KELOMPOK 3 : 1. MARHAMA E. LETSOIN 201530014 2. WILLIAMS E. PATTY 201530051 3. NUR FITRIANI 201530280 4. DELAYNE SABANDAR 5. ARIATNA ROMSERY 6. AODA 7. AULIN UNTAYANA 8. NUR KAMBA 201530097 9. MEICE NANLOHY 10. MAIKEL S. MAHOKLORY 201530215 BAB 16 : Audit Investigatif Dengan Menganalisis Unsur Pembuatan Melawan Hukum • Pengantar Bab Ini Membahas Teknik Analisis Dengan Menggunakan Rumusan Mengenai Perbuatan – Perbuatan Melawan Hukum Seperti Yang Diatur Dalam Undang – Undang Nomor 31 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. • Unsur – Unsur Dan Pembuktian Dari : 1. Pasal 2 Dalam Undang – Undang Tipikor 2. Pasal 5 Ayat (1) Huruf A 3. Pasal 11 4. Pasal 13 • 30 Jenis Tindak Pidana Korupsi Undang – Undang Merumuskan 30 Jenis Atau Bentuk Tindak Pidana Korupsi Yang Terbagi Dalam Tujuh Kelompok. Kelompok : 1. Kerugian Keuangan Negara. Pasal 2 , Pasal 3 2. Suap Menyuap. Pasal 5 Ayat (1) A, Pasal 5 Ayat (1) B, Pasal 13 , Pasal 5 Ayat (2), Pasal 12 A, Pasal 12 B, Pasal 11 , Pasal 6 Ayat (1) A, Pasal 6 Ayat (1) B, Pasal 6 Ayat (2) , Pasal 12 C , Pasal 12 D, 3. Penggelapan Dalam Jabatan. Pasal 8 , Pasal 9, Pasal 10 A , 10 B , 10 C. 4. Perbuatan Pemerasan. Pasal 12 E , 12 G , 12 F. 5. Perbuatan Curang. Pasal 7 Ayat (1) A,b,c,d. Pasal 7 Ayat (2), Pasal 12 H. 6. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan. Pasal 12 I . 7. Gratifikasi Pasal 12B Jo. 12c • Tindak Pidana Lain Berkaitan Dengan Tipikor. • Unsur – Unsur Tindak Pidana Korupsi. Di Atas Menyajikan Pasal – Pasal Dan Ayat – Ayat Dari Undang – Undang Tipikor Yang Berisi 30 Jenis Tindak Pidana Berdasarkan Tujuh Kelompok. Pada Pembahasan Unsur – Unsur Tindak Pidana Korupsi Pasal – Pasal Dan Ayat – Ayat Tersebut Diuraikan Ke Dalam Unsur – Unsurnya (Bestanddeelen). • Beberapa Konsep Undang – Undang. Dibawah Ini Ada Catatan Mengenai Beberapa Konsep, Baik Yang Secara Umum Dikenal Dalam Kuhp Dan Kuhap Maupun Yang Khas Untuk Tindak Pidana Korupsi. Konsep – Konsep Itu Adalah : 1. Alat Bukti Yang Sah, 2. Beban Pembuktian Terbalik , 3. Gugatan Perdata Atas Harta Yang Disembunyikan, 4. Pemidanaan Secara In Absentia, 5. “Memperkaya” Versus”menguntungkan”, 6. Pidana Mati, 7. Nullum Delictum, 8. Concursus Idealis, 9. Concursus Realis 10. Perbuatan Berlanjut, 11. “Lepas Dari Tuntutan Hukum”versus”bebas”, BAB 17 : INVESTIGASI PENGADAAN • Pengadaan publik; sumber utama kebocoran negara. secara luas, sistem pengadaan publik indonesia diyakini merupakan sumber utama bagi kebocoran anggaran yang memungkinkan korupsi dan kolusi yang memberikan sumbangan besar terhadap kemerosotan pelayanan jasa bagi rakyat miskin indonesia. • SITEM PENGADAAN INDONESIA TIDAK BERFUNGSI. • MENGAPA KERANGKA AKUNTABILITAS UNTUK PENGADAAN GAGAL. kerangka akuntabilitas untuk pengadaan publik diindonesia cacat dalam beberapa hal : 1. kerangka hukum cacat. 2. pemerintah tidak terorganisasi untuk menangani pengadaan. 3. insentif – insentif terdistorsi. 4. pengadaan dilakukan dibalik pintu tertutup. 5. pengauditan lemah. • BEBERAPA KASUS YANG DI LAPORKAN BANK DUNIA. Kasus Semacam Ini Seringkali Mencerminkan Cara Untuk “Mempertanggungjawabkan Proyek” Pada Akhir Tahun Anggaran. Dengan Perkataan Lain, Ini Murni Masalah Sistem Anggaran Dan Turunnya Dana. Namun, Alasan Ini Dapat Disalahgunakan Untuk “Memfasilitasi” Pembayaran Lebih Cepat Kepada Penyuplai Dengan Siapa Pejabat Itu Berkolusi Dan/Atau Menempatkan Dana Proyek Dalam Tabungan Dan Deposito Atas Nama Pimpinan Proyek Atau Perorangan Lainnya. • KETENTUAN PERUNDANG – UNDANGAN. Ketentuan Perundang – Undangan Mengenai Pengadaan Barang Dan Jasa Yang Dibiayai Dengan APBN Dan APBD Terdapat Dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003. Keputusan Presiden Ini Telah Diubah Beberapa Kali Sebagai Berikut : Dengan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004,peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005, Dan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005. • PEDOMAN DAN PETUNJUK. • INVERTIGASI PENGADAAN. cara – cara investigasi yang dijelaskan dibawah, diterapkan dalam pengadaan yang menggunakan sistem tender atau penawaran secara terbuka. Dalam sistem ini, lazimnya ada tiga tahapan besar berikut. 1. tahap pratender (presolicitation phase) 2. tahap penawaran dan negosiasi (solicitation and negotiation phase). 3. tahap pelaksanaan dan penyelesaian administratif (performance and administration phase) BAB 18 : COMPUTER FORENSICS • PENGANTAR. Beberapa hal penting dalam pembahasan disini : 1. Pemanfaatan teknologi informasi. 2. Ada perbuatan melawan hukum. 3. Adanya bukti – bukti digital. 4. Keadaan komputer ketika akan digeledah. • COMPUTER FORENSIC DALAM KEHIDUPAN SEHARI – HARI. • COMPUTER FORENSIC. Computer forensics adalah penerapan teknik – teknik analitis dan investigatif untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, memeriksa, dan melindungi (preserve) bukti atau informasi digital. Ada tiga langkah utama dalam computer forensics, yaitu : 1. Mengambil image atau imaging. 2. Mengolah citra atau image itu yang selanjutnya disebut processing. 3. Menganalisis image yang sudah diproses yang selanjutnya disebut analyzing. • SPESIFIKASI DARI DISK IMAGING TOOL. • CLONING ATAS DATA DALAM PONSEL. • MENGENALI BUKTI DIGITAL. • PRESPEKTIF HUKUM DARI BUKTI DIGITAL. 1. Penanganan Perangkat Kerasdan Lunak. 2. Informasi Hasil Kejahatan. 3. Informasi Sebagai Instrumen Kejahatan. 4. Informasi Sebagai Bukti Kejahatan BAB 19 : WAWANCARA DAN INTEROGASI • PENGANTAR. Wawancara dan interogasi merupakan suatu teknik atau alat investigasi yang sangat penting. • PERBEDAAN WAWANCARA DAN INTEROGASI. 1. Ciri – ciri suatu wawancara. 2. Ciri – ciri suatu interogasi. • MANFAAT MELAKUKAN WAWANCARA SEBELUM INTEROGASI. • BEHAVIOR SYMPTOM ANALYSIS (BSA) DAN SALURAN KOMUNIKASI. 1. Verbal behavior. 2. Paralinguistic behavior. 3. Nonverbal behavior • CATATAN AKHIR. BAB 20 : OPERASI PENYAMARAN • ISTILAH OPERASI PENYAMARAN. covert operations dalam kamus besar bahasa indonesia adalah Operasi rahasia, Operasi penyamaran, atau istilah lainnya yang serupa dengan itu. DUA BENTUK OPERASI PENYAMARAN • Undercover operations. • Surveillance operations. merupakan kegiatan yang merupakan pengamatan berupaya mengembangkan untuk memastikan tindak bulti secara langsung dari tanduk pelaku kejahatan. pelaku kejahatan dengan • Tujuan. menggunakan samaran menentukan atau mencari (disguise) dan tipuan tahu aktifitas sesorang dan (deceit). tujuannya mengumpulkan • Tujuan. informasi. memperoleh bukti secara langsung dari orang yang terlibat melalui penyamaran. • PENGGUNAAN OPERATIVES. BAB 21 : PENIUP PELUIT • PENGANTAR Peniup peluit adalah terjemahan harfiah dari whistleblower. Maknanya ialah orang yang mengetahui adanya bahaya atau ancaman, dan berusaha menarik perhatian orang banyak dengan “ meniup peluitnya” . • UU PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN. 1. saksi 2. korban 3. LPSK 4. ancaman 5. perlindungan • PEDOMAN WHISTLEBLOWING SYSTEM. • PENIUP PELUIT DI INDONESIA.