Anda di halaman 1dari 24

Fabrikasi Material Nanokomposit Superkuat,

Ringan dan Transparan Menggunakan Metode


Simple Mixing

EKO JULIANTO PERWIRA


D021 17 1521
NANO MATERIAL
Abstrak

Perkembangan sains dan teknologi pada bidang material saat ini telah mengindikasikan dua kandidat
yang berpotensi sebagai material superkuat yaitu spider silk dan material berbasiskan nanoteknologi.
Material superkuat dapat dibuat dari campuran polimer epoxy-resin dengan nanopartikel SiO2
(Silicon Dioxide). Keberadaan polimer sebagai perekat nanopartikel dan kritalinitas nanopartikel
yang tinggi (dalam bentuk padatan) membentuk polimer-nanokomposit yang menghasilkan kombinasi
kekuatan, fleksibelitas, dan kekakuan yang lebih baik dibandingkan material superkuat yang ada
sekarang. Keuntungan dari pembuatan material superkuat dengan epoxy resin dan nanopartikel
SiO2 ini yaitu kuat, ringan, murah,dan proses produksi yang simpel. Di samping itu bahan dasar
material superkuat polimer-nanokomposit mudah didapatkan.
Teori Dasar

Polimer
Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit
berulang sederhana (monomer) yang dihubungkan oleh ikatan
kovalen. Nama ini berasal dari bahasa Yunani Poly, yang berarti
“banyak”, dan mer, yang berarti “bagian”.
Teori Dasar
Secara matematis, berat molekul polimer, w, dapat diungkapkan sebagai jumlah dari berat spesies molekulnya.

dengan N dan M masing-masing menunjukan jumlah mol dan berat molekul dari setiap spesies i. Berat molekul rata-
rata jumlah, Mn , adalah berat sampel per mol:

Di sisi lain, hamburan cahaya dan ultrasentrifugasi merupakan metode untuk menetapkan berat molekul yang
didasarkan pada massa dan polarisabilitas spesies polimer yang hadir. Polimer dengan massa yang lebih besar,
kontribusinya ke pengukuran menjadi lebih besar. Berbeda dengan berat molekul rata-rata jumlah ( yang
merupakan jumlah fraksi mol masing-masing spesies dikalikan berat molekulnya), metode-metode ini
menjumlahkan fraksi berat masing-masing spesies dikalikan berat molekulnya. Dengan demikian nilai yang
diperoleh disebut berat molekul rata-rata berat, Mw , dan secara matematis diekspresikan sebagai berikut:
Teori Dasar

Resin
Resin yang biasa digunakan dalam pembuatan komposit sering
diidentikkan sebagai polimer. Semua polimer menampilkan
karakterisasi yang umum yaitu tersusun dari rantai yang sangat
panjang yang terbentuk dari unit-unit berulang yang sederhana.
Polimer berdasarkan efek suhu terhadap sifatnya bisa diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu termoplastik dan termoset.
Perbandingan daya rentang dan
kekakuan dari setiap jenis resin
Perbandingan kekuatan dan tingkat kekakuan antar
polimer-polimer resin ditunjukkan oleh Gbr 1.
Teori Dasar

Polimer Epoxy Resin


Epoxy resin didefinisikan sebagai molekul yang mengandung lebih dari satu epoxy group.
Epoxy group ini biasa disebut, oxirane atau ethoxyline group, yang strukturnya
ditunjukkan pada Gbr. 2,
Teori Dasar

Nanopartikel SiO2
Silikon dioksida (SiO2) atau biasa juga disebut silika pada umumnya ditemukan dialam
dalam batu pasir, pasir silica atau quartzite. Zat ini merupakan material dasar pembuatan
kaca dan keramik. Silika merupakan salah satu material oksida yang keberadaannya
berlimpah di alam, khususnya di kulit bumi. Keberadaanya bisa dalam bentuk amorf , dan
kristal. Ada tiga bentuk kristal silika, yaitu quartz, tridymite, cristobalite, dan terdapat dua
kristal yang merupakan perpaduan dari bentuk kristal tadi. Beberapa sifat fisis SiO2 tampak
pada Tabel 1.
Teori Dasar

Perbedaan bentuk kristal pada silika


juga memperlihatkan perbedaan pada
sifat-sifat silika itu sendiri. Perbedaan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Komposit
Material komposit merupakan suatu substansi yang tersusun dari kombinasi dua atau lebih
material yang berbeda. Material baru ini diharapkan dapat memberikan sifat yang lebih
baik dibandingkan dengan bahan-bahan penyusunnya. Ada dua istilah material dalam
komposit, yaitu matrik dan penguat (reinforcement). Salah satu dari keduanya atau bisa juga
gabungan keduanya dibutuhkan untuk membuat komposit.
Teori Dasar

Nanopartikel Komposit
Nanopartikel yang didispersi ke dalam polimer matriks menghasilkan sifat-sifat
yang menarik. Permukaan nanopartikel yang sangat luas berinteraksi dengan rantai
polimer sehingga mampu mereduksi mobilitas rantai polimer. Interaksi ini
meningkatkan kekuatan mekanik komposisit tersebut jauh di atas kekuatan polimer
itu sendiri. Hasil yang bisa dicapai adalah material yang ringan dengan kekuatan
tinggi. Mobil balap F1 terbuat dari komposit serat karbon yang didispersi ke dalam resin.
EKSPERIMEN

Penelitian ini secara umum dilakukan dalam dua


tahap:
1.Pembuatan (sintesis) material. Pada tahap ini, dicoba 2. Karakteristik material. Karakterisasi
dilakukan untuk mendapatkan parameter-
berbagai kombinasi yaitu suhu, komposisi bahan,
parameter fisis dari polimer- nanokomposit
waktu pemanasan dan lama pengadukan. Awalnya yang dibuat. Jika polimer- nanokomposit yang
dicoba kombinasi di suhu, waktu pemanasan, dan dihasilkan masih jauh dari parameter material
superkuat, maka akan dilakukan preparasi
lama pengadukan, tujuannya untuk mendapat hasil
sampel lagi.
yang transparan. Setelah diperoleh kombinasi yang
pas, baru dilakukan kombinasi percobaan lagi di
masalah komposisi bahan.
EKSPERIMEN

Sintesis material
Metode sintesis yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode simple mixing. Polimer
epoxy-resin dan epoxy-hardener dicampurkan dengan perbandingan massa
1:1. Kemudian nanopartikel SiO2 dicampurkan kedalam campuran tersebut dengan massa
yang bervariasi. Campuran ketiga bahan tersebut kemudian dipanaskan di dalam oven
bertemperatur 75 oC selama 12 menit, lalu diaduk dengan mixer hingga campuran menjadi
homogen. Pemanasan dilakukan untuk menghilangkan pelarut sehingga didapatkan
polimer-nanokomposit dalam bentuk padatan. Diharapkan polimer-nanokomposit yang
dihasilkan memiliki karakterisasi sebagai material superkuat. Diagram alir proses sintesis
nanokomposit diperlihatkan pada Gbr 3. Dari berbagai variasi konsentrasi polimer dan
jumlah nanopartikel yang digunakan akan didapatkan beberapa sampel yang mungkin
memiliki hasil berbeda.
EKSPERIMEN
EKSPERIMEN

Karakterisasi
Karakterisasi material yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan parameter-parameter
fisis dari polimer-nanokomposit yang dibuat. Adapun proses karakterisasi material pada
penelitian ini mencakup uji kekuatan material (uji tekan) dan uji spektrometer inframerah
(Fourier Transform Infrared Spectroscopy, FT-IR). Uji tekan dilakukan untuk megetahui parameter
kekuatan material. Sedangkan uji spektrometer inframerah dilakukan untuk mengontrol
kualitas produk dan bahan baku dengan cara membandingkan hasilnya dengan spektrum
standarnya.
Untuk dapat melakukan interpretasi terhadap suatu spektra IR, diperlukan tabel korelasi dari
pita-pita
absorpsi dari spektra senyawa yang tidak diketahui dengan frekuensi absorpsi dari ikatan-ikatan
yang diketahui. Tabel ini akan membantu untuk identifikasi sumber dari suatu pita absorpsi seperti
intensitas (lemah, sedang atau kuat), bentuk pita (lebar atau tajam), dan posisi (dalam satuan
cm-1) dalam spektra.
Hasil

Hasil yang didapatkan berupa material Polimer-nano komposit kuat dan


transparan seperti pada gambar :

Transparansi dari material tersebut sudah cukup baik. Pada


material juga masih terdapat gelembung. Adanya gelembung
pada material berpengaruh pada kekuatan material.
Uji Tekan
Proses karakterisasi material nanokomposit ini dilakukan dengan menguji ketahan
material. Hasil dari uji tekan ini ditunjukkan oleh Gbr 5 dalam bentuk grafik.
Berdasarkan Gbr 5 kekuatan material semakin bertambah seiring dengan
penambahan jumlah SiO2 pada campurannya. Namun, peningkatan ini hanya
sampai nilai tertentu, dimana penambahan lebih lanjut jumlah SiO2 justru
menurunkan kekuatan material. Titik tertinggi yang diperoleh dalam eksperimen
sebesar 1682,5 kg/cm2, yaitu pada fraksi SiO2 sebesar 0,0087. Hasil eksperimen
ini menunjukkan peningkatan kekuatan material sampai dengan 24% dibanding
polimer yang tanpa penambahan nanopartikel.
Uji FT-IR
Uji FT-IR hanya dilakukan pada material yang tidak mengandung nanopartikel silika
dengan material yang ditambahkan silika sebanyak 0,1024 g dan 0,1609 g. Hasil yang
didapatkan dari uji FT-IR pada material ditunjukkan oleh Gbr 7. Data yang didapatkan
dari uji FT-IR ini kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan tabel korelasi kemudian
dilakukan perbandingan antara ketiganya. Interpretasi Gbr 7 dapat dilihat pada Tabel 3.
Pada Tabel 3, dapat dilihat adanya perbedaan antara material resin yang tidak
mengandung nanopartikel dengan material nanokomposit yang mengandung
nanopartikel SiO2. Untuk resin murni, terdapat ikatan C-H dengan sifat vibrasinya uluran
(stretch), uluran C-C, uluran asimetri NO2, dan uluran C-O yang tidak terdapat pada
material nanokomposit. Sementara pada material nanokomposit terdapat guntingan dan
tekukan C-H, dan ikatan SiO2 yang tidak terdapat pada material tanpa perlakuan.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penambahan SiO2 pada polimer
mempengaruhi jenis ikatan dan vibrasi yang terjadi.
Kesimpulan dan Saran

Penambahan Silikon Dioksida (SiO2) pada polimer epoxy resin dengan variasi komposisi bahan, waktu dan
suhu, telah berhasil menambah kekuatan polimer tersebut. Peningkatan kekuatan mekanik material sebesar
24% dibandingkan dengan material tanpa penmabahan nanopartikel, ini terjadi pada penambahan fraksi
massa SiO2 sebesar 0,0087. Ini menunjukkan bahwa penambahan SiO2 pada polimer epoxy resin
berpengaruh pada kekuatan polimer. Pengaruh ini timbul karena luas permukaan nanopartikel yang sangat
besar berinteraksi dengan rantai polimer sehingga mereduksi mobilitas rantai polimer. Interaksi ini
meningkatkan kekuatan mekanik komposisit tersebut jauh di atas kekuatan polimer itu sendiri. Hasil
yang bisa dicapai adalah material yang ringan dengan kekuatan tinggi. Semakin banyak jumlah SiO2
yang dimasukkan, kekuatan dari material nanokomposit juga bertambah. Tapi peningkatan sifat mekanik
(sebagai efek dari penambahan SiO2) ini tidak terjadi terus-menerus. Kekuatan mekanik material akan sampai
pada titik kritisnya kemudian turun.
Gelembung pada material nanokomposit membuat kekuatan nanokomposit ini kurang maksimal. Adanya
gelembung pada nanokomposit ini terjadi akibat kontak dengan lingkungan terutama pada saat
pengadukan menggunakan mixer.
Uji tekan pada material nanokomposit berfungsi untuk melihat perubahan kekuatan yang timbul akibat
penambahan nanopartikel SiO2 pada polimer. Semakin banyak penambahan SiO2 pada polimer,
kekuatannya juga ikut bertambah. Tetapi pada titik tertentu,
Kekuatan polimer ini turun. Penurunan ini timbul karena kadar SiO2 pada polimer sudah
jenuh sehingga kristalinitasnya berkurang.
Karakterisasi FT-IR berguna untuk menentukan jenis ikatan apa saja yang ada pada
material nanokomposit tersebut. Pada karakterisasi FT-IR yang sudah dilakukan didapat
bahwa material tanpa perlakuan memiliki enam jenis ikatan, yaitu O-H, C-H, C-C, C=O,
NO2, dan C-O. Lalu pada material dengan penambahan SiO2, terdapat lima jenis ikatan
yaitu O-H, C=O, NO2 dan C-H, serta ikatan baru yaitu SiO2. Perbedaan yang timbul antara
material tanpa perlakuan dan dengan perlakuan menunjukkan bahwa penambahan SiO2
memberikan perubahan pada jenis ikatan yang terjadi pada nanokomposit.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penambahan SiO2
pada polimer Epoxy Resin berpengaruh akan kekuatan polimer tersebut. Dan penelitian
ini membuka peluang untuk mendapatkan material superkuat baru.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai