Anda di halaman 1dari 30

Prinsip konsumsi dalam islam

Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuam mengurangi atau


menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang atau jasa,
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.Menurut
kamus besar bahasa indonesia, kata konsumsi itu diartikan dengan
pemakaian barang hasil produksi. Secara luas konsumsi adalah kegiatan
untuk mengurangi dan menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa,
baik secara sekaligus maupun berangsur-angsur untuk memenuhi
kebutuhan. Orang yang memakai, menghabiskan atau mengurangi
kegunaan suatu barang atau jasa disebut konsumen.
Dalam ekonomi islam, konsumsi diakui sebagai salah satu perilaku
ekonomi dan kebutuhan asasi dalam kehidupan manusia. Perilaku
konsumsi diartikan sebagai setiap perilakuseseorang konsumen untuk
menggunakan atau memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhannya. Akan tetapi islam menekankan bahwa fungsi perilaku
konsumen adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia baik jasmani
maupun rohani. Dengan demikian manusia dapat memaksimalkan fungsi
kemanusiaannya sebagai hamba Allah untuk mendapatkan
kebahagiaannya.
A.Konsumsi dalam ekonomi syariah

Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam perekonomian, karna


tiada kehidupan tanpa konsumsi. Pengabaian terhadap konsumsi berarti
mengabaikan kehidupan sekaligus tugas dalam kehidupan. Manusia
diperintahkan untuk mengkonsumsi pada tingkat yang layak baginya,
keluarganya, dan orang yang paling dekat disekitarnya. Manusia dilarang
beribadah secara mutlak tanpa mementingkan kebutuhan jasmani bahkan
diperbolehkan mengkonsumsi makanan yang haram dalam keadaan
kesulitan. Hal ini terkait dengan kaidah Al-dharar yuzal, kemudharatan
harus dihilangkan.
Jika kita menggunakan teori konvensional, konsumen diasumsikan selalu
menginginkan tingkat kepuasan tertinggi. Konsumen akan lebih memilih
mengkonsumsi barang A dan B atau yang lain tergantung pada tingkat
kepuasan yang diberikan oleh barang-barang tersebut. Kalau dana yang
dimilikinya memadai, maka dia akan membelinya. Akan tetapi jika tidak
mencukupi, dia akan mengalokasikan anggarannya untyuk membeli barang
lain yang kepuasannya maksimal tetapi terjangkau dalam anggarannya. Dari
hal tersebut dapat dipahami pertama, tujuan konsumen adalah mencari
kepuasan tertinggi. Kedua, batasan konsumsi adalah kemampuan anggaran.
Akan tetapi perilaku tersebut tidak dapat diterima begitu saja. Sebab hal
tersebut hanya menekankan pada aspek utility, bukan yang lain.
Sementara dalam ajaran islam ada beberapa hal yang menjadi titik tekan
dalam konsumsi. Pertama, konsumsi lebih diarahkan terhadap aspek
maslahah bukan utilitas. Kedua, didalam islam dilarang mengkonsumsi
barang atau jasa secara berlebihan (israf). Ketiga, dalam islam menekankan
bahwa konsumsi dapat dilakukan sepanjang memperhatikan pihak lain yang
tidak mampu.
C. Perilaku konsumsi dalam ekonomi
syariah

Teori perilaku konsumen (consumer behavior) mempelajari bagaimana


manusia memilih diantara berbagai pilihan yang dihadapinya dengan
memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Teori perilaku konsumen
rasional dalam paradigma konvensional didasari pada prinsip-prinsip
dasar utilitarianisme.
Pada prinsipnya dalam paradigma ekonomi konvensional para konsumen
didasari pada prinsip-prinsip dasar utilitarianisme dan rasionalitas
semata. Prinsip ini menuntut terhadap perkiraan dan pengetahuan
mengenai akibat yang dilakukan. Prinsip ini mendorong konsumen untuk
memaksimalkan nilai guna dengan usaha yang paling minimal dengan
melupakan nilai-nilai kemanusiaan. Akibatnya tercipta individualisme dan
self interest. Maka keseimbangan umum tidak dapat dicapai dan
terjadilah kerusakan di muka bumi.
Sedangkan perilaku konsumen islam didasarkan atas rasionalitas yang
disempurnakan dan mengintergrasikan keyakinan dan kebenaran yang
melampaui rasionalitas manusia yang sangat terbatas berdasarkan Al-
qur'an dan As-sunnah. Islam memberikan konsep pemuasan kebutuhan
yang dibarengi dengan kekuatan moral, ketiadaan tekanan batin dan
adanya keharmonisan hubungan antar sesama.
Ekonomi islam tidak hanya bicara tentang pemuasan materi yang bersifat
fisik, tapi juga berbicara cukup luas tentang pemuasan materi yang
bersifat abstrak, pemuasan yang lebih berkaitan dengan posisi manusia
sebagai hamba Allah Swt.

prinsip dasar perilaku konsumen islami adalah;

1 Prinsip syariah
2 Prinsip ilmu
3 Prinsip kuantitas
4 Prinsip prioritas
5.Prinsip sosial
6 Kaidah lingkungan
D. prinsip konsumsi

1.Halal

"dari zakaria bin abi zaidah dari al-sya'bi berkata; saya mendengar nu'man
bin basyir berkata diatas mimbar dan ia mengarahkan jarinya pada
telinganya, saya mendengar rosululloh SAW bersabda: halal itu jelas, haram
itu juga jelas, diantara keduannya itu subhat kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya, maka barang siapa yang menjaga diri dari barang subhat
maka, ia telah bebas untuk agama dan kehormatannya, barang siapa yang
terjerumus dalam subhat maka ia seperti pengembala di sekitar tanah yang
dilarang yang dikhawatirkan terjerumus. Ingatlah sesungguhnya bagi
setiap pemimpin daerah larangan. Larangan allah adalah yang diharamkan
oleh Allah, ingatlah bahwa sesungguhnya di jasad terdapat segumpal
daging, jika baik maka baiklah seluruhnya, jika jelek maka jeleklah seluruh
tubuhnya, ingatlah itu adalah hati." Hadits riwayat muttafaqun, alaih.

Dalam hadits ini menyatakan bahwa halal itu sudah sangat jelas sekali.
Jadi apapun yang kita dapatkan dan kita gunakan itu harus benar-benar
halal. Dan yang di maksud barang subhat adalah barang diantara halal
dan haram. Jadi sangat diwajibkan bagi umat muslim untuk tidak
terjerumus terhadap barang subhat.
Berbicara tentang asas halal-haram pangan, sungguh tidak ada habisnya.
Meskipun telah jelas perkara yang baik dan yang buruk. Kesadaran untuk
mengonsumsi pangan halal nampaknya baru disadari oleh sebagian
masyarakat saja. Bahkan banyak dari masyarakta kita yang gemar
mengonsumsi makanan hanya sabagai pemuas nafsu belaka meskipun
telah jelas dilarang oleh Islam. Berkaitan dengan halal haram pangan,
terdapat pula beberapa pangan yang dianggap masih samar atau syubhat.
Beberapa pangan yang termasuk kategori syubhat ini akan coba dibahas di
sini.
1. Kepiting
Kepiting pada hakekatnya adalah jenis binatang air karena bernafas
dengan insang, berhabitat di air dan tidak akan pernah mengeluarkan telur
di darat, melainkan di air karena memerlukan oksigen dari air. Kepiting
hanya ada yang hidup di air tawar saja, hidup di air laut saja, dan hidup di
air laut dan di air tawar. Tidak ada yang hidup atau berhabitat di dua alam
( laut dan darat ). Fatwa MUI tahun 2012 menegaskan bahwa kepiting halal
untuk dikonsumsi. Seperti halnya kepiting, belut pun mempunyai habitat
asli di air. Hewan ini hanya mampu bertahan beberpa saat di lingkungan
tanpa air.
2. Bekicot, Keong.
Fatwa MUI 2012 menyatakan bahwa bekicot haram hukumnya untuk
dikonsumsi. Hal ini dikarenakan bekicot adalah jenis hewan yang
hidup hasyarat yakni hewan melata.
Berdasarkan rujukan mayoritas kaum ulama Fikh, hewan ini jelas haram,
walaupun masih ada sebagian ulama yang menghalalkannya. Tutut
(Keong/Bellamya javanica/Viviparus javanicus) adalah hewan yang mirip
dengan bekicot namun habitatnya adalah di air. Hewan jenis ini halal untuk
dikonsumsi karena jelas habitatnya di air. Sekretaris Fatwa MUI, Asrorun
Niam menegaskan bahwa tidak semua hewan yang haram dimakan maka
sifatnya najis. Sehingga apabila diperlukan untuk kepentingan obat, air
lendirnya masih diperbolehkan dan tidak bersifat najis.
3. Cacing
MUI telah mengeluarkan Fatwa Nomor: Kep-139/MUI/IV/2000 tanggal 18
April 2000, tentang Makan dan Budi daya Cacing dan Jengkrik, yang
menegaskan :
a) Cacing adalah salah satu jenis hewan yang masuk dalam kategori al-
easyarat;
b) Membenarkan adanya pendapat ulama (Imam Malik, Ibn Abi Laila dan
al-Auz’i) yang menghalalkan memakan cacing sepanjang bermanfaat dan
tidak membahayakan dan pendapat ulama yang mengharamkan
memakannya;
c) Membudidayakan cacing untuk diambil manfaatnya, tidak untuk
dimakan, tidak bertentangan dengan hukum Islam;
d) Membudidayakan cacing untuk diambil sendiri manfaatnya, untuk
pakan burung misalnya, tidak untuk dimakan atau dijual, hukumnya boleh
(mubah).
4. Hyena, binatang buas bertaring yang dihalalkan
Pendapat yang paling kuat di kalangan ulama -dan ini merupakan
pendapat Imam Asy-Syafi’iy & Imam Ahmad- adalah halal & bolehnya
memakan daging hyena (kucing padang pasir). Hal ini berdasarkan hadits
‘Abdurrahman bin ‘Abdillah bin Abi ‘Ammar, beliau berkata, “Saya bertanya
kepada Jabir, “Apakah hyena termasuk hewan buruan?”, beliau menjawab,
“Ia”. Saya bertanya lagi, “Apakah boleh memakannya?”, beliau menjawab,
“Boleh”. Saya kembali bertanya, “Apakah pembolehan ini telah diucapkan
oleh Rasulullah?”, beliau menjawab, “Ia” [1]. Adapun jika ada yang
menyatakan bahwa hyena adalah termasuk hewan buas yang bertaring,
maka kita jawab bahwa hadist Jabir di atas lebih khusus daripada hadist
yang mengharamkan hewan buas yang bertaring sehingga hadits yang
bersifat khusus lebih didahulukan. Dengan kata lain, hyena diperkecualikan
dari pengharaman hewan buas yang bertaring [2].
Berbincang terkait hukum berobat dengan sesuatu yang haram, terdapat
dua pendapat di kalangan ulama. Pendapat pertama mengharamkan secara
total, sedangkan pendapat kedua memperbolehkan karena darurat.
1. Pendapat Yang Mengharamkan
Pendapat ini menyatakan bahwa apa pun dalihnya, pokoknya haram
hukumnya bagi seorang muslim memakan hewan yang sudah diharamkan
Allah untuk mengkonsumsinya. Mereka juga tidak menerima kalau
dikatakan bahwa sebuah penyakit tidak ada obatnya. Sesungguhnya Allah
SWT menurunkan penyakit dan obat, dan menjadikan setiap penyakit ada
obatnya. Hendaklah kalian berobat, dan janganlah kalian berobat dengan
Sesungguhnya Allah SWT menurunkan penyakit dan obat, dan menjadikan
setiap penyakit ada obatnya. Hendaklah kalian berobat, dan janganlah
kalian berobat dengan sesuatu yang haram.” (HR Abu
Dawud).”Sesungguhnya Allah tidak menjadikan obat bagimu pada apa-apa
yang diharamkankan Allah atasmu.” (HR Bukhari dan Baihaqi).
2. Pendapat Yang Menghalalkan
Pendapat kedua yang menghalalkan berobat dengan sesuatu yang haram,
menggunakan dua dalil utama.
2.1. Dalil Kedaruratan
Dalam hukum syariat, ada kaidah bahwa sesuatu yang dharurat itu bisa
menghalalkan sesuatu yang dilarang. Ad-Dharuratu tubihul mahdzurat.
Selain itu Allah SWT telah berfirman: Dan barangsiapa yang terpaksa pada
(waktu) kelaparan dengan tidak sengaja untuk berbuat dosa, maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Belas-kasih. (QS. Al-
Maidah: 3)
Allah telah menerangkan kepadamu apa-apa yang Ia telah haramkan atas
kamu, kecuali kamu dalam keadaan terpaksa." (QS. Al-An'am: 119)
Namun mereka sepakat dalam menetapkan syarat-syarat yang harus
terpenuhi, antara lain:
• Terdapat bahaya yang mengancam kehidupan manusia jika tidak berobat.
• Tidak ada obat lain yang halal sebagai ganti obat yang haram itu.
• Adanya suatu pernyataan dari seorang dokter muslim yang dapat
dipercaya, baik pemeriksaannya maupun agamanya (i'tikad baiknya)
2.2. Rukhshah (Keringanan) di Masa Nabi.
2.2. Rukhshah (Keringanan) di Masa Nabi.
Diriwayatkan oleh Imam Lima & dishohihkan oleh Al-Bukhary, At-Tirmidzy
& selainnya.

Perkara-perkara syubhat seringkali menjadi perdebatan bahkan dapat


berpotensi menimbulkan permusuhan. Oleh sebab itu Rasulullah SAW
memerintahkan kita untuk menjauhi perkara-perkara syubhat. Beliau
berkata dalam hadistnya :

"Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah
shallallahu`alaihi wa sallam dan kesayangannya radhiallahuanhuma dia
berkata: Saya menghafal dari Rasulullah shallallahu`alaihi wa
sallam (sabdanya): Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang
tidak meragukanmu."
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata, Haditsnya hasan shahih).
2.Baik dan bergizi

"Nabi SAW bersabda: wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik, tidak
menerima sesuatu kecuali yang baik. Dia memerintahkan kepada orang-
orang yang beriman apa yang diperintahkan pada para utusan,
kemudian baca ayat "wahai para utusan, makanlah makanan yang baik
dan beramallah yang baik, karna sesungguhnya kami tau apa yang
kalian kerjakan". Baca ayat lagi "makanlah sesuatu yang baik dari apa
yang kami rezekikan padamu" kemudian nabi menuturkan ada seorang
laki-laki yang bepergian jauh, rambutnya acak-acakan dan kotor dia
menengadahkan kedua tangannya ke atas seraya berdoa 'wahai tuhanku,
wahai tuhanku' sedang yang dimakan dan diminum serta yang dipakai
adalah berasal dari yang haram, mana mungkin doanya diterima"
Makanan yang baik dan bergizi itu sangatlah bagus untuk tubuh
manusia dan sangat penting untuk kesehatan manusia. Maka dari itu
Allah menganjutkan kepada makhluknya untuk mengkonsumsi makanan
yang baik dan bergizi. Karna jika memakan makanan yang baik dan
bergizi juga akan mempengaruhi akal dana rohani manusia.
3.Makan dan minum secukupnya

Rosulullah SAW bersabda: "anak adam tidak mengisi penuh suatu wadah
yang lebih jelek dari perut, cukuplah bagi mereka beberapa suap makan
yang dapat menegakkan pungggungnya, apabila kuat keinginannya maka
jadikanlah persetiga untuk makan, sepertiga untuk minum, sepertiga
untuk dirinya atau udara."
Allah Swt sangat membenci hal-hal yang berlebih. Seperti makan dan
minum secara berlebihan. Nabi muhammad SAW selalu hidup sederhana
dan tidak berlebih-lebihan. Karna jika makan dan minum secara
berlebihan akan lebih banyak keburukan daripada kebaikan yang
didapatkan.
Dalam kehidupan sehari-hati makan dan minum berlebihan itu sangatlah
tidak efisien. Maka itu juga disebut pemborosan. Akan lebih baik membeli
kebutuhan yang sangat penting dan perlu untuk dibeli. Sisanya bisa di
tabung untuk keperluan di masa yang akan datang
4.Tidak mengandung riba, tidak kotor dan tidak menjijikkan
Rosululloh telah bersabda: " nabi melarang usaha dari anjing, darah,
pentato, yang ditato, pemakan dan membayar riba, dan melaknat
pembuat gambar"
Allah Swt tidak akan menerima doa seseorang jika pakaian yang
dikenakan, makanan yang dimakan dan minuman yang diminum berasal
dari yang haram. Maka tidak diterimalah doa tersebut. Agama islam
sangat memperhatikan terhadap hal seperti itu. Dari mana uang yang
fidapatkan diperuntukkan untuk apa uang itu digunakan. Itu sudah diatur
oleh islam. Semua pekerjaan di dunia, kenyataan banyak usaha dan bisnis
yang baik dan buruk. Maka yang baiklah yang Allah ridhoi.

Biasanya sikap orang-orang yang riba lagi-lagi menyengsarakan para


kaum proletar. Para orang yang riba selalu menjadikan situasi kesulitan
orang miskin menjadi investasi bagi mereka.
5.Bukan hasil suap
"nabi melaknat penyuap dan yang di suap, yazid menambah, Allah
melaknat penyuap dan yang disuap"
Perbuatan suap menyuap sangat dilaknat oleh Allah Swt dan rosulullah
SAW. Siapa yang memberi suap dan yang menerima suap akan
mendapatkan dosa.ini akan mempengaruhi terhadap perekonomian
karna suap menyuap akan sangat merugikan banyak pihak. Yang paling
disengsarakan adalah masyarakat miskin
Konsep Konsumsi Secara Islam

Setiap hari manusia membuat sejumlah keputusan mengenai bagaimana


mengalokasikan sumber dana untuk memenuhi kebutuhan. Dalam
menentukan pilihan, kita harus menyeimbangkan antara kebutuhan,
preferensi dan ketersediaan sumber daya. Keputusan untuk memilih alokasi
inilah yang melahirkan permintaan. Dalam ekonomi konvensional, konsumen
diasumsikan selalu bertujuan untuk memperoleh kepuasan tertinggi dalam
kegiatan konsumsinya sesuai dengan anggaran yang ada. Perilaku konsumsi
individu berbeda beda, perbedaan tersebut disebabkan adanya perbedaan
pendapat dan latar belakang. Berbeda dengan ekonomi islam, konsumsi
islam selalu berpedoman pada ajaran islam yang lebih mempertimbangkan
mashlahah daripada kepuasan atau utilitas.. Pencapaian maslahah
merupakan tujuan dari syariat islam yang harus menjadi tujuan dari
konsumsi.
Seorang muslim selalu ingin meningkatkan mashlahah yang diperolehnya.
Keyakinan bahwa ada kehidupan dan pembalasan yang adil di akhirat serta
informasi yang berasal dari Allah adalah sempurna akan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kegiatan konsumsi. Mashlahah terdiri dari manfaat
dan berkah, seorang konsumen akan merasa manfaat suatu kegiatan
konsumsi ketika mendapatakan pemenuhan kebutuhan fisik atau psikis. Di
sisi lain, berkah akan diperolehnya ketika mengonsumsi barang dan jasa
yang dihalalkan oleh syariat islam. Mengonsumsi yang halal saja merupakan
kepatuhan kepada Allah karenannya mendapat pahala.
Pahala ini yang kemudian dirasa sebagai berkah dari barang dan jasa yang
dikonsumsi. Sebaliknya, seorang muslim tidak akan mengonsumsi barang
dan jasa yang haram karena tidak mendatangkan berkah, justru
menimbulkan dosa yang pada akhirnya akan berujung pada siksa Allah.
Menurut Abdul Mannan, dalam melakukan konsumsi terdapat lima prinsip
dasar, yaitu :
· Prinsip keadilan
Artinya, sesuatu yang dikonsumsi itu didapatkan secara halal dan tidak
bertentangan dengan hukum.
· Prinsip kebersihan
Dalam al-Qur’an maupun Sunnah disebutkan bahwa makanan itu harus
baik atau cocok untuk dikonsumsi, tidak kotor, ataupun menjijikkan
sehingga merusak selera.
· Prinsip kesederhanaan
Artinya, dalam mengonsumsi sesuatu tidak berlebih-lebihan. Hal ini
dijelaskan antara lain dalam Q.S. al-A’raaf ayat 31. Sikap berlebih-lebihan
(israf) sangat dibenci oleh Allah dan merupakan pangkal dari berbagai
kerusakan di muka bumi. Sikap berlebih-lebihan ini mengandung makna
melebihi dari kebutuhan yang wajar dan cenderung memperturutkan hawa
nafsu atau sebaliknya terlampau kikir sehingga justru menyiksa diri
sendiri. Islam menghendaki suatu kuantitas dan kualitas konsumsi yang
wajar bagi kebutuhan manusia sehingga tercipta pola konsumsi yang
efesien dan efektif secara individual maupun sosial.
Prinsip kemurahan hati
Dengan mentaati ajaran Islam maka tidak ada bahaya atau dosa ketika
mengkonsumsi benda-benda ekonomi yang halal yang disediakan Allah
karena kemurahanNya. Selama konsumsi ini merupakan upaya pemenuhan
kebutuhan yang membawa kemanfaatan bagi kehidupan dan peran
manusia untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah maka Allah telah
memberikan anugrahNya bagi manusia. Prinsip kemurahan hati
Dengan mentaati ajaran Islam maka tidak ada bahaya atau dosa ketika
mengkonsumsi benda-benda ekonomi yang halal yang disediakan Allah
karena kemurahanNya. Selama konsumsi ini merupakan upaya pemenuhan
kebutuhan yang membawa kemanfaatan bagi kehidupan dan peran
manusia untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah maka Allah telah
memberikan anugrahNya bagi manusia.

Prinsip moralitas

Pada akhirnya konsumsi seorang muslim secara keseluruhan harus


dibingkai oleh moralitas yang dikandung dalam Islam sehingga tidak
semata – mata memenuhi segala kebutuhan. Harta diberikan Allah SWT
kepada manusia bukan untuk disimpan , ditimbun atau sekedar dihitung-
hitung tetapi digunakan bagi kemaslahatan manusia sendiri serta sarana
beribadah kepada Allah. Konsekuensinya, penimbunan harta dilarang keras
oleh Islam dan memanfaatkannya adalah diwajibkan.
Bagi seorang muslim, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari keimanan.
Tolak ukur keimanan menjadi sangat penting karena keimanan
memberikan cara pandang dunia yang cenderung memengaruhi
kepribadian manusia, baik dalam bentuk perilaku, gaya hidup, selera,
maupun sikap terhadap sesama manusia. Keimanan sangat
berpengaruh terhadap sifat, kuantitas, dan kualitas konsumsi baik
dalam bentuk kepuasan material maupun spiritual. Dengan adanya
keimanan, seorang individu akan berhati-hati dalam mengonsumsi
pendapatannya.
Misalnya, seorang pekerja berpendapatan 3 juta sebulan. Total
konsumsi pokoknya selama sebulan adalah 1,5 juta. Sisa
pendapatannya bisa saja ia manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
tersiernya. Tetapi karena faktor keimanan, ia lebih memilih untuk
melakukan amal saleh, baik itu untuk zakat maupun sedekah.
Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 168-169 disebutkan bahwa:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
setan, karena setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu.
Sesungguhnya setan hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan
mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.”
Batasan konsumsi di atas tidak hanya berlaku bagi makanan dan
minuman, tetapi juga mencakup jenis-jenis komoditi lainnya. Quraish
Shihab menjelaskan dalam Tafsir al-Misbah, komoditi yang haram itu ada
dua, yaitu haram karena zatnya dan haram karena sesuatu yang bukan
dari zatnya. Haram karena zatnya, seperti babi dan darah. Haram karena
sesuatu yang bukan dari zatnya, seperti makanan yang tidak diizinkan
oleh pemiliknya untuk dimakan dan berdampak negatif.
Pengertian Konsumsi Agregat dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah bagaimana keputusan rumah
tangga menentukan berapa banyak atau berapa besar pendapatannya yang
digunakan untuk konsumsi barang dan jasa dalam periode tertentu.
Sedangkan konsumsi agregat adalah seluruh jumlah pengeluaran konsumsi
rumah tangga untuk barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi agregat antara lain adalah :
· Pendapatan rumah tangga
Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh rumah tangga maka
pengeluaran konsumsinya akan semakin tinggi. Dan sebaliknya,
pendapatan rumah tangga rendah maka pengeluaran konsumsinya akan
rendah pula.
· Kekayaan rumah tangga dan harga
Jika tingkat harga mengalami kenaikan dengan kekayaan rumah tangga
yang tetap maka pengeluaran konsumsi akan turun dan jika tingkat harga
mengalami penurunan dengan kekayaan
rumah tangga tetap maka pengeluaran konsumsi akan naik. Namun jika
tingkat harga mengalami kenaikan dengan kekayaan yang meningkat maka
pengeluaran konsumsi tetap.
· Tingkat suku bunga
Pengaruh tingkat suku bunga semakin tinggi, kecenderungan menabung
akan meningkat dan pengeluaran konsumsi akan turun. Tingkat suku bunga
rendah, kecenderungan menabung akan menurun dan pengeluaran
konsumsi akan naik. Di sisi lain, saat tingkt bunga turun, kecenderungan
meminjam uang di bank akan meningkat dan pengeluaran konsumsi akan
meningkat.
· Harapan di masa yang akan datang
Jika pendapatan yang akan di peroleh di masa yang akan datang tinggi,
maka konsumsi saat ini akan meningkat dan juga meningkatnya meminjam
uang misal di bank akan meningkat. Karena, pendapatan yang di peroleh di
masa yang akan datang mencukupi kebutuhan saat ini dan kebutuhan di
masa yang akan datang.

3. Hubungan Konsumsi Agregat Islam terhadap Perekonomian


Secara makro Islam, perekonomian terdiri dari dua karakteristik yang
berbeda, yaitu muzakki dan mustahiq. Muzakki adalah golongan pembayar
zakat. Sedangkan, mustahiq adalah golongan penerima zakat. Mustahiq
dibagi menjadi dua yaitu mustahiq fakir dan mustahiq miskin.
Antara muzakki dan mustahiq mempunyai model konsumsi yang berbeda.
Bagi muzakki, final spendingnya adalah Cz (total konsumsi muzakki)
dikurangi Zy (zakat pendapatan), In (infak), Sh (Shadaqah), dan Wf (Wakaf).
Persamaannya dapat ditulis FS = Cz – (Zy + In + Sh + Wf). Bagi mustahiq
miskin, final spendingnya adalah Y (pendapatan) yang diperoleh namun
kebutuhannya belum tercukupi dan untuk memenuhi kebutuhannya harus
dipenuhi dengan Z (zakat yang diterima) dari muzakki. Persamaannya FS =Y
+ Z. Sedangkan bagi mustahiq fakir, final spendingnya adalah Z (zakat yang
diterima). Karena tidak memiliki pendapatan sehingga konsumsinya adalah
zakat dari muzakki. Persamaannya FS = Z. Maka zakat yang diterima oleh
mustahiq menentukan tingkat konsumsinya. Sedangkan bagi muzakki, zakat
akan mengurangi final spending-nya. Tetapi hal itu dirasa tidak
memberatkan karena faktor keimanan para muzakki tersebut di mana
perilaku konsumsi mereka sangat dipengaruhi. Motif utama konsumsi
mereka tidak hanya memenuhi kebutuhan primer, sekunder, tersier, tetapi
juga kebutuhan untuk beramal shaleh.
Hubungan konsumsi agregat islam terhadap perekonomian suatu Negara
adalah Muzakki memberi zakat kepada mustahiq, akan mempengaruhi
jumlah yang dikonsumsi oleh mustahiq sehingga daya belinya akan semakin
meningkat menjadikan permintaan yang meningkat akan barang dan jasa.
Dari meningkatnya jumlah permintaan dalam suatu perekonomian akan
berdampak terhadap perekonomian itu sendiri. Diantaranya adalah :
1.Pengangguran dan inflasi

Dari sisi perusahaan, meningkatnya jumlah permintaan barang dan jasa


dalam suatu perekonomian akan memicu perusahaan-perusahaan untuk
menambah produk yang mereka produksi. Untuk menambah produk
yang diproduksi tentunya memerlukan tenaga kerja yang lebih.
Perusahaan akan menambah jumlah tenaga kerjanya maka akan
mengurangi pengangguran. Namun, dari sisi harga, meningkatnya
jumlah permintaan barang dan jasa dalam suatu perekonomian akan
berdampak terhadap naiknya harga-harga barang dan jasa yang di
sebut dengan inflasi. Contohnya pada saat mendekati hari-hari besar,
permintaan akan daging pada hari-hari biasa harganaya relative stabil
atau normal, namun saat mendekati hari Raya Idul Fitri harga daging
akan naik dari harga di hari-hari biasa.
Pengangguran dan inflasi memiliki hubungan yang negative.
Apabila inflasi tinggi maka pengangguran akan randah dan apabila
inflasi rendah maka pengangguran tinggi. Hal ini sesuai denga kurva
Philips.
Kurva phiplis dikemukakan oleh A. W. Philips yang menjelaskan hubungan
tingkat inflasi dan pengangguran untuk jangka pendek. Dari gambar
kurva di atas, tingkat inflasi dan pengangguran memiliki hubungan yang
negative.
Artinya jika tingkat inflasi tinggi maka tingkat pengangguran akan rendah
dan jika tingkat inflasi rendah maka tingkat pengangguran akan tinggi.
Dalam jangka pendek, saat terjadi inflasi diikuti kemampuan masyarakat
contohnya terjadi inflasi namun tingkat upah naik, daya beli masyarakat
akan naik pula sehingga meningkatnya jumlah permintaan barang dan jasa
dalam akan memicu perusahaan-perusahaan untuk menambah produk yang
mereka produksi. Untuk menambah produk yang diproduksi tentunya
memerlukan tenaga kerja yang lebih. Perusahaan akan menambah jumlah
tenaga kerjanya maka akan mengurangi pengangguran.

2.Pendapatan Nasional

Secara umum, pendapatan nasional adalah nilai barang dan jasa yang
dihasilkan atau diproduksi oleh suatu perekonomian Negara dalam satu
tahun. Salah satu factor yang mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan
nasional adalah konsumsi agregat, namun dalam hal ini konsumsi agregat
secara islam. Muzakki memberi zakat kepada mustahiq, akan
mempengaruhi jumlah yang dikonsumsi oleh mustahiq sehingga daya
belinya akan semakin meningkat menjadikan permintaan yang meningkat
akan barang dan jasa. Dengan penghitungan pendapatan nasional dengan
cara pendapatan, peningkatan permintaan suatu barang dan jasa akan
meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan, dan pendapatan
dari para pekerja berupa upah dan gaji. Hal tersebut akan meningkatkan
pendapatan nasional dalam suatu Negara.
Hal tersebut akan meningkatkan pendapatan nasional dalam suatu Negara.
Dan sebaliknya apabila permintaan menurun akan menurunkan pendapatan
nasional dalam suatu Negara.

3. Neraca pembayaran
Neraca pembayaran merupakan catatan dari semua transaksi ekonomi
internasional yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter penduduk
dalam negeri dengan penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu,
biasanya satu tahun atau dikatakan sebagai laporan penerimaan dan
pembayaran dalam suatu Negara. Neraca pembayaran digunakan untuk
mendapatkan factor-faktor yang mempengaruhi ekspor dan impor suatu
Negara. Beberapa factor yang mempengaruhi adalah kurs, pendapatan luar
negeri, pendapatan dalam negeri, harga relative dan pendapatan.
Konsmsi agregat secara islam mempengaruhi neraca pembayaran suatu
Negara, dimana saat muzakki membayar zakat kepada mustahiq, mustahiq
akan meningkatkan daya beli dan akan meningkatkan permintaan barang
dan jasa. Dari meningkatnya permintaan, jumlah yang dikonsumsi
masyarakat meningkat juga akan meningkatkan pajak yang masuk dalam
transaksi penerimaan neraca pembayaran. Maka penerimaan akan lebih
besar dari pembayaran dalam neraca pembayaran. Hal ini menyatakan
bahwa neraca pembayaran suatu Negara dalam keadaan surplus. Dan
sebaliknya apabila pembayaran lebih besar dari penerimaan maka
menyatakan bahwa neraca pembayaran suatu Negara dalam keadaan yang
defisit.

Anda mungkin juga menyukai