Anda di halaman 1dari 25

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Definisi Ilmu Tajwid


Secara Istilah Tajwid menurut Ulama Qurra' (Ahli Al- Secara Bahasa Tajwid
Qur'an) berarti mengucapkan setiap huruf dari adalah Tahsin, yang
makhraj nya secara benar dengan menunaikan berarti memperbaiki
seluruh hak nya yakni sifat yang selalu menempel atau memperbagus.
pada huruf tersebut (seperti: Hams, Jahr, Ist'la,
Ghunnah dan lain sebagainya) dan menunaikan
Oleh karena itu
mustahak nya yakni sifat yang sewaktu-waktu atau ungkapan Jawwada
dalam kondisi tertentu ada pada huruf tersebut Al-Qur'an mempunyai
(seperti: Tafkhim, Tarqiq, Isymam, Saktah, Izhar, arti Hassana tilawata
Idgham, Iqlab,Ikhfa dan lain sebagainya) dengan Al-Qur'ani
tanpa berlebihan dan tanpa takalluf (keadaan (memperbaiki atau
mempersulit diri) serta tanpa Ta'assuf (keadaan memperbagus bacaan
menyimpang, sewenang-wenang, dan maunya Al-Qur'an).
sendiri).
Sejarah Kemunculan Ilmu Tajwid
Salah satu riwayat yang menjelaskan tentang tata cara membaca al-Qur`an dengan baik dan benar adalah riwayat
yang disampaikan oleh Musa Ibn Yazid al-Kindi. “Ibn Mas’ud mengajarkan al-Qur`an kepada seseorang, lalu orang itu
membaca ‫( انما الصدقت للفقراء والمسكين‬at-Taubah:60) dengan memendekkan lafadz al-fuqara, maka Ibn Mas’ud berkata: ‘tidak
seperti itu Rasulullah mengajarkan bacaan kepadaku’. Orang itu bertanya: ‘Bagaimana beliau mengajarkan qiraah
kepadamu, wahai Abu Abdurrahman?’ Ibn Mas’ud menjawab: ‘Beliau membacakannya kepadaku yaitu dengan
memanjangkan lafadz al-fuqara.
Berdasarkan riwayat tersebut, dapat diketahui bahwa cara membaca al-Qur`an dengan benar telah sejak awal
diajarkan oleh Rasulullah Saw, sehingga jika dilihat dari sisi ‘amaliyah (praktik), peletak dasar ilmu ini adalah Rasululullah
Saw. Sedangkan dari sisi nazhariah (teori), peletak dasar ilmu tajwid adalah para imam qiraah. Para ulama berbeda
pendapat tentang orang yang pertama kali meletakkan dasar-dasar ilmu tajwid. Ada yang mengatakan Abul Aswad ad-Duali,
ada yang berpendapat Abu Ubaid al-Qasim bin Salam. Ada juga yang berpendapat al-Khalil bin Ahmad. Sedangkan
pendapat yang kuat untuk peletak dasar ilmu tajwid adalah Abu Muzahim Musa bin Ubaidillah al-Khaqani dengan karyanya
yang dikenal dengan nama al-Qashidah al-Khaqaniyah.Pendapat ini salah satunya dipegang oleh Ibn al-Jazari yang
mengatakan: “Dia (Abu Muzahim al-Khaqani) adalah orang yang pertama kali menulis tentang tajwid.”
Tulisan Abu Muzahim tersebut sangat berpengaruh bagi perkembangan ilmu tajwid pada masa-masa selanjutnya.
Hal ini dibuktikan dengan munculnya ulama-ulama yang menulis karya tentang ilmu tajwid,:
• Kitab at-tanbih ‘ala al-lahnil Jali wal Lahnil Khafi, karya Abul Hasan Ali bin Ja’far bin Muhammad as-Sa’idi ar-Razi (w. 410
H).
• Kitab ar-Ri’ayah li Tajwidil Qira`ah wa Tahqiqi Lafdzi at-Tilawah, karya Abu Muhammad Makki bin Abu Thalib al-Qaisi (w.
437 H).
• Kitab at-Tahdid fil Itqan wat Tajwid, karya Abu Amr Utsman bin Sa’id ad-Dani (w. 444 H).
Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid
1. Mempelajari
Ilmu Tajwid adalah Ilmu yang sangat bermanfaat bagi kaum muslimin, karena itu hukum mempelajarinya
adalah fardu kifayah. Yakni apabila sebagian kaum muslimin ada yang mempelajarinya, maka gugurlah
kewajiban atas orang lain.
2. Mengamalkan Ilmu Tajwid wajib diamalkan oleh setiap pembaca Al-Qur'an. Ia wajib membacanya (baik
didalam shalat maupun di luar shalat) dengan tartil (baik dan benar) sebagaimana yang diperintahkan
oleh Allah dalam firman-Nya:
" Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan tartil." (QS. Muzammil :4)
" Tartil adalah memperbagus huruf dan mengetahui waqf(tempat berhenti)."
Karena itu hukum mengamalkan Ilmu Tajwid adalah FARDHU 'AIN. Yakni wajib diamalkan bagi setiap
muslim dan muslimah. Seseorang yang membaca Al-Qur'an dengan tanpa tajwib maka ia telah
berdosa karena Allah menurunkan Al-Qur'an dengan tartil dan tajwid.
Hukum Nun Mati dalam Tajwid
1. Hukum Bacaan Nun Mati dan Tanwin Ketika
Bertemu Huruf Hijaiyah
a. Idzhar ( ٌ‫ ) إ ْظ َهار‬artinya jelas atau terang. Apabila ada nun mati/tanwin (/ ًْ ًْ ًْ ْ‫ )ن‬bertemu dengan salah satu
huruf halqi hukum bacaannya disebut idhar. bertemu dengan salah satu huruf halqi yakni : hamzah, kha, kho’,
‘ain, ghain , ha ( ‫ ) ء ه ح خ ع غ‬maka hukum bacaannya adalah idzhar halqi yang berarti harus dibaca terang dan
jelas seperti contoh idzhar dibawah ini :
َ ‫)اِ ْد‬
b. Idgham ( ٌ‫غام‬
Idgham artinya memasukkan atau melebur. Apabila nun mati atau tanwin bertemu salah satu huruf dari huruf ‫ي ن م و‬
ٌْ ًٌ ًٌ ًٌ ) ke dalam huruf
‫ ل ر‬maka wajib dibaca idgham, cara membacanya seolah mentasydidkan nun mati/tanwin ( ‫ن‬/
hidup sesudahnya. Sehingga bunyi nun mati atau tawin tidak terdengar sama sekali.
Idgham terbagi menjadi dua macam, yaitu: idgham bighunnah dan idgham bila ghunnah.
Idgham bighunnah adalah Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf ya’, nun, mimi, dan
wawu (‫ )ي ن م و‬maka hukum bacaannya disebut idghom bighunnah) (‫ إدغام بِغُنَّة‬yang berarti harus dibaca dengan
dimasukkan atau ditasydidkan kedalam salah satu huruf yang empat itu dengan suara mendengung. Seperti contoh
dibawah ini :
c. Idgham Billaghunnah adalah Apabila ada nun sukun dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf lam‫ ) )ل‬dan ra'
(‫ )ر‬maka hukum bacaannya adalah idghom bila ghunnah (‫ )إدغام بالغنة‬yang membacanya dengan cara memasukkan
dengan tanpa mendengung. Seperti contoh dibawah ini :
d. Iqlab Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ (‫ )ب‬maka hukum bacaannya adalah
iqlab (‫ ) ِإقالب‬yang membacanya dengan cara huruf nun atau tanwin itu dibalik atau ditukar menjadi suara mim
(‫)م‬. Seperti contoh iqlab berikut :
e. Ikhfa' Apabila ada nunu sukun atau tanwin bertemu dengan huruf yang 15 di bawah ini maka hukum bacaannya adalah
Ikhfa’ haqiqi yang cara membacanya adalah samar-samar antara idghom dan idzhar. Huruf Ikhfa’ yang 15 antara lain : ‫ت ث ج‬
‫دذزسشصضطظفقك‬
Hukum bacaan Mim Mati ( ٌ‫ ) ْم‬dan Hukum Mim dan Nun yang
Bertasydid (ghunnah)

1. Ikhfa Syafawi (ْ‫شفَ ِوي‬


َ ‫)اِخفَاء‬
Ikhfa Syafawi adalah menyembunyikan atau menyamarkan huruf mim.Hukum bacaan disebut ikhfa syafawi apabila mim mati
atau mim sukun bertemu dengan huruf ba ( ‫)ب‬. Adapun cara membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan
didengungkan.
Contoh:
Mim mati bertemu huruf ba’ : ٌَ‫َو َما لَ ُه ٌْم ِب َذ ِلك‬
َ ‫ت َ ْر ِمي ِْه ٌْم بِ ِح َج‬
Mim mati bertemu huruf ba’ : ٌ‫ارة‬
2. Idghom Mimi ( ‫يمي‬
ِ ‫)اِدغَامْ ِم‬
Hukum bacaan disebut idgham mimi apabila mim sukun bertemu dengn mim yang sejenis. Cara membacanya adalah seperti
menyuarakan mim rangkap atau ditasydidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi sering pula disebut idgham mitslain atau
idgham mutamatsilain (idgham yang hurufnya serupa atau sejenis)
Contoh:
Mim mati bertemu huruf mim : ‫للا‬
ٌِ ‫ن‬ٌَ ‫َو َما لَ ُه ٌْم ِم‬
ٌَ ‫ِن ُك ْنت ُ ٌْم ُم ْؤ ِم ِني‬
Mim mati bertemu huruf mim : ‫ْن‬ ٌْ ‫ا‬
Hukum bacaan Mim Mati ( ‫) ٌْم‬ No huruf Kalimat No Huruf Kalimat
1 14
dan Hukum Mim dan Nun yang ‫ا‬ ْ‫فَلَ ُهمْ اَجر‬ ‫ض‬ ‫َوامضُوا‬

Bertasydid (ghunnah) 2

‫ت‬ ‫َجنتْ تَج ِرى‬


15

‫ط‬ َ ‫لَ ُهم‬


ْ‫طعَام‬
3 16

‫ث‬ ‫َماءْ ثَجَّاجا‬ ‫ظ‬ َ ْ‫ظنَنتُم‬


َّْ ‫ظ‬
ِْ‫ن السَّوء‬ َ
ٌ ‫شفَ ِو‬
3. Idhar Syafawi (ِ ‫ي‬ ٌْ ‫)اِ ْظ َه‬
َ ‫ار‬ 4 17

‫ج‬ ْ‫خَلقْ َجدِيد‬ ‫ع‬ ْ‫َولَ ُهمْ َعذَاب‬


Idhar syafawi artinya apabila mim mati 5 18
bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah
‫ح‬ َْ‫َعلَي ِهمْ َحافِظِ ين‬ ‫غ‬ ‫َما ُء ُكمْ غَورا‬
selain huruf mim dan ba’, maka hukum 6 19

bacaannya disebut idhar syafawi. Cara ‫خ‬ ْ‫هُمْ خَي ُْر ال َب ِر َّي ِة‬ ‫ف‬ ‫لَ ُهمْ فِي َها‬
membacanya bunyi mim disuarakan dengan 7 20

terang dan jelas tanpa berdengung di bibir ‫د‬ ِْ‫لَ ُهمْ دَاراالَخِ َرة‬ ‫ق‬ ‫َرأَوهُمْ قَالُوا‬
dengan mulut tertutup. 8 21

‫ذ‬ ْ‫َربُّ ُكمْ ذُوا َرح َمة‬ ‫ك‬ ‫اِنَّ ُهمْ كَانُوا‬
Huruf-huruf idhar syafawi jumlahnya ad 26 9 22

huruf, yaitu: ‫ا ـ ت ـ ث ـ ج ـ ح ـ خ ـ د ـ ذ ـ ر ـ ز ـ س ـ‬ ‫ر‬ َ‫اِيل ِف ِهمْ ِرحلَ ْة‬ ‫ل‬ ْ ْ‫فَ َما لَ ُهم‬
َْ‫الَ يُؤمِ نُون‬
‫ي–ـ ض ـ ط ـ ظ ـ ع ـ غ ـ ف ـ ق ـ ك ـ ل ـ ن ـ وـ ھ ش ـ ص‬ 10 23

‫ز‬ َ ‫اَمْ زَ يَّنا ال‬


‫س َماء‬ ‫ن‬ ْ‫اَلَمْ نَجعَل‬
11 24

‫س‬ َ ْ‫فَوقَ ُكم‬


‫سبعا‬ ‫و‬ َْ‫َعلَي ِهمْ َوالَهُمْ َيحزَ نُون‬
12 25

‫ش‬ ْ‫َر البَ ِر َّي ِة‬


ُّْ ‫هُمْ ش‬ ‫ه‬ ‫اَم ِهل ُهمْ ُر َويدا‬
13 26

‫ص‬ َ ْ‫اِنْ ُكنتُم‬


َْ‫صا ِدقِين‬ ‫ي‬ ْ‫َمالَم يَعلَم‬
Hukum Bacaan Qalqalah
1. Qalqalah Kubra
Qalqalah kubra berarti salah satu huruf qalqalah berharakat mati/sukun tidak asli yang disebabkan adanya
waqaf. Cara membacanya harus lebih jelas dan memantul.
Contoh :

2. Qalqalah Sughra
Qalqalah sughra berarti apabila salah satu huruf qalqalah berharakat sukun (mati) asli bukan karena waqaf.
Cara membacanya juga harus jelas dan memantul.
• Contoh :
Hukum Baca’an Lam
1. Lam Ta'rif qomariah
di sebut juga dengan Alif Lam Qomariah,
Qomariah di ambil dari kata qomirun atau bulan, yang maksudnya membaca lam seperti kita memandang tulisan alif lam yang
di umpamakan tertulis bulan sehingga nampak jelas dan terang (berbeda jika alif lam tersebut
Hukum ALIF LAM QOMARIYYAH terjadi apabila ALIF LAM bertemu dengan salasatu Huruf QOMARIYYAH yang berjumlah 14 huruf,
yang terkumpul pada lafazh :
IBGHI-HAJJAKA-WAKHOF-'AQIIMAH
Yaitu huruf:
Contoh :

2. Lam Ta'rif Syamsiah


yaitu membaca lam dengan cara di idhamkan huruf lam ke pada huruf yang di depannya apabila alif lam berhadapan.
dengan ke 14 huruf berikut ini
Syamsiah berarti matahari atau di umpamakan kita memandang huruf lam yang tertulis di matahari, maka tidak akan terlihat.

Contoh Alif Lam Syamsiah :


Hukum Baca’an Ra’
a. Ra' Tafkhim
Ra' Tafkhim adalah cara membaca huruf ra dengan tafkhim (tebal).
Ra harus di baca tafkhim atau tebal karena beberapa sebab berikut ini:
Ra’ yang berbaris fathah atau dhommah
Ra’ yang bertanda sukun dan huruf sebelumnya berbaris fathah atau dhommah
Ra’ di hujung kalimah dibaca sebagai sukun kerana waqaf yang mendatang; juga diselangi huruf mad wau ( ‫و‬
) atau alif ( ‫ )ا‬yang bertanda sukun dan sebelumnya ada huruf yang berbaris fathah atau dhommah.
Ra’ di hujung kalimah dibaca sebagai sukun kerana waqaf yang mendatang; sebelumnya terdapat huruf
mati selain huruf ( ‫ )ى‬dan sebelumnya lagi terdapat huruf yang berbaris fathah

Ra' yang bertanda sukun selepas huruf hamzah wasal yang berbaris kasrah maupun dhomah.

Ra' yang bertanda sukun selepas huruf yang berbaris kasrah dan selepasnya huruf isti'la‘
Hukum Baca’an Ra’
b. Ra' Tarqiq
Ra' Tarqiq adalah cara membaca huruf ra dengan Tarqiq (tipis).
Ra harus di baca Tarqiq atau tipis karena beberapa sebab berikut ini:
Ra’ yang berbaris kasrah
Ra' yang bertanda sukun selepas huruf yang berbaris kasrah dan bertemu dengan huruf yang bukan huruf isti'la'.
Ra’ di hujung kalimah yang disukunkan (waqaf yang mendatang) dan sebelumnya terdapat huruf sukun yang bukan huruf
isti'la' dan sebelum huruf bertanda sukun itu, terdapat huruf yang berbaris kasrah
Ra’ di hujung kalimah yang disukunkan (waqaf yang mendatang) dan sebelumnya terdapat huruf ya ‫ ي‬yang bertanda
sukun dan sebelum huruf ya ‫ ي‬bertanda sukun ini, terdapat huruf yang berbaris fatha atau kasrah
Ra’ bertanda sukun di hujung kalimah kerana huruf sebelumnya bertanda kasrah dan terdapat huruf isti'la' di
kalimah/kata yang kedua.
Hukum Baca’an Ra’
c. Ra' Jawajul Wahjhain
Ra' Jawajul Wahjhain adalah cara membaca huruf ra dengan dua wajah, maksudnya boleh di tebalkan atau di
tipiskan.
Ra boleh di tebalkan atau di tipiskan karena beberapa sebab berikut ini: Ra' sukun yang huruf sebelumnya berbaris
kasrah dan bertemu dengan huruf isti'la' yang berbaris kasrah juga.
Lebih utama dibaca tipis.

Ra' yang disukunkan di hujung kalimah (waqaf yang mendatang), sebelumnya terdapat huruf isti'la' yang bertanda
sukun dan sebelum huruf isti'la' ini, ada huruf yang berbaris kasrah.
Lebih utama dibaca tebal jika ra' berbaris fathah.
Lebih utama dibaca tipis jika ra' berbaris kasrah.
HUKUM MAD
1. Mad Asli atau Mad Thob'i adalah memanjangkan bacaan di karenakan ada huruf mad ( ‫ ا‬, ‫ و‬, ‫)ي‬, dan tidak ada sebab
yang dapat mengubah keasliannya.
Mad Asli atau Mad Thob'i di panjangkan sepanjang 2 harakat
Contoh - contoh mad asli:

2. Mad Wajib Muttasil terjadi apabila mad asli atau mad thobi'i bertemu dengan huruf hamzah ( ‫ ) ء‬dalam satu kata
Cara membaca mad wajib muttasil adalah mad di panjangkan menjadi 4 atau 5 harakat
Contoh - contoh mad wajib muttasil

3. Mad Ja’iz Munfasil terjadi apabila mad asli atau mad thobi'i bertemu dengan huruf hamzah ( ‫ ) ء‬dalam dua kata
Cara membaca Mad Ja’iz Munfasil adalah mad di panjangkan menjadi 4 atau 5 harakat
Contoh - contoh Mad Ja’iz Munfasil
HUKUM MAD
4. Mad Lin atau Mad Layyin terjadi di huruf berbaris atas (fathah dan dhomah) bertemu dengan huruf ya ( ‫ ) ي‬atau wau ( ‫ ) و‬bertanda
sukun, sedangkan di depannya lagi ada satu huruf lagi yang di matikan karena waqaf (berhenti).

5. Mad Badal terjadi jika hamzah ( ‫ ) ء‬bertemu dengan huruf-huruf mad.


Cara membaca Mad Badal adalah di panjangkan 2 harakat.
Contoh - contoh Mad Badal

6. Mad Tamkin adalah mad pada huruf ya ( ‫ ) ي‬yang bertasydid dan juga berkasroh ( ِ ‫ي‬
ْ )
Cara membaca Mad Tamkin adalah dengan panjang 2 harakat.
Contoh - contoh Mad Tamkin

7. Mad 'iwad terjadi jika berhenti (waqaf) pada huruf yang berbaris fatha tain (ًْ ).
Kecuali pada huruf ta marbuthah ( ‫) ة‬.
Cara membaca Mad 'iwadh adalah tanwin (an) di hilangkan dan di baca seperti fatha biasa (a) dengan panjang 2 harakat.
Contoh - contoh Mad 'iwadh
HUKUM MAD
8. Mad Arid Lissukun terjadi di ketika berhenti (waqof) di akhir ayat sehingga mematikan huruf terakhir
sedang sebelum huruf yang dimatikan tersebut terdapat mad asli.
Cara membaca Mad Arid Lissukun kadar panjang bacaannya adalah 2, 4 atau 6 harakat
contoh - contoh Mad Arid Lissukun

9. Mad farq adalah mad yang terhasil dari pertemuan mad badal dan huruf yang bertasydid.
Dinamakan mad farq karena untuk membedakan bahawa hamzah tersebut adalah hamzah untuk bertanya
"apakah?". Juga dikenali dengan nama mad istifham (pertanyaan).
Cara membaca Mad farq kadar panjang bacaannya adalah 6 harakat.
Contoh - contoh Mad farq
HUKUM MAD
10. Mad Silah Qasirah mad yang terjadi apabila “ha dhamir” (kata ganti) berada di antara dua huruf yang berbaris (
bukan huruf mati).
Cara membaca Mad Silah Qasirah kadar panjang bacaannya adalah 2 harakat.
Contoh - contoh Mad Silah Qasirah

11. Mad Silah Tawilah adalah mad yang terjadi jika “ha dhamir” (kata ganti) bertemu huruf hamzah yang berbaris dan
huruf sebelum "ha dhamir" tersebut juga berbaris.
Cara membaca Mad Silah Tawilah kadar panjang bacaannya adalah 4 atau 5 harakat.
Contoh - contoh Mad Silah Tawilah

12. Mad Lazim Muthaqqal Kalimi terjadi apabila mad asli bertemu dengan huruf bertasydid dalam satu kata.
Mad Lazim Muthaqqal Kalimi di baca panjang 6 harakat.
Contoh - contoh Mad Lazim Muthaqqal Kalimi
HUKUM MAD
13. Mad Lazim Mukhaffaf Kalimi terjadi apabila huruf mad bertemu oleh huruf yang berbaris sukun dalam satu kata. Hanya
terdapat pada 2 tempat di dalam Al-Quran:
-- (Yunus : 51)
-- (Yunus : 91)
Mad Lazim Mukhaffaf Kalimi di baca panjang 6 harakat.
Contoh - contoh Mad Lazim Mukhaffaf Kalimi
14. Mad Lazim Muthaqqal Harfi : mad yang terdapat pada huruf-huruf tertentu yang di eja di permulaaan surah , dan dari suara
ejaan tersebut terdapat mad yang di ikuti mim atau nun sukun dan kemudian bertemu dengan mim.
Huruf-hurufnya adalah:

Mad Lazim Muthaqqal Harfi di idghamkan dan di baca panjang 6 harakat.


Contoh - contoh Mad Lazim Mukhaffaf Kalimi

15. Mad Lazim Mukhaffaf Harfi : terjadi apabila membaca huruf-huruf tunggal yand di eja (di baca nama hurufnya) pada awal
surah-surah dalam Al-Qur’an.
Huruf-hurufnya adalah:
Mad Lazim Mukhaffaf Harfi Kadar panjang bacaannya: 6 harakat dan tidak disertai dengan Idgham kecuali huruf ‫ ع‬yang boleh
dibaca dengan 4 atau 6 harakat.
Contoh - contoh Mad Lazim Mukhaffaf Kalimi
TANDA-TANDA WAQAF

Mim Harus / Wajib Berhenti


Laa Tidak Boleh Berhenti
Jim - Waqaf Jaiz boleh tidak berhenti, namun di sarankan untuk berhenti.
Sad-Lam-Ya - singkatan dari "Al-wasl Awlaa" artinya wasal atau meneruskan bacaan.
Sebaiknya Berhenti kemudian di sambung
Behenti sesaat tanpa mengambil nafas.
Waqaf Muraqabah, Tanda ini selalu muncul dua kali , cara membacanya adalah harus
berhenti di salah satu saja, jika sudah berhenti pada tanda yang muncul pertama, maka
tidak harus berhenti pada tanda yang kedua, begitupun sebaliknya.
Tujuan mempelajari ilmu tajwid

Menjaga lisan dari kesalahan ketika meucapkan ayat-ayat al qur’an.


Adab Ketika Membaca Al Qur’an
Ketika membaca al qur’an, disana ada adab-adab yang harus dipehatikan. Karena al qur’an merupakan kalamulloh dan
sebagaimana yang Nabi ‫ صلى هللا عليه و سلم‬sabdakan,
)‫(خيركم من تعلم القرءان و علمه‬
" sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al qur’an dan orang yang mengajarkannya”
Maka bagi orang yang ingin membaca al qur’an hendaknya ia dalam keadan suci, berpakaian yang rapih, memakai
minyak wangi, mulut sudah dalam keadaan harum, tenang, khusyu’, mentadabburi maknanya, ketika melewati ayat
yang membawa kabar gembira iapun bergembira, ketika melewati ayat yang bercerita tentang adzab iapun takut,
mengharap pahala dari bacaan al qur’annya, bertambah keimanannya ketika membaca al qur’an, membaik kondisi
akhlaknya, dan bergetar hatinya, Sebagaimana firman Alloh “sesungguhnya orang yang beriman apabila disebutkan
nama Alloh maka bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Alloh bertambah keimanan
mereka, dan kepada Alloh mereka bertawakal” (Q.S Al Anfal : 2) Dan hendaknya seseorang memebaca al qur’an
dengan tartil, sesuai kemampuannya!

Anda mungkin juga menyukai