Anda di halaman 1dari 13

Pelembagaan kepartaian

Kelompok 1 :
1. Ikhlasul Amal (18102011066)
2. Riky syamsudin (18102011055)
3. Siti nafiatul ulum (181020110 )
4. M. Ali rosyid (181020110 )
 Partai politik sebagai jantung demokrasi perwakian adalah
preposisi yang sudah tidak perlu lagi dibuktikan
 Partai politik menjadi pusat rekruitmen dan sirkulasi
elit politik di sebuah negara.
 Dalam rangka memperkuat demokrasi Modern, yang terpenting
bagi perbaikan kualitas demokrasi adalah tidak terletak
pada keberadaan jumlah parpol tetapi sejauh mana
kekokohan dan adabtabilitas sistem kepartaian yang sedang
berlangsung (Huntington, 2004:499)
 Agar sebuah kepartaian mampu menopang secara kokoh
jalannya demokrasi dan stabilitas politik, pelembagaan
kepartaian menjadi kebutuhan yang tidak terhindarkan.
1. Pelembgaan kepartaian dibagi menjadi 3 :

• Pertumbuhan partai politik


• Pelembagaan sistem kepartaian
• Pelembagaan partai politik
b. Pertumbuhan partai politik
Proses pertumbuhan partai politik berkembang
melalui empat tahapan(fase) penting yaitu :
• Faksionalisme
• Polarisasi
• Ekspansi
• institusionalisasi. (huntington,2004:489-499)
• Fase pertama (faksionalisme)
Pada fase ini baik partisipasi politik maupun pelembagaan politik masih
berada pada titik yang sangat rendah. Politk melibatkan seluruh orang-orang
yang bersaing antargrup/aliansi namun kelompok-kelompok itu tidak
memiliki struktur dan daya tahannya sangat kecil. Pada fase inilah
kematian/pensiunnya para tokoh karismatik di dalam kelompok dan
membawa kehancuran. Selain, itu pada fase faksionalisme ini parpol
menjelma menjadi sarana membina karir politisi.

• Fase kedua (polarisasi)


Sejumlah kelompok sosial baru mulai tampil di arena politik, dibuat secara
terorganisasi yang merupaan wadah penghubung dan kekuatan sosial.
Kelompok-kelompok itu bersaing dan memperebutkan kekuasaan, dan
pimpinan kelompok berusaha mencari strategi pendistribusian keuasaan
daripada melakukan ekspansi kekuasaan didalam sistem. Singkatnya,
dorongan terkuat polarisasi muncul apabila faksi bermaksud melancarkan
desetruksi besar-besaran pada sitem yang berlaku.
• Fase ketiga (ekspansi)
Pada fase ini maka partai yanng kuat akan menghimbau seluruh lapisan
masyarakat, mengikat, serta menyatukan mereka melalui organisasi yang
efektif. Tujuannya tertuju pada usaha-usaha merebut kekuasaan dan menata
struktur kemasyarakatan. Parpol melakukan perluasan politik dan
mengendalikan peranserta politik didalam partai.

• Fase terakhir (institusioanalisasi)


tahap ini merupakan tahap terbentuknya suatu sitem kepartaian tertentu yang
memolakan interaksi didalam kekuatan politik yang berada di sistem yang
mapan. Revolusi proses nasionalisme melahirkan sitem partai tunggal ,
sementara itu proses intra sistem akan bergerak menuju pelembagaan sistem
dua partai dan dlam sistem itu mengarahkan lahirnya multi partai.
• skenario lain tentang pertmbuhan partai
dikonseptualisasikan oleh
pedersan(1982)”toward a new typology of party
lifespans and minor partiens” penderes,seperti
yang disebut deschouwer(2008), Membedakan 4
fase perkembangan parpol, yaitu:

a) Deklarasi, yaitu pengumuman entitas mejadi partai politik.


b) Otorisasi, yaitu kemampuan partai dlam meleati persyaratan-persyaratan yang
dibuthukan untuk dapat diakui sebuah partai poltik.
c) Representasi, adalah ketika partai sudah mendapatkan kursi parlemen.
d) Relevansi adalah ketika partai memiiliki potensi tertentu dalam
pemerintah.merujuk pada sartori(1976) terdapat dua sumber relevansi yaitu,
potensi penyadera atau memeras (potential blackmail) dan potensi berkauasa
(governing potential).
b.Pelembagaan sistem kepartaian

Konseptualisasi tentang pelembagaan sistem kepartaian pertama kali dikenalkan oleh


mainwaring (1999:22-39) dan mainwaring dan schully(1995), bahwa demokrasi yang
kuat adalah ketika ditopang oleh sistem kepartaian yang terisntitusioanlisasi. pada
kerangka itu terdapat 4 dimensi pelembagaan sistem kepartaian (mainwaring dan
torcal dalam katz dan crotty, 2006: 204-221;tan,2004):
1. Stabilitas dalam kompetisi antar partai; sistem yang lebih terlembagakan memutuhkan
jaminan stabilitas yang dapat diepertimbangkan didalam pola kompetisi antar partai.
2. Pengangkaran partai diakar rumput; pelembagaan sistem kepartaian memiliki alat ukur yang
kuat di dalam masyarakat dan mayoritas pemberi suara mempunyai peran yang kuat kedalam
partai.
3. Legitimasi partai dan pemilu dalam penentuan hak untuk memerintah; dengan kata lain, para
aktor politis menyetujui hak kekuasaan ke pada partai dan mensepakati penggunaan pemilu
sebagai mekanisme untuk mencapai kekuasaan.
4. Hadirnya partai sebagai sebuah organsasi; sebagai bagian dari struktur yang menyediakan
sistem, partai harus mengembangkan beberapa slidaritas sebagai organisasi.
c.Pelembagaan partai politik

 Menurut hunhington (2004:16-30;485-489)


1. Penyesuaian diri dan kekuatan. semakain mudah suatu organisasi atau tata cara
dapat menyesuaikan diri, semakin tinggi pula tingkat pelembagaanya ; sebaliknya
apabila kurang dapat enyesuaikan diri dan lebih kaku, maka pelembagaannya
akan semakin rendah pula.
2. Komoleksitas dan kesederhanaan,. Semakin komplek suatu organisasi, akan
semakin tinggi tinggi pula pembangunannya.
3. Otonomi-subordinasi. Pada konteks ini pelembagaan adlah tingkat sejauhmana
orgsnisasi politik prosedur tidak tergantung dari kelompok sosial dan metode
perilaku yang lain.
4. Kesatuan dan perpecahan. Semakiin terpadu dan utuh suatu organisasi, semakin
tinggi pula tingkat pelembagaannya; dan sebaliknya semakin terpecah
organisasi, semakin rendah pula tingkat pelembagaanya.
 Menurut Yves Meny dan Andrew Knapp(1998:6),dalam
Asshidiqie (2005:55-58).

1. Usia organisasi , setiap organisasi yang normal tumbuh dan


berkembang secara alamiah menurut tahapan waktu
sendiri.
2. Depersonilasi organisasi, orang dalam maupun luar sama-
sama menyadari dan memberlakukan organisasiyang
bersangkutan sebagai institusi, dan tidak dicampuradukan
dengan personal atau pribadi yang kebetula menjadi
pengurusnya.
3. Deferensi organisiasional, yang perlu dilihat adalah sejauh
mana organisasi itu berhasil mengorganisir diri sebagai
instumen untuk memobilisasi dukungan konstituennya.
 Menurut Randall dan zsvasand (2002) dibagai dalam 2 aspek yaitu
internal-eksternal dan aspek strktural-kultural.
1. Kesisteman dalam partai politik, yaitu proses pelaksanaan
fungsi-fungsi partai yang dilakukan menurut urutan,
persyaratan, prosedur dan mekanisme yang disepakati dan
ditetapkan oleh partai politik baik formal maupun non formal.
2. Identitas nilai partai politik, identitas nilai partai politik
didasarkan atas ideologi atau platform partai, basis sosial
pendukungnya, danidentifikasi anggota terhadap pola dan arah
perjuangan partai.
3. Otonomi keputusan , dimensi ini berkaitan dengan hubungan
partai dengan aktor diluar partai baik ini berkaitan dengan
otoritas tetrtentu(penguasa) maupun sumber dana(pengusaha,
lembaga luar) dan suber dukungan masa.
4. Reifikasi, adalah bagaimana partai mampu memberikan citra
kepublik yang mampu mengangkat nilai kesetiaan konstituen
dalam memberikan dukungannya.
 Menurut Basedau dan Stroth:
1. Pengangkaran partai dimasyarakat; menunjukan pada
sejauhmana partai memiliki akar yang stabil dalam
masyarakat.
2. Otonomi; menunjukan pada sejauh mana partai politik
independen dari individu dari dalam dan dari luar
partai
3. Organisasi; menunjukan pada sejauuh mana aparatus
organisasi partai hadir konsisten disemua level
organisasi dan bertindak dlam kerangka kepentingan
partai.
4. Koherensi; menunjukan sejauh mana perilaku partai
sebagai sebuah kesatuan organisasi dan sejauhmana
tingkat tertentu toleransi partai atas perselisihan dalam
partai.
Sekian, terimakasih

Anda mungkin juga menyukai