Anda di halaman 1dari 31

INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI

PENCEGAHAN KORUPSI
DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN

WORKSHOP STRATEGI PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI


Pekanbaru, 9 Agustus 2018

Oleh :
Mohamad Hardi. Ak. MProf Acc, CA, QIA.
Inspektur 1 Kemenristekdikti
KORUPSI...???
CORRUPTION

Praktek
yang sering
terjadi !
PENGERTIAN KORUPSI
MENURUT UU 31/99 JO UU 20/01
• Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian Negara;
• Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalah-gunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara;
• Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 209, 210,
387, 388, 415, 416, 417, 418, 419, 420, 423, 425, 435 KUHP;
• Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh
pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut.

4
KORUPSI
UU No. 31 Tahun 1999
JO No. 20 Tahun 2001
Setiap orang dgn tujuan menguntungkan
diri sendiri, atau orang lain,
atau suatu korporasi

Menyalahgunakan
wewenang, kesempatan, Pasal 3
atau sarana

KORUPSI

Dapat merugikan keuangan negara,


atau perekonomian negara

Lihat Juga Pasal 5 s.d. 12


PENGERTIAN KORUPSI
MENURUT UU 31/99 JO UU 20/01 (lanjutan)

• Setiap orang yang melanggar ketentuan Undang2 yang secara tegas menyatakan
bahwa pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang tersebut sebagai tindak
pidana korupsi;
• Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau permufakatan jahat
untuk melakukan tindak pidana korupsi;
• Setiap orang di luar wilayah negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan,
kesempatan, sarana, atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana korupsi.

6
Perbuatan yang dapat dijerat dengan UU. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20
Tahun 2001

• Merugikan Keuangan Negara


• Perbuatan Suap-menyuap
• Perbuatan penggelapan dalam Jabatan
• Perbuatan Pemerasan
• Perbuatan Curang
• Benturan Kepentingan dalam pengadaan
• Gratifikasi ( Hadiah, Imbalan, Insentif dll )
1. KERUGIAN KEUANGAN NEGARA
• Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (pasal 2).
• Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (pasal 3).
2. SUAP MENYUAP

• Memberi sesuatu atau hadiah atau janji kepada pegawai


negeri atau penyelenggara negara (dan sebaliknya).
• Memberi sesuatu atau hadiah atau janji kepada hakim
atau advokat (dan sebaliknya).
3. PENGGELAPAN DALAM JABATAN
Pegawai negeri atau selain pegawai negeri yang :
• Menggelapkan, atau membiarkan orang lain mengambil atau
menggelapkan uang atau surat berharga, atau membantu dalam
melakukan perbuatan tersebut.
• Dengan sengaja memalsu buku atau daftar yang khusus untuk
pemeriksaan administrasi.
• Dengan sengaja atau membiarkan atau membantu orang lain dalam
menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat
dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan unutk meyakinkan
atau membuktikan dimuka pejabat berwenang.
4. PERBUATAN PEMERASAN
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang :
• Menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya.
• Meminta atau menerima pekerjaan atau penyerahan barang, seolah-olah
merupakan utang kepada dirinya, padahal tahu bukan merupakan utang.
• Meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara lain atau kepada kas umum, seolah-olah merupakan utang
kepada dirinya, padahal tahu bukan merupakan utang.
5. PERBUATAN CURANG

• Pemborong, ahli bangunan, atau penjual bahan bangunan melakukan


perbuatan curang.
• Pengawas bangunan atau penyerahan bahan bangunan membiarkan
dilakukannya perbuatan curang.
• Melakukan perbuatan curang dalam menyerahkan barang keperluan
TNI / POLRI.
• Pegawai negeri atau penyelenggara negara menyerobot tanah negara
sehingga merugikan orang lain.
6. BENTURAN KEPENTINGAN DLM PENGADAAN

• Pegawai negeri atau penyelenggara negara, langsung atau


tidak langsung, pada saat ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasi, turut serta dalam pemborongan, pengadaan,
atau persewaan.
7. GRATIFIKASI

 Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima gratifikasi


yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan
kewajiban atau tugasnya, dan tidak melaporkan ke KPK dalam
waktu 30 hari sejak diterima gratifikasi tersebut
CONTOH BENTUK KORUPSI

1. Penyalahgunaan wewenang
2. Benturan Kepentingan
3. Pembayaran fiktif
4. Kolusi/persekongkolan
5. Biaya perjalanan dinas fiktif
6. Suap/uang pelicin
7. Pengutan tidak resmi
8. Penyalahgunaan fasilitas/inventaris kantor
9. Imbalan tidak resmi
10. Bekerja tidak sesuai ketentuan dan prosedur
11. Penerimaan/Komisi atas transaksi jual beli yang tidak disetor ke Kas Negara
12. Penyalahgunaan anggaran
13. Menerima hadiah, sumbangan/hibahberkaitan dengan tugas/jabatan
14. Mark up harga beli/menurunkan harga jual
15. Merubah dan memanfaatkan kelemahan sistem teknologi informasi
16. Menurunkan kualitas/spesifikasi teknis/mengurangi volume
17. Pertanggungjawaban tidak sesuai dengan realisasi.
PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

Benturan Kepentingan adalah situasi atau kondisi dimana


penyelenggara negara yang karena jabatannya memiliki kewenangan
yang berpotensi dapat disalahgunakan baik sengaja maupun tidak
sengaja untuk kepentingan lain sehingga dapat mempengaruhi
kualitas keputusannya serta kinerja hasil kinerja keputusan tersebut
yang dapat merugikan bagi Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi
BENTUK BENTURAN KEPENTINGAN
a. Penerimaan gratifikasi atau pemberian/penerimaan hadiah atas suatu
keputusan/jabatan;
b. Penggunaan aset jabatan/instansi untuk kepentingan pribadi/golongan;
c. Penggunaan informasi jabatan untuk kepentingan pribadi/golongan;
d. Proses pengawasan yang tidak mengikuti prosedur karena adanya pengaruh
dan harapan dari pihak yang diawasi;
e. Penyalahgunaan kewenangan dalam jabatan;
f. Perangkapan jabatan di beberapa instansi yang memiliki hubungan
langsung atau tidak langsung, sejenis atau tidak sejenis, sehingga
menyebabkan pemanfaatan suatu jabatan untuk kepentingan jabatan
lainnya; dan
g. Pemberian akses khusus kepada pihak tertentu oleh Penyelenggara Negara
tanpa mengikuti prosedur yang seharusnya.
POTENSI KORUPSI DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN DI PTN

• Pengelolaan dan pertanggungjawaban dana penelitian tidak sesuai ketentuan


• Pembayaran uang transport, uang saku, uang makan dan uang harian, tidak sesuai ketentuan
• Pembayaran Tunjangan kepada Dosen atau Pegawai yang Tidak Sesuai Ketentuan
• Pertanggungjawaban atas Belanja Barang untuk Kegiatan Operasional Tidak Sesuai Ketentuan
• Pembayaran Honorarium Tidak Sesuai Ketentuan
• Pembayaran Honorarium dan Uang Saku Fullboard Kegiatan Tidak Sesuai Ketentuan
• Perjalanan Dinas Lebih Dibayarkan
• Pembayaran honor SK tim kegiatan yang tidak sesuai ketentuan.
• Perjadin ke LN tidak sesuai ketentuan
• Kelebihan pembayaran belanja ATK
• Pengeluaran dana tidak sesuai ketentuan (cth. untuk bantuan sosial thd pegawai)
POTENSI KORUPSI DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN DI PTN

• Pengadaan Barang Inventaris yang Terdaftar Dalam E-Catalog Tidak Dilakukan Melalui Sistem E-
purchasing dan Berindikasi Merugikan Negara
• Pelaksanaan Belanja Barang Secara Pengadaan Langsung Tidak Sesuai Ketentuan Dan
Menimbulkan Pemborosan Keuangan Negara
• Kekurangan Volume Pekerjaan
• Kelebihan Pembayaran Pekerjaan
• Denda Keterlambatan Penyelesaian Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Belum
Dikenakan
• Kekurangan Pemungutan Pajak dari Pekerjaan Konstruksi dan Pengadaan Barang dan Jasa
• Pembayaran atas Pengadaan yang Tidak Sesuai Pelaksanaan Pekerjaan dan Penyedia Jasa Tidak
Dapat Menyelesaikan Pekerjaan Sesuai Waktu nya
POTENSI KORUPSI DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN DI PTN

• Penerimaan hibah belum dilakukan pencatatan/pelaporan.


• Penerima beasiswa Dosen Studi lanjut S2/S3 yang tidak memenuhi syarat
• Pemberian Bantuan Beasiswa yang tidak sesuai ketentuan
• Penerimaan PNBP yang tidak dicatat/di laporkan/disetorkan ke kas negara
• Kekurangan Penerimaan atas Pemanfaatan Aset oleh Pihak Ketiga dan
Kehilangan Potensi Pendapatan
MENGAPA PERLU PENCEGAHAN KORUPSI?

• Jika telah terjadi, korupsi mengakibatkan kerugian keuangan yang besar


• Pengembalian atas uang negara yang dikorupsi sangat kecil
• Kasus korupsi, merusak reputasi baik institusi maupun individu
• Proses litigasi menyita waktu dan biaya, baik bagi aparat hukum maupun calon
tersangka
• Semakin lama kejadian korupsi tidak terungkap semakin memberi peluang pelaku
korupsi untuk menutup-nutupi tindakannya dengan kecurangan yang lain

21
PENYEBAB KORUPSI
• Kurangnya keteladanan dari pimpinan
INSTITUSI/ • Sistem akuntabilitas kurang memadai
ADMINISTRASI
• Sistem pengendalian manajemen lemah
• Ketidakjelasan definisi dan standar operasi
• Prosedur administrasi yang berbelit-belit
• Kurangnya keterbukaan informasi
ASPEK
INDIVIDU SOSBUD

• Penghasilan kurang memadai • Hubungan antara politisi, pemerintah dan organisasi


• Kebutuhan hidup yang mendesak non pemerintah
• Gaya hidup konsumtif • Kultur yang cenderung permisif
• Malas atau tidak mau bekerja keras • Masyarakat kurang peduli terhadap permasalahan
• Sifat tamak manusia korupsi
• Ajaran agama kurang diterapkan • Pergeseran nilai logika, sosial dan ekonomi
FAKTOR PENDORONG KORUPSI

KESEMPATAN

FAKTOR

TEKANAN PEMBENARAN
UPAYA MENCEGAH KKN
1. Melakukan Reformasi Birokrasi dan Pembangunan Zona Intergritas
2. Penegakan hukum yang tegas dan konsisten dengan sanksi berat kepada pelaku korupsi
3. Meningkatkan komitmen, konsisten dengan sanksi berat kepada pelaku korupsi
4. Menata kembali organisasi, memperjelas/mempertegas visi, misi, tugas dan fungsi yang
diemban oleh setiap instansi
5. Menyempurnakan sistem Ketatalaksanaan meliputi : perumusan kebijakan, perencanaan
penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan evaluasipertanggungjawaban kinerja serta
kualitas pelayanan masyarakat.
6. Memperbaiki manajemen Kepegawaian (penerimaan, penempatan, pengembangan,
kesejahteraan, jaminan hari tua)
7. Mengembangkan budaya kerja/tertib/malu melakukan KKN
8. Melakukan evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
9. Meningkatkan efektifitas pelaksanaan sistem Pengendalian Manajemen, Pengawasan
fungsional/berjenjang dan memperdayakan pengawasan masyarakat.
10.Meningkatkan transparansi, Akuntabilitas dan Pelayanan Prima.
UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI
UPAYA PREVENTIF
(Bagaimana mengendalikan faktor pendorong timbulnya korupsi)
1. Sistem Penerimaan Pegawai
2. Peningkatan Profesionalisme pegawai
3. Sistem reward & punishment yang jelas dan memadai
4. Sistem Karir yang jelas
5. Mengembangkan kajian resiko & Fraud Control Plan

UPAYA INVESTIGATIF
(Bagaimana mendeteksi, menginvestigasi dan tindak lanjut hasil investigasi atas dugaan korupsi)
1. Pengemb.saluran pelaporan
2. Pengemb.keahlian investigatif
3. Audit investigatif

UPAYA EDUKATIF
(Bagaimana meningkatkan public awareness ttg korupsi)
1) Memberikan pengertian,pemahaman kepada semua pihak (pegawai pemerintah) Contoh: sosialisasi
Gambaran Intensitas Kegiatan Mencegah Korupsi Pada
Masa Mendatang

Intensitas

Investigatif

Preventif dan Edukatif

Periode
PERAN SPI/DOSEN DALAM MEMENCEGAH KORUPSI

• Keteladanan dalam hidup sederhana, kejujuran, dan idealisme.


• Pesan moral dan martabat kepada seluruh pegawai dan mahasiswa.
• Profesionalisme dalam menjalankan tugas.
• Menjalankan aturan
• Menerapkan sanksi dengan tegas
• Menginformasikan kejadian berindikasi tindak pidana korupsi yang ditemui
dilingkungan perguruan tinggi yang akhir-akhir ini semakin bermunculan
sehubungan dengan pelaksanaan otonomi perguruan tinggi kepada instansi
yang berwenang

27
PERAN SPI/DOSEN DALAM MENCEGAH KORUPSI

• Melakukan penelitian-penelitian, kajian-kajian dan membuat tulisan-tulisan


tentang permasalahan korupsi serta upaya pemberantasannya.

• Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan penelitian dan pengkajian yang


ditugaskan sesuai dengan prosedur dan aturan yang telah ditetapkan serta
dilaksanakan secara transparan dan akuntabel.

• Membantu pihak penyidik dalam proses penyelidikan/penyidikan di


lingkungannya

28
PERAN SPI/DOSEN DALAM MENCEGAH KORUPSI

• Mempelopori dan aktif dalam penyelenggaraan program pengabdian kepada


masyarakat
• Mempelopori dan aktif dalam penyelenggaraan program pengabdian kepada
masyarakat berupa pelatihan di kampus tentang pemahaman korupsi serta
upaya pencegahannya.
• Ikut berperan aktif dalam kegiatan pendidikan/pelatihan anti korupsi
• Keteladanan dalam keluarga
• Keteladanan dalam lingkungan kantor dan masyarakat

29
PERAN SPI UNTUK MENCEGAH KORUPSI DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN:

1. Perlu Dukungan Top Manajemen


2. Komitmen, kesadaran dan rasa tanggungjawab yang tinggi dari seluruh SPI untuk
mempertahankan opini WTP.
3. Meningkatkan monitoring dan Evaluasi atas Tindak Lanjut Temuan BPK
4. Melakukan pendampingan terhadap Unit yang membutuhkan
5. Meningkatkan kompetensi SDM SPI
6. Merubah pola audit dari post menjadi current (on going) audit
7. Membantu Menyelesaikan Masalah
8. Meningkatkan Pengawasan terhadap Anggaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban.
9. Melalukan Reviu atas Laporan Keuangan secara berkelanjutan
10. Menjalin komunikasi dengan Itjen dan BPK tentang upaya TL dan konsultasi tentang
hambatan/permasalahan TL yang tidak ditindaklanjuti.
11. Membantu Penyusunan Action Plan TL Temuan BPK yang belum diselesaikan.
12. Peran assurance dan consulting atas efektivitas pelaksanaan pengendalian intern,
manajemen resiko, dan proses tata kelola PTN ditingkatkan
TERIMA KASIH

Email: hardi1964@yahoo.com
HP. 08159906542

INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI
31

Anda mungkin juga menyukai