Anda di halaman 1dari 22

KOMUNITAS TUMBUHAN

Oleh:
Sucipto Hariyanto
• Suatu kajian dan pemahaman ekologi
tumbuhan belumlah lengkap tanpa
penelaahan mengenai kaidah atau asas-
asas yang mengatur bagaimana
komunitas tumbuh-tumbuhan berkembang
dalam skala waktu dan ruang (temporal &
spasial).
• Komunitas tumbuhan ?
Sekelompok tumbuh-tumbuhan yang
hidup di suatu habitat atau tempat.
• Dalam suatu masyarakat tumbuhan (vegetasi),
berbagai macam jenis tumbuh-tumbuhan yang
membentuk suatu komunitas di suatu habitat,
tidak saja berhubungan dan saling
mempengaruhi satu sama lain tetapi juga
menunjukkan berbagai penampilan sebagai
reaksi dan responnya terhadap habitat dan
lingkungan di sekelilingnya.
• Suatu komunitas tumbuhan yang merupakan
bagian dari masyarakat tumbuhan di suatu
daerah, sering dapat menunjukkan adanya
perubahan lingkungan yang terjadi yang
berlangsung dalam skala ruang dan waktu.
• Perubahan terdapat dalam bentuk
komposisi jenis, jarak tumbuh, tinggi
tumbuhan, bentuk tajuk atau perubahan
respon terhadap tumbuhan lain secara
musiman.
• Penampilan tumbuh-tumbuhan dalam
suatu komunitas pada umumnya
tergantung dari struktur komunitas dan
komposisi jenis tumbuhannya, misalnya
jenis-jenisnya, bentuk hidup (life form),
bagaimana cara tumbuh dan cara
reproduksinya.
• Suatu komunitas tumbuhan cenderung dapat
menunjukkan adanya deferensiasi secara
horizontal maupun vertikal di habitatnya.
• Beberapa sifat yang mendasar yang dimiliki
oleh suatu komunitas tumbuhan al.:
a) mempunyai ciri-ciri komposisi floristik
yang tetap;
b) Fisiognomi (struktur, tinggi, tajuk dan
penutupan) yang relatif seragam; dan
c) Mempunyai distribusi atau pola sebaran
yang khas sesuai dengan lingkungan dan
habitatnya.
• Pola distribusi di alam umumnya bersifat
acak.

Karakteristik Komunitas Tumbuhan


Komunitas tumbuhan pada umumnya
merupakan gabungan dari berbagai jenis
tumbuhan dengan pola penyebaran yang
saling tumpang tindih dan berinteraksi
satu sama lainnya.
• Macam-macam karakteristik suatu
komunitas tumbuhan:
- Komposisi jenis
- Fisiognomi
- Pola sebaran jenis
- Keanekaragaman jenis
- Daur hara
- Perubahan dan perkembangan dalam skala
ruang dan waktu
- Produktivitas setiap jenis
• Menurut Kusmana & Ismono (1995) yang perlu
dipelajari ttg karakteristik tumbuhan (Tumbuhan
berpembuluh di hutan) adalah:
- Perkembangan komunitas, yaitu sejarah pembentukan
dan evolusi suatu komunitas tumbuhan melalui tahap
suksesi
- Organisasi komunitas tumbuhan, yaitu struktur,
komposisi jenis dan organisasi tropik suatu komunitas
tumbuhan. Struktur komunitas terdiri atas:
(struktur vertikal (stratifikasi); struktur horizontal
(distribusi spasial jenis); dan kelimpahan (kerapatan,
biomasa dlsb).
-Fungsi komunitas, yaitu aliran energi, daur hara, pola
metabolisme (struktur/jenjang tropik dan piramida
ekologi), produktivitas seresah dan laju dekomposisi.
• Struktur komunitas
Adalah suatu deskripsi atau pertelaan tentang
masyarakat tumbuhan yang dapat memberikan
gambaran mengenai kondisi lingkungan dan
distribusi nutrien di habitatnya.(Shukla dan
Chandel, 1996)

Suatu pertelaan atau deskripsi tumbuhan


berdasarkan bentuk luar, stratifikasi vertikal dan
sebaran secara horizontal bentuk hidup, dan
ukuran/besar tumbuhan yang ada pada suatu
saat. (Kent & Coker, 1992).
1. Komposisi vegetasi
Adalah daftar jenis-jenis tumbuhan yang ada dalam
suatu komunitas di suatu daerah.
Data flora/vegetasi tersebut dinamakan data
floristik.
Data floristik berguna untuk mengetahui:
- keanekaragaman jenis; struktur setiap unit
vegetasi; pengelompokan secara kuantitatif seperti
spesies dominan, frekuensi dan daya adaptasi yang
luas; tahap suksesi; jenis-jenis yang jarang (dapat
digunakan sbg indikator habitat); kondisi
habitat/lingkungan.
Caranya membuat daftar nama semua jenis
tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut dan
menentukan kerapatan individu/tiap jenis tumbuhan
baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2. Kelimpahan
Bila jenis-jenis tumbuhan yang terdapat dalam
suatu komunitas telah diketahui maka deskripsi
struktur yang berhubungan dengan penilaian
kelimpahan secara nisbi dapat dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif.

a) Penilaian kelimpahan secara kualitatif


Caranya dengan memberi tanda misal:
r= rapat; s = sering; j = jarang; dan k= kadang-
kadang atau jarang sekali, kemudian hasil yang
diperoleh diberi peringkat menurut kelas tertentu
- dominan/melimpah – kelas 5
- rapat - kelas 4
- kerap/sering - kelas 3
- jarang - kelas 2
- kadang-kadang - kelas 1
Penilaian seperti ini cenderung memiliki
derajat kekeliruan yang besar
Berbagai metode telah dibuat, salah
satunya oleh Braun-Blanquet
Skala penutupan Braun-Blanquet sebagai berikut:
X = jarang atau sangat jarang terdapat,
penutupan kecil.
1 = banyak tetapi nilai penutupannya kecil
2 = banyak sekali, atau penutupannya paling
tidak 1/20 dari luas setempat.
3 = jumlahnya beberapa saja dan menutupi ¼ - ½
luas setempat
4 = Jumlah beberapa saja dan mempunyai
penutupan ½ - ¼ luas tempat
5 = menutupi lebih dari 3/4/ luas tempat
b) penilaian kelimpahan secara kuantitatif
dikembangkan untuk menghilangkan
pertimbangan pribadi. Metode ini
menggunakan penilaian kelimpahan
sebenarnya berdasarkan sejumlah sampel
dengan luas tertentu dari suatu komunitas
tumbuhan. Maka sampel sebaiknya
diambil secara acak atau sitematis.
Sampel dapat berbentuk kwadrat, segi
empat, lingkaran, garis lurus, atau titik,
tergantung metode yang digunakan.
• Menurut Smeins & Slack (1982) terdapat 2
metode untuk menentukan kelimpahan,
yaitu metode plot atau luas area (Kuadrat
dan transek) dan metode tanpa plot (titik
dan jarak/kuarter.
• Terdapat 3 parameter yang digunakan
untuk menentukan kelimpahan
masyarakat tumbuhan secara kuantitatif
(secara mutlak/nisbi), yi.:
- Frekuensi
- Kerapatan
- Penutupan tajuk
1. Frekuensi
Adalah derajat penyebaran suatu jenis
tumbuhan di dalam komunitas yang
dinyatakan dengan perbandingan antara
banyaknya unit sampel yang mengandung
suatu jenis tumbuhan terhadap jumlah seluruh
sampel.

Parameter frekuensi yang paling efektif adalah


satu unit sampel (kwadrat) dibagi dalam 10 x
10 unit, dan kehadiran/ketidakhadiran dicatat
didalam 100 buah sub unit sampel dan
kemudian diberi suatu skala penilaian (score)
• Frekuensi relatif adalah persentase suatu
jenis tumbuhan terhadap jumlah frekwensi
semua jenis.
• Pada tahun 1928 Raunkier telah menyusun
kelas frekuensi jenis-jenis tumbuhan
berdasarkan frekuensi kehadiran dalam lima
kelas, yaitu:
Kelas A : jenis tumbuhan dengan frekuensi 1–20%
Kelas B : jenis tumbuhan dengan frekuensi 21-40%
Kelas C : jenis tumbuhan dengan frekuensi 41-60%
Kelas D : jenis tumbuhan dengan frekuensi 61-80%
Kelas E : jenis tumbuhan dengan frekuensi 81-100%
• Dari kelas frekuensi Raunkier telah menyusun
Hukum Frekuensi Raunkier
A>B>C=D<E
Yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi
suatu masyarakat tumbuhan di suatu habitat.

Jika kelas frekuensinya A > B > C = D < E


Maka persentase frekuensi komunitas tumbuhan
tersebut distribusinya normal bersifat homogen
dan persebarannya merata
Tetapi jika:
1. E > D : komunitas tumbuhannya bersifat
homogen dan tersebar secara acak
2. E < D : kondisi komunitas tumbuhannya dalam
keadaan terganggu
Penentuan frekuensi sering digunakan untuk
menunjukkan pengaruh berbagai perlakuan
seperti perumputan/ penggembalaan (grazing)
atau untuk pengelolaan berbagai jenis hewan
di padang rumput untuk membandingkan
berbagai jenis vegetasi/rerumputan yang
disukai herbivora, mengkaji peran mikro-
topografi untuk mengetahui keragaman dan
penutupan tumbuhan yang berbeda-beda
dalam skala ruang dan waktu
b. Kerapatan
Adalah jumlah individu per satuan luas
(unit area).
Satuannya:
individu/m2(untuk tumbuhan bawah)
Individu/ha (pohon)
Kerapatan relatif suatu jenis adalah
persentase kerapatan suatu jenis terhadap
jumlah kerapatan semua jenis
c. Penutupan tajuk
Adalah proyeksi vertikal tajuk terhadap
permukaan tanah, atau bagian permukaan
tanah yang secara tegak lurus dirimbuni oleh
tajuk tumbuhan dari suatu jenis tumbuhan
tertentu.
Terdapat dua jenis parameter penutupan tajuk,
yi.: nilai penutupan tajuk (canopy level) dan
pengukuran luas bidang dasar /basal area
(basal region)
penutupan tajuk atau basal area adalah cm2/m2
atau cm2/ha
• Untuk pohon, pengukuran basal area
adalah luas lingkaran batang pohon, yang
diukur pada ketinggian batang setinggi
dada sekitar 150 cm (4,5 feet).
• Pada komunitas tumbuhan yang berupa
rerumputan, semak perdu atau anakan
pohon, penentuan nilai penutupan tajuk
dapat menggunakan kelas penutupan
tajuk untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap penerimaan cahaya matahari
bagi tumbuhan di bawahnya.

Anda mungkin juga menyukai