipertensi

5.Ginjal Polikistik

6.Obat nefrotoksik
Prevalensi

 Grassman (2005), hingga akhir 2004 terdapat


1.783.000 penduduk dunia yg menjalani
perawatan ginjal akibat gagal ginjal, di
antaranya 77% dengan cuci darah dan 23%
dengan transplantasi ginjal.
Prevalensi

 United State Renal Data System (USRDS, 2008) :


Amerika Serikat prevalensi penyakit gagal ginjal
kronis meningkat sebesar 20-25% setiap tahunnya,
sedangkan di Jepang Insidens Rate (IR) untuk kasus
gagal ginjal 2,85/10.000 dengan PR 20,6/10.000.
 Kanada : insiden penyakit gagal ginjal tahap akhir
meningkat rata-rata 6,5% setiap tahun (Canadian
Institute for Health Information (CIHI), 2005),
dengan peningkatan prevalensi 69,7% sejak tahun
1997 (CIHI, 2008).
Prevalensi

 Di Indonesia, jumlah penderita gagal ginjal


semakin meningkat.
 WHO memperkirakan di Indonesia akan terjadi
peningkatan penderita gagal ginjal antara tahun
1995-2025 sebesar 41,4%.
Prevalensi

 Menurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia


(Perneftri) 2004, diperkirakan ada 70.000
penderita gagal ginjal di Indonesia, namun yg
terdeteksi menderita gagal ginjal kronis tahap
terminal dari mereka yg menjalani cuci darah
(hemodialisis) hanya sekitar 4.000-5.000.
 Berdasarkan data dari Yayasan Ginjal Diatras
Indonesia (YGDI) RSU AU Halim Jakarta, th 2006
ada sekitar 100.000 orang lebih penderita gagal
ginjal di Indonesia.
Metabolisme
MANIFESTASI KLINIS
ORGAN GEJALA DAN TANDA
GASTROINTESTINAL PERDARAHAN SAL. PENCERNAAN
KARDIOVASKULER HIPERTENSI, PERIKARITIS, PERUBAHAN EKG

RESPIRASI EDEMA PARU, PLEURITIS


NEUROMUSKULAR LEMAH, LETARGI, GANGGUAN MUSKULAR,
NEUROPATI PERIFER
ENDOKRIN HIPERLIPIDEMIA
DERMATOLOGI PUCAT, HIPERPIGMENTASI,
HEMATOLOGI PERDARAHAN, ANEMIA
FUNGSI PSIKOSOSIAL PERUBAHAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU
• Minum air putih yg cukup ± 1,5 – 2 L/hari
• Mengenali faktor risiko penyakit ginjal (Hipertensi, DM, batu, infeksi)
• Pengendalian gula darah ataupun tekanan darah
Pencegahan • Peningkatan aktivitas fisik
Primer • Tidak merokok
• Menghindari obat yg mengganggu fungsi ginjal (nefrotoksik)

• Skrining pada individu asimtomatik yg menyandang faktor risiko


(pasien DM, hipertensi, obesitas, perokok, dan riwayat penyakit
tersebut dalam keluarga)
Pencegahan • Mengenali gejala dini penyakit ginjal : perubahan urin - merah, keruh,
Sekunder berbusa
• Check up (tekanan darah, pemeriksaan urin, kreatinin)

• Terapi Penyakit Ginjal / Hemodialis


• Pengobatan Hipertensi (makin rendah tekanan darah makin
Pencegahan
Tersier kecil risiko penurunan fungsi ginjal)
Upaya promotif

 Penyuluhan kesehatan, untuk meningkatkan


derajat kesehatan dan kualitas hidup oleh
pakar bidang kesehatan
 Pelayanan konseling oleh dokter keluarga
tentang pola hidup sehat
Pemberian Gizi Promotif

 Pembatasan konsumsi protein


 Pengurangan kosumsi garam
 Batasi asupan cairan
 Batasi asupan kalsium
 Batasi asupan fosfor
Upaya preventif

 Minum air putih yang cukup


 Olah raga secara rutin dan teratur
 Mengurangi makanan berlemak
 Mengontrol berat badan
 Deteksi dini atau screening
Pemberian Gizi Preventif

 Perbanyak minum air putih


 Batasi kalsium
 Batasi oksalat
 Batasi garam dan protein nabati
 Perbanyak serat tidak larut
 Batasi konsumsi vitamin C
MENGAPA DIET RENDAH PROTEIN?

 Nefron yg rusak tidak dapat menyaring cairan


dalam tubuh  edema
 Terjadi penumpukan urea dalam darah, hasil
pemecahan protein
 Kadar ureum darah meningkat
 Harus dibatasi asupan cairan dan protein
DON’TS

 Batasi konsumsi protein terutama protein


dengan nilai biologis tinggi
 Hindari buah dan sayur tinggi kalium untuk
penderita hiperkalemi
 Batasi makanan tinggi natrium jika pasien
hipertensi
‘DO’S
Upaya rehabilitatif

 Mengurangi asupan yg mengandung kalium


tinggi : apel, alpukat, jeruk, pisang, buncis,
kembang kol, seledri, pepaya
 Pengobatan untuk menyeimbangkan cairan
dalam darah
 Mengontrol kalium darah
 Pengobatan untuk mengembalikan kadar
kalsium darah
 Dialisis
Pengaturan Gizi pada
Rehabilitatif
 Kebutuhan kalori
 Pembatasan protein bisa sampai 0,5-0,6
gm/kgBB/hari.
 Asupan garam harus dibatasi hingga 2-3
g/hari.
 Hindari makanan yg kaya natrium seperti
garam
 Batasi konsumsi susu sampai setengah gelas
per hari
Penyebab Penyakit Hepar & Empedu

 Konsumsi alkohol
 Konsumsi Obat-obatan yg dapat merusak hati
seperti nitrofurantoin, tetrasiklin, isoniazid
(antibiotik) atau metotreksat (obat anti
kanker)
 Infeksi virus hepatitis
 Gangguan Metabolik
 Diabetes mellitus
 Penyakit penimbunan glikogen,
 Hemokromatosis (keadaan menumpuknya zat
besi (Fe) secara berlebihan dalam hati, limpa,
kulit akibat gangguan metabolisme)
 Penyumbatan aliran empedu intrahepatic dan
ekstrahepatic yg lama/kronik
 Gangguan imunitas (hepatitis lupoid)
 Salah gizi
 Infeksi penyakit kronis
 Operasi usus pada keadaan kegemukan
Gejala Penyakit Hepar &
Empedu
 Mengalami perubahan warna kulit tubuh yg
mudah sekali dikenali
 Air kemih yg dikeluarkan berubah menjadi warna
kuning gelap atau kuning pekat disertai bau yg
menyengat
 Beberapa orang di antaranya ada yang
mengalami penurunan nafsu makan bahkan
sampai kehilangan nafsu makan 
 Terjadi perubahan bentuk penampilan tubuh dan
kuku
Lanjutan..

 Menimbulkan masalah pada kerusakan kulit,


seperti kulit kering, gatal, eksim, jerawat,
psoriasis dan lainnya
 Beberapa di antaranya ada yang mengalami
pendarahan pada hidung (mimisan) 
 Sering mengalami sakit kepala, pusing,
kejang dan rasa cepat lelah, lemah, letih, lesu 
 Mengakibatkan bau badan dan mulut yg
tidak sedap.
Prevalensi Penyakit Hepar

 WHO (2006) sekitar 170 juta umat manusia


terinfeksi sirosis hepatitis. Angka ini meliputi
sekitar 3% dari seluruh populasi manusia di
dunia dan setiap tahunnya infeksi sirosis hati
baru bertambah 3-4 juta orang
 Prevalensi penyakit sirosis hepatitis pada
tahun 2007 berkisar antara 1-2,4% dari rata-
rata 7 juta penduduk Indonesia mengidap
sirosis hepatitis
 Sekitar 20juta penduduk Indonesia terserang
penyakit hati menahun. Angka ini merupakan
perhitungan prevalensi penderita dengan infeksi
hepatitis B di Indonesia yg berkisar 5-10% dan
hepatitis C sekitar 2-3%
 Kasus ini lebih banyak ditemukan pada kaum
laki-laki dibandingkan wanita (2-4 : 1)
 Umur rata-rata terbanyak antara golongan umur
30-59 tahun dengan puncaknya 40-49 tahun
Metabolisme Penyakit Hepar

 Pada sirosis hati, disebabkan oleh jaringan parut


yg terbentuk di hati sebagai respon terhadap
kerusakan yg terjadi berulang kali (regenerasi
noduler)
 Ketika jaringan parut terbentuk maka semakin
sulit hati untuk berfungsi secara memadai
 Akibatnya bentuk hati yg normal akan berubah
disertai terjadinya penekanan pada pembuluh
darah dan terganggunya aliran darah vena porta
yg akhirnya menyebabkan hipertensi portal
Metabolisme Glukosa

 Hubungan antara penyakit hati kronis dengan


gangguan metabolisme glukosa telah
diketahui dengan nama hepatogenous
diabetes.
 Hati memegang peranan penting dalam
metabolisme glukosa dimana dapat
menyimpan glikogen dan memproduksi
glukosa melalui glikogenolisis dan
glukoneogenesis.
 Keadaan fisiologis, hepatosit merupakan
tempat utama metabolisme glukosa hati.
 Metabolisme insulin dilakukan oleh sel hati
non parenkimal yaitu sel Kupffer, sel
endotelial sinusoidal dan hepatic stellate cells
 (HSC) yg berkontribusi terhadap degradasi
insulin dan terlibat dalam modulasi
metabolisme glukosa hepatosit selama
proses inflamasi via pengeluaran sitokin.
 Insulin merupakan mediator utama pada
hemostasis glukosa dan setiap perubahan
aksinya akan menyebabkan gangguan
metabolisme glukosa.
 Terjadinya kerusakan pada hati, maka terjadi
gangguan pada hemostasis metabolisme
glukosa akibat terjadinya resistensi insulin
dan gangguan sensitivitas sel β pankreas.
 Resistensi insulin terjadi pada jaringan otot,
hati dan lemak
 Pada penyakit sirosis hati juga akan
menghambat aliran dari vena sentralis
menuju empedu
 Menghambat segala proses metabolisme
karbohidrat mengingat hati merupakan
tempat glikogenesis
 Menghambat proses koagulasi (pembekuan
darah)
Tindakan Pencegahan

 Promotif dan preventif:


 Peningkatan kemampuan Komunikasi Informasi dan
Edukasi (KIE)
 Peningkatan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral dalam penyuluhan tentang gaya hidup
sehat
 Peningkatan penyuluhan tentang gaya hidup sehat
dan perubahan perilaku masyarakat terhadap
masalah gizi dengan terbentuknya pola konsumsi
pangan yg berimbang melalui kegiatan di
Puskesmas
 Peningkatan penyuluhan pola konsumsi pangan yg

berimbang dengan pembentukan perilaku gaya hidup


sehat
 Pengembangan media, yg mencakup informasi dalam

merubah perilaku masyarakat untuk dapat melakukan


gaya hidup sehat dan dengan pola konsumsi makanan
sehat dan berimbang
 Pelaksanaan lainya dapat berupa pelaksanaan kegiatan

latihan jasmani yg meliputi kegiatan gotong royong


setiap minggu, pengaktifan kembali Jumat bersih,
olahraga bersama setiap minggu
 Pengaturan Gizi
 Minum 8 gelas air sehari
 Pertimbangkan diet rendah lemak, rendah sodium
dan tinggi serat
 Makan buah dan sayuran dengan mutu terbaik, dan
bahan tersebut, baik organik atau komersial, harus
dicuci dengan hati-hati sebelum dimakan
 Penting untuk mempertahankan pemasukan protein
dan berat badan yg cukup
 Jika hati rusak, kurangi garam dalam diet
 Jangan mengkonsumsi ikan mentah atau ikan
pemakan bangkai (ikan lele, dll.).
Tindakan Rehabilitatif

 Diet Penyakit Hati


 Diet Hati I (DH I), Diet Hati II (DH II), dan Diet Hati
III (DH III). Selain itu pada diet penyakit hati ini
juga menyertakan Diet Garam Rendah I.

Anda mungkin juga menyukai