• Tidak semua orang yang terinfeksi kuman TB menjadi TB aktif • Resiko penularan : 10% LATAR BELAKANG
• Pada penurunan imun tubuh (AIDS)
tertular TB TB aktif sangat mudah • (60%) pada orang HIV-AIDS (ODHA) • Ps HIV (ODHA) dgn TB disebut ps ko- infeksi TB-HIV LATAR BELAKANG • TB merupakan IO (Infeksi Oportunistik) utama pada ODHA (40%) • Penyebab utama kematian pada ps HIV (50%) • Dikarenakan: keterlambatan diagnosis & terapi • Diperlukan kolaborasi penanganan TB- HIV Tujuan Kolaborasi I. Membentuk mekanisme kolaborasi antara program TB dan HIV-AIDS:
• Membentuk kelompok kerja / Tim TB-HIV
• Melaksanakan surveilans HIV pada ps TB • Perencanaan bersama • Monitoring dan evaluasi Tujuan Kolaborasi II. Menurunkan beban TB pada ps ODHA :
• Mengintensifkan penemuan kasus TB dan
pengobatannya • Menjamin pengendalian infeksi TB pada unit pelayanan dan tempat orang berkumpul (rutan/ lapas, panti rehabilitasi Napza) Tujuan Kolaborasi III. Menurunkan beban HIV pada ps TB
• Konseling dan tes HIV
• Pencegahan IMS dan HIV • Pengobatan pencegahan dan infeksi oportunistik lain • perawatan, dukungan dan pengobatan HIV/ AIDS Kelompok kerja TB-HIV • Program TB • Program AIDS • Yanmed dan unsur RS • Binkesmas dan unsur Puskesmas • Ahli TB-HIV dari organisasi profesi • KPA (komisi penanggulangan AIDS) • Gerdunas TB • WHO , LSM, Donor • Instansi pemerintah (depsos, depdukham, depnaker, dll Tugas kelompok kerja (daerah) • Menyusun rencana kerja bersama • Menentukan penanggungjawab kegiatan • Menetapkan mitra kerja • Menetapkan target • Meningkatkan kemampuan SDM • Monitor dan evaluasi kegiatan • ditetapkan dengan SK TIM TB-HIV di sarana kesehatan • Wadir / pelayanan/ komite medik • Dokter • Perawat • Petugas laboratorium • Petugas farmasi • Konselor • Manajer kasus • Kelompok pendukung • Petugas pencatatan dan pelaporan • Petugas kesehatan lain Jenis Pelayanan kesehatan(strata II/ RS) • Layanan / rujukan KTS • Konseling & tes HIV • Skrining TB pada ODHA • Penemuan kasus TB • Promosi kondom • Terapi IMS • Diagnosis dan terapi HIV • Terapi infeksi oportunistik (IO) • Jarum suntik steril • PMTCT • Pemantauan terapi HIV • Terapi profilaksis • Pengendalian infeksi TB • Perawatan ps rawat inap dan kasus rujukan • Pertemuan dan koordinasi tim internal • Pencatatan dan pelaporan DIAGNOSIS TB (INTRAPARU) • GEJALA: • Batuk berdahak 2-3 minggu / lebih • TAMBAHAN: • Batuk berdarah • Sesak nafas • Nyeri dada • Lemas • Nafsu makan turun • Berkeringat di malam hari (tanpa kegiatan) DIAGNOSIS TB (EKSTRA PARU) • GEJALA: • Batuk 2-3 minggu / lebih • Berat badan turun • Demam subfebris • Sesak nafas • Pembesaran kelenjar limfe / KGB • Sakit kepala kronis PEMERIKSAAN PENUNJANG • Pemeriksaaan mikroskopis dahak (S-P-S): • BTA positif: • 2 BTA (+) • 1 BTA (+) dan foto torax menunjang • 1 BTA (+) dan biakan kuman (+) • 1/ lebih BTA (+) dan tidak ada perbaikan dgn pemberian OAT Tipe pasien TB • Kasus baru : belum pernah / sudah minum OAT < 4 minggu • Kasus kambuh (relaps): sudah dinyatakan sembuh namun BTA ulang (+) • Putus berobat (default): putus pengobatan 2 bulan lebih • Gagal (failure): BTA tetap (+) setelah pengobatan > 5 bulan • Pindahan: dipindahkan dari sarana kesehatan lain