Pencegahan Korupsi Harteknas
Pencegahan Korupsi Harteknas
PENCEGAHAN KORUPSI
DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN
Oleh :
Mohamad Hardi. Ak. MProf Acc, CA, QIA.
Inspektur 1 Kemenristekdikti
KORUPSI...???
CORRUPTION
Praktek
yang sering
terjadi !
PENGERTIAN KORUPSI
MENURUT UU 31/99 JO UU 20/01
• Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian Negara;
• Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalah-gunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara;
• Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 209, 210,
387, 388, 415, 416, 417, 418, 419, 420, 423, 425, 435 KUHP;
• Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh
pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut.
4
KORUPSI
UU No. 31 Tahun 1999
JO No. 20 Tahun 2001
Setiap orang dgn tujuan menguntungkan
diri sendiri, atau orang lain,
atau suatu korporasi
Menyalahgunakan
wewenang, kesempatan, Pasal 3
atau sarana
KORUPSI
• Setiap orang yang melanggar ketentuan Undang2 yang secara tegas menyatakan
bahwa pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang tersebut sebagai tindak
pidana korupsi;
• Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau permufakatan jahat
untuk melakukan tindak pidana korupsi;
• Setiap orang di luar wilayah negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan,
kesempatan, sarana, atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana korupsi.
6
Perbuatan yang dapat dijerat dengan UU. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20
Tahun 2001
1. Penyalahgunaan wewenang
2. Benturan Kepentingan
3. Pembayaran fiktif
4. Kolusi/persekongkolan
5. Biaya perjalanan dinas fiktif
6. Suap/uang pelicin
7. Pengutan tidak resmi
8. Penyalahgunaan fasilitas/inventaris kantor
9. Imbalan tidak resmi
10. Bekerja tidak sesuai ketentuan dan prosedur
11. Penerimaan/Komisi atas transaksi jual beli yang tidak disetor ke Kas Negara
12. Penyalahgunaan anggaran
13. Menerima hadiah, sumbangan/hibahberkaitan dengan tugas/jabatan
14. Mark up harga beli/menurunkan harga jual
15. Merubah dan memanfaatkan kelemahan sistem teknologi informasi
16. Menurunkan kualitas/spesifikasi teknis/mengurangi volume
17. Pertanggungjawaban tidak sesuai dengan realisasi.
PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN
• Pengadaan Barang Inventaris yang Terdaftar Dalam E-Catalog Tidak Dilakukan Melalui Sistem E-
purchasing dan Berindikasi Merugikan Negara
• Pelaksanaan Belanja Barang Secara Pengadaan Langsung Tidak Sesuai Ketentuan Dan
Menimbulkan Pemborosan Keuangan Negara
• Kekurangan Volume Pekerjaan
• Kelebihan Pembayaran Pekerjaan
• Denda Keterlambatan Penyelesaian Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Belum
Dikenakan
• Kekurangan Pemungutan Pajak dari Pekerjaan Konstruksi dan Pengadaan Barang dan Jasa
• Pembayaran atas Pengadaan yang Tidak Sesuai Pelaksanaan Pekerjaan dan Penyedia Jasa Tidak
Dapat Menyelesaikan Pekerjaan Sesuai Waktu nya
POTENSI KORUPSI DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN DI PTN
21
PENYEBAB KORUPSI
• Kurangnya keteladanan dari pimpinan
INSTITUSI/ • Sistem akuntabilitas kurang memadai
ADMINISTRASI
• Sistem pengendalian manajemen lemah
• Ketidakjelasan definisi dan standar operasi
• Prosedur administrasi yang berbelit-belit
• Kurangnya keterbukaan informasi
ASPEK
INDIVIDU SOSBUD
KESEMPATAN
FAKTOR
TEKANAN PEMBENARAN
UPAYA MENCEGAH KKN
1. Melakukan Reformasi Birokrasi dan Pembangunan Zona Intergritas
2. Penegakan hukum yang tegas dan konsisten dengan sanksi berat kepada pelaku korupsi
3. Meningkatkan komitmen, konsisten dengan sanksi berat kepada pelaku korupsi
4. Menata kembali organisasi, memperjelas/mempertegas visi, misi, tugas dan fungsi yang
diemban oleh setiap instansi
5. Menyempurnakan sistem Ketatalaksanaan meliputi : perumusan kebijakan, perencanaan
penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan evaluasipertanggungjawaban kinerja serta
kualitas pelayanan masyarakat.
6. Memperbaiki manajemen Kepegawaian (penerimaan, penempatan, pengembangan,
kesejahteraan, jaminan hari tua)
7. Mengembangkan budaya kerja/tertib/malu melakukan KKN
8. Melakukan evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
9. Meningkatkan efektifitas pelaksanaan sistem Pengendalian Manajemen, Pengawasan
fungsional/berjenjang dan memperdayakan pengawasan masyarakat.
10.Meningkatkan transparansi, Akuntabilitas dan Pelayanan Prima.
UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI
UPAYA PREVENTIF
(Bagaimana mengendalikan faktor pendorong timbulnya korupsi)
1. Sistem Penerimaan Pegawai
2. Peningkatan Profesionalisme pegawai
3. Sistem reward & punishment yang jelas dan memadai
4. Sistem Karir yang jelas
5. Mengembangkan kajian resiko & Fraud Control Plan
UPAYA INVESTIGATIF
(Bagaimana mendeteksi, menginvestigasi dan tindak lanjut hasil investigasi atas dugaan korupsi)
1. Pengemb.saluran pelaporan
2. Pengemb.keahlian investigatif
3. Audit investigatif
UPAYA EDUKATIF
(Bagaimana meningkatkan public awareness ttg korupsi)
1) Memberikan pengertian,pemahaman kepada semua pihak (pegawai pemerintah) Contoh: sosialisasi
Gambaran Intensitas Kegiatan Mencegah Korupsi Pada
Masa Mendatang
Intensitas
Investigatif
Periode
PERAN SPI/DOSEN DALAM MEMENCEGAH KORUPSI
27
PERAN SPI/DOSEN DALAM MENCEGAH KORUPSI
28
PERAN SPI/DOSEN DALAM MENCEGAH KORUPSI
29
PERAN SPI UNTUK MENCEGAH KORUPSI DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN:
Email: hardi1964@yahoo.com
HP. 08159906542
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI
31