Anda di halaman 1dari 21

INTOKSIKASI OBAT,

MAKANAN dAN BAHAN


KIMIA
Oleh:
SJAMSU UMAR
PENDAHULUAN
Penegakkan diagnosis pasti penyebab
keracunan cukup sulit karena diperlukan
sarana laboratorium toksikologi yang cukup
handal dan belum ada sarana laboratorium
swasta yang ikut berperan sedangkan sarana
laboratorium rumah sakit untuk pemeriksaan
ini juga belum memadai sedangkan sarana
instansi resmi pemerintah juga sangat minim
jumlahnya.
Racun yang melalui rute oral biasanya
bisa diketahui lewat bau mulut atau
muntahan kecuali racun yang sifat
dasarnya tidak berbau dan berwarna
seperti arsenikum yang sulit ditemukan
hanya berdasar inspeksi saja.
Kerusakan korosif hebat akibat alkali
(basa) kuat pada esofagus lebih berat
dibandingkan akibat asam kuat,
kerusakan terbesar bila pH>12 tapi
tergantung juga pada konsentrasi
bahan tersebut.
Karakteristik Bau Racun

BAU PENYEBAB
Aseton Isopropil alkohol,
aseton
Almond Sinida

Bawang Putih Arsenik, selenium,


talium
Telur busuk Hidrogen sulfida,
merkaptan
Karakteristik Warna Urin
Warna Urin Penyebab

Hijau/biru Metilin biru

Kuning-merah Rifampisin, besi (Fe)

Coklat tua Fenol, kresol

Butiran keputihan Primidion

Coklat Mio/haemoglobinuria
Penilaian keadaan klinis yang paling awal
adalah status kesadaran. Alat ukur
kesadaran yang paling sering digunakan
adalah CGS (Glasgow Coma Scale). Apabila
pasien tidak sadar dan tidak ada keterangan
apapun (alloanamnesis) maka diagnosis
keracunan dapat dilakukan pereksklusionam
dan semua penyebab penurunan kesadaran
seperti meningoensefalitis, tauma,
perdarahan subaraknoid/intracranial,
subdural/ekstradural haematom,
hipoglikemia,diabetic
ketoasidosis,uremia,ensefalopati.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Analisis toksikologi harus dilakukan
sedini mungkin untuk membantu
menegakkan diagnosa juga berguna
untuk penyidikan polisi karena kasus
kejahatan. Sampel yang dikirim ke
laboratorium berupa 50 ml urin, 10 ml
serum, bahan muntahan, dan feces.
Pemeriksaan radiologi
• Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan
terutama bila curiga adanya aspirasi zar racun
melalui inhalasi atau dugaan adanya perforasi
lambung.

Laboratorium klinik
• Pemeriksaan fungsi hati, ginjal dan sedimen
urin harus dilakukan karena berguna untuk
mengetahui dampak karecunan dan juga dapat
dijadikan sebagai dasar diagnosis penyebab
keracunan seperti keracunan parasetamol atau
makanan yang mengandung asam jengkol.
Pemeriksaan kadar gula darah dan darah
perifer lengkap juga harus dilakukan.
• Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan EKG harus juga dilakukan
pada kasus keracunan karena sering
diikuti terjadinya gangguan irama
jantung seperti:takikardia, sinus
bradikardia, takikardia supraventrikular,
takikardia ventricular, fibrilasi ventricular,
torsade de pointes, asistol, disosiasi
elektromekanik. Beberapa faktor
predisposisi timbulnya aritmia pada
keracunan adalah obat kardiotoksik,
hipoksia, nyeri dan ansietas,
PENATALAKSANAAN
Stabilisasi
Penatalaksanaan keracunan pada waktu
pertama kali berupa tindakan resusitasi
kardiopulmuner yang dilakukan dengan
cepat dan tepat berupa:
• Pembebasan jalan nafas
• Perbaikan fungsi pernapasan (ventilasi
dan oksigenasi)
• Perbaikan system sirkulasi
Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang
bertujuan untuk menurunkan pemaparan
terhadap racun, mengurangi absoprsi dan
mencegah kerusakan.

Dekontaminasi pulmonal: berupa tindakan


menjauhkan korban dari pemaparan inhalasi
zat racun, monitor kemungkinan terjadinya
gawat napas dan berikan oksigen lembab
100% dan jika perlu berikan ventilator.
Dekontaminasi mata: berupa tindakan
untuk membersihkan mata dari racun
yaitu posisi kepala pasien
ditengadahkan dan miring ke sisi mata
yang terkena atau terburuk kondisinya.
Buka kelopak mata secra perlahan dan
irigasi dengan cairan irigasi atau nacl
0.9% perlahan sampai zat racunnya
diperkirakan hilang selanjutnya tutup
mata dengan kassa steril segera konsul
ke dokter mata.
Dekontaminasi kulit (rambut dan
kuku): tindakan dekontaminasi
paling awal adalah melepaskan
pakaian dan segala sesuatu yang
dipakai pasien termasuk asesoris.
Cuci bagian kulit yang terkena
dengan air mengalir dan sabun
minimal 10 menit selanjutnya
keringkan dengan handuk yang
kering dan lembut.
Dekontaminasi gastrointestinal:
penelanan merupakan rute pemaparan
yang tersering, sehingga tindakan
pemberian bahan pengikat (karbon aktif),
pengenceran atau mengeluarkan isi
lambung atau aspirasi dan kumbah
lambung dapat mengurangi jumlah
paparan bahan toksik.
Eliminasi
Tindakan eliminasi adalah tindakan
untuk mempercepat pengeluaran racun
yang sedang beredar dalam darah atau
dalam saluran gastrointestinal setelah
lebih dari 4 jam. Apabila masih da;lam
saluran cerna dapat digunankan
pemberian arang aktif yang diberikan
berulang dengan dosis 30-50 gram (0,5-
1 gr/kgBB) setiap 4 jam per oral.
Tindakan eliminasi lain yang merupakan
tindakan spesialistik berupa cara
eliminasi racun:

Diuresis paksa (forced diuresis)


Alkanisasi urin
Asidifikasi urin
Hemodialisis / peritonial dialisis
Metode pemberian antidotum menurut
jenis keracunan

1. Kimia
Bahan kimia Anti dotum Metode
Sianida Nitrit, sodium tiosulfat, Amyl nitrite inhalasi,
dikobalt edatate 500 ml Na thiosulfat
25% dlm 10 menit

Matanol/etilen glikol Etahnol, 4-metilpirazol 2,5 ml/kgBB ethanol


40% dalam air/jus jeruk
oral 30 mnt

Na hipoklorit Natrium tiosulfat 50 mg atau 250 ml


larutan 1% IV

Fe (besi) Desferrioxamine 15 mg/kg/BB/jam


2. Obat

Obat-obatan Anti dotum Metode


Amfetamine Lorazepam 2 mg IV

Digoksin Anti bodi spesifik Dosis tergantung


digoksin serum

Isoniazide Piridoksin 1 gr IV tiap gram INH,


maks 5 gr

Parasetamol N-asetilsistein, Metionin efektif,


metionin paparan < 8 jam
Warfarin 5-10 mg IV pelan
Vitamin K1/ FFP
Propanolol Titrasin mulai 4
Isoproterenol, mg/mnt. Bolus 10 mg
adrenalin, glukagon glukagon + 5 mg/jam
drip IV
3. Racun Makanan
Jengkol
Pengobatan menggunakan Na
Bikarbonat 4x2 gram/hari.

Toksin mikroba
Botulinum
Menggunakan antitoksin tipe A,B,E
100.000 unit tipe A+B+10.000 unit tipe
E.
Gejala penyerta atau penyulit

• Gangguan cairan, elektrolit dan asam


basa
• Gangguan irama jantung
• Methaemoglobinaemia
• Hiperemesis
• Distonia
• Rabdomiolisis
• Sindrom antikolinergik
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai