Anda di halaman 1dari 12

ASKEP FILARIASIS

DISUSUN OLEH :ZURIATI


NURHASANAH
ULLAYA IMTIYAZ A
ULFA HANUM
FITAYA ZANNA
RISKA RAHMAWATI
BAINAR RUKYATI
PENGERTIAN FILARIASIS
 Filariasis adalah suatu penyakit yang sering pada daerah subtropik
dan tropik, disebabkan oleh parasit nematoda pada pembuluh
limfe. (Witagama,dedi.2009) Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah
penyakit menular kronik yang disebabkan sumbatan cacing filaria
di kelenjar / saluran getah bening, menimbulkan gejala klinis akut
berupa demam berulang, radang kelenjar / saluran getah bening,
edema dan gejala kronik berupa elefantiasis. Filariasis ialah
penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing
filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar
getah bening, Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak
mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan
maupun laki-laki. (Witagama,dedi.2009)
EPIDEMIOLOGI
 Penyakit Filariasisi terutama ditemukan didaerah
Khatulistiwa dan merupakan masalah didaerah dataran rendah
kadang-kadang dapat juga ditemukan daerah bukit yang
terlalu tinggi. Di Indonesia penyakit ini lebih banyak
ditemukan didaerah pedesaan. Didaerah kota
hanya w.bancrofti yang telah ditemukan seperti di kota
Jakarta, Tanggerang, Pekalongan dan Seamarang dan mungkin
dikota-kota lainnya.
KLASIFIKASI
Limfedema pada filariasis bancrofti biasanya mengenai seluruh
tungkai. Limfedema tungkai ini dapat dibagi menjadi 4 tingkat,
yaitu:
 Tingkat 1. Edema pitting pada tungkai yang dapat kembali normal
(reversibel) bila tungkai diangkat.
 Tingkat 2. Pitting/ non pitting edema yang tidak dapat kembali
normal (irreversibel) bila tungkai diangkat.
 Tingkat 3. Edema non pitting, tidak dapat kembali normal
(irreversibel) bila tungkai diangkat, kulit menjadi tebal.
 Tingkat 4. Edema non pitting dengan jaringan fibrosis dan
verukosa pada kulit (elephantiasis). (T.Pohan,Herdiman,2009)
ETIOLOGI
 1. Hsopes
Manusia yang mengandung parasit selalu dapat menjadi
sumver infeksi bagi orang lain yang rentan. Biasanya
pendatang baru ke daerah endemi (transmigran) lebih rentan
terhadap infeksi filariasis dan lebih menderita dari penduduk
asli. Pada umumnya laki-laki lebih banyak yang terkena
infeksi, karena lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk
mendapat infeksi. Juga gejala penyakit lebih nyata pada laki-
laki, karena pekerjaan fisisk lenih berat.
LANJUTAN
 2. Hospes Reservoar
Tipe B. Malayi yang dapat hidup pada hewan merupakan sumber
infeksi untuk manusia. Hewan yang sering ditemukan mengandung
infeksi adalah kucing dan kera terutama jenis Presbytis, meskipun
hewan lain mungkin juga terkena infeksi.
 3.Vektor
Bnyak spesies nyamuk ditemukan sebagai vektor filariasis,
tergantung pada cacing filarianya.W. Bancrofti yang terdapat
didaerah perkotaan ditularkan oleh Cx. Quinquefasciatus yang
tempat perindukannya air kotor dan tercemar.
FAKTOR LINGKUNGAN
 Faktor lingkungan yang dapat menunjang kelangsungan hidup
hospes, hospes reservoar dan vektor, merupakan hal yang
sangat penting untuk epidemiologi filariasis.Jenis filariasis
yang ada di suatu daerah endemi dapat diperkiran dengan
melihat keadaan lingkungannya
PATOFISIOLOGI
 Parasit memasuki sirkulasi saat nyamuk menghisap darah lalu
parasit akan menuju pembuluh limfa dan nodus limfa. Di
pembuluh limfa terjadi perubahan dari larva stadium 3
menjadi parasit dewasa. Cacing dewasa akan menghasilkan
produk – produk yang akan menyebabkan dilaasi dari
pembuluh limfa sehingga terjadi disfungsi katup yang
berakibat aliran limfa retrograde. Akibat dari aliran
retrograde tersebut maka akan terbentuk limfedema.
(Witagama,dedi.2009)
MANIFESTASI KLINIS
 Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing
dewasa pada sistem limfatik dengan konsekuensi limfangitis
dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi hipersensitivitas
dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 1. DIAGNOSIS KLINIS
 2. DIAGNOSIS PARASITOLOGIK
 3. ‘DIAGNOSIS RADIODIAGNOSIS
 4. DIAGNOSIS IMMUNOLOGI
PENATALAKSAAN
 1. Upaya Pencegahan Filariasis
Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari
gigitan nyamuk (mengurangi kontak dengan vektor)
 2. Upaya Pengobatan Filariasis
Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada
daerah endemis dengan menggunakan obat Diethyl
Carbamazine Citrate (DEC).
 3. Upaya Rehabilitasi Filariasis
Penderita filariasis yang telah menjalani pengobatan dapat
sembuh total. Namun, kondisi mereka tidak bisa pulih seperti
sebelumnya
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai