Anda di halaman 1dari 71

Oleh :

Ating Sudradjat
Pengertian :
 Safety
Keselamatan
merupakan suatu
kondisi bebas dari
cedera atau bahaya  Health
atau suatu perasaan Kesehatan
takut akan terjadi merupakan
kecelakaan, cedera  Environment
suatu kondisi
maupun resiko
sehat secara Suatu
bahaya keadaan
fisik maupun sekeliling
mental tempat
ataupun kerja/
sosial organisasi/
perusahaan
beroperasi
Alasan K3
Adanya kecelakan kerja (occupational accident) dan
penyakit akibat kerja (occupational diseases) dan atau
penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (work
related diseases) menelan korban berupa :
 Jiwa
 Kerugian materi baik bagi pekerja maupun pengusaha
 Mengganggu proses operasi produksi
 Merusak lingkungan
Definisi K3
 Secara filosofi
K3 merupakan pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan :
 tenaga kerja dan manusia pada umumnya, baik jasmani
maupun rohani,
 hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil, makmur
dan sejahtera;
 Secara keilmuan
K3 adalah suatu ilmu pengetahuan yang penerapannya
diarahkan dalam upaya untuk mencegah kecelakaan,
kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit, dll
Aspek Dasar
 Unsur-unsur kegiatan kerja dari suatu sistem operasi
yang berinteraksi dengan lingkungan dan akan
berpengaruh langsung pada keselamatan dan
kesehatan.
 Unsur-unsur yang berpotensi memiliki dampak
terhadap setiap perubahan lingkungan, keselamatan
dan kesehatan baik yang menguntungkan maupun
merugikan, baik secara keseluruhan maupun
sebagian.
Tujuan K3
 Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat
kerja
 Menjamin agar setiap sumber daya dapat dipakai
secara aman dan efisien
 Menjamin proses opeasi berjalan lancar
 Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman,
sejahtera dan produktif serta penyerasian lingkungan
Landasan Hukum
 UUD 1945, yang dijabarkan dalam pasal 27 ayat 2, dengan tegas
menyebutkan bahwa ” Setiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, ini mengandung
dimensi yang cukup luas diantaranya perlindungan tenaga kerja
 UU No. 12 Tahun 1948, tentang Kerja yang mengandung materi
perlindungan terhadap tenaga kerja, seperti :
o Menyangkut Pekerja Anak dan Orang Muda
o Menyangkut Pekerjaan Orang Wanita
o Menyangkut waktu kerja dan waktu istirahat
o Mengenai tempat kerja dan perumahan pekerja
 UU No. 14 tahun 1969, lembaran Negara tahun 1969 No. 55,
Tambahan Lembaran Negara No 2912 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, sesungguhnya
dimotivasi oleh kesadaran, bahwa buruh/tenaga kerja merupakan
salah satu modal utama dan pelaksanaan pembangunan nasional.
 UU No 1 Tahun 1970, Lembaran Negara tahun 1970 nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara No. 2918 tentang Keselamatan Kerja, pada dasarnya
merupakan payung dari semua perturan perundang-undangan K-3 di Indonesia.
 UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Setiap orang berhak memperoleh
derajat kesehatan yang optimal dan setiap orang berkewajiban untuk ikut serta
dalam pemeliharaan dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga dan lingkungan
 UU No 3 tahun 1992 , yang mendeskripsikan definisi tentang apa itu Jaminan
Sosial Tenaga Kerja
 UU. No. 13 tahun 2003, Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 No. 39
tentang ketenagakerjaan yang lahir dari kesadaran pemerintah, bahawa peran
dan kedudukan tenaga kerja dalam pelaksanaan pembangunan nasional sangat
penting.
 PERMENNAKER 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen K-3, Sistem
manajemen k3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan yang dibutuhkan bagi implementasi kebijakan k3 untuk
mengendalikan risiko dalam kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif
 PERMENAKER 02/M/1992 Tentang Tatacara Penunjukan, Kewajiban Dan
Wewenang Ahli K3
Masalah Pelaksanaan K-3
 Masyarakat pekerja :
 Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar (upah dan
tunjangan kesejahteraan).
 K3 belum menjadi tuntutan pekerja,
 Pengusaha :
Menekankan penghematan ongkos dan meningkatkan
efisiensi, untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Dan K3 dipandang sebagai beban biaya operasional
tambahan.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja

•Mesin •Karakt. Perus.


•Peralatan kerja •Training
Aptitude, sifat,
•Material •Pengawasan
karakteristik fisik,
•Lingk. Fisik •Pengupahan
minat, motivasi, jenis
•Metoda •Lingk. Sosial
kelamin, pendidikan,
•Dll. •Dll.
pengalaman, usia, dll
Aktivitas Kerja
 Aktivitas kerja mencakup:
 unsur manusia,
 mesin/peralatan
 bahan.
 Aktivitas kerja dilaksanakan pada waktu :
 Pembangunan fasilitas
 Pelaksanaan operasional
 Kecelakaan dan penyakit akibat kerja timbul karena
aktivitas yang dilaksanakan dalam sistem operasi
Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya
Kecelakaan Kerja

TENAGA
KERJA

Kesehatan Keselamatan
PROSES

BAHAN ALAT

Lingkungan
Kecelakaan Kerja
KECELAKAAN
Adalah Akibat Dari Rangkaian Sebab-akibat
(DOMINO EFFECTS)

SUMBER BAHAYA

KECELAKAAN

Korban / Kerugian
Definisi Kecelakaan Kerja
 Kecelakaan kerja
Kejadian yang tidak diduga sebelumnya yang dapat
mengakibatkan gangguan terhadap suatu proses pekerjaan yang
telah direncanakan

Klasifikasi Kecelakaan :
 Insiden tanpa kerusakan tidak ada yang cidera
 Insiden diikuti kerusakan tidak ada yang cidera
 Kecelakaan berakibat luka ringan
 Kecelakaan berakibat luka berat
 Kecelakaan Berakibat Cacat tetap
 Kecelakaan berakibat Kematian
Logika terjadinya kecelakaan
Setiap kejadian kecelakaan, ada hubungan mata rantai
sebab-akibat (Domino Squen)

Personal and
Job Factors
Lack of Insident
Control Unsafe Act /
Unsafe Condition Losses
Tindakan tdk Kecelakaan
Kerugian
Lemahnya Faktor manusia aman /
Pengendalian dan pekerjaan kondisi tdk
aman
LACK OF CONTROL

Unsafe act / Unsafe Condition


Faktor ini diakibatkan :

Injury / Damage / Fatality


Personal and Job Factors

 Program tidak sesuai dengan tujuan K-3

Accident / Incident
 Standar program tidak sesuai dengan norma-

Costs / Lost
norma K-3 ,Standar tidak spesifik
 Pelaksanaan program tidak terarah

2 3 4 5 6

PERSONAL AND JOB FACTORS


Personal Factor :
 Ketidak mampuan Fisik atau mental
Unsafe act / Unsafe Condition

 Stress
Injury / Damage / Fatality
Personal and Job Factors

 Salah motivasi
Accident / Incident

 Kurang keterampilan, pengetahuan maupun


pengalaman
Costs / Lost

Job Factor :
 Kurang koordinasi dan pengawasan
2 3 4 5 6
 Kesalahan dalam Sistem maintenance
 Kesalahan dalam Engineering and design
 Kurang pengelolaan terhadap peralatan
 Salah penggunaan
UNSAFE ACT / UNSAFE CONDITION

Injury / Damage / Fatality


Kondisi tempat kerja yang tidak standar,
Accident / Incident
(Kurangnya baiknya ventilasi,pencahayaan,

Costs / Lost
pengamanan, kelembaban, kebisingan,
temperatur, kurangnya APD, dll.)

4 5 6

Accident/Incident
Injury / Damage / Fatality

• INCIDENT (Insiden) :
Tidak diinginkan ( Nyaris
Costs / Lost

Kecelakaan )
• ACCIDENT (Kecelakaan)

5 6
Injury / Damage / Fatality

Costs / Lost
6

Cost / Loss
1

6
Sumber Penyebab Utama Kecelakaan
 Faktor perorangan
Kurang keterampilan, pengetahuan, motivasi, ketidak
siapan secara fisik dan mental
 Faktor pekerjaan
Ketidakadaan atau kurang baiknya standar, prosedur
operasi, perencanaan, pemakaian abnormal, terjadi
substandar, dll.
Contoh : Penyebab Kecelakaan
Faktor terjadi kecelakaan :
 Peralatan dan material yang tak aman
Penggunaan peralatan rusak, bahan kimia berbahaya, dll
 Kondisi tak aman
Areal terkontaminasi, suhu terlalu tinggi, tidak teratur, kotor dl.
 Tingkah laku pekerja
Lalai, ceroboh, meremehkan, tidak melaksanakan prosedur, tidak disiplin,
dll.
 Manajemen
Kurang koordinasi, tidak terencana dengan baik, tidak peduli, tidak ada atau
kurang pengawasan, penggunaan prosedur yang tidak benar, kurang
antisipasi bahaya, kurang penegakkan disiplin kerja, dll.
Contoh Upaya Proteksi Kecelakaan
Upaya proteksi melalui :
 Pencegahan dan pengurangan kecelakaan melalui penggunaan APD, displin
kerja, ketaatan terhadap aturan kerja dan prosedur dll
 Pencegahan, pengurangan dan pemadaman kebakaran, melalui tata kelola
tempat kerja yang teratur, pelatihan, penyiapan peralatan dll.
 Pencegahan dan pengurangan bahaya peledakan melalui
penempatan/penyimpanan material sesuai aturan dll.
 Memberi kesempatan jalan penyelamatan diri melalui penyiapan rute evakuasi,
pemberian rambu-rambu dan petunjuk, dll
 Good housekeeping melalui penataan tempat kerja yang teratur, rapi, resik,
terawat, dan bersih
 Perbaikan berbagai apek sanitasi
 Sistem Maintenance dan pengamanan yang baik
 Penggunaan standar dll
Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja :

Jam kerja produktif, Operasional / Produksi


terhenti, delivery tertunda, penalti, hilang
waktu dan kesempatan dll.
Kerusakan properti, mesin / alat, produk,
bahan, dll.
Kerusakan lingkungan
Rangkaian pasca kecelakaan kerja
Company image : negatif, trauma
Dll.
Kecelakaan Kerja di Indonesia Tahun 2000
(Sumber : Sambutan Menakertrans, pada dimulainya bulan
K3-2002

Meninggal
4.142 Orang
3,68 %
18,64 %

20.970 Orang
77,68 % Cacat Tetap

87.390 Orang Tak Mampu


Bekerja

Total Kerugian Hari Kerja……………………………….71.160.780 Hari Kerja


Total Kerugian Jam Kerja Produktif… …………… 498.125.460 Jam Kerja
Kasus Kecelakaan Kerja Di Indonesia thn 2000
1. Perusahaan yang memenuhi wajib lapor
ketenagakerjaan :……………160.000 Perus.
2. Kecelakaan Kerja……………...66.367 Kasus
3. Korban Kecelakaan Kerja :
 Korban meninggal ……………. 4.142 Orang
 Korban cacat tetap…………… 20.970 Orang
 Korban tdk mampu bekerja…87.390 Orang

Jumlah Korban Kecelakaan …….112.502 Orang


Kecelakaan Kerja di Indonesia Tahun 2003

5.400 orang
10 % Cacat
Sebagian
Kecelakaan Kerja Tahun 2003

1% 317 orang
Cacat Total
2% 1.049 orang
Meninggal

87 % Kecelakaan
Ringan
45.234 orang
TEORI GUNUNG ES ACCIDENT COSTS
(ICE BERG) Injury & Illness Costs
$1
 Biaya Medis
 Ganti rugi (biaya-biaya yang diasuransikan)

$5 To $50 Biaya-biaya yang Tidak di Asuransikan

Biaya-biaya Kerusakan Bangunan/Infra struktur


Kerusakan Harta Kerusakan Alat dan Mesin
Benda Yang Masuk
Dalam Buku Besar Kerusakan Bahan dan Hasil Produksi

(Biaya-biaya Yang Terhentinya Produksi/Operasi


Tidak di Asuransikan) Tertundanya Pengiriman/Delivery
$1 To $3
 Hal-hal seperti penggajian dan pelatihan,
Biaya-biaya Lain Yang penggantian, waktu, investigasi, dll
Tidak di Asuransikan
 Biaya Pemulihan
 Gaji yang dibayarkan pada korban sewaktu
tidak bekerja, upah,biaya lembur, waktu extra,
penurunan hasil produksi, dsb
Sumber kecelakaan (Kode B)
1. Mesin produksi 10. Peralatan listrik
2. Penggerak mula dan pompa 11. Bahan kimia
3. Lift 12. Debu berbahaya
4. Pesawat angkat. 13. Radiasi dan bahan radioaktif
5. Conveyor
14. Faktor lingkungan
6. Pesawat angkut
15. Bahan mudah terbakar dan
7 Alat transmisi mekanik
(rantai,pulley, dll). benda panas
8 Perkakas kerja tangan 16. Binatang
9. Pesawat uap dan bejana 17. Permukaan lantai kerja
tekan 18. Lain-lain.
Jenis kecelakaan (Kode C)
1. Terbentur
2. Terpukul
3. Tertangkap pada, dalam atau diantara benda
4 Jatuh dari ketinggian yang sama.
5. Jatuh dari ketinggian yang berbeda.
6. Tergelincir.
7. Terpapar
8. Penghisapan, penyerapan
9. Tersentuh aliran listrik.
10. Lain-lain.
Kondisi berbahaya (Kode D)
1. Pengamanan yang tidak sempurna
2 Peralatan/bahan yang tidak seharusnya
3. Kecacatan, ketidak sempurnaan
4. Prosedur yang tidak aman
5. Penerangan tidak sempurna
6. Iklim kerja yang tidak aman
7. Tekanan udara yang tidak aman
8. Getaran yang berbahaya
9. Pakaian, kelengkapan yang tidak aman
10. Kejadian berbahaya lainnya
Tindakan berbahaya (Kode E)
1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang,
2. Bekerja dengan kecepatan berbahaya.
3. Membuat alat pengaman tidak berfungsi
4 Memakai peralatan yang tidak aman, tanpa peralatan.
5. Melakukan Proses dengan tidak aman
6. Posisi atau sikap tubuh tidak aman
7. Bekerja pada objek yang berputar atau berbahaya
8. Mengalihkan perhatian, mengganggu, sembrono / berkelakar,
mengagetkan dan lain-lain.
9. Melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang ditentukan.
10. Lain-lain.
Syarat-syarat (Rekomendasi K-3)
 Metoda pencegahan kecelakaan :
 Eliminasi
 Subtitusi
 Rekayasa
 Pengendalian administratif
 Syarat tersebut harus mengacu prinsip sebagai berikut :
 Efektif dalam menghindari terjadinya kecelakaan.
 Dapat dilakukan atau dikerjakan.
 Biaya yang dikeluarkan seminimal mungkin ( Murah ).
 Tidak mengganggu proses produksi dan pemeliharaan
Tindak lanjut penanganan kecelakaan
 Pimpinan menetapkan kebijakan lebih lanjut dalam
kaitan kasus-kasus kecelakaan yang terjadi
 Jaminan santunan dan rehabilitasi kecelakaan kerja.
 Penyidikan terhadap penanggung jawab terjadinya
kecelakaan.
 Pembinaan yang perlu segera dilakukan bersangkutan.
 Dll.
Analisa statistik kecelakaan

1. Tingkat kekerapan (Frequency Rate)

Jumlah Kecelakaan x 1.000.000


Jumlah jam orang

2. Tingkat keparahan (Severity Rate)

Jumlah hari hilang akibat kecelakaan x 1.000.000


Jumlah jam orang
Dampak kecelakaan
ASPEK MATERIAL MORAL
Kerugian Finansial/Kerugian Jiwa/cacat
Kepentingan Perusahaan Tenaga Kerja/
Masyarakat

Pertumbuhan ekonomi Perusahaan Pemerintah

Pemenuhan Standar Undang-2 &


Sosial Control K3 Peraturan

Dilakukan pengawasan
Dilakukan audit Oleh Oleh Pegawai Pengawas
Auditor independent
Program K3
Pemasangan rambu-rambu K3
Pemakaian saran/alat-alat K3 (APD, dll)
Sarana/alat pengaman
- Pagar pengaman
- Tali run ling (pembatas)
- Plat form
- Jaring pengaman, dll.
Kebersihan arel kerja
“HAZARD”
Adalah suatu obyek dimana
terdapat energi, zat atau kondisi
kerja yang potensial dapat
mengancam keselamatan

Hazard dapat berupa :


Material , bagian-bagian mesin,
 bentuk energi, metode kerja atau
situasi kerja.
Jenis Potensi Bahaya (Hazard)
(Hazard)  Physical
 Chemical
 Electrical
 Mechanical
 Physiological
 Biological
 Ergonomic
“DANGER”
Suatu kondisi yang telah
teridentifikasi melalui
pemeriksaan/pengujian/analisis
disimpulkan telah menunjukkan
melampaui batas aman.

Danger adalah lawan dari aman


atau selamat.
SAFE/AMAN adalah suatu kondisi
sumber bahaya telah teridentifikasi dan
telah dikendalikan ke tingkat yang memadai
DANGER

hampir putus
putus
INSIDENT

ACCIDENT
Strategi Pengendalian

Jenis Uraian Prosedur Pelaks.


Pekerjaan Kerja kerja pekerjaa AMAN
n
Identifikasi
Syarat K3 Inspeksi
Hazard K3
Konsep
K3

“safe operation
system”
Ref: UU, Pert, Standar
Pengertian P 3 K
P3K adalah merupakan pertolongan pertama yang
harus segera diberikan kepada korban yang
mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak
dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke
tempat rujukan.
MAKSUD DAN TUJUAN
P3K dimaksudkan :
Memberikan perawatan darurat pada korban, sebelum
pertolongan yang lebih lengkap diberikan oleh dokter
atau petugas kesehatan lainnya.

P3K diberikan untuk :


 Menyelamatkan nyawa korban
 Meringankan penderitaan korban
 Mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah
 Mempertahankan daya tahan korban
 Mencarikan pertolongan yang lebih lanjut.
KONDISI FISIOLOGIS MANUSIA
 Pernafasan.
 Denyut nadi.
 Tekanan darah.
 Kesadaran.
 Turgor (elastisitas kulit).
 Reflek.
Prinsip dasar tindakan pertolongan
1. Pedoman tindakan
 Penolong harus memahami dan terampil
 Tindakan pertolongan harus berurutan
 Amankan korban dan beri tanda tempat kejadian
 Cari bantuan sambil memberikan pertolongan
2. Ciri-ciri gangguan
Mengenali ciri-ciri gangguan pada korban (Lokal / Umum)
3. Kesiapan pertolongan
 Personil
 Buku petunjuk/buku pedoman panduan
 Kotak P3K & kotak khusus dokter
 Alat angkut & transportasi
 Alat perlidungan
 Peralatan darurat
Petugas P 3 K
Jumlah Jumlah Petugas
Pekerja
Perusahaan Umum 25 – 150 1
> 150 1 untuk setiap 150 orang
(2 orang untuk 300 orang,
dst)
Perusahaan dengan 25 – 100 1 untuk setiap 100 orang
resiko tinggi, seperti : > 100 (2 untuk 200 orang, dst)
kontruksi, pabrik kimia,
galangan kappaL
Rekomendasi minimum isi kotak P3K
Kotak A Kotak B Kotak C
No. ISI (Untuk 25 (untuk 50 (untuk 100
Pekerja) Pekerja) Pekerja)

1. Kasa steril terbungkus 20 40 40


2. Perban (lebar 5 cm) 1 2 4
3. Perban (lebar 7,5 cm) 1 3 6
4. Kain transparan yang menyerap 1 2 4
(pak berisi 10 lb)
5. Plester (lebar 1,25 cm) 1 1 2
6. Perban segitiga/mettela 4 4 6
7. Gunting 1 1 1
8. Peniti 4 4 6
9. Sarung tangan sekali pakai 2 2 4
10. Masker 1 1 2
11. Aquades (100 ml lar saline) 1 3 6
PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT
•Safety helmet.
•Eye protectors for dust and flying objects.
•Shading eye protectors.
•Welding protective hoods.
•Earplugs,Earmuffs.

•Protective respirators.

•Dust mask.
Gloves. •Gas mask.
•Breathing equipment.
•Supplied-air respirator.
Clothing, Safety belts.

Footwear.
Structure of safety helmets
(at the time of falls)
5.Shock-absorbing liner 4.Ring string
(Polystyrene foam core)
1.Outer shell

2.Hammock

3.Head band

6.Chin strap
Structure of Safety Helmet
(against flying or falling objects)
LINDUNGI BELAKANG KEPALA

AWAS
!

Aduh biyung !!

BENTURAN
Safety Belts dengan shock absorber

Belt

Buckle
A shock absorber

Hook
Harness Safety belt
Personal Protective Equipment
(PPE/APD)
QUALIFICATION
CERTIFIED :
 QUALITY MANAGEMENT SYSTEM ASSESSMETS, IRCA-UK
 OHSAS 18001 ADVANCED LEAD AUDITOR, SGS - Q S A
(AUSTRALIA)
 ADVANCED EMS AUDITING FOR QUALITY & ENVIROMENTAL
PROFESSIONALS,
 (SGS - BRITISH QULITY FOUNDATION)
 AHLI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA, terdaftar di
depnakertrans
Pengertian
alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan yang
fungsinya mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di
tempat kerja
Syarat APD
 Enak dipakai
 Tidak mengganggu kerja
 Memberikan perlindungan yang
efektif terhadap bahaya
Kekurangan dalam
penggunaan APD :
1. Kemampuan perlindungan yang tak
sempurna karena: APD perlu
dipelihara dan
 Memakai APD yang tak tepat
dikontrol
 Cara pemakaian APD yang salah penggunaannya
 APD tak memenuhi persyaratan yang
diperlukan
2. Sering APD tidak dipakai karena dirasa
kurang nyaman Karena APD :
• sangat sensitif terhadap
perubahan tertentu
 mempunyai masa kerja
tertentu seperti kanister,
filter dan penyerap
 dapat menularkan
penyakit bila dipakai
berganti-ganti
Klasifikasi APD :
 alat pelindung kepala, berdasarkan fungsinya :
 topi pengaman (safety helmet), untuk melindungi kepala dari
benturan atau pukulan benda-benda
 topi/tudung, untuk melindungi kepala dari api, uap-uap korosif,
debu, kondisi iklim yang buruk
 tutup kepala, untuk menjaga kebersihan kepala dan rambut atau
mencegah lilitan rambut dari mesin dan lain-lain
 Perlengkapan lain seprti : kacamata/google, penutup muka,
penutup telinga,respirator dan lain-lain
 pelindung telinga, jenisnya : sumbat telinga (ear plug) dan
tutup telinga (ear muff )
 Sumbat telinga :
Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan
frekuensi untuk bicara biasa (komunikasi) tidak terganggu

Kelemahan : tak tepat ukurannya dengan lubang telinga pemakai, kadang-


kadang lubang telinga kanan tak sama dengan telinga kiri

Sumbat telinga dapat terbuat dari : karet, plastik keras, plastik yang lunak, lilin,
kapas

 Tutup telinga
Atenuasinya :
 Pada frekuensi 2800-400 Hz sampai 42 dB
 Untuk frekuensi biasa, 25-30 dB

Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat
telinga sehingga dapat atenuasi yang lebih tinggi; tapi tak lebih dari 50 dB,
karena hantaran suara melalui tulang masih ada
 pelindung muka dan mata, untuk melindungi dari :
 Lemparan benda-benda kecil
 Lemparan benda-benda panas
 Pengaruh cahaya
 Pengaruh radiasi tertentu
(material yang digunakan ; gelas/kaca biasa, plastik
 pelindung pernapasan, berfungsi untuk memberikan
perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya di udara
tempat kerja seperti ; kekurangan oxigen, pencemaran oleh
partikel (debu, kabut, asap, dan uap logam), pencemaran
oleh gas atau uap
 pakaian kerja
 sarung tangan
 pelindung kaki
Sebelum memilih alat pelindung pernafasan yang sesuai,
ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan :

1. sifat bahaya (partikulat , gas, uap, dan lain-lain


2. cukupnya tanda-tanda adanya zat pencemar
3. kadar zat pencemar
4. kegawatan bahaya (akibat bila alat pernapasan tidak berfungsi)
5. lamanya (panjangnya waktu dalam lingkungan yang tercemar)
6. lokasi (sehubungan dengan sumber udara segar)
7. jalan (ke dan dari tempat yang tercemar)
8. aktivitas pemakai yang diperkirakan ( kekuatan fisiknya)
9. mobilitas pemakai
10. pasnya pada muka dan kenyamanan
Pakaian Kerja :
 Pakaian kerja harus dianggap sebagai alat pelindung diri.
Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin
seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada
dada atau punggung, tidak ada lipatan-lipatan yang
mungkin mendatangkan bahaya.
 Pakaian kerja wanita sebaiknya memakai celana panjang,
baju yang pas, tutup rambut, dan tidak memakai
perhiasan-perhiasan.
Pakaian kerja khusus, untuk pekerjaan dengan
sumber-sumber bahaya tertentu seperti :
1. terhadap radiasi panas
 kondisi dari suatu objek yang panas
 konveksi dari udara sekitar yang panas
Pakaian kerja untuk panas radiasi harus dilapisi bahan yang bisa
mereflesikan panas, biasanya aluminium dan berkilat
Pakaian kerja untuk panas konveksi terbuat dari katun yang mudah
menyerap keringat dan agak longgar
Bahan-bahan pakaian lain yang bersifat isolasi terhadap panas adalah: wool,
katun, asbes (tahan sampai 500 C), kaca tahan sampai 450 C dan bahan
sintetik lainnya
2. terhadap radiasi mengion  pakaian kerja harus dilapisi dengan
timbal (timah hitam).
3. Biasanya berupa apron terhadap cairan dan bahan kimiawi  pakaian
kerja terbuat dari plastik atau karet
Sarung tangan
Fungsinya melindungi tangan dan jari-jari dari api panas dingin, radiasi
elektromagnetik dan radiasi mengion, listrik, bahan kimia, benturan
dan pukulan, luka, lecet dan infeksi

Bentuknya bermacam-macam:
 Sarung tangan (gloves)
 Mitten: sarung tangan dengan ibu jari terpisah sedang jari lainnya menjadi
satu.
 Hand pad: melindungi telapak tangan
 Sleeve : untuk pergelangan tangan sampai lengan, biasanya digabung
dengan sarung tangan

Bahannya bermacam-macam sesuai dengan fungsinya:


 Asbes, katun, wool untuk panas dan api
 Kulit untuk panas, listrik, luka, lecet
 Karet alam atau sintetik, untuk kelembaban air, bahan kimia dan lain-lain
 PVC: untuk bahan kimia, asam kuat, oksidator dan lain-lain
Pelindung kaki
Fungsinya untuk melindungi kaki dari :
 Tertimpa benda-benda berat
 Terbakar karena logam cair, bahan kimia korosif
 Dermatitis/eksim karena zat-zat kimia
 Kemungkinan tersandung atau tergelincir
Sepatu yang digunakan disesuaikan dengan jenis resiko seperti:

1. Pada industri ringan/tempat kerja biasa :


- cukup dengan memakai sepatu yang baik
- wanita tak boleh memakai sepatu bertumit tinggi, atau sepatu dengan
telapak yang datar dan licin

2. Sepatu pelindung (safety shoes) atau sepatu boot:


- dapat terbuat dari kulit, karet sintetik atau plastik
- untuk melindungi jari-jari kaki terhadap tertimpa atau benturan benda-
benda keras, sepatu dilengkapi dengan penutup jari dari baja atau
campuran baja dengan karbon

3. Untuk mencegah tergelincir, dipakai sol anti slip luar dari karet alam atau
sintetik dengan bermotif timbul (permukaannya kasar)

4. Untuk mencegah tusukan dari benda-benda runcing, sol dilapisi dengan


logam
5. Terhadap bahaya listrik, sepatu seluruhnya harus dijahit atau direkat, tak
boleh menggunakan paku

6. Sepatu atau sandal yang beralaskan kayu, baik dipakai pada tempat kerja
yang lembab, lantai yang panas

7. Sepatu boot dari karet sintetis, untuk pencegahan bahan-bahan kimia

8. Kadang-kadang diperlukan bantalan lutut, pelindung tungkai bawah dan


tungkai atas, yang terbuat dari karet, asbes logam dan lain-lain sesuai dengan
resiko bahayanya

9. Untuk bekerja dengan logam cair atau benda panas, ujung celana tidak boleh
dimasukkan ke dalam sepatu karena cairan logam atau bahan yang panas
dapat masuk ke dalam sepatu
Langkah-langkah penentuan APD
 Identifikasi dan analisis potensi bahaya yang dapat terjadi
 Menentukan jumlah APD yang diperlukan
 Memilih kualitas yang akan digunakan, kualitas seperti :
 Memberikan perlindungan terhadap bahaya
 Ringan
 Dapat dipakai secara flexible
 Tidak menimbulkan bahaya
 Tidak mudah rusak
 Sesuai standar
 Adanya kemudahan dalam pemeliharaannya
 Kemudahan suku cadang
 Tidak membatasi gerak
 Bentuk menarik

Anda mungkin juga menyukai