Case Sirosis Hepatis
Case Sirosis Hepatis
Pembimbing:
dr. Masdianto Musa, Sp.PD., KAI., FINASIM
Oleh:
Rovania Yantinez Quardetta
04084821921157
Bhagatdeep Kaur Kaur Singh
04084821921165
01 PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
02
03 STATUS PASIEN
04 ANALISIS KASUS
PENDAHULUAN
efek toksisitas
obat
infestasi parasit inflamasi kronis (methotrexate
(schistosomiasis) (sarcoidosis) dan
hipervitaminosis
A)
KLASIFIKASI
(morfologi Sherrlock)
Kombinasi
Makronoduler Mikronoduler antara bentuk
(Ireguler, (reguler, makronoduler
multilobuler) monolobuler) dan
mikronoduler
FAKTOR RISIKO
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan AFP
Pemeriksaan fisik
Esofagoskopi, USG, CT-Scan, ERCP, Angiograf
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis sirosis hati pemeriksaan fisik,
laboratorium, USG. Pada kasus tertentu diperlukan
pemeriksaan biopsi hati.
Pada stadium dekompensasi kadang tidak sulit
menegakkan diagnosa sirosis hati diantaranya :
Splenomegali
Asites
Edema pretibial
Laboratorium khususnya albumin
Tanda kegagalan berupa eritema palmaris, spider
naevi, vena kolateral.
Suharyono Soebandiri memformulasikan bahwa 5 dari 7 tanda
dibawah ini sudah dapat menegakkan diagnosa sirosis hati
dekompensasi :
• Asites
• Splenomegali
• Perdarahan varises
• Albumin yang merendah
• Spider naevi
• Eritema palmaris
• Vena kolateral
Your Date Here Your Footer Here 15
TATALAKSANA
Komplikasi Terapi Dosis
Asites Tirah baring 5,2 gram atau 90 mmol/hari
Diet rendah garam 100-200 mg sekali sehari maksimal
Obat antidiuretik : Spironolakton, bila respons 400 mg
tidak adekuat dikombinasi Furosemid 20-40mg/hari maksima 160 mg/ hari
Parasintesis bila asites sangat besar, hingga 4-6 8-10 g IV per liter cairan parasintesis
Liter dan dilindungi pemberian albumin jika >5 L
Retriksi cairan
96x/menit,
Tampak sakit 26x/menit.
Kompos irama regular, isi
160/100 mmHg Regular,
sedang Mentis dan tegangan
abdominotorakal
cukup
HIDUNG LEHER
JVP (5-2) cmH2O, pembesaran
Tampak luar tidak ada kelainan,
KGB (-), pembesaran kelenjar
septum deviasi (-), kavum nasi
tiroid (-)
lapang, sekret (-), epistaksis (-)
THORAKS – PARU
PERKUSI : sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-), batas paru-
hepar ICS VI, peranjakan 1 sela iga
akral hangat (+), palmar eritem (-), ujung jari pucat (+), pitting
edema (+), sianosis(-), clubbing finger (-), koilonikia (-), CRT <2 detik
GENITALIA
Tidak diperiksa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM (13 MEI 2019)
KIMIA DARAH
LAIN-LAIN
INTERPRETASI:
- normal sinus, HR 102x/m, axis normal, P normal,
kompleks QRS normal, ST-T changes (-)
DIAGNOSIS
Sirosis Hepatis + Hipertensi derajat 2
DIAGNOSIS BANDING
• Hematemesis Melena ec
ruptur varises esophagus
• Hematemesis Melena ec
ulkus gaster
PEMERIKSAAN ANJURAN
Urinalisa rutin
Endoskopi
CT scan abdomen
USG abdomen
Biopsi hati
TATALAKSANA
•QUO AD FUNCTIONAM
• Dubia ad malam
•QUO AD SANATIONAM
• Dubia ad malam
41
ANALISIS KASUS
Pasien ini merupakan seorang wanita berusia 60 tahun dengan
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Keluhan utama yang diungkapkan
pasien adalah muntah darah hitam sejak 4 jam SMRS disertai keluhan
tambahan berupa BAB cair bewarna hitam sejak 4 jam SMRS.
Riwayat perjalanan penyakit pasien ini yaitu ±11 bulan SMRS pasien
mengalami muntah dan BAB hitam. Keadaan seperti ini harus kita
pikirkan bahwa adanya perdarahan saluran cerna bagian atas yang bisa
disebabkan oleh varises esofagus. Selain itu, pasien juga mengeluh
adanya nyeri ulu hati, bisa kita pikirkan diagnosis banding penyebab
lainnya yang berhubungan dengan saluran cerna bawah. Keluhan
perutnya mulai membesar juga dirasakan sejak ±11 bulan SMRS.
Keluhan perut membesar seperti ini harus kita pikirkan bahwa
kemungkinan adanya gangguan pada tekanan onkotik ataupun
hidrostatik pada kelainan hati, ginjal ataupun jantung. BAK dan BAB
normal, artinya belum ada kelainan di ginjal. Anamnesis mengarah ke
kelainan sirosis hepatis, dikarenakan dari anamnesis didapatkan
keluhan-keluhan diatas yang berulang 4 dan 10 bulan setelahnya, serta
adanya riwayat kuning pada tahun 1977.
Pemeriksaan fisik memberikan beberapa gambaran khas bagi pasien
dengan kelainan hati yang bersifat kronis. Keadaan umum pasien
tampak sakit sedang dengan tekanan darah (160/100 mmHg). Pada
pemeriksaan mata didapatkan gambaran konjungtiva anemis yang
mungkin terjadi akibat perdarahan berulang. Pada pemeriksaan
thoraks, saat inspeksi tidak tampak spider naevi. Pada pemeriksaan
abdomen, pada inspeksi tampak bentuk abdomen cembung dan tidak
didapatkan gambaran venektasi. Pada palpasi abdomen, nyeri tekan (+)
pada regio epigastrik, hepar dan lien sulit dinilai. Pada perkusi
abdomen didapatkan shifting dullness (+). Pada pemeriksaan
ekstremitas, didapatkan gambaran palmar pucat yang juga bisa terjadi
akibat perdarahan yang ada pada pasien. Baik anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara umum maupun spesifik, keluhan pasien
mengarah kepada manifestasi klinis dari sirosis hepatis.
Diagnosis sirosis hepatis yang dialami oleh pasien ini, didukung oleh
manifestasi klinis berupa asites serta hasil lab yang menunjukkan
adanya reversed in albumin and globulin ratio. Manifestasi ini terjadi
akibat baik hipertensi porta yang menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik secara sistemik maupun penurunan fungsi hati akibat
fibrosis sel hati yang progresif yang mengakibatkan terjadinya
hipoalbuminemia (albumin = 2.41 mg/dl) yang berujung pada
penurunan tekanan onkotik koloid. Peningkatan tekanan hidrostatik
dan penurunan tekanan onkotik koloid merupakan penyebab utama
terjadinya asites.