Anda di halaman 1dari 100

Tinjauan Teoritis Perencanaan

Masterplan Kawasan Industri


Pertemuan Teknis Perumusan Kebijakan Pengembangan
Industri Melalui Policy Advisory Unit
Kementerian Perindustrian, 25 Agustus 2015
J O H N N Y PAT TA
J PAT TA @ P L . I T B . A C . I D | J O H N N Y. PAT TA @ G M A I L . C O M + 6 2 8 1 5 6 2 6 2 1 0 9
D O S E N P R O G R A M S T U D I P E R E N C A N A A N W I L AYA H D A N K O TA
S E KO L A H A RS I T E K T U R , P E R E N C A N A A N , D A N P E N G E M B A N G A N K E B I J A K A N ( S A P P K )
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (ITB)

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 1


OUTLINE

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 2


Landasan Teori

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 3


Peran Kegiatan Industri terhadap
Pengembangan Wilayah
Sektor industri merupakan sektor dominan yang menopang
perekonomian Indosnesia karena tidak hanya menciptakan nilai
tambah sumber daya lokal tetapi juga mampu menyerap tenaga
kerja dalam jumlah besar

Tantangan utama pengembangan sektor industri nasional dalam


menghadapi perdagangan bebas adalah peningkatan daya saing
produk industri nasional

Pengembangan indsutri tidak cukup denganpendekatan sektoral.


Industri dalam pengembangan wilayah berperan dalam
menciptakan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan
mendorong pemerataan pertumbuhan

Pengembangan Pusat Pertumbuhan Industri merupakan salah


satu strategi dalam mendosorong pertumbuhan sektor indsutri
dengan pendekatan wilayah

Pengembnagan Kawasan Industri yang berbasisi klaster


diperlukan tidak hanya untuk menumbuhkan sektor industri,
tetai harus menciptakan keterkaitan dengan sumber daya lokal

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 4


Peran Kegiatan Industri terhadap
Pengembangan Wilayah
• Dalam konteks pengembangan wilayah, Industri tidak hanya berperan
dalam upaya menggabungkan atau mengolah bahan-bahan dari
sumber daya lingkungan menjadi barang yang bermanfaat, tetapi juga
berperan dalam pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan
mendorong pemerataan pertumbuhan serta mengurangi disparitas
regional.
• Menurut Yeates dan Gardner (1991): “Kegiatan industri adalah salah
satu faktor penting dalam mekanisme perkembangan dan
pertumbuhan wilayah”
• Sementara menurut Rostow (dalam Jhingan, 1990): “Tahap tinggal
landas dalam pembangunan ekonomi ditandai oleh pertumbuhan yang
pesat pada satu atau beberapa sektor indsutri”

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 5


Peran Kegiatan Industri terhadap
Pengembangan Wilayah
• Industri memiliki peran sebagai Sektor Pemimpin (Leading Sector):
Pembangunan indsutri dapat memacu pembangunan sektor-sektor
lainnya (seperti sektor perdagangan, pertanian, jasa)

Meluasnya peluang Meningkatkan


Mendukung
Pembangunan pekerjaan dan pendapatan dan
Perkembangan sektor
Industri kualitas sumber daya permintaan
lainnya
manusia masyarakat (daya beli)

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 6


Teori Pembangunan Pusat
Pertumbuhan Industri
• Pengembangan pusat pertumbuhan indsutri dapat menjadi penggerak
aktivitas perekonomian jika mampu menimbulkan keterkaitan rantai
nilai kegiatan ekonomi disekitarnya.
• Teori kutub pertumbuhan (Perroux, 1970): “Pertumbuhan terjadi di
sembarang tempat dan tidak terjadi secara serentak. Pertumbuhan
terjadi pada kutub-kutub perkembangan (key industry) dengan
intensitas yang berubah-ubah dan menyebar terhadap keseluruhan
perekonomian (linked industry)”
• Oleh karena itu, adanya aglomerasi ekonomi di dekat kutub
pertumbuhan dapat menyebabkan pembangunan daerah menjadi
tidak seimbang (unbalanced growth) atau pemusatan industri akan
menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah, sehingga
perkembangan industri di daerah tersebut akan mempengaruhi
perkembangan daerah lainnya.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 7


Teori Pembangunan Pusat
Pertumbuhan Industri
• Berdasarkan Teori Kutub Pertumbuhan, pembangunan dapat dimulai pada
beberapa sektor dinamis, yang mampu memberikan output rasio yang tinggi
pada wilayah tertentu, yang dapat memberikan dampak yang luas (spread
effect) dan dampak ganda (multiplier effect).

• Namun, kedua dampak


tersebut tidak akan terjadi
apabila aktivitas industri
tidak mempunyai hubungan
dengan basis sumber daya di
wilayah hinterland dalam
keseluruhan rantai produksi.
Akibat, terjadi disparitas dan
peningkatan kemiskinan.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 8


Teori Pembangunan Pusat
Pertumbuhan Industri
• Teori pusat pertumbuhan juga berhubungan dengan efek aglomerasi. Menurut
Marshall (1920), adanya aglomerasi industri yang mempunyai kesamaan dan
keterkaitan aktivitas mampu membatasi eksternalitas ekonomi yang dihasilkan
dan akan mengurangi/menurunkan biaya produksi perusahaan.
• Artinya bahwa pembangunan pusat pertumbuhan industri memiliki potensi
besar dalam pemerataan perekonomian di wilayah sekitar, peluang penyerapan
tenaga kerja yang lebih besar, kemudahan dalam modal, akses kepada supplier,
dan input pelayanan khusus serta terjadinya transfer informasi dan ilmu
pengetahuan

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 9


TEORI LOKASI INDUSTRI (Alfred Weber, 1909)
• Pemilihan lokasi industri didasarkan pada prinsip minimalisasi biaya. Lokasi
setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja
dimana penjumlahan keduanya harus minimum.
• 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi lokasi industri:
• Biaya transportasi,
• Upah tenaga kerja, dan
• Dampak aglomerasi dan deaglomerasi
• Biaya transportasi tergantung pada bobot barang yang dipindahkan dan jarak
antara asal sumber daya dan industri, sehingga titik terendah biaya transportasi
menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan bakar dan distribusi hasil
produksi.
• Biaya transportasi akan bertambah secara proporsional dengan jarak. Titik terendah
biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya minimum untuk angkutan
bahan baku (input) dan distribusi hasil produksi.
• Industri yang market-oriented akan menentukan lokasi yang memudahkan industri
tersebut memasarkan produk mereka, sedangkan industri yang ingin
meminimalisasi biaya transport ke raw materials akan berlokasi dekat dengan
sumber bahan baku.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 10


Faktor-faktor yang mempengaruhi
lokasi Industri
FAKTOR REFERENSI LITERATUR
Transportasi Fasilitas perpipaan, Fasilitas Highway, Fasilitas Rel, Hoover, 1937; Losch, 1954, 1962;
Trasportasi Air. Biaya pengepakan dari Raw Material. Alexander et al, 1959; Beckmann, 1968;
Biaya transportasi barang jadi. Ketersediaan fasilitas Moses, 1972
penyimpanan
Tenaga Kerja Tenaga kerja murah. Tenaga kerja terampil. Upah rata- Greenhut, 1956; McMillan, 1965;
rata. Tingkat pendidikan tenaga kerja. Stabilitas Townroe, 1969; Olson, 1971, Friedman,
tenaga kerja 1977
Raw Ketersediaan raw material. Kedekatan dengan raw Weber, 1929; Greenhut, 1956;
Material material. Lokasi supplier. Biaya pengangkutan McMillan, 1965; Miller, 1977
Pasar Eksisting konsumen dan produsen pasar. Potensial Fetter, 1925; Hotteling, 1929; Hoover,
konsumer pasar. Biaya pengangkutan ke area pasar. 948; Losch, 1954; Greenhut, 1956
Tingkat kompetisi. Karakteristik konsumen.
Kesempatan perluasan usaha. Ukuran pasar.
Sisi Industri Aksesibilitas lahan. Biaya lahan industri. Ruang untuk Hoover, 1948; Greenhut, 1956; Eversley,
perluasan usaha. Kedekatan dengan industri lainnya. 1956; McMillan, 1965; Smith, 1966

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 11


Penetuan Lokasi Industri
• Pemilihan lokasi industri didasarkan pada prinsip minimalisasi biaya.
• Industri akan berlokasi di tempat dimana biaya transportasi bahan baku
dan produk akhir tersebut minimum.
• Raw material oriented industry akan berlokasi di tempat yang dekat dengan
sumber bahan baku.
• Market oriented industry akan berlokasi di tempat yang dekat dengan pasar.

Raw material oriented industry Market oriented industry


• Penentuan lokasi bergantung pada kedekatan • Penentuan lokasi didasarkan pada
dengan BAHAN BAKU. kedekatannya dengan PASAR.
• Pertimbangan: • Pertimbangan:
• Volume bahan mentah yang berat atau besar • Kualitas barang hasil industri dipengaruhi
• mempengaruhi besarnya biaya transportasi oleh mutu, model, keawetan.
• Kondisi bahan mentah yang cepat rusak • Produk akhir merupakan barang yang mudah
• Contoh Industri: rusak atau tidak dapat bertahan lama
• Industri pengolahan tembaga • Contoh industri:
• Industri kayu • Industri ikan segar
• Industri pengolahan kelapa sawit • Industri makanan basah

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 12


Keuntungan Aglomerasi
• Berdasarkan prinsip efisiensi, industri memiliki kecenderungan akan menentukan
lokasinya berdekatan dengan industri sejenis lainnya karena adanya keuntungan
aglomerasi.
• Keuntungan aglomerasi bagi perusahaan/industri (Marshall, 1920) adalah sebagai
berikut:
• Akses yang lebih baik terhadap tenaga kerja dengan keahlian tertentu (labor market pooling);
• Akses terhadap spesialized suppliers (shared inputs);
• Adanya potensi penyebaran informasi antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya
(knowledge spillover from competing firms).

• Penelitian yang berjudul Agglomeration Economies in Manufacturing Industries : The


Case of Spain (Alonso-Villar et al, 2004) juga membuktikan bahwa akses terhadap labour
market, informational spillovers, & producer services location penting dalam
menentukan terbentuknya aglomerasi industri.
• Studi tersebut dilakukan untuk menganalisis tingkat konsentrasi geografis industri di
Spanyol pada tahun 1993-1996 dan menelaah aglomerasi ekonomi yang mendorong
terjadinya aglomerasi tersebut.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 13


Perwilayahan Industri berdasarkan Jenis
Industri dan Keuntungan Aglomerasi
• Studi yang dilakukan oleh Alonso-Villar et al (2004) dalam studi kasus di
Spanyol, menghasilkan temuan bahwa jenis industri dengan tingkat
konsentrasi geografis yang sangat tinggi adalah sebagai berikut:
• Industri pertambagan dan industri ekstraktif, beraglomerasi karena adanya
keuntungan berupa akses ke raw materials;
• Industri tradisional seperti industri tekstil dan kulit, beraglomerasi karena adanya
keuntungan berupa akses terhadap knowledge spillovers dan spesialized labour;
• Industri teknologi tinggi seperti industri komputer dan perlengkapannya, alat
medis, elektronik, kimia, serta percetakan dan desain grafis; juga beraglomerasi
karena adanya keuntungan berupa akses terhadap knowledge spillovers dan
spesialized labour.
• Dalam hal ini, keuntungan aglomerasi industri tidak hanya berdasarkan
kedekatan dengan sumber bahan baku dan kondisi infrastruktur, tetapi juga
akses terhadap spesialized skilled labour merupakan faktor penting baik
untuk industri tradisional maupun industri dengan teknologi tinggi.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 14


Perwilayahan Industri
• Perwilayahan industri merupakan proses delineasi wilayah industri yang dilakukan berdasarkan
multi kriteria yang diturunkan dari konsep perwilayahan industri.

• Hasil perwilayahan industri adalah wilayah industri yang terbentuk/dibentuk berdasarkan satu set
kriteria tertentu yang mencakup kriteria lokasi dan kriteria spesifik lainnya.

• Sebagai contoh, berikut adalah konsep perwilayahan perkotaan atau urban dibandingkan dengan
perwilayahan pertanian atau rural.
• Wilayah perkotaan atau urban area adalah wilayah berkarakteristik kota yang terbentuk karena aglomerasi
ekonomi, aglomerasi penduduk yang beraktifitas ekonomi non pertanian, dan aglomerasi lahan terbangun.
• Wilayah perdesaan adalah wilayah berkarakteristik desa berbasis non industri yang umumnya adalah pertanian.
Wilayah perkotaan terbentuk karena adanya keuntungan aglomerasi dan bersifat fenomena bukan direncanakan
menjadi urban area.
• Jadi, dalam kasus ini, kriteria aglomerasi ekonomi, aglomerasi penduduk yang beraktifitas ekonomi non
pertanian, dan aglomerasi lahan terbangun digunakan sebagai tiga kriteria untuk mendelineasi wilayah
perkotaan.

• Aglomerasi ekonomi ini bisa berbasis industri, sehingga fenomena aglomerasi industri terjadi karena
keuntungan-keuntungan aglomerasi seperti biaya transport yang lebih rendah, linkage industri, input,
intermediate input, output industri yang menjadi input industri lainnya, keahlian tenaga kerja,
teknologi, dsb.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 15


Perwilayahan Industri
Perwilayahan industri dapat terbentuk secara aktif
dan dapat dibentuk secara pasif.

Perwilayahan industri secara aktif Perwilayahan industri secara pasif


terbentuk karena pelaku industri dibentuk berdasarkan rencana
berkonsentrasi di suatu wilayah guna lahan (land use planning)
akibat adanya keuntungan sebagai bagian dari
aglomerasi. pengembangan wilayah.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 16


Perwilayahan Industri secara Pasif
• Perwilayahan industri dapat dibentuk berdasarkan rencana penggunaan
lahan (land use planning) sebagai bagian dari pengembangan wilayah.
• Kebijakan perwilayahan industri merupakan bentuk intervensi Pemerintah
dalam mendukung tercapainya efisiensi alokasi sumberdaya (efficient
resource allocation) secara ekonomi dalam kegiatan industri.
• Proses delineasi wilayah industri dapat dilakukan berdasarkan satu set
kriteria tertentu.
• Terdapat beberapa contoh kriteria penentuan kawasan industri di
beberapa negara seperti:
• Barcelona Industrial Zones di Spanyol;
• Seattle Industrial Zones di Amerika Serikat;
• Chhattisgarh Industrial Zones di India.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 17


Contoh Kriteria Penentuan Barcelona
Industrial Zones di Spanyol
FISIK SUMBER DAYA MANUSIA DAN EKONOMI
Raw Materials: Industri harus dekat Labour: Tenaga kerja yang besar dan murah dibutuhkan untuk labour-intensive
dengan bahan baku apabila berat dan manufacturing industries. Sementara itu, untuk high-tech industries harus
sangat besar untuk diangkut berlokasi dimana tenaga kerja dengan keterampilan yang dibutuhkan tersedia

Energy: Ketersediaan Supply Energi Market: Lokasi industri harus mudah mengakses pasar sebagai tempat
distribusi produk industri, terutama untuk industri yang:
• Memproduksi produk yang besar dan berat sehingga sangat mahal untuk
diangkut;
• Memproduksi produk yang mudah busuk atau yang mudah pecah;
• Menyediakan jasa ke masyarakat
Namun, kedekatan kawasan industri dengan pasar tidak terlalu penting bagi
industri jenis lain seperti high-tech industries dimana produknya ringan dan
murah untuk diangkut
Site dan Land: Sebagian besar industri Ketersediaan sarana transportasi dan kemudahan akses
membutuhkan area yang luas dengan
topografi relatif datar untuk
membangun pabrik-pabriknya
Ketersediaan sumber daya modal

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 18


Contoh Kriteria Penentuan Seattle
Industrial Zones di Amerika Serikat
• Industrial zones dibangun untuk mendukung aktivitas industri eksisting dan
menyediakan pengembangan industri baru serta meningkatkan
kesempatan kerja;
• Area industri harus memiliki layanan yang baik terutama jalan, rel, fasilitas
pelabuhan;
• Relatif terisolasi dari zona perumahan baik dari sisi jarak maupun batasan
fisik lainnya;
• Memiliki infrastruktur (jalan, air, pengolahan limbah, listrik, dll) yang
memadai, atau dapat ditingkatkan dengan biaya yang terjangkau;
• Area industri harus mampu menyediakan kesempatan yang lebih besar
dalam pengembangan ekonomi, seperti perluasan bisnis, meningkatkan
kesempatan kerja, dll
• Pola pengembangan wilayah eksisting harus dipertimbangkan, seperti
kawasan komersial, perumahan, industri, dan guna lahan campuran yang
sudah berkembang. Harus ada suatu area yang berpotensi untuk
dikembangkan menjadi kawasan industri.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 19


Contoh Kriteria Penentuan Chhattisgarh
Industrial Zones di India
• Kriteria utama yang sebaiknya dipertimbangkan ketika menentukan areal industri:
• Natural competitive advantage dari wilayah tersebut yang menentukan tipe industri
yang akan dibangun;
• Moda dan jaringan transportasi eksisting di wilayah tersebut seperti akses terhadap
bandara, terminal, stasiun, dan jaringan jalan baik dari sumber bahan baku maupun
dari end-use market;
• institusi penelitian teknologi dan fasilitas pelatihan seperti perguruan tinggi dan
lembaga penelitian;
• Adanya insentif fiskal;
• Competitive advantage dari wilayah tersebut yang dapat dilihat dari:
• Karakteristik sosial-ekonomi yang unik seperti budaya, keahlian penduduk lokal;
• Kedekatan dengan pasar utama;
• Kedekatan dengan industri hilir;
• Kedekatan dengan sumber bahan baku utamanya; dan
• Keterhubungan dengan wilayah lainnya.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 20


Perwilayahan Industri secara Pasif
• Perwilayahan industri terbentuk karena pelaku industri berkonsentrasi di suatu
wilayah akibat adanya KEUNTUNGAN AGLOMERASI.
• Keuntungan Aglomerasi tersebut terjadi akibat adanya keunggulan komparatif
(comparative advantage) yang dimiliki suatu wilayah.
• Keunggulan komparatif yang dimaksud adalah faktor produksi yang diantaranya:
• Tenaga kerja (labor)
• Bahan baku (raw materials)
• Lahan
• Perwilayahan industri yang terbentuk secara pasif (tidak direncanakan) sangat
bergantung pada karakteristik daerah yang dapat dilihat dari keunggulan
komparatif di wilayah tersebut.

Beberapa Jenis Perwilayahan Industri yang terbentuk


secara PASIF

Industry Cluster Industry Cluster


Creative Industry
(One Region) (Interregional)

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 21


PERWILAYAHAN INDUSTRI YANG
BERLOKASI DI SATU REGION
• Industri yang beraglomerasi di suatu
wilayah dan memiliki keterkaitan
input-output antarsatu industri
dengan industri lainnya.
• Misalnya: Klaster industri hilir (produk-
produk turunan) kelapa sawit yang
berlokasi di wilayah yang dekat sumber
bahan baku.
• Pada umumnya, skilled labour dan raw
material dapat disediakan di wilayah
tersebut.
• Aglomerasi industri yang berkaitan
satu sama lain dapat meminimalkan
biaya transportasi dalam proses
produksi.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 22


PERWILAYAHAN INDUSTRI YANG BERSIFAT
INTERREGIONAL
• Perwilayahan Industri didasarkan pada keterkaitan antara input-output
(berdasarkan rantai nilai produksi (supply chain)) yang tidak berlokasi
di satu wilayah.
• Bersifat Interregional Tidak berada dalam satu region
• Perwilayahan industri yang bersifat interregional, terdiri dari dua jenis
yaitu: (a) masih dalam satu negara; (b) antarnegara.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 23


PERWILAYAHAN CREATIVE INDUSTRIES
• Aglomerasi industri yang kegiatan ekonominya fokus pada penciptaan
produk dari proses pengolahan pengetahuan dan informasi.
• Creative industries mencakup diantaranya industri seni dan kerajinan,
desain, fashion, film, musik, software, games.
• Pada umumnya, aglomerasi creative industries disebabkan oleh faktor
skilled labour yang memiliki keahlian dan keterampilan tertentu.
• Perwilayahan industri jenis ini pada umumnya tidak
mempertimbangkan lokasi sumber bahan baku yang digunakan.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 24


PERWILAYAHAN INDUSTRI YANG
TERBENTUK SECARA AKTIF
• Perwilayahan industri dapat direncanakan dan didesain untuk
meminimalkan biaya produksi.
• Pada umumnya, perwilayahan industri yang didesain ini tidak
mempertimbangkan comparative advantage yang berupa raw materials.
• Pemilihan lokasi perwilayahan industri yang didesain pada umumnya
mempertimbangkan faktor AKSESIBILITAS.
• Akses ke Pelabuhan Laut;
• Akses ke jalan raya;
• Akses ke lokasi raw materials.
• Kelengkapan infrastruktur regional menjadi pertimbangan utama dalam
pemilihan site kawasan industri.
• Perwilayahan industri ini direncanakan untuk maksud tertentu,
diantaranya:
• Memudahkan akses barang ke pelabuhan;
• Output yang dihasilkan oleh industri tersebut merupakan barang yang sensitif
sehingga tidak bisa diangkut dalam waktu yang lama

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 25


KESIMPULAN
• Perwilayahan industri memberikan keuntungan aglomerasi, diantaranya:
• akses yang lebih baik terhadap tenaga kerja dengan keahlian tertentu (labor
market pooling);
• akses terhadap spesialized suppliers (shared inputs);
• adanya potensi penyebaran informasi antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya (knowledge spillover from competing firms).
• Perwilayahan industri memiliki jenis yang beragam.
• Perwilayahan industri yang terbentuk secara pasif (tidak direncanakan) sangat
bergantung pada karakteristik daerah, yang terlihat dari comparative
advantage.
• Comparative advantage yang memberikan pengaruh kuat terhadap perwilayahan industri,
diantaranya:
• Raw materials aglomerasi kegiatan industri yang memiliki keterkaitan input-output
• Skilled labor aglomerasi creative industry
• Perwilayahan industri yang dibentuk secara aktif (direncanakan) sangat
mempertimbangkan faktor aksesibilitas, sehingga kelengkapan infrastruktur
transportasi regional menjadi faktor utama dalam pemilihan lokasi.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 26


TINJAUAN AKADEMIS UU NO. 3 TAHUN
2014 PP NO 14 TAHUN 2015 UNTUK
MENYUSUN RPP PI YANG OPERASIONAL

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 27


TINJAUAN UU NO. 3 TAHUN 2014
Tentang Perindustrian
• Pembangunan nasional di bidang ekonomi = AGREGAT = GDP = C + I + G
+ (X-M) dilaksanakan dengan struktur ekonomi yang kukuh artinya
bertumpu pada:
• I investasi yang menghasilkan produksi dengan nilai tambah yang sebesar-
besarnya
• X ekspor yang sebesar-besarnya sedangkan impor yang sekecil-kecilnya
• G yang memfasilitasi swasta untuk mengambil peran semua jenis produksi
sebesar-besarnya dengan perbandingan G < 30%, PRIVATE > 70%

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 28


INVESTASI YANG MENGHASILKAN PRODUKSI DENGAN
NILAI TAMBAH YANG SEBESAR-BESARNYA
• Dilaksanakan melalui PEMBANGUNAN INDUSTRI sebagai penggerak
ekonomi secara keseluruhan, artinya menjadikan Indonesia sebagai
negara industri bukan negara agraris lagi.
• Pembangunan industri sebagai penggerak C, I, G, X-M yang didukung
oleh kekuatan (keberadaan kuantitas Sumberdaya sebagai faktor
produksi yang banyak dibandingkan dengan di tempat lain dalam
konteks comparative advantage) dan kemampuan Sumberdaya yang
tangguh (kualitas pengolah faktor froduksinya untuk menghasilkan nilai
tambah yang sangat baik dalam konteks competitive advantage).

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 29


Pembangunan Industri yang maju
• Diwujudkan melalui penguatan stuktur industri yang mandiri (land
labor capital serta input resources punya sendiri serta proses
produksinya bisa dilakukan sendiri), sehat (sustain dan profitable), dan
berdaya saing (lebih COMPETITIVE dibandingkan dengan ditempat
lain),
• Diwujudkan dengan mendayagunakan sumberdaya secara optimal dan
efisien (karena sumberdaya terbatas harus digunakan efisien =
engineering efficiency),
• Diwujudkan untuk mendorong perkembangan industri ke seluruh
wilayah Indonesia (konsep pemerataan pembangunan = berlawanan
dengan konsep daya saing)

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 30


Pembangunan Industri yang maju
• Diwujudkan dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional (kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional bersifat
agregat ditunjukan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang terus
tinggi dan stabil) yang berlandaskan pada kerakyatan (sistem produksi
dan kepemilikan yang tidak terpisah seperti prinsip sosialisme atau
sistem produksi dan kepemilikan terpisah seperti prinsip kapitalisme),
keadilan (prinsip equal opportunity vs equal outcome), dan nilai-nilai
luhur budaya bangsa (prinsip-prinsip sebelumnya ditambah prinsip
sustainaibility)
• Diwujudkan dengan mengutamakan kepentingan nasional
(nasionalisme dengan pemahaman bounded rationality).

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 31


ASAS PERINDUSTRIAN
• Kepentingan nasional (kepentingan secara agregat = mementingkan
secara nasional lebih competitive dibandingkan dengan negara lain)
• Demokrasi ekonomi (asas kebebasan ekonomi pasar)
• Kepastian berusaha (peraturan perundangan lama yg digunakan usaha
industri tetap berlaku sampai waktu perijinan habis , tidak boleh
diintervensi oleh peraturan perundangan baru yang bertentangan
secara fundamental dengan peraturan perundangan lama.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 32


ASAS PERINDUSTRIAN
• Pemerataan persebaran (untuk maksud regional development untuk
mengurangi ketimpangan pembangunan antar daerah)
• Persaingan usaha yang sehat (tidak boleh monopoli atau monopsoni,
tidak boleh ada diskriminasi, adil equal opportunity)
• Keterkaitan industri (output suatu industri bisa menjadi input bagi
industri lain).

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 33


Perubahan Yang Sangat Berpengaruh
Setelah Reformasi 1998
Implikasi hasil amandemen UUD NRI 1945:
• Pasal 18: Pemerintah daerah bukan lagi sebagai kepanjangan tangan
pemerintah pusat melainkan untuk merepresentasikan keinginan
warganya. Tidak ada lagi hirarki pemerintah pusat – pemerintah
provinsi – pemerintah kota/kabupaten. Gubernur, Walikota, Bupati,
dan anggota DPRDnya masing-masing dipilih secara langsung untuk
merepresentasikan keinginan warganya (voters vs janji kampanye),
bukan untuk memenuhi keinginan pemerintah provinsi atau
pemerintah pusat.
• Pasal 28 h ayat 4: Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi
dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara
sewenangwenang oleh siapa pun. **)

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 34


Perubahan Yang Sangat Berpengaruh
Setelah Reformasi 1998
Pasal 28 I ayat 2: Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. **)

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 35


PERWILAYAHAN INDUSTRI
Pasal 14
• Pemerintah dan atau pemerintah daerah melakukan percepatan
penyebaran dan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui perwilayahan industri.
Usaha ini diartikan untuk mengurangi ketimpangan pembangunan
industri antar wilayah. Secara spasial percepatan penyebaran dan
pemerataan ini dimaksudkan sebagai bagian dari rencana
pembangungan daerah (regional development plan).

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 36


PERWILAYAHAN INDUSTRI
Dilakukan dengan paling sedikit memperhatikan:
• RTRW (seharusnya sudah mempertimbangkan hal-hal seperti
disebutkan dibawah)
• Pendayagunaan potensi sumber daya wilayah secara nasional
• Peningkatan daya saing industri berlandaskan keunggulan sumber daya
yang dimiliki daerah (regional advantage)
• Peningkatan nilai tambah sepanjang rantai nilai (multiplier effects,
forward and backward linkages)

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 37


PERWILAYAHAN INDUSTRI
Dilaksanakan melalui:
• Pengembangan wilayah pusat pertumbuhan industri
• Pengembangan kawasan peruntukan industri
• Pembangunan Kawasan Industri, dan
• Pengembangan sentra industri kecil dan menengah

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 38


PP NO 14 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA
INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL
2015 - 2035
Perlu klarifikasi yang dimaksud dengan RIPIN:
• RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI secara NASIONAL yaitu
melihat apa yang perlu dilakukan dengan pembangunan industri dilihat
secara (dengan kacamata) nasional.
atau
• RENCANA INDUK PEMBANGUNAN….. INDUSTRI NASIONAL yaitu
melihat apa hal-hal besar pembangunan yang perlu dilakukan untuk
industri (berskala) nasional.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 39


PEMBAGIAN WILAYAH INDUSTRI DALAM RIPIN
Konteks Sektoral
Contoh: Peta sebaran wilayah industri sektor X dan turunannya

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 40


PEMBAGIAN WILAYAH INDUSTRI
Konteks Linkage Industri
Contoh: Peta sebaran wilayah industri sektor X dan linkage-nya dengan
industri Y

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 41


PERWILAYAHAN INDUSTRI dalam
RIPIN
A. Tujuan dan Sasaran Perwilayahan Industri
• Pengembangan perwilayahan industri dilaksanakan dalam rangka
percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
• Sasaran pengembangan perwilayahan industri pada tahun 2035 sebagai
berikut:
• Peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan non-migas luar Jawa
dibanding Jawa dari 27,22% : 72,78 % pada tahun 2013 menjadi 40% : 60% pada
tahun 2035;
• Peningkatan kontribusi investasi sektor industri pengolahan nonmigas di luar
Jawa terhadap total investasi sektor industri pengolahan non migas nasional;
• Penumbuhan kawasan industri sebanyak 36 kawasan yang memerlukan
ketersediaan lahan sekitar 50.000 Ha yang diprioritaskan berada di luar Jawa
sampai dengan tahun 2035; dan
• Pembangunan Sentra IKM baru, sehingga setiap kabupaten/kota mempunyai
minimal satu Sentra IKM.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 42


PERWILAYAHAN INDUSTRI dalam
RIPIN
Lingkup Perwilayahan Industri
• Dalam rangka percepatan penyebaran dan pemerataan pembangunan
industri ke seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
dalam rangka memudahkan sinergi dan koordinasi dalam
pembangunan industri di daerah, maka secara administratif wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi ke dalam 10 (sepuluh)
Wilayah Pengembangan Industri (WPI).
• WPI ditentukan berdasarkan keterkaitan ke belakang (backward) dan
keterkaitan ke depan (forward) sumberdaya dan fasilitas
pendukungnya, serta memperhatikan jangkauan pengaruh kegiatan
pembangunan industri.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 43


PERWILAYAHAN INDUSTRI dalam
RIPIN
Sesuai dengan amanat Pasal 14 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014
tentang Perindustrian, maka selanjutnya perwilayahan industri dilakukan
melalui:
1.Pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri,
2.Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri,
3.Pembangunan Kawasan Industri, dan
4.Pengembangan Sentra Industri Kecil dan
5.Industri Menengah.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 44


PERWILAYAHAN INDUSTRI
dalam RIPIN
Pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri Wilayah Pusat Pertumbuhan
Industri (WPPI) berperan sebagai penggerak utama (prime mover) ekonomi dalam
WPI. WPPI disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a) potensi sumber daya alam (agro, mineral, migas);
b) ketersediaan infrastruktur transportasi;
c) kebijakan affirmatif untuk pengembangan industri ke luar Pulau Jawa;
d) penguatan dan pendalaman rantai nilai;
e) kualitas dan kuantitas SDM;
f) memiliki potensi energi berbasis sumber daya alam (batubara, panas bumi, air);
g) memiliki potensi sumber daya air industri;
h) memiliki potensi dalam perwujudan industri hijau; dan
i) kesiapan jaringan pemanfaatan teknologi dan inovasi.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 45


PERWILAYAHAN INDUSTRI
dalam RIPIN
Disamping kriteria umum di atas, daerah yang sudah memiliki pusat-
pusat pertumbuhan industri berupa kawasan industri dan yang
mempunyai rencana pengembangan kawasan industri yang telah
didukung oleh industri pendorong utama (anchor industry) dapat
langsung ditetapkan sebagai WPPI.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 46


Model-Model
Kawasan Industri

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 47


TIPOLOGI PERWILAYAHAN INDUSTRI
1. Marshallian & Itallianate District 3. Satellite Platform District

2. Hub-and-Spoke District 4. State-Anchored District

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 48


1. Marshallian and Itallianate District
• Struktur Bisnis: didominasi oleh usaha kecil dan
menengah, dimiliki oleh penduduk lokal
• Skala ekonomi: kecil
• Hubungan/keterkaitan dengan perusahaan di
luar kawasan: relatif lemah (konsep Marshallian),
namun dalam konsep Itallianate sudah terjalin
kerjasama antar perusahaan
• Pasar tenaga kerja: pergantian (turnover) yang
cukup tinggi, berpindah dari satu usaha ke usaha
lain
• Lembaga keuangan, Tenaga ahli teknis, jasa
Dinamika jangka panjang: aglomerasi
bisnis: tersedia di dalam kawasan yang
ekonomi tetap bertahan dan tidak direplikasi
diperuntukan untuk usaha kecil dan menengah
oleh daerah lain, kawasan industri dengan
• Peran pemerintah lokal: cukup kuat dalam
konsep Marshallian dan Italianate tetap
mengatur dan mempromosikan industri inti
memiliki prospek pertumbuhan dan
pembangunan dalam jangka panjang.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 49


1. Marshallian and Itallianate District
• Kawasan industri dengan pola ini cocok diterapkan untuk
mengembangkan ekonomi lokal yang melibatkan penduduk asli dalam
kegiatan ekonomi.
• Kawasan ini relatif stabil sehingga memungkinkan evolusi identitas budaya
lokal yang kuat dan keahlian industri yang dibagi bersama.
• Adanya lembaga keuangan lokal, yang dapat memberikan pinjaman modal
dalam jangka panjang.
• Terdapat asosiasi aktivis perdagangan yang menyediakan infrastruktur yang
digunakan bersama, mencakup bantuan manajemen, pelatihan, pemasaran,
teknis, dan keuangan, serta menyedikan forum untuk memutuskan strategi
kolektif.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 50


2. Hub-and-Spoke District
• Struktur Bisnis: didominasi oleh satu atau lebih
perusahaan besar yang memiliki keterkaitan
dengan perusahaan kecil lokal
• Skala ekonomi: relatif besar
• Hubungan/keterkaitan dengan perusahaan di
luar kawasan: terjalin kerjasama dengan industri
di dalam dan di luar kawasan
• Pasar tenaga kerja: perusahaan besar dapat
menarik tenaga kerja berpendidikan di level
manajer dari luar kawasan; tingginya migrasi
masuk ke kawasan
• Lembaga keuangan, Tenaga ahli teknis, jasa
bisnis: tersedia di dalam kawasan, namun lebih
Dinamika jangka panjang: kegiatan industri di
didominasi untuk kebutuhan perusahaan besar
kawasan ini sangat bergantung dengan
• Peran pemerintah lokal dan nasional: cukup kuat
prospek dan strategi perusahaan besar
dalam mengatur dan mempromosikan industri
inti

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 51


2. Hub-and-Spoke District
• Kawasan industri dengan pola ini cocok diterapkan di wilayah yang
memiliki sumber daya lokal yang berkaitan dengan industri inti serta
penduduk di wilayah tersebut memiliki keahlian bekerja di industri
menengah/kecil yang terkait.
• Kurangnya peran lembaga keuangan lokal yang dapat memberikan
pinjaman modal untuk industri pendukung
• Pengamanan tenaga kerja pada umumnya sering bergantung pada
keberadaan serikat pekerja. Untuk itu, persaingan politik yang lebih kuat
antara konstituen pro-bussiness dan pro-labor sangat tepat untuk terus
mempengaruhi kebijakan di daerah tersebut
• Diperlukan peran pemerintah yang dominan dalam penyediaan
infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 52


3. Satellite Platform District
• Struktur Bisnis: didominasi oleh satu atau lebih cabang
perusahaan besar, tidak berkaitan dengan pemasok/industri
lokal
• Skala ekonomi: sedang hingga besar
• Hubungan/keterkaitan dengan perusahaan di luar
kawasan: kerjasama dengan perusahaan di luar kawasan
lebih kuat dibandingkan kerjasama di dalam kawasan.
Kegiatan perusahaan besar sangat terkait dengan keputusan
perusahaan pusat di luar kawasan.
• Pasar tenaga kerja: tingginya migrasi masuk dan keluar
tenaga kerja di kawasan ini pada tingkat manajer,
Dinamika jangka panjang: profesional, dan teknis.
sangat bergantung pada • Lembaga keuangan, Tenaga ahli teknis, jasa bisnis: tersedia
keputusan perusahaan pusat di di dalam kawasan, namun lebih didominasi untuk
luar kawasan dan jangka waktu kebutuhan perusahaan besar
penanaman modal dari cabang • Peran pemerintah lokal dan nasional: dominan dalam
perusahaan menyediakan infrastruktur dan memberikan insentif pajak
yang menstimulus perkembangan usaha

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 53


3. Satellite Platform District
• Pola ini sering diterapkan di beberapa kawasan industri yang telah
berkembang di Indonesia, namun pada prakteknya kurang memiliki
dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat lokal.
• Tidak adanya keterkaitan dan jaringan dengan industri lokal di dalam
wilayah.
• Dapat meningkatkan pendapatan wilayah daerah miskin tetapi akan
menimbulkan ketimpangan pendapatan yang sangat besar dengan
penduduk lokal yang tidak terkait dengan kegiatan industri yang
berkembang
• Pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh Pemerintah cenderung
hanya mengakomodasi kepentingan industri besar yang berkembang

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 54


4. State-Anchored District
• Struktur Bisnis: didominasi oleh adanya konsentrasi
kantor pemerintahan/ militer/perguruan tinggi, yang
perhitungan lokasi dan hubungan ekonominya
ditentukan dalam ranah politik, bukan oleh
perusahaan swasta.
• Skala ekonomi: relatif besar melayani kebutuhan
publik
• Hubungan/keterkaitan dengan perusahaan di luar
kawasan: terjalin kerjasama dengan industri di
dalam dan di luar kawasan
• Pasar tenaga kerja: sangat bergantung pada jenis
Dinamika jangka panjang: akan lembaga yang berkembang di kawasan tersebut
bergantung pada dua faktor: (pemerintahan, militer, atau perguruan tinggi)
• prospek fasilitas pemerintahan di • Lembaga keuangan, Tenaga ahli teknis, jasa bisnis:
wilayah inti dan tidak tersedia di dalam kawasan
• sejauh mana fasilitas dapat • Peran pemerintah lokal dan nasional: lemah dalam
mendorong pertumbuhan wilayah mengatur dan mempromosikan industri inti di dalam
kawasan

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 55


4. State-Anchored District
• Kawasan industri dengan pola ini sangat bergantung dengan keputusan
pemerintah atau stakeholders yang berwenang dalam
mengembangkan kawasannya untuk fungsi tertentu.
• Dalam hal ini, industri lokal kawasan kurang mampu berkembang pesat
karena lebih bersifat melayani kebutuhan pasar di kawasan tersebut.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 56


Pendekatan dan Tahapan
Penyusunan Masterplan
Kawasan Industri

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 57


PENDEKATAN DAN KERANGKA
KAJIAN KERJA
Pendekatan yang digunakan dalam proses pengerjaan penyusunan
masterplan pengembangan kawasan industri mengedepankan
pendekatan wilayah bukan pendekatan secara sektoral.
a) Pendekatan Menyeluruh dan Terintegrasi
b) Pendekatan Gabungan Top-Down dan Bottom Up Planning
c) Pendekatan Partisipatif
d) Pendekatan Kesesuaian Fisik dalam Penataan Ruang
e) Pendekatan Perencanaan Visioner
f) Pendekatan Spatial Linkage dalam Perencanaan Ruang
g) Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 58


Pendekatan Menyeluruh dan Terintegrasi
• Pendekatan perencanaan yang menyeluruh dan terpadu serta didasarkan
pada potensi dan permasalahan yang ada, baik dalam wilayah
perencanaan maupun dalam konstelasi wilayah sekitarnya.
• Pendekatan menyeluruh memberi arti bahwa peninjauan permasalahan bukan
hanya didasarkan pada kepentingan kawasan dalam arti sempit, tetapi ditinjau
dan dikaji pula kepentingan yang lebih luas, baik antar wilayah dengan daerah
hinterland nya yang terdekat maupun dengan yang lebih jauh lagi.
• Secara terpadu mengartikan bahwa dalam menyelesaikan permasalahan tidak
hanya dipecahkan sektor per sektor saja tetapi didasarkan kepada kerangka
perencanaan terpadu antar tiap-tiap sektor, di mana dalam perwujudannya
dapat berbentuk koordinasi dan sinkronisasi antar sektor.

• Pendekatan ini juga didasarkan pada pendekatan sistem, yang memahami


bahwa semua yang ada di alam juga memiliki keterkaitan dengan yang lain
yang saling mempengaruhi dan dapat dipengaruhi dalam interaksinya.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 59


Pendekatan Gabungan Top-Down dan Bottom
Up Planning
• Mengakomodasikan 2 (dua) pendekatan, yaitu pendekatan top-down
(dari atas ke bawah) dan bottom-up (dari bawah ke atas).
• Pendekatan top-down dilakukan pada perencanaan kebijakan yang
kemudian dipedomani oleh rencana yang lebih detail.
• Pendekatan bottom-up dilakukan dengan melibatkan pelaku terkait
rencana pembangunan/pengembangan pada perencanaan yang lebih
mikro/detail, sehingga perencanaan dapat dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi pelaku terkait, tetapi juga tetap selaras dengan
kebijakan pada tataran makro/umum yang mengikat di atasnya.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 60


Pendekatan Partisipatif
• Pendekatan partisipatif (participatory) digunakan untuk memperoleh urutan
prioritas pengembangan dan masukan-masukan dari berbagai stakeholders untuk
melengkapi peta potensi yang sudah dihasilkan.
• Selain melalui penyebaran kuesioner dan wawancara, pendekatan participatory ini
juga dilakukan dengan melaui pembahasan-pembahasan / seminar-seminar untuk
mengkaji lebih lanjut hasil analisis yang dibuat. Pertimbangan menggunakan
participatory approach adalah, bahwa saat ini pemaksaan kehendak dan
perencanaan dari atas sudah tidak relevan lagi.
• Manfaat penggunaan pendekatan ini adalah untuk meminimalkan konflik berbagai
kepentingan yang berarti juga mendapatkan hasil akhir yang menguntungkan untuk
semua pihak. Keuntungan lainnya yang akan diperoleh adalah jaminan kelancaran
implementasi hasil materi teknis ini di kemudian hari.
• Penggunaan participatory approach akan menimbulkan berbagai persoalan dalam
prosesnya, terutama masalah keterbatasan waktu. Masalah ini akan dicoba
diminimalkan melalui persiapan materi dan pelaksanaan diskusi/wawancara yang
matang.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 61


Pendekatan Kesesuaian Fisik dalam Penataan
Ruang
Dalam mengembangkan suatu kawasan perlu memperhatikan kesesuaian ekologi dan
sumberdaya alam yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Pada pendekatan ini juga dapat
menunjang pelaksanaan pendekatan ambang batas. Pada pendekatan ini akan diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
• Potensi Curah Hujan (Potensi Curah hujan dalam perencanaan meliputi besarnya curah
hujan untuk menentukan besarnya debit air sungai pada musim hujan maupun musim
kemarau).
• Binatang/Habitat (Mengidentifikasikan adanya habitat yang dilindungi yang terdapat di
wilayah kajian).
• Daerah Banjir/longsor (Perencanaan dan pengelolaan daerah-daerah yang rawan
terhadap bahaya banjir dan longsor).
• Topografi (Dalam suatu perencanaan perlu diperhatikan bagaimana kondisi topografi
eksisting wilayah tersebut, juga guna lahan dan karakter wilayahnya).
• Faktor-Faktor Ekologi lainya (Faktor lainnya yang mempengaruhi dalam evaluasi
penataan ruang wilayah kajian).

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 62


Pendekatan Kesesuaian Fisik
dalam Penataan Ruang
Selain hal-hal tersebut di atas, juga perlu diperhatikan kesesuaian/kelayakan
kawasan itu sendiri. Oleh karena itu, yang perlu dipertimbangkan adalah:
• Kesesuaian untuk Preservasi
• Identifikasi yang disesuaikan dengan konsep dasar perencanaan wilayah dan
kondisi wilayah kawasan yang memiliki potensi untuk di preservasi, baik yang
buatan maupun alam. Yang buatan dapat berupa kawasan bersejarah,
monumen, atau peninggalan kuno. Kawasan preservasi alam dapat dipreservasi
karena perlu dilindungi seperti daerah aliran sungai, hutan, tepian pantai, danau,
terumbu karang, laut, atau daerah yang dianggap berbahaya seperti daerah
mudah longsor, patahan geologis, daerah gunung berapi dan sebagainya.

• Kesesuaian untuk kawasan budidaya


• Perencanaan wilayah sebagai kawasan budidaya dengan mempertimbangkan
beberapa aspek perencanaan antara lain dari segi kondisi topografi,
kestrategisan lokasi, kondisi kontur tanah dan potensi alam dan buatan.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 63


Pendekatan Perencanaan Visioner
Secara hukum, jangka waktu perencanaan tata ruang wilayah
berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah 20
tahun. Untuk visi kedepan tentunya tidak hanya terbatas jangka waktu
perencanaan tersebut. Akan tetapi berusaha untuk melihat jangkauan
jauh ke masa yang akan datang yang lebih panjang. Rencana
pengembangan yang dihasilkan juga tidak boleh bersifat statis, tetapi
dapat ditinjau dan dikaji ulang sesuai dengan kondisi dan situasi ilmu
teknologi dan perubahan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 64


Pendekatan Spatial Linkage dalam
Perencanaan Ruang
• Pendekatan Spatial Linkage merupakan konsep dasar untuk memahami
kondisi kawasan yang menjadi wilayah perencanaan.
• Dalam hal ini bentuk kerjasama antar wilayah tersebut menjadi suatu
hal yang mutlak untuk dilakukan. Kerjasama antar wilayah berarti
bahwa masing-masing wilayah/kawasan mau bersama-sama dengan
wilayah/kawasan lain untuk berkontribusi dalam upaya pengembangan
infrastruktur yang akan dinimati/dimanfaatkan bersama. Hal ini
seharusnya didasari oleh kondisi yang saling menguntungkan dan
membutuhkan antar wilayah/kawasan.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 65


Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development)
Pada pendekatan ini sangat memperhatikan prinsip berkelanjutan
penataan ruang dan sumber daya harus betul-betul dipahami dan
dilaksanakan. Tetapi secara lengkap pendekatan ini berupaya untuk
meningkatkan keberlanjutan dari berbagai aspek, yaitu meliputi :
• Sustainable Economically, bahwa pola penanganan pembangunan
harus berkelanjutan secara ekonomi,
• Sustainable Socio – Cultur – Political, bahwa pembangunan harus
memperhatikan pemerataan pembangunan bagi masyarakat dengan
berbagai latar belakang sosial-budaya-politik. Artinya, bagaimana
berbagai kelompok masyarakat dapat memiliki pemerataan akses
terhadap hasil dan proses pembangunan,
• Sustainable Environmentally, bahwa pola penanganan pembangunan
harus memperhatikan keberlanjutan lingkungan.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 66


OUTPUT MASTERPLAN
Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang

Arahan pemanfaatan ruang

Rencana struktur ruang kawasan


Mengacu pada
Dokumen RTRW
Rencana pola ruang kawasan

Strategi pengembangan kawasan

Arahan konseptual pengembangan kawasan

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 67


OUTPUT MASTERPLAN
Site Plan Kawasan
Luas Kawasan 100 Ha
Skala Minimum 1:5000

Peta Rencana Struktur Ruang


Skala Peta 1:25000

Peta Rencana Pola Ruang


Skala Peta 1:25000

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 68


ALUR PENGERJAAN
Pembahasan Metode dan Rencana Kerja
Persiapan Kajian Literatur (Desk Study)

Penentuan Kriteria Kawasan PPI


Deliniasi Kawasan Pengembangan Industri Deliniasi Kawasan PPI
Penyusunan daftar kebutuhan data
Survei Penyusunan Perangkat Survey
Survei Data Primer dan Sekunder

Kompilasi dan Pengolahan Data Input data/coding


Analisis Sarana dan Prasarana Kawasan
Analisis Kondisi Kawasan Analisis Ekonomi Kawasan
Analisis Kelembagaan Kawasan
Analisis Kondisi Fisik Lingkukan Kawasan
Perumusan Analisis Sosial Kependudukan

Penulisan Dokumen

Finalisasi dan Fiksasi

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 69


TAHAPAN
PEDOMAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN
PUSAT PERTUMBUHAN INDUSTRI
Zonasi Kawasan Pusat Pertumbuhan Industri, meliputi
Arahan Penatagunaan
Arahan Kepadatan Arahan Ketinggian Arahan Garis
Tanah, Air, dan
Bangunan Bangunan Sempadan
Sumberdaya Lainnya

KDB (Koefisien Dasar KLB (Koefisien Lantai Garis Sempadan Penatagunaan Tanah
Bangunan) Bangunan) Bangunan dan Sumberdaya lainnya

Penatagunaan
Garis Sempadan Sungai
Sumberdaya Air

Garis Sempadan Rel


Kereta Api

Garis Sempadan Industri

Garis Sempadan Pantai

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 70


TAHAPAN
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN PUSAT
PERTUMBUHAN INDUSTRI
Merupakan usaha yang perlu dilaksanakan agar perbedan antara kondisi
sekarang dengan kondisi target dapat terpenuhi

Kondisi Target/Rencana
Kondisi Eksisting (Deskripsi scenario per
target/fase)

Analisis Kemampuan
Analisis Kondisi Kawasan
Wilayah untuk mencapai
Eksisting
tujuan rencana

Strategi Pemanfaatan Ruang


Indikasi Program

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 71


TAHAPAN
RENCANA STRUKTUR RUANG KAWASAN PUSAT
PERTUMBUHAN INDUSTRI
Rencana Struktur Pusat
Kegiatan
Analisis Skalogram/ analisis faktor
Analisis Potensi Ekonomi Kawasan

Rencana Struktur
Pengembangan Sistem
Transportasi Analisis Level of Service
Analisis Cakupan Pelayanan

Rencana Struktur
Pengembangan Sarana
dan Prasarana Analisis Supply Demand
Analisis Proyeksi Kebutuhan
Analisis Pola Persebaran

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 72


TAHAPAN
RENCANA STRUKTUR RUANG KAWASAN PUSAT
PERTUMBUHAN INDUSTRI
 Rencana Struktur Pusat Kegiatan, meliputi, meliputi
 Pusat Kegiatan
 Sub Pusat Kegiatan

 Rencana Struktur Pengembangan Sistem Transportasi


 Rencana Struktur Pengembangan Jaringan Jalan Sub Pusat Kegiatan

• Rencana Peningkatan Kualitas Jalan


• Rencana Peningkatan Dimensi Jalan
• Rencana Pembangunan Jalan
 Rencana Struktur Pengembangan Simpul Transportasi

 Rencana Struktur Pengembangan Sarana dan Prasarana

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 73


TAHAPAN
RENCANA POLA RUANG KAWASAN PUSAT
PERTUMBUHAN INDUSTRI

Pola Ruang Kawasan Budidaya

Kawasan Peruntukan Kluster


Industri

• Analisis SKL Kawasan Peruntukan


• Analisis Kesesuaian Lahan Perumahan
• Analisis Perubahan Guna Kawasan Peruntukan
Lahan Perdagangan dan Jasa
• Shift maps Analysis (GIS)
Kawasan Peruntukan
Perkantoran

Kawasan R and D

Kawasan vocational training

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 74


TAHAPAN
ARAHAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PPI

Skenario a.Skenario Pesimis


Pengembangan b.Skenario Moderate
c.Skenario Optimis
Kawasan PPI

Strategi Pengembangan Berisi tahapan dan


Kawasan PPI target yang akan
(Sesuai arahan konseptual dicapai setiap periode
pengembangan kawasan dan tujuan waktu
pengembangan kawasan PPI)

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 75


TAHAPAN
ARAHAN KONSEPTUAL PENGEMBANGAN KAWASAN PPI
Potensi, Permasalahan, Isu, Kebijakan terkait
pengembangan Kawasan

Konsep
Pengembangan
Kawasan PPI

Teori yang sesuai untuk pengembangan berdasarkan


kondisi kawasan yang ingin dikembangkan

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 76


OUTPUT PETA
a) Peta delineasi kawasan eksisiting
b) Peta rencana pola ruang kawasan
c) Peta struktur ruang kawasan
d) Site plan kawasan

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 77


Delineasi Peta kawasan PPI

Peta dasar dan peta tematik.


(Peta kondisi fisik dan
Peta eksisiting lingkungan, peta sarana dan
prasarana) dan kriteria
kawasan PPI

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 78


Proses Penyusunan Peta rencana Pola Ruang
Kawasan PPI

Peta pola ruang kawasan


1: 25.000

Analisis superimpose peta, Analisis SKL Analisis


Kesesuaian Lahan

Pengumpulan data
Peta-peta Tematik spasial primer dan
sekunder

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 79


Peta Rencana Struktur Ruang Kawasan
Peta Struktur Ruang
1 : 25.000

Analisis Pusat dan Sub Pusat Kegiatan, Analisis rencana


pengembangan Sistem Transportasi, Analisis Rencana
Pengembangan Sarana dan Prasarana

Peta Tematik, Data


Sarana dan Prasarana Pengumpulan data
eksisting, Data Standar spasial primer dan
Pelayanan, Data Jumlah
sekunder
Penduduk, Data Kegiatan
Ekonomi

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 80


Peta Site Plan
Konsep

Peta Rencana Struktur ruang, Peta Rencana Pola Ruang,

Analisis Tapak kawasan, Overlay analysis

Desain Tapak Kawasan

Peta Site Plan 1 : 2000

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 81


Hal Penting dalam
Perencanaan Masterplan
Kawasan Industri

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 82


LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENDORONG
PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN
INDUSTRI YANG EFEKTIF
1.Pemerintah daerah beserta masyarakat lokal berperan aktif dalam
mengidentifikasi sektor-sektor unggulan atau yang potensial di
daerahnya dengan mempertimbangkan daya saing produk-produk
tersebut di pasar nasional dan global serta kemampuan daerah untuk
membangun industri tersebut
2.Meningkatkan peran pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi,
maupun daerah dalam memfasilitasi peningkatan konektivitas baik
antara pusat-pusat pertumbuhan industri maupun antara pusat
industri dengan wilayah hinterlandnya
3.Pemerintah berperan tidak hanya memfasilitasi perusahaan besar
industri besar yang di dalam pusat pertumbuhan industri dalam hal
penyediaan infrastruktur, pemodalan atau sistem keuangan, melainkan
juga berkewajiban dalam memfasilitasi aktivitas perekonomian baik
industri maupun usaha kecil dan menengah yang ada di wilayah
belakangnya

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 83


LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENDORONG
PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN
INDUSTRI YANG EFEKTIF
4.Melengkapi fasilitas pendidikan, pengembangan kompetensi, penelitian,
dan pengembangan teknologi yang mendukung aktivitas perindustrian, dan
diperuntukkan kepada semua aktor yang terlibat dalam sektor industri
terutama masyarakat setempat.
5.Pemerintah berperan dalam memastikan adanya kelembagaan lokal atau
asosiasi yang mampu menyokong perkembangan usaha kecil dan
menengah. Kelembagaan tersebut berperan dalam menyediakan bantuan
keuangan atau modal, manajemen, pelatihan, kebutuhan teknis,
pendampingan, dan sebagainya.
6.Meningkatkan hubungan kerjasama dan komunikasi yang intensif antara
berbagai pihak baik pemerintah daerah, pelaku usaha, pengelola industri,
maupun masyarakat yang berperan penting bagi eksistensi dan operasional
kawasan atau pusat pertumbuhan industri; serta membangun kelembagaan
antar anggota kawasan sehingga dapat meningkatkan daya saing produk
yang dihasilkan
7.Pemerintah berperan dalam meningkatkan kondisi investasi yang
kondusif, yang mampu memberikan daya tarik investasi baik kepada pihak
luar maupun pihak domestik.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 84


KAWASAN
EKONOMI
KHUSUS

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 85


UU Nomor 39 Tahun 2009
• KEK didefinisikan sebagai kawasan dengan batas tertentu dalam
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan
untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh
fasilitas tertentu.
• KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki
keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk
menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi
lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 86


UU Nomor 39 Tahun 2009
KEK ditujukan untuk meningkatkan perekonomian sekaligus mewujudkan pemerataan
pembangunan nasional dan penguasaan teknologi melalui terwujudnya:
• Peningkatan penanaman modal.
• Penyerapan tenaga kerja.
• Peningkatan keunggulan kompetitif produk ekspor.
• Peningkatan pemanfaatan sumber daya lokal.
• Peningkatan kualitas sumber daya manusia.
• Peningkatan penerimaan devisa.
• Peningkatan pelayanan terpadu.
• Peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.
• Keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan.
• Kemampuan penguasaan teknologi.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 87


UU Nomor 39 Tahun 2009
Berdasarkan Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang KEK,
berbagai fasilitas dan kemudahan yang diberikan di KEK perlu mencakup:
• Peraturan ketentuan tentang pertanahan sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam peraturan perundangan.
• Di seluruh KEK di berlakukan insentif perpajakan sebagaimana insentif
yang diberikan dalam UU No. 25 tahun 2007 tentang penanaman
modal seperti tax allowance, amortisasi yang dipercepat, kompensasi
kerugian, pembebasan atau teringana pajak penghasilan badan dalam
jangka waktu tertentu, serta keringanan pajak bumi dan bangunan.
• Di seluruh KEK tidak berlaku ketentuan yang mengatur bidang usaha
yang terbuka dengan persyaratan, kecuali bidnag usaha yang tertutup
atau yang dicadangkan untuk UMKM.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 88


UU Nomor 39 Tahun 2009
Insentif di bidang ketenagakerjaan yang terdiri dari:
◦ Diberikan kelonggaran perizinan memperkerjakan tenaga asing bagi
tingkatan direksi dan kemisaris.
◦ Dibentuk lembaga kerjasama tripatrit khuss untuk menangani perselisihan
hubungan industri di KEK.
◦ Dibentuk dewan pengupahan untuk mengatur standar pengupahan pekerja
di KEK berdasarkan evaluasi produktivitasnya.
◦ Dibentuk satu forum serikat pekerja/serikat buruh pada tiap perusahaan
agar memudahkan proses perundingan anatar pekerja dengan pengusaha.
◦ Dibuat perjanjian kerjasama antara serikat pekerja dengan pengusaha untuk
perusahaan yang tekah membentuk serikat pekerja.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 89


UU Nomor 39 Tahun 2009
• Di bidang keimigrasian perlu diberikan kemudahan bagi orang asing
pelaku bisnis.
• Menyangkut komitmen daerah, dalam KEK perlu diberikan
pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah,
misalnya pajak penerangan jalan, PKB, BBN, IMB, retribusi jasa layanan
umum dan ijin gangguan.
• Berbagai fasilitas dan kemudahan tersebut perlu dilaksanakan dengan
penyederhanaan sistem pelayanan penyelenggaraan dengan metode
pelayanan terpadu satu pintu serta pelimpahan wewenang yang
disesuaikan dengan peraturan perundangan.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 90


PP RI No. 2 Tahun 2011
tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
1) Pengusulan KEK
2) Penetapan KEK
3) Pembangunan KEK
4) Pengelolaan KEK
5) Evaluasi pengelolaan KEK.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 91


Pengusulan KEK
Lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru (yang belum
ditetapkan sebagai KEK) atau perluasan KEK yang sudah ada dengan
kriteria:
• Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi
mengganggu kawasan lindung, yaitu meliputi kawasan budidaya yang
peruntukannya berdasarkan peraturan daerah rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota dapat digunakan untuk kegiatan KEK yang
diusulkan.
• Adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah
kabupaten/kota yang bersangkutan, meliputi :
• Komitmen rencana pemberian insentif berupa pembebasan atau
keringanan pajak daerah dan retribusi daerah (ketentuan perundang-
undangan di bidang pajak dan retribusi daerah) serta kemudahan; dan
• Pendelegasian kewenangan di bidang perizinan, fasilitas, dan kemudahan.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 92


Pengusulan KEK
• Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional
atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau
terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan dimana
merupakan lokasi yang memiliki akses ke pelabuhan atau bandar udara
atau tempat lain yang melayani kegiatan perdagangan internacional
(adanya infrastruktur yang menghubungkan lokasi KEK dengan
pelabuhan atau bandar udara atau tempat lain yang melayani kegiatan
perdagangan internasional)
• Mempunyai batas yang jelas. Batas yang jelas meliputi batas alam
(sungai/laut) atau batas buatan (pagar/tembok/batas lain yang terlihat
secara fisik). Pada batas KEK harus ditetapkan pintu keluar atau masuk
barang untuk keperluan pengawasan barang yang masih terkandung
kewajiban kepabeanan. Penetapannya dilakukan dengan berkoordinasi
dengan kantor pabean setempat.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 93


Penetapan KEK
• Dewan nasional melakukan kajian terhadap usulan pembentukan KEK dalam waktu
paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja sejak diterimanya dokumen usulan
secara lengkap.
• Kajian dilakukan terhadap pemenuhan kriteria lokasi KEK dan kebenaran dan
kelayakan isi dokumen yang dipersyaratkan.Berdasarkan hasil kajian, Dewan
Nasional memutuskan untuk menyetujui atau menolak usulan pembentukan KEK.
• Keputusan dilakukan dalam sidang Dewan Nasional. Dalam hal Dewan Nasional
menyetujui pembentukan KEK, Dewan Nasional mengajukan rekomendasi
pembentukan KEK kepada Presiden disertai dengan Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang penetapan suatu lokasi sebagai KEK untuk ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Dalam hal Dewan Nasional menolak usulan pembentukan KEK, penolakan
disampaikan secara tertulis kepada pengusul disertai dengan alasan. Selain itu, KEK
yang telah ditetapkan harus siap beroperasi paling lambat 3 (tiga) tahun sejak
tanggal ditetapkan.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 94


Pembangunan KEK
Pembangunan KEK dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; Badan
Usaha; Kerjasama pemerintah, pemerintah provinsi dan/atau
pemerintah kabupaten/kota dengan Badan Usaha; dan/atau Sumber
lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pembangunan KEK meliputi kegiatan:
◦ Pembebasan tanah untuk lokasi KEK.
◦ Pelaksanaan pembangunan fisik KEK.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 95


Pengelolaan KEK
Pengelolaan KEK dilakukan oleh:
• Administrator yang dibentuk oleh Dewan Kawasan
• Memberikan izin usaha dan izin lain yang diperlukan bagi Pelaku Usaha untuk
mendirikan, menjalankan, dan mengembangkan usaha di KEK.
• Pelaksanaan pemberian izin melalui PTSP sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang penanaman modal.
• Melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi KEK yang dilakukan oleh
Badan Usaha pengelola KEK, dimana administrator berwenang memberikan :
• Arahan kepada Badan Usaha pengelola KEK untuk perbaikan operasionalisasi KEK; dan
• Teguran kepada Badan Usaha pengelola KEK dalam hal terjadi penyimpangan dalam
pengoperasian KEK.
• Menyampaikan laporan operasionalisasi KEK secara berkala dan insidental kepada
Dewan Kawasan.
Laporan operasionalisasi KEK disampaikan secara berkala setiap 6 (enam) bulan. Laporan
operasionalisasi KEK secara insidental disampaikan dalam hal Dewan Nasional atau Dewan
Kawasan membutuhkan perkembangan operasionalisasi KEK atau Administrator menilai
terdapat kondisi yang harus dilaporkan segera.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 96


Evaluasi Pengelolaan KEK
Berdasarkan laporan dari Administrator, Dewan Nasional melakukan
evaluasi pengelolaan KEK dan hasil evaluasi disampaikan kepada
Administrator dan Dewan Nasional. Evaluasi dilakukan dengan
melakukan penilaian terhadap operasionalisasi KEK. Sehingga Dewan
Nasional dapat:
• Memberikan arahan kepada Dewan Kawasan untuk peningkatan
kinerja operasionalisasi KEK;
• Melakukan pemantauan terhadap operasionalisasi KEK; dan/atau
• Memberikan rekomendasi mengenai langkah tindak lanjut
operasionalisasi KEK berupa pemutusan perjanjian pengelolaan KEK
atau pengusulan pencabutan penetapan KEK.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 97


Evaluasi Pengelolaan KEK
Rekomendasi pemutusan perjanjian pengelolaan KEK disampaikan oleh
Dewan Nasional kepada Dewan Kawasan, apabila Badan Usaha
pengelola:
• tidak memenuhi standar kinerja pelayanan;
• dinyatakan pailit;
• melakukan kegiatan yang menyimpang dari izin usaha dan izin lain yang
diberikan; dan/atau
• mengajukan permohonan pemberhentian sebagai Badan Usaha
pengelola KEK.

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 98


Evaluasi Pengelolaan KEK
Rekomendasi pencabutan penetapan KEK disampaikan oleh Dewan Nasional kepada
Presiden apabila dalam pengoperasian KEK:
• tidak dilakukan perbaikan kinerja setelah dilakukan langkah-langkah di atas;
• terjadi dampak negatif skala luas terhadap lingkungan di sekitarnya;
• menimbulkan gejolak sosial ekonomi bagi masyarakat di sekitarnya; dan/atau
• terjadi pelanggaran hukum di KEK (pelanggaran yang mengakibatkan kerugian
negara, seperti penyelundupan atau penyalahgunaan insentif kepada yang tidak
berhak).
Apabila status Badan Usaha pengelola dicabut, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota, atau kementerian/lembaga pemerintah non kementerian
melakukan proses penetapan Badan Usaha pengelola yang baru dalam waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah pencabutan Badan Usaha pengelola. Selama
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja, pengelolaan KEK sementara

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 99


Eco-industrial
Park

25/8/2015 JPATTA@PL.ITB.AC.ID | JOHNNY.PATTA@GMAIL.COM 100

Anda mungkin juga menyukai