1 Prinsip syariah
2 Prinsip ilmu
3 Prinsip kuantitas
4 Prinsip prioritas
5.Prinsip sosial
6 Kaidah lingkungan
D. prinsip konsumsi
1.Halal
"dari zakaria bin abi zaidah dari al-sya'bi berkata; saya mendengar nu'man
bin basyir berkata diatas mimbar dan ia mengarahkan jarinya pada
telinganya, saya mendengar rosululloh SAW bersabda: halal itu jelas, haram
itu juga jelas, diantara keduannya itu subhat kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya, maka barang siapa yang menjaga diri dari barang subhat
maka, ia telah bebas untuk agama dan kehormatannya, barang siapa yang
terjerumus dalam subhat maka ia seperti pengembala di sekitar tanah yang
dilarang yang dikhawatirkan terjerumus. Ingatlah sesungguhnya bagi
setiap pemimpin daerah larangan. Larangan allah adalah yang diharamkan
oleh Allah, ingatlah bahwa sesungguhnya di jasad terdapat segumpal
daging, jika baik maka baiklah seluruhnya, jika jelek maka jeleklah seluruh
tubuhnya, ingatlah itu adalah hati." Hadits riwayat muttafaqun, alaih.
Dalam hadits ini menyatakan bahwa halal itu sudah sangat jelas sekali.
Jadi apapun yang kita dapatkan dan kita gunakan itu harus benar-benar
halal. Dan yang di maksud barang subhat adalah barang diantara halal
dan haram. Jadi sangat diwajibkan bagi umat muslim untuk tidak
terjerumus terhadap barang subhat.
Berbicara tentang asas halal-haram pangan, sungguh tidak ada habisnya.
Meskipun telah jelas perkara yang baik dan yang buruk. Kesadaran untuk
mengonsumsi pangan halal nampaknya baru disadari oleh sebagian
masyarakat saja. Bahkan banyak dari masyarakta kita yang gemar
mengonsumsi makanan hanya sabagai pemuas nafsu belaka meskipun
telah jelas dilarang oleh Islam. Berkaitan dengan halal haram pangan,
terdapat pula beberapa pangan yang dianggap masih samar atau syubhat.
Beberapa pangan yang termasuk kategori syubhat ini akan coba dibahas di
sini.
1. Kepiting
Kepiting pada hakekatnya adalah jenis binatang air karena bernafas
dengan insang, berhabitat di air dan tidak akan pernah mengeluarkan telur
di darat, melainkan di air karena memerlukan oksigen dari air. Kepiting
hanya ada yang hidup di air tawar saja, hidup di air laut saja, dan hidup di
air laut dan di air tawar. Tidak ada yang hidup atau berhabitat di dua alam
( laut dan darat ). Fatwa MUI tahun 2012 menegaskan bahwa kepiting halal
untuk dikonsumsi. Seperti halnya kepiting, belut pun mempunyai habitat
asli di air. Hewan ini hanya mampu bertahan beberpa saat di lingkungan
tanpa air.
2. Bekicot, Keong.
Fatwa MUI 2012 menyatakan bahwa bekicot haram hukumnya untuk
dikonsumsi. Hal ini dikarenakan bekicot adalah jenis hewan yang
hidup hasyarat yakni hewan melata.
Berdasarkan rujukan mayoritas kaum ulama Fikh, hewan ini jelas haram,
walaupun masih ada sebagian ulama yang menghalalkannya. Tutut
(Keong/Bellamya javanica/Viviparus javanicus) adalah hewan yang mirip
dengan bekicot namun habitatnya adalah di air. Hewan jenis ini halal untuk
dikonsumsi karena jelas habitatnya di air. Sekretaris Fatwa MUI, Asrorun
Niam menegaskan bahwa tidak semua hewan yang haram dimakan maka
sifatnya najis. Sehingga apabila diperlukan untuk kepentingan obat, air
lendirnya masih diperbolehkan dan tidak bersifat najis.
3. Cacing
MUI telah mengeluarkan Fatwa Nomor: Kep-139/MUI/IV/2000 tanggal 18
April 2000, tentang Makan dan Budi daya Cacing dan Jengkrik, yang
menegaskan :
a) Cacing adalah salah satu jenis hewan yang masuk dalam kategori al-
easyarat;
b) Membenarkan adanya pendapat ulama (Imam Malik, Ibn Abi Laila dan
al-Auz’i) yang menghalalkan memakan cacing sepanjang bermanfaat dan
tidak membahayakan dan pendapat ulama yang mengharamkan
memakannya;
c) Membudidayakan cacing untuk diambil manfaatnya, tidak untuk
dimakan, tidak bertentangan dengan hukum Islam;
d) Membudidayakan cacing untuk diambil sendiri manfaatnya, untuk
pakan burung misalnya, tidak untuk dimakan atau dijual, hukumnya boleh
(mubah).
4. Hyena, binatang buas bertaring yang dihalalkan
Pendapat yang paling kuat di kalangan ulama -dan ini merupakan
pendapat Imam Asy-Syafi’iy & Imam Ahmad- adalah halal & bolehnya
memakan daging hyena (kucing padang pasir). Hal ini berdasarkan hadits
‘Abdurrahman bin ‘Abdillah bin Abi ‘Ammar, beliau berkata, “Saya bertanya
kepada Jabir, “Apakah hyena termasuk hewan buruan?”, beliau menjawab,
“Ia”. Saya bertanya lagi, “Apakah boleh memakannya?”, beliau menjawab,
“Boleh”. Saya kembali bertanya, “Apakah pembolehan ini telah diucapkan
oleh Rasulullah?”, beliau menjawab, “Ia” [1]. Adapun jika ada yang
menyatakan bahwa hyena adalah termasuk hewan buas yang bertaring,
maka kita jawab bahwa hadist Jabir di atas lebih khusus daripada hadist
yang mengharamkan hewan buas yang bertaring sehingga hadits yang
bersifat khusus lebih didahulukan. Dengan kata lain, hyena diperkecualikan
dari pengharaman hewan buas yang bertaring [2].
Berbincang terkait hukum berobat dengan sesuatu yang haram, terdapat
dua pendapat di kalangan ulama. Pendapat pertama mengharamkan secara
total, sedangkan pendapat kedua memperbolehkan karena darurat.
1. Pendapat Yang Mengharamkan
Pendapat ini menyatakan bahwa apa pun dalihnya, pokoknya haram
hukumnya bagi seorang muslim memakan hewan yang sudah diharamkan
Allah untuk mengkonsumsinya. Mereka juga tidak menerima kalau
dikatakan bahwa sebuah penyakit tidak ada obatnya. Sesungguhnya Allah
SWT menurunkan penyakit dan obat, dan menjadikan setiap penyakit ada
obatnya. Hendaklah kalian berobat, dan janganlah kalian berobat dengan
Sesungguhnya Allah SWT menurunkan penyakit dan obat, dan menjadikan
setiap penyakit ada obatnya. Hendaklah kalian berobat, dan janganlah
kalian berobat dengan sesuatu yang haram.” (HR Abu
Dawud).”Sesungguhnya Allah tidak menjadikan obat bagimu pada apa-apa
yang diharamkankan Allah atasmu.” (HR Bukhari dan Baihaqi).
2. Pendapat Yang Menghalalkan
Pendapat kedua yang menghalalkan berobat dengan sesuatu yang haram,
menggunakan dua dalil utama.
2.1. Dalil Kedaruratan
Dalam hukum syariat, ada kaidah bahwa sesuatu yang dharurat itu bisa
menghalalkan sesuatu yang dilarang. Ad-Dharuratu tubihul mahdzurat.
Selain itu Allah SWT telah berfirman: Dan barangsiapa yang terpaksa pada
(waktu) kelaparan dengan tidak sengaja untuk berbuat dosa, maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Belas-kasih. (QS. Al-
Maidah: 3)
Allah telah menerangkan kepadamu apa-apa yang Ia telah haramkan atas
kamu, kecuali kamu dalam keadaan terpaksa." (QS. Al-An'am: 119)
Namun mereka sepakat dalam menetapkan syarat-syarat yang harus
terpenuhi, antara lain:
• Terdapat bahaya yang mengancam kehidupan manusia jika tidak berobat.
• Tidak ada obat lain yang halal sebagai ganti obat yang haram itu.
• Adanya suatu pernyataan dari seorang dokter muslim yang dapat
dipercaya, baik pemeriksaannya maupun agamanya (i'tikad baiknya)
2.2. Rukhshah (Keringanan) di Masa Nabi.
2.2. Rukhshah (Keringanan) di Masa Nabi.
Diriwayatkan oleh Imam Lima & dishohihkan oleh Al-Bukhary, At-Tirmidzy
& selainnya.
"Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah
shallallahu`alaihi wa sallam dan kesayangannya radhiallahuanhuma dia
berkata: Saya menghafal dari Rasulullah shallallahu`alaihi wa
sallam (sabdanya): Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang
tidak meragukanmu."
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata, Haditsnya hasan shahih).
2.Baik dan bergizi
"Nabi SAW bersabda: wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik, tidak
menerima sesuatu kecuali yang baik. Dia memerintahkan kepada orang-
orang yang beriman apa yang diperintahkan pada para utusan,
kemudian baca ayat "wahai para utusan, makanlah makanan yang baik
dan beramallah yang baik, karna sesungguhnya kami tau apa yang
kalian kerjakan". Baca ayat lagi "makanlah sesuatu yang baik dari apa
yang kami rezekikan padamu" kemudian nabi menuturkan ada seorang
laki-laki yang bepergian jauh, rambutnya acak-acakan dan kotor dia
menengadahkan kedua tangannya ke atas seraya berdoa 'wahai tuhanku,
wahai tuhanku' sedang yang dimakan dan diminum serta yang dipakai
adalah berasal dari yang haram, mana mungkin doanya diterima"
Makanan yang baik dan bergizi itu sangatlah bagus untuk tubuh
manusia dan sangat penting untuk kesehatan manusia. Maka dari itu
Allah menganjutkan kepada makhluknya untuk mengkonsumsi makanan
yang baik dan bergizi. Karna jika memakan makanan yang baik dan
bergizi juga akan mempengaruhi akal dana rohani manusia.
3.Makan dan minum secukupnya
Rosulullah SAW bersabda: "anak adam tidak mengisi penuh suatu wadah
yang lebih jelek dari perut, cukuplah bagi mereka beberapa suap makan
yang dapat menegakkan pungggungnya, apabila kuat keinginannya maka
jadikanlah persetiga untuk makan, sepertiga untuk minum, sepertiga
untuk dirinya atau udara."
Allah Swt sangat membenci hal-hal yang berlebih. Seperti makan dan
minum secara berlebihan. Nabi muhammad SAW selalu hidup sederhana
dan tidak berlebih-lebihan. Karna jika makan dan minum secara
berlebihan akan lebih banyak keburukan daripada kebaikan yang
didapatkan.
Dalam kehidupan sehari-hati makan dan minum berlebihan itu sangatlah
tidak efisien. Maka itu juga disebut pemborosan. Akan lebih baik membeli
kebutuhan yang sangat penting dan perlu untuk dibeli. Sisanya bisa di
tabung untuk keperluan di masa yang akan datang
4.Tidak mengandung riba, tidak kotor dan tidak menjijikkan
Rosululloh telah bersabda: " nabi melarang usaha dari anjing, darah,
pentato, yang ditato, pemakan dan membayar riba, dan melaknat
pembuat gambar"
Allah Swt tidak akan menerima doa seseorang jika pakaian yang
dikenakan, makanan yang dimakan dan minuman yang diminum berasal
dari yang haram. Maka tidak diterimalah doa tersebut. Agama islam
sangat memperhatikan terhadap hal seperti itu. Dari mana uang yang
fidapatkan diperuntukkan untuk apa uang itu digunakan. Itu sudah diatur
oleh islam. Semua pekerjaan di dunia, kenyataan banyak usaha dan bisnis
yang baik dan buruk. Maka yang baiklah yang Allah ridhoi.
Prinsip moralitas
2.Pendapatan Nasional
Secara umum, pendapatan nasional adalah nilai barang dan jasa yang
dihasilkan atau diproduksi oleh suatu perekonomian Negara dalam satu
tahun. Salah satu factor yang mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan
nasional adalah konsumsi agregat, namun dalam hal ini konsumsi agregat
secara islam. Muzakki memberi zakat kepada mustahiq, akan
mempengaruhi jumlah yang dikonsumsi oleh mustahiq sehingga daya
belinya akan semakin meningkat menjadikan permintaan yang meningkat
akan barang dan jasa. Dengan penghitungan pendapatan nasional dengan
cara pendapatan, peningkatan permintaan suatu barang dan jasa akan
meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan, dan pendapatan
dari para pekerja berupa upah dan gaji. Hal tersebut akan meningkatkan
pendapatan nasional dalam suatu Negara.
Hal tersebut akan meningkatkan pendapatan nasional dalam suatu Negara.
Dan sebaliknya apabila permintaan menurun akan menurunkan pendapatan
nasional dalam suatu Negara.
3. Neraca pembayaran
Neraca pembayaran merupakan catatan dari semua transaksi ekonomi
internasional yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter penduduk
dalam negeri dengan penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu,
biasanya satu tahun atau dikatakan sebagai laporan penerimaan dan
pembayaran dalam suatu Negara. Neraca pembayaran digunakan untuk
mendapatkan factor-faktor yang mempengaruhi ekspor dan impor suatu
Negara. Beberapa factor yang mempengaruhi adalah kurs, pendapatan luar
negeri, pendapatan dalam negeri, harga relative dan pendapatan.
Konsmsi agregat secara islam mempengaruhi neraca pembayaran suatu
Negara, dimana saat muzakki membayar zakat kepada mustahiq, mustahiq
akan meningkatkan daya beli dan akan meningkatkan permintaan barang
dan jasa. Dari meningkatnya permintaan, jumlah yang dikonsumsi
masyarakat meningkat juga akan meningkatkan pajak yang masuk dalam
transaksi penerimaan neraca pembayaran. Maka penerimaan akan lebih
besar dari pembayaran dalam neraca pembayaran. Hal ini menyatakan
bahwa neraca pembayaran suatu Negara dalam keadaan surplus. Dan
sebaliknya apabila pembayaran lebih besar dari penerimaan maka
menyatakan bahwa neraca pembayaran suatu Negara dalam keadaan yang
defisit.