Anda di halaman 1dari 61

M.

Zikri Muzaki 1010070100180


Rachmi Annisa 1110070100043
Galih Puji Astuti 1110070100084
Yanne Anastasia 1110070100120

Preseptor
dr. Ade Ariadi, Sp. An
Nyeri
Menurut International Association for the
Study of Pain (IASP), nyeri merupakan
pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan, baik aktual maupun
potensial yang digambarkan dalam
bentuk urusan tersebut.
Three Step Analgetic Ladder
Patofisiologi Nyeri
a. Transduksi
b. Transmisi
c. Modulasi
d. Persepsi

Jalur Modulasi Nyeri


Obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS)
Klasifikasi
Biosintesis prostaglandin
OBAT DASAR OBAT ANTI
INFLAMASI NON-STEROID
1. MEKANISME KERJA
Mekanisme kerja berhubungan dengan
system biosintesis PG mulai dilaporkan
pada tahun 1971 oleh vane dkk yang
memperlihatkan secara in vitro bahwa
dosis rendah aspirin dan indometasin
menghambat produksi enzimatik PG.
penelitian lanjutan telah membuktikan
bahwa produksi PG akan meningkat
bilamana sel mengalami kerusakan.
 Walaupun in vitro obat AINS diketahui
menghambat berbagai reaksi biokimiawi
lainya, hubungan keduanya dengan
analgesic, antipiretik dan
antiinflamasinya belum jelas.
Enzim siklooksigenasi terdapat dalam dua iso-form
disebut COX-1 dan COX2. Secara garis besar
COX1 esensial fungsinya diberbagai jaringan
khususnya ginjal, saluran cerna dan trombosit.
Dimukosa lambung , aktivitas COX1 menghasilkan
prostasiklin yang bersifat sitoprotektif.
Siklooksigenase-2 semula diduga diinduksi
berbagai stimulus inflamatoar, termasuk sitokin,
endotoksin dan factor pertumbuhan atau growth
factor. COX2 yang mempunyai fungsi fisiologis
yaitu di ginjal, jaringan vascular dan pada proses
perbaiki jaringan.Tromboksan A2 , yang disintesis
oleh COX-2 di endotel makrovaskular melawan
efek tersebut dan menyebabkan penghambatan
agregrasi trombosit, vasodilatasi dan efek anti-
proliferatif.
Khusus paracetamol hambatan biosintesis PG
hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar
peroksid yaitu di hipotalamus. efek anti-
inflamasi perasetamol praktis tidak ada.
Aspirin sendiri menghambat dengan mengasetilasi
gugus aktif serin 530 dari COX-1. Dosis tunggal
aspirin 40mg sehari cukup untuk menghambat
siklooksigenase trombosit manusia selama
masa hidup trombosit, yaitu 8-11 hari.ini berarti
bahwa pembentukan trombosit kira-kira 10%
sehari.untuk fungsi pembekuan darah 20%
aktivitas siklooksigenase mencukupi sehingga
pembekuan darah tetap dapat berlangsung.
INFLAMASI
inflamasi terjadi dalam 3 fase dan diperantarai
mekanisme yang berbeda :
(1) fase akut, dengan ciri vasodilatasi local dan
peningkatan permeabilitas kapiler;
(2) Reaksi lambat , tahap subakut dengan ciri
infiltrasi sel leukosit dan fagosit; dan
(3) dan (3) fase proliferative kronik, saat
degenerasi dan fibrosis terjadi.
proses inflamasi yang sudah dikenal yaitu
kalor,rubor,tumor,dolor dan functiolaesa. . Selama
berlangsungnya fenomena inflamasi banyak
mediator kimiawi yang dilepaskan secara local
antara lain histamine, 5-hidroksitriptamin (5HT),
factor kemotaktik, bradikinin, leukotrien dan
PG.Penelitian terakhir menunjukkan autakoid
lipid PAF (Platelet Activating Factor) juga
merupakan mediator inflamasi.dengan migrasi
sel fagosit ke daerah ini, terjadi lisis membrane
lisozim dan lepasnya enzim pemecah. Obat
mirip-aspirin dapat dikatakan tidak berefek
terhadap mediator-mediator kimiawi tersebut
kecuali PG.
Secara in vitro terbukti bahwa prostaglandin E2
(PGE2) dan prostasiklin (PGI2) dalam jumlah
nanogram, menimbuilkan eritem, vasodilatasi
dan peningkatan aliran darah local. Histamin
dan bradikinin dapat meningkatkan
permeabilitas vascular, tetapi efek
vasodilatasinya tidak besar.
Dengan penambahan sedikit PG, efek eksudasi
histamine plasma dan bradikinin menjadi jelas.
Migrasi Leukosit ke jaringan radang merupakan
aspek penting dalam proses inflamasi. PG sendiri
tidak bersifat kemotaktik, tetapi produk lain dari
asam arakidonat yaitu leukotrien B4 merupakan zat
kemotaktik yang sangat poten.obat mirip aspirin
menghambat system liposigenase yang
menghasilkan leukotrien sehingga golongan obat
ini tidak menekan migrasi sel. Walaupun demikian
pada dosis tinggi terlihat juga penghambtan
migrasi sel tanpa mempengaruhi enzim
lipoksigenase. Obat yang menghambat biosintesis
PG maupun leukotriene diharapkan akan lebih
poten menekan proses inflamasi1,3
NYERI
Obat mirip-aspirin tidak mempengaruhi
hiperalgesia atau nyeri yang ditimbulkan oleh
efek langsung PG. Ini menunjukan bahwa
sitesis PG dihambat oleh golongan obat ini, dan
bukannya blockade langsung pada reseptor PG.
DEMAM.
Suhu badan diatur oleh keseimbangan antara
praduksi dan hilangnya panas. Alat pengatur
suhu tubuh berada di hipotalamus.
2. EFEK FARMAKODINAMIK
Efek analgesic.
seperti sakit kepala, mialgia, atralgia dan nyeri
lain yang berasal dari integumen, juga efektif
terhadap nyeri yang berkaitan dengan
inflamasi.
Efek Antipiretik
menurunkan suhu badan hanya pada saaat
demam.
Efek Anti inflamasi.
NSAID terutama yang baru, lebih banyak
dimanfaatkan sebagai anti inflamasi
pada pengobatan kelainan
muskuloskeletal
3. EFEK SAMPING.
(1) iritasi yang bersifat lokal yang
menimbulkan difusi kembali asam
lambung ke mukosa dan menyebabkan
kerusakan jaringan.
(2) iritasi atau perdarahan lambung yang
bersifat sistemik
PEMBAHASAN OBAT
1. SALISILAT, SALISILAMID & DIFLUNISAL
A. SALISILAT
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal
dengan asetosal atau aspirin adalah
analgesik dn anti-infllamasi yang sangat
luas
KIMIA
ester salisilat dari asam organic dengan
substisusi pada gugus hidroksil, misalnya
asetosal
FARMAKODINAMIK.
250-300 mg/ml, dengan dosis aspirin oral 4 gram
perhari untuk orang dewasa.

EFEK SAMPING
• gangguan keseimbangan asam basa dalam
darah.
• Efek urikosurik.
• Perpanjangan masaa perdarahan.
• Hepatotoksik.
• Perdarahan lambung yang berat
FARMAKOKINETIK
Kadar teringgi dicapai 2Jam setelah
pemberiansetelah diabsopsi salisilat segera
menyebar keseluruh jaringan tubuh dan jaringan
transelular sehingga ditemukan dalam bentuk
cairan sinovial, cairan peritoneal, liur dan air
susu. Obat ini mudah menembus sawar darah
otak. Kira-kira 80-90% salisilat plasma terikat
pad albumin.
Indikasi
Antipiretik
 Dewasa 325-650mg diberikan secara
oral tiap 3-4jam.
 Anak 15-20mg/KgBB Dberikan tiap 4-
6jam
Demam Rematik Akut
 Dosis dewasa 5-8mgperhari
 Dosis anak 100-125mg/KgBB/hari diberikan
setiap 4-6 jam selama 1 minggu. Setelah itu tiap
minggu dosis berangsur diturunkan sampai
60mg/KgBB/hari.1,3
Artitis Rematoid
 Dosisnya ialah 4-6g/hari, tetapi dosis 3gr sehari
kadang cukup memuaskan.
Intoksikasi
 Salisilimus mirip sinkonismus dengan gejala
nyeri kepala, pusing, tinitus gangguan
pendengaran, penglihatan kabur, rasa
binggung, lemas, rasa kantuk, banyak
kerinagat, haus, mula dan kadang diare. Pada
intoksikasi yang lebih berat dengan gejla SSP
menjadi lebih jelas disertai timbul vertigo,
tremor, diplopia, delirium, erupsi kulit dan
gangguan keseimbangan asam basa.
Sediaan
 Tersedia dalam bentuk tablet 100mg
untuk anak dan tablet 500mg untuk
dewasa.
SALISILAMID
efek analgesik dan antipiretik
KIMIA
Mirip asetosal, walaupun dalam badan
salisilamid tidak diubah menjadi salisilat.
dalam mukosa usus
Sediaan
Dosis analgesik antipiretik untuk dewasa 3-4 kali
300-600 mg sehari, untuk anak
65mg/KgBB/hari diberikan 6kali/hari.
Untuk febris reumatik diperlukan dosis oral 3-6
kali 2 gr sehari.
DIFLUNISAL

• Merupakan derivat difluorofenil dan asam


salisilat.
• Bersifat analgesik dan anti inflamsi tetapi
hampir tidak bersifat antipiretik.
• 99% diflusinal terikat albumin plasma dan
waktu paruh berkisar 8-12jam.
Indikasi
diflusinal hanya sebagai analgesik ringan
sampai sedang dengan dosis awal
500mg disusul 250-500mg tiap 8-12
jam.
2. PARA AMINI FENOL
FARMAKODINAMIK
Efek analgesik parasetamol serupa dengan
salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri rinagan sampai sedang.
Keduanya menurunkan suhu tubuh.
FARMAKOKINETIK
Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna
melalui saluran cerna. dalam waktu ½ jam
dan masa paruh plasma antara 1-3 jam.
EFEK SAMPING
nefropati analgesik.
TOKSISITASAKUT
Nekrosis tubuli renalis serta koma
hipoglikemik dapat juga terjadi. Hepatotoksik
dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal
10-15gr ( 200-250mg/KgBB) parasetamol.
Anoreksia, mual dan muntah serta sakit perut
terjadi selama 24 jam pertama, Gangguan
hepar.
SEDIAAN DAN POSOLOGI
 Parasetamol tersedia sebagai obat tunggal,
berbentuk tablet 500mg atau sirup yang
mengandung 120mg/5ml.
 Dosis parasetamol untuk dewasa 300mg- 1 gr
perkali dengan mmaksimum 4gr perhari untuk
anak 6-12 tahun: 150-300 mg/kali dengan
maksimum 1,2 gr/hari.
 Untuk anak 1-6tahun :60-120 mg/kali dan abyi
dibawah 1 tahun : 60 mg/kali: pada keduanya
diberikan maksimum 6 kali sehari.
3. PIRAZOLON DAN DERIVATNYA
Dalam kelompok ini termasuk dipiron,
Fenilbutazon, oksifenbutazon, antipirin dan
aminopirin. Aminopirin adalah derivat 4-
dimetilamino dari antipirin. Dipiron adalah
derivat metansulfat dari aminopirin yang larut
baik dalam air dan dapat diberikan secara
suntikan.
INDIKASI
Saat ini dipiron digunakan sebagai analgesik-
antipiretik karena efek anti inflamasi yang
lemah.
EFEK SAMPING DAN INTOKSKASI
Semua derivat pirazolon dapat menyebabkan
agranulositosis, anemia aplastik dan
trombositopenia.
FENILBUTAZON DAN OKSIFENBUTAZON
 Fenilbutazon adalah 3,5-diokso-1, 2-difenil-
4-butilpirazolidin dan oksigefenbutazon
adalah derivat oksifenilnya. Dengan adanya
AINS yang lebih aman, fenil-butazon dan
oksifenbutazon tidak lagi dianjurkan
digunakan sebagai anti inflamasi kecuali
obat lain tidak efektif.
ANALGESIK ANTI INFLAMASI NON STEROID
LAINNYA
ASAM MEFENAMAT
Asam Mefenamat digunakan sebagai analgesik
dan anti inflamasi asam mefenamat kurang
efektif dibandingkan aspirin.
Asam mefenamat terikat sangat kuat pada protein
plasma.
Efek samping terhadap saluran cerna sering
timbul misalnya dispepsia, diare sampai diare
berdarah dan gejala iritasi lain terhadap
mukosa lambung.
Dosis asam mefenamat adalah 2-3 kali
200-500 mg sehari.
DIKLOFENAK
termasuk kelompok preferntial COX-2 inhibitor.
obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat
dan lengkap.
Obat initerikat 99% pada protein plasma dan
mengalami efek metabolisme lintas pertama
sebesar 40-50%.
Efek samping ialah gastritis, eritema kulit dan
sakit kepala sama seperti semua obat AINS
pemakaian obat ini harus berhati-hati pada
pasien tukak lambung. Pemakaian selama
kehamilan tidak dianjurkan.
 Dosis orang dewasa 100-150mg sehari
terbagi dua atau 3 dosis .
IBUPROPEN

 Obat ini bersifat analgesik dengan anti-


inflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek
analgesik sama seperti aspirin.
 Efek anti inflamasi terlihat dengan dosis
1200-2400 mg sehari.
KETOPROFEN

 Derivat asam propionat ini memiliki


efektivitas seperti ibuprofen dengan sifat
anti-inflamasi sedang.
 Absorpsi berlangsung baik dari lambung
dan waktu paruh plasma sekitar 2 jam.
 Efek samping sama dengan AINS lain
terutama menyebabkan gangguan saluran
cerna, dan reaksi hipersensitivitas.
 Dosis 2 kali 100 mg sehari, tetapi
sebaiknya ditentukan secara individual. 1,3
NAPROKSEN
 Absorpsi obat ini berlangsung baik melalui
lambung dan kadar puncak plasma dicapai
dalam 2-4 jam.Waktu paruh obat ini 14 jam,
sehingga cukup diberikan dua kali sehari.
 Efek samping yang dapat timbul ialah
dispepsia ringan sampai perdarahan lambung.
Efek samping terhadap SSP berupa sakit
kepala, pusing, rasa lelah dan ototoksisitas.
 Dosis untuk terapi penyakit reumatik sendi
adalah 2 kali 250-375 mg sehari. Bila perlu
dapat diberikan 2 kali 500 mg sehari. 1,3
INDOMETASIN
 Absorpsi indometasin setelah pemberian oral cukup baik,
92-99% indometasin terikat pada protein plasma.
Metabolismenya terjadi di hati. Indometasin diekskresi
dalam bentuk asal maupun metabolit melalui urin dan
empedu. Waktu paruh plasma kira-kira 2-4 jam.
 Efek samping indometasin tergantung dosis dan
insidensnya cukup tinggi. Efek samping saluran cerna
berupa nyeri abdomen, diare, perdarahan lambung dan
pankreatitis.
 Karena toksisitasnya, indometasin tidak dianjurkan
diberikan kepada anak, wanita hamil, pasien dengan
gangguan psikiatri dan pasien dengan penyakit lambung
Dosis indometasin yang lazim ialah 2-4 kali 25 mg sehari.
Untuk mengurangi gejala reumatik di malam hari,
indometasin diberikan 50-100 mg sebelum tidur. 1,3
PIROKSIKAM
 Piroksikam merupakan salah satu AINS dengan
struktur baru yaitu oksikam, derivat asam enolat.
 Efek samping lain adalah pusing, tinitus, nyeri kepala
dan eritema kulit. Piroksikam tidak dianjurkan
diberikan pada wanita hamil, pasien tukak lambung
dan pasien yang sedang minum antikoagulan.
 Indikasi piroksikam hanya untuk penyakit inflamasi
sendi misalnya artritis reumatoid, osteoartritis,
spondilitis ankilosa.
 Dosis 10-20 mg sehari diberikan pada pasien yang
tidak memberi respons cukup dengan AINS yang
lebih aman.
MELOKSIKAM

 Tergolong preferential COX-2 inhibitor


cenderung menghambat COX-2 lebih dari
COX-1 tetapi penghambatan COX-1 pada
dosis terapi tetap nyata. Penelitian terbatas
menyimpulkan efek samping meloksikam
(7,5 mg per hari) terhadap saluran cerna
kurang dari piroksikam 20 mg sehari.
 Meloksikam diberikan dengan dosis 7,5-15
mg sekali sehari. Efektivitas dan keamanan
derivat oksikam lainnya : lomoksikam,
sinoksikam, sudoksikam, dan tenoksikam
dianggap sama dengan piroksikam.
NABUMETON
 Dikatakan bahwa efek samping yang
timbul selama pengobatan relatif lebih
sedikit, terutama efek samping terhadap
saluran cerna.
 Dengan dosis 1g/hari didapatkan waktu
paruh (t1/2) sekitar 24 jam (22,5 ± 3,7
jam ). Pada kelompok usia lanjut, t ½ ini
bertambah panjang dengan 3-7 jam. 1,3
COX-2 SELEKTIF
 Obat kelompok penghambat COX-2 dikembangkan
dengan harapan bisa menghindari efek samping saluran
cerna. Rofekoksib terbukti kurang menyebabkan
gangguan gastrointestinal dibanding naproksen, efek
samping lain tidak berbeda dengan AINS lain. Selekoksib
tidak terbukti lebih aman dari AINS lain. Selekoksib tidak
terbukti lebih aman dari AINSt. Tidak ada koksib yang
klinis terbukti lebih efektif dari AINSt. Obat ini
memperlihatkan t ½ yang panjang sehingga cukup
diberikan sekali sehari 60 mg.
 Sementara yang masih beredar adalah selekoksib,
parekoksib, etorikoksib, lumirakoksib. Yang terakhir ini
merupakan generasi ke-2 karena strukturnya berbeda
dengan para pendahulunya yakni tidak memiliki gugus S
serta memilki gugus asam karboksilik serta t ½ yang
pendek hanya 4-6 jam.
OBAT PIRAI
 KOLKISIN
Kolkisisn adalah suatu anti- inflamasi yang unik yang
terutama diindikasikan pada penyakit pirai. Obat ini
merupakan alkaloid colchicum autumnale, sejenis bunga
teli. 1

 FARMAKODINAMIK
Pada penyakit pirai, kolkisin tidak meningkatkan ekskresi
sintesis atau kadar asam urat dalam darah. Obat ini
berikatan dengan protein mikrotubular dan menyebabkan
depolimerisasi dan menghilangnya mikrotubular fibrilar
granulosit dan sel bergerak lainnya. Hal ini menyebabkan
penghambatan migrasi granulosit ke tempat radang
sehingga penglepasan mediator inflamasi juga dihambat
dan respons inflamasi ditekan.
 FARMAKOKINETIK
Absorpsi melalui saluran cerna baik. Obat ini didistribusi secara
luas dalam jaringan tuibuh; volume distribusinya 49,5 ± 9,5 L.
Sebagian besar obat ini diekskresi dalam bentuk utuh melalui
tinja, 10-20% diekskresi melalui urin.

 INDIKASI
Kokisin adalah obat terpilih untuk penyakit pirai. Dosis kolkisin
0,5-0,6 mg tiap jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal diikuti 0,5-
0,6 mg tiap 2 jam sampai gejala penyakit hilang atau gejala
saluran cerna timbul.Untuk profilakis diberikan 0,5-1 mg sehari.
 Pemberian IV 1-2 mg dilanjutkna dengan 0,5 mg tiap 12-24 jam.
Dosis jangan melebihi 4 mg dengan satu regimen pengobatan..

 EFEK SAMPING
Efek samping kolkisin yang paling sering adalah muntah, mual
dan diare dapat sangat mengganggu terutama dengan dosis
maksimal.
ALOPURINOL
 Obat ini terutama berguna untuk mengobati penyakit
pirai kronik dengan insufisiensi ginjal dan batu urat
dalam ginjal tetapi dosis awal harus dikurangi. Obat
ini bekerja dengan menghambat xantin oksidase,
enzim yang mengubah hipoxantin menjadi xantin
dan selanjutnya menjadi asam urat.
 Efek samping yang sering terjadi ialah reaksi kulit.
 Dosis untuk penyakit pirai ringan 200-400 mg sehari,
400-600 mg untuk penyakit yang lebih berat. Untuk
pasien gangguan fungsi ginjal dosis cukup 100-200
mg sehari. Dosis untuk hiperurisemia sekunder 100-
200 mg sehari. Untuk anak 6-10 tahun : 300 mg
sehari dan anak di bawah 6 tahun : 150 mg sehari.
1,5
PROBENESID

 Probenesid berefek mencegah dan


mengurangi kerusakan sendi serta
pembentukan tofi pada penyakit pirai, tidak
efektif untuk mengatasi serangan akut.
Probenesid tidak berguna bila laju filtrasi
glomerulus kurang dari 30 ml per menit.
 Efek samping probenesid yang paling
sering ialah gangguan saluran cerna, nyeri
kepala dan reaksi alergi. Dosis probenesid
2 kali 250 mg/hari selama seminggu diikuti
dengan 2 kali 500mg/hari.
SULFINPIRAZON

 Sulfinpirazon mencegah dan


mengurangi kelainan sendi dan tofi pada
penyakit pirai kronik berdasarkan
hambatan reabsorpsi tubular asam urat.
 Dosis sulfinpirazon 2 kali 100-200 mg
sehari, ditingkatkan sampai 400-800 mg
kemudian dikurangi sampai dosis efektif
minimal. 1,4,5
KETOROLAK

 Ketorolak merupakan analgesik poten dengan


efek anti-inflamasi sedang.
 Dosis intramuskular 30-60 mg; IV 15-30 mg
dan oral 5-30 mg. Efek sampingnya berupa
nyeri di tempat suntikan, gangguan saluran
cerna, kantuk, pusing, dan sakit kepala yang
dilaporkan terjadi kira-kira 2 kali plasebo.
Karena ketorolak sangat selektif menghambat
COX-1, maka obat ini hanya dianjurkan
dipakai tidak lebih dari 5 hari karena
kemungkinan tukak lambung dan iritasi
lambung besar sekali. 1,4,5
ETODOLAK

 Etodolak merupakan AINS kelompok


asam piranokarboksilat.
 Masa kerjanya pendek sehingga harus
diberikan 3-4 kali sehari. Berguna untuk
analgesik pascabedah misalnya bedah
koroner. Dosis 200-400 mg; 3-4 kali
sehari. 5,6
ANTIREUMATIK PEMODIFIKASI PENYAKIT
(APP)

METROTREKSAT
Obat ini efektif pada dosis yang jauh
lebih kecil dari sebagai obat kanker
sehingga efek samping berat jarang
merupakan masalah.Dosis sebagai APP,
15-25 mg per minggu dan ditingkatkan
sampai 30-35 mg per minggu bila perlu.
 Efek samping umum ialah mual dan
ulkus mukosa saluran cerna.
 AZATIOPRIN
Pada reumatoid artritis diberikan dalam dosis
2mg/kgBB/hari. Efek samping serupa
imunosupresif lainnya yaitu supresi sumsum
tulang, saluran cerna dan penurunan daya
tahan tubuh terhadap infeksi.

 KLOROKUINIDIN DAN
HIDROKSIKLOROKUIN
Bukti kegunaan pada artritis belum cukup
mapan. Dosis hidroksiklorokuin
6,4mg/kgBB/hari. Karena dapat bersifat toksik
terhadap retina, dianjurkan pemeriksaan mata
setiap 6-12 bulan. Obat ini dianggap relatif
aman pada kehamilan. 5,6
LEFLUNOMID
 Merupakan derivat isosaksol Bekerja
menghambat enzim dihidroorotat
dehidogenase untuk sintesis piramidin yang
menghambat proliferasi sel T yang butuh
kadar besar dari piramidin. Monoterapi sama
efektif seperti metrotreksat. Perlu loading
dose 3 hari dengan 100 mg dilanjutkan
dengan 20 mg per hari sampai terjadi remisi
penyakit. Sangat terataogenik, oleh karena
itu tidak boleh diberikan pada wanita yang
ingin punya anak.
KESIMPULAN
Penanganan nyeri tidak dapat disamakan pada masing-
masing individu dan kelompok umur karena penanganan
nyeri yang baik memerlukan perhatian khusus terhadap
fisiologi, anatomi, dan karakteristik farmakologi. Pasien
anak dan orang tua mendapat perhatian khusus dalam
penanganan nyeri karena persepsi nyeri, kognitif dan
personaliti menyebabkan ambang nyeri keduanya sangat
berbeda. Penanganan nyeri dan sedasi yang adekuat
pada pasien anak adalah hal yang sangat penting. Obat-
obat Non Opioid Analgesi seperti NSAID sudah popular
sebagai analgesia. Obat-obat ini bermanfaat dalam
menurunkan kebutuhan analgetik opioid. Selain itu obat
NSAID memfasilitasi proses penyembuhan dengan cara
mengurangi efek samping opioid.

Anda mungkin juga menyukai