Anda di halaman 1dari 133

HOSPITAL BYLAWS

Ali Taufan.dr.MH.Kes
Modul Profesionalisme, Bioetik, Humaniora, dan Legal
BYLAWS
Inggris Kuno
By bisa berarti town, sehingga bylaws berarti
peraturan kota atau peraturan setempat.

Oxford dictionary
Regulasi yang dibuat oleh local authority atau
korporasi.
Webster’s dictionary
Peraturan yang digunakan oleh organisasi
(mis. klub atau kotapraja) yang utamanya
untuk tata -kelola anggota dan berbagai
urusan organisasi.
Wharton
UU, peraturan, regulasi, perintah dan konstitusi
korporasi guna tatakelola anggota-anggotanya.
Hospital Bylaws akan memiliki kekuatan mengikat
sepanjang tidak bertentangan dengan hukum,
kelaziman, tujuan baik serta hal-hal yang dilarang.
Black’s law dictionary
Hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi semua
pegawai, orang-orang ataupun grup yang berada
dalam struktur korporasi serta menyediakan aturan
tentang hal-hal rutin (misalnya rapat-rapat dsbnya).
“Peraturan intern dan ketentuan yang dibuat sendiri oleh
rumah sakit untuk mengatur tingkah laku atau perbuatan.

Peraturan intern tersebut merupakan kerangka hukum


dan manajerial yang menjadi acuan bagi rumah sakit
dalam mencapai tujuannya.”

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :


772/MENKES/SK/VI/2002 TENTANG PEDOMAN PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT
(HOSPITAL BYLAWS)
PEMILIK RS

GOVERNING
BODY

THREE LEGGED STOOL MODEL

CEO STAF MEDIK


HOSPITAL = RUMAH SAKIT
 UU RI 23/1992 ttg KESEHATAN
Ps 56 ayat (1):
SARANA KESEHATAN MELIPUTI BALAI
PENGOBATAN, PUSKESMAS, RUMAH SAKIT
UMUM, RUMAH SAKIT KHUSUS, . . . . . . . . .
Penjelasan:
YG DIMAKSUD DNG RUMAH SAKIT KHUSUS
DALAM AYAT INI ADALAH RUMAH SAKIT YG
MENYELENGGARAKAN YAN-KES PADA SUATU
BIDANG TERTENTU.
6
HOSPITAL = RUMAH SAKIT
 UU RI 23/1992 ttg KESEHATAN
Ps 1 butir 4:
SARANA KESEHATAN ADALAH TEMPAT YG
DIGUNAKAN UNTUK MENYELENGGARAKAN
UPAYA KESEHATAN
 RUMAH SAKIT MERUPAKAN SALAH SATU
JENIS SARANA KESEHATAN

7
HOSPITAL = RUMAH SAKIT
 UU RI 36/2009 TTG KESEHATAN
PS 1 BUTIR 7:
FASILITAS YAN KESEHATAN ADALAH SUATU
ALAT DAN/ATAU TEMPAT YG DIGUNAKAN UNTUK
MENYELENGGARAKAN UPAYA YAN KES, BAIK
PROMOTIF, PREVENTIF, KURATIF MAUPUN
REHABILITATIF YG DILAKUKAN OLEH
PEMERINTAH, PEMDA, DAN/ATAU MASY

8
HOSPITAL = RUMAH SAKIT
 UU RI 44/2009 ttg RUMAH SAKIT
Ps 1 butir 1:
RUMAH SAKIT ADALAH INSTITUSI YAN-KES YG
MENYELENGGARAKAN YAN-KES PERORANGAN
SECARA PARIPURNA YG MENYEDIAKAN YAN
RANAP, RAJAL, DAN GAWAT DARURAT.

9
UU RI 44/2009 ttg RUMAH SAKIT

Ps 29 ayat (1) huruf r:


SETIAP RS MEMPUNYAI KEWAJIBAN &
MELAKSANAKAN PERATURAN INTERNAL RS
(HOSPITAL BYLAWS)

10
FUNGSI:
1.ACUAN BAGI PEMILIK RS  PENGAWASAN RS
2.ACUAN BAGI DIREKTUR RS  PENGELOLAAN
RS & PENYUSUNAN KEBIJAKAN TEKNIS
OPERASIONAL
3.SARANA MENJAMIN EFEKTIFITAS, EFISIENSI &
MUTU
4.SARANA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI SEMUA
PIHAK YG BERHUBUNGAN DNG RS
5.ACUAN PENYELESAIAN KONFLIK DI RS
(KHUSUS: PEMILIK – DIREKTUR – STAF MEDIS)
6.PERSYARATAN AKREDITASI RS 11
TUJUAN (UMUM) :

DI MILIKINYA SUATU TATANAN PERATURAN DASAR


YG MENGATUR PEMILIK RS ATAU YG MEWAKILI –
DIREKTUR RS – TENAGA MEDIS (STAF MEDIS) 
PENYELENGGARAAN RS : EFEKTIF – EFISIEN –
BERKUALITAS

12
TUJUAN (KHUSUS) :
1.DIMILIKINYA PEDOMAN ASPEK HUKUM OLEH RS
DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMILIK RS
ATAU YG MEWAKILI – DIREKTUR RS – STAF MEDIS
2.DIMILIKINYA PEDOMAN ASPEK HUKUM DALAM
PEMBUATAN KEBIJAKAN TEHNIS OPERASIONAL
RS
3.DIMILIKINYA PEDOMAN ASPEK HUKUM DALAM
PENGATURAN STAF MEDIS

13
a. Untuk RS
- ACUAN ASPEK HUKUM  KONSTITUSI
- KEPASTIAN HUKUM (EKSTERNAL & INTERNAL)
 SARANA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RS
TERHADAP TUNTUTAN/GUGATAN
- PERSYARATAN AKREDITASI RS
- SARANA UNTUK MENINGKATKAN MUTU
PELAYANAN RS
- ARAH & TUJUAN DALAM PELAKSANAAN
KEGIATAN
14
b. Untuk DIREKTUR

- ACUAN TENTANG BATAS KEWENANGAN, HAK,


KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB YG JELAS
 PENYELESAIAN MASALAH YG TIMBUL &
MENJAGA HUBUNGAN SERASI – SELARAS
- PEDOMAN RESMI  PENYUSUNAN KEBIJAKAN
TEKNIS OPERASIONAL

15
c. Untuk PEMILIK RS

- MENGETAHUI TUGAS & KEWAJIBAN PEMILIK


RS
- ACUAN PENYELESAIAN KONFLIK INTERNAL
- ACUAN PENILAIAN KINERJA DIREKTUR RS

16
d. Untuk PEMERINTAH
- MENGETAHUI ARAH & TUJUAN RS
- ACUAN PENYELESAIAN KONFLIK DI RS

e. Untuk MASYARAKAT
- MENGETAHUI VISI, MISI & TUJUAN RS
- MENGETAHUI HAK & KEWAJIBAN PASIEN

17
KEBIJAKAN TEKNIS OPERASIONAL RS
-SOP (Standar Operating Procedure)
-Job Description, dll
PERATURAN PER-UU-AN LAINNYA
-KUHP
-KUHPerdata
-UU 13/2003 ttg KETENAGA-KERJAAN
-UU 23/1997 ttg PENGELOLAANLINGKUNGAN
HIDUP
-UU 8/1999 ttg PERLINDUNGAN KONSUMEN, dll
18
KUHP UU 23/92
KUHPer UU 40/07
UU 29/05 UU 28/04
UU 13/03 UU 44/09
UU 23/97 --------- KEBIJAKAN
------------------- PP 6/00
UU 8/99 PEMDA:
PP 10/06 ----------- -Perijinan
PerMenKes 585/X/89 Perkumpulan -- Pelaporan
dll
dll

HOSPITAL BYLAWS (PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT)

ATURAN PELAKSANAAN:
SOP. JOB-DISC, dll
19
TUJUAN (Pasal 3):
a. MEMPERMUDAH AKSES MASY UTK MENDAPATKAN
YANKES
b. MEMBERIKAN PERLINDUNGAN THD KESELAMATAN
PASIEN, MASY, LINGKUNGAN RS DAN SDM DI RS
c. MENINGKATKAN MUTU & MEMPERTAHANKAN
STANDAR YAN RS
d. MEMBERIKAN KEPASTIAN HUKUM KPD PASIEN,
MASY, SDM RS DAN RS

20
* Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.

* Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien


yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan
kecacatan lebih lanjut.
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis;
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan;
a.menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat;
b.menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi
fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan;
c.membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah Sakit;
d.memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat
memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan bertanggung
jawab;
e.memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa
pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;
f. menggerakkan peran serta masyarakat dalam
pendirian Rumah Sakit sesuai dengan jenis
pelayanan yang dibutuhkan masyarakat;
g. menyediakan informasi kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat;
h. menjamin pembiayaan pelayanan
kegawatdaruratan di Rumah Sakit akibat bencana
dan kejadian luar biasa;
i. menyediakan sumber daya manusia yang
dibutuhkan; dan
j. mengatur pendistribusian dan penyebaran alat
kesehatan berteknologi tinggi dan bernilai tinggi.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dapat meliputi:
*a. instalasi air;
*b. instalasi mekanikal dan elektrikal;
*c. instalasi gas medik;
*d. instalasi uap;
*e. instalasi pengelolaan limbah;
*f. pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
*g. petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan
darurat;
*h. instalasi tata udara;
*i. sistem informasi dan komunikasi; dan
*j. ambulan.
Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis
dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian,
tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga nonkesehatan.

Rumah Sakit harus memiliki data ketenagaan yang melakukan praktik


atau pekerjaan dalam penyelenggaraan Rumah Sakit.

Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan konsultan


sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan.
1. Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran di Rumah
Sakit wajib memiliki Surat Izin Praktik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.

1. Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah Sakit wajib


memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

1. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus


bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan
Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika
profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan
keselamatan pasien.
Persyaratan peralatan meliputi peralatan medis dan nonmedis harus
memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan,
keselamatan dan laik pakai.
*Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit harus
dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien.
*Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus
dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya.
*Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara
berkala dan berkesinambungan
*Ketentuan mengenai pengujian dan/atau kalibrasi peralatan
medis, standar yang berkaitan dengan keamanan, mutu, dan
manfaat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
* Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit.
* Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu
bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Rumah Sakit pendidikan merupakan Rumah Sakit yang
menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam
bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran
berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.
Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan dapat dibentuk
Jejaring Rumah Sakit Pendidikan.

31
a.Rumah Sakit umum kelas A;
b.Rumah Sakit umum kelas B
c.Rumah Sakit umum kelas C;
d.Rumah Sakit umum kelas D.
a. Rumah Sakit khusus kelas A;
b. Rumah Sakit khusus kelas B;
c. Rumah Sakit khusus kelas C.

33
* Rumah Sakit Khusus kelas A adalah Rumah Sakit
Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialis dan pelayanan medik subspesialis
sesuai kekhususan yang lengkap.

34
* Rumah Sakit Khusus kelas B adalah Rumah Sakit
Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialis dan pelayanan medik subspesialis
sesuai kekhususan yang terbatas.

35
* Rumah Sakit Khusus kelas C adalah Rumah Sakit
Khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialis dan pelayanan medik subspesialis
sesuai kekhususan yang minimal.

36
* Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit
umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis
penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain
dan 13 (tiga belas) subspesialis.

37
* Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit
umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis
penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan
2 (dua) subspesialis dasar.

38
* Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit
umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis
penunjang medik.
* Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit
umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2
(dua) spesialis dasar.

39
* :

1.Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada


masyarakat;

1.Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan


efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit;

1.Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan


kemampuan pelayanannya;

1.Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,


sesuai dengan kemampuan pelayanannya;

1.Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau


miskin;
*melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan
memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak
mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang
muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan
kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi
kemanusiaan;
*membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan
dalam melayani pasien;

41
* h. menyelenggarakan rekam medis;
* i. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak
antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk
orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia;
* j. melaksanakan sistem rujukan;

42
* k. menolak keinginan pasien yang bertentangan
dengan standar profesi dan etika serta peraturan
perundang-undangan;
*l. memberikan informasi yang benar, jelas dan
jujur mengenai hak dan kewajiban pasien;
*m. menghormati dan melindungi hak-hak pasien;
*n. melaksanakan etika Rumah Sakit;

43
* o. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan
penanggulangan bencana;
* p. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan
baik secara regional maupun nasional;
* q. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik
kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;

44
* menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit
(hospital by laws);
* s. melindungi dan memberikan bantuan hokum bagi semua
petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas; dan
* t. memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai
kawasan tanpa rokok.

45
* Pelanggaran atas sanksi admisnistratif berupa:
* a. teguran;
* b. teguran tertulis; atau
* c. denda dan pencabutan izin Rumah Sakit.

46
* Sistem rujukan merupakan penyelenggaraan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan
tanggung jawab secara timbal balik baik vertical
maupun horizontal, maupun struktural dan
fungsional terhadap kasus penyakit atau masalah
penyakit atau permasalahan kesehatan.
* Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban merujuk
pasien yang memerlukan pelayanan di luar
kemampuan pelayanan rumah sakit.
* Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem rujukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
* Rumah Sakit wajib menerapkan standar
keselamatan pasien.dilaksanakan melalui
pelaporan insiden, menganalisa, dan
menetapkan pemecahan masalah dalam rangka
menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien dibuat secara anonim dan
ditujukan untuk mengkoreksi sistem dalam
rangka meningkatkan keselamatan pasien.
* Setiap Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan
tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit dalam
bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
* (2) Pencatatan dan pelaporan terhadap penyakit wabah atau
penyakit tertentu lainnya yang dapat menimbulkan wabah, dan
pasien penderita ketergantungan narkotika dan/atau psikotropika
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

* (1) Rumah Sakit wajib menyelenggarakan penyimpanan terhadap


pencatatan dan pelaporan yang dilakukan untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
* (2) Pemusnahan atau penghapusan terhadap berkas pencatatan
dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
HAK & KEWAJIBAN
PASIEN – DR – RS
HAK DASAR

SOSIAL INDIVIDU

The Right to Health Care The Right to Self Determination

Hak atas\Pelayanan Medis


Hak atas Hak atas
Privacy Badan Sendiri

Hak atas Hak atas


Rahasia Kedokteran Informed Consent

Hak Memilih Dokter

Hak Menolak Perawatan/Tindakan Medik


SETIAP ORANG DILAHIRKAN MERDEKA & MEMPUNYAI HAK YG SAMA.
MEREKA DIKARUNIAI AKAL & BUDI DAN HENDAKNYA BERGAUL SATU
SAMA LAIN DLM PERSAUDARAAN.
-MANUSIA DIHORMATI SBG MANUSIA TANPA MEMPERHATIKAN
WILAYAH & ASAL KETURUNANNYA
-SETIAP ORANG TDK BOLEH DIPERLAKUKAN SECARA KEJAM
-SETIAP ORANG DIPERLAKUKAN SAMA DI DEPAN HK & TDK BOLEH
DIANGGAP BERSALAH KECUALI PENGADILAN TLH MENYALAHKANNYA
-SETIAP ORANG BERHAK MENDPTKAN PENDIDIKAN, PEKERJAAN &
JAMINAN SOSIAL
-SETIAP ORANG BERHAK MEMBERIKAN PENDAPAT
-SETIAP ORANG BERHAK MENDPT YAN & WAT KES, BAGI DIRINYA &
KELUARGANYA, JUGA JAMINAN KETIKA MENGANGGUR, SAKIT,
CACAT, MENJADI JANDA, USIA LANJUT ATAU KEKURANGAN NAFKAH
YG DISEBABKAN OLEH HAL2 DI LUAR KEKUASAANNYA
1. PASIEN BERHAK MENDAPAT YAN YG LAYAK & TERHORMAT
2. PASIEN BERHAK MENDAPAT INFORMASI YG JELAS TTG
PERKEMBANGAN PENYAKITNYA
3. PASIEN BERHAK MENDAPAT INFORMASI YG MEMADAI TTG
HAL2 YG AKAN DIHADAPI SELAMA DI RS
4. PASIEN BERHAK MENGETAHUI NAMA & KUALIFIKASI NAKES
YG AKAN MEMBERIKAN YAN KES
5. PASIEN BERHAK MENGETAHUI REKAM MEDIS TTG DIRINYA &
MENDAPAT PENJELASAN DARI NAKES YG BERWENANG
6. PASIEN BERHAK MENCARI PENDAPAT KEDUA ATAU MENOLAK
PENGOBATAN YG AKAN DILAKUKAN THD DIRINYA
7. PASIEN BERHAK DIHORMATI PRIVACY-NYA YG MENCAKUP
KONFIDENSIALITAS DIAGNOSA, TINDAKAN & HAL2 LAIN TTG
DIRINYA
7 .........
8. PASIEN BERHAK MEMINTA AGAR SEGALA KOMUNIKASI & CATATAN
TTG YAN DIRINYA DIRAHASIAKAN SEJAUH DIBOLEHKAN UU
9. PASIEN BERHAK MENDAPAT INFORMASI YG MEMADAI & JELAS JIKA
IA HARUS DIPINDAHKAN DARI RUANG SEMULA ATAU DIPINDAHKAN
KE RS LAIN
10.PASIEN BERHAK MENGETAHUI JIKA DIRINYA HENDAK
DIMASUKKAN DLM OBYEK PENELITIAN
11.PASIEN BERHAK MENGHARAPKAN BHW YAN LANJUTAN KPDNYA
AKAN TETAP DIBERIKAN
12.PASIEN BERHAK MENGETAHUI RINCIAN & JUMLAH TAGIHAN THD
WAT-NYA MESKIPUN IA SENDIRI YG MEMBAYAR BIAYA TSB
13.PASIEN BERHAK MENGETAHUI PERATURAN YG BERLAKU DI RS TSB
14.PASIEN BERHAK MENGADUKAN KELUHANNYA JIKA IA MERASA
BAHWA HAK2NYA TELAH DILANGGAR
HUBUNGAN HUKUM

DOKTER PASIEN

SUBYEK HUKUM SUBYEK HUKUM

HAK & KEWAJIBAN HAK & KEWAJIBAN

TANGGUNG JAWAB HUKUM

ADMINISTRATIF: PIDANA:
PERDATA: UU No. 36/Th 2009 KUHP
Buku III KUH Pdt UU No. 29/Th 2004 UU No. 29/Th 2004
UU No. 44/Th 2009
Permenkes
UU 44/2009 TTG RS  PS 32
SETIAP PASIEN MEMPUNYAI HAK:
a. MEMPEROLEH INFORMASI MENGENAI TATA TERTIB &
PERATURAN YG BERLAKU DI RS;
b. MEMPEROLEH INFORMASI TTG HAK & KEWAJIBAN
PASIEN;
c. MEMPEROLEH LAYANAN YG MANUSIAWI, ADIL, JUJUR,
& TANPA DISKRIMINASI;
d. MEMPEROLEH LAYANAN KES YG BERMUTU SESUAI DNG
STANDAR PROFESI & STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL;
e. MEMPEROLEH LAYANAN YG EFEKTIF & EFISIEN SHG
PASIEN TERHINDAR DARI KERUGIAN FISIK & MATERI;
f. MENGAJUKAN PENGADUAN ATAS KUALITAS YAN YG
DIDAPATKAN;
UU 44/2009 TTG RS  PS 32
SETIAP PASIEN MEMPUNYAI HAK . . . . . . . . . . .
g. MEMILIH DR & KELAS PERAWATAN SESUAI DNG
KEINGINANNYA & PERATURAN YG BERLAKU DI RS;
h. MEMINTA KONSULTASI TTG PENYAKIT YG DIDERITANYA
KPD DR LAIN YG MEMPUNYAI SURAT IZIN PRAKTEK (SIP)
BAIK DI DALAM MAUPUN DI LUAR RS;
i. MENDAPATKAN PRIVASI & KERAHASIAAN PENYAKIT YG
DIDERITANYA TERMASUK DATA2 MEDISNYA;
j. MENDAPAT INFORMASI YG MELIPUTI DIAGNOSIS & TATA
CARA TINDAKAN MEDIS, TUJUAN TINDAKAN MEDIS,
ALTERNATIF TINDAKAN, RISIKO DAN KOMPLIKASI YG
MUNGKIN TERJADI, DAN PROGNOSIS THD TINDAKAN YG
DILAKUKAN SERTA PERKIRAAN BIAYA PENGOBATAN;
UU 44/2009 TTG RS  PS 32
SETIAP PASIEN MEMPUNYAI HAK . . . . . . . . . . .
k. MEMBERIKAN PERSETUJUAN ATAU MENOLAK ATAS
TINDAKAN YG AKAN DILAKUKAN OLEH NAKES THD
PENYAKIT YG DIDERITANYA;
l. DIDAMPINGI KELUARGA DLM KEADAAN KRITIS;
m.MENJALANKAN IBADAH SESUAI AGAMA ATAU
KEPERCAYAAN YG DIANUTNYA SELAMA HAL ITU TDK
MENGGANGGU PASIEN LAINNYA;
n. MEMPEROLEH KEAMANAN & KESELAMATAN DIRINYA
SELAMA DLM PERAWATAN DI RS;
o. MENGAJUKAN USUL, SARAN, PERBAIKAN ATAS
PERLAKUAN RS THD DIRINYA;
p. MENOLAK PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI YG TDK
SESUAI DNG AGAMA & KEPERCAYAAN YG DIANUTNYA;
UU 44/2009 TTG RS  PS 32
SETIAP PASIEN MEMPUNYAI HAK . . . . . . . . . . .
q. MENGGUGAT DAN/ATAU MENUNTUT RS APABILA RS
DIDUGA MEMBERIKAN YAN YG TDK SESUAI DNG
STANDAR BAIK SECARA PERDATA ATAUPUN PIDANA;
DAN
r. MENGELUHKAN YAN RS YG TDK SESUAI DNG STANDAR
YAN MELALUI MEDIA CETAK & ELEKTRONIK SESUAI DNG
KETENTUAN PERATURAN PER-UU-AN.
PENJELASAN HURUF k.: YG DIMAKSUD DNG PEMEBRIAN
PERSETUJUAN ATAU PENOLAKAN ATAS TINDAKAN
KEDOKTERAN ATAU KEDOKTERAN GIGI DPT BERUPA
SELURUH TINDAKAN YG AKAN DILAKUKAN ATAU DPT
UU 44/2009 TTG RS  PS 31
(1)SETIAP PASIEN MEMPUNYAI KEWAJIBAN THD RS ATAS
YAN YG DITERIMANYA.
PENJELASAN:
KEWAJIBAN PASIEN YG DIMAKSUD DLM AYAT INI A/L
MEMATUHI KETENTUAN YG BERLAKU DI RS,
MEMBERIKAN IMBALAN JASA ATAS YAN YG DITERIMA DI
RS SESUAI DNG KETENTUAN YG BERLAKU, MEMBERIKAN
INFORMASI YG LENGKAP & JUJUR TTG MASALAH KES-
NYA KPD NAKES DI RS, DAN MEMATUHI KESEPAKATAN
DNG RS
UU 44/2009 TTG RS  PS 31
(2)KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI KEWAJIBAN
PASIEN DIATUR DNG PERATURAN MENTERI
CATATAN:
PS 65: PD SAAT DIUNDANGKANNYA UU INI BERLAKU
SEMUA PERATURAN PER-UU-AN YG MENGATUR RS
TETAP BERLAKU SEPANJANG TDK BERTENTANGAN
ATAU BELUM DIGANTI BERDASARKAN UU INI.
 SE DITJEN YANMED NO: YM/02.04.3.5.2504 TTG
PEDOMAN HAK & KEWAJIBAN PASIEN, DR & RS:
KEWAJIBAN PASIEN.
1. PASIEN & KELUARGANYA BERKEWAJIBAN UTK
MENTAATI SEGALA PERATURAN & TATA TERTIB RS.
2. PASIEN BERKEWAJIBAN UTK MEMATUHI SEGALA
INSTRUKSI DR & PERAWAT DLM PENGOBATANNYA.
UU 44/2009 TTG RS  PS 31
(2)KETENTUAN LEBIH LANJUT . . . . . . . . .
KEWAJIBAN PASIEN . . . . . . . . . . . . . 2.
3. PASIEN BERKEWAJIBAN MEMBERIKAN INFORMASI
DNG JUJUR & SELENGKAPNYA TTG PENYAKIT YG
DIDERITA KPD DR YG MERAWAT
4. PASIEN DAN ATAU PENANGGUNGNYA
BERKEWAJIBAN UTK MELUNASI SEMUA IMBALAN
ATAS JASA YAN RS/DR
5. PASIEN DAN ATAU PENANGGUNGNYA
BERKEWAJIBAN MEMENUHI HAL2 YG TELAH
DISEPAKATI/PERJANJIAN YG TELAH DIBUATNYA
UU 29/2004 TTG PRAKTIK KEDOKTERAN  PS 51
DR ATAU DRG DLM MELAKSANAKAN PRAKTIK KEDOKTERAN
MEMPUNYAI KEWAJIBAN:
a. MEMBERIKAN YAN MEDIS SESUAI DNG STANDAR PROFESI &
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL SERTA KEBUTUHAN MEDIS
PASIEN;
b. MERUJUK PASIEN KE DR ATAU DRG LAIN YG MEMPUNYAI
KEAHLIAN ATAU KEMAMPUAN YG LEBIH BAIK, APABILA TDK
MAMPU MELAKUKAN SUATU PEMERIKSAAN ATAU PENGOBATAN;
c. MERAHASIAKAN SEGALA SESUATU YG DIKETAHUINYA TTG PASIEN,
BAHKAN JUGA SETELAH PASIEN ITU MENINGGAL DUNIA;
d. MELAKUKAN PERTOLONGAN DARURAT ATAS DASAR
PERIKEMANUSIAAN, KECUALI BILA IA YAKIN ADA ORANG LAIN YG
BERTUGAS & MAMPU MELAKUKANNYA, DAN
e. MENAMBAH ILMU PENGETAHUAN & MENGIKUTI PERKEMBANGAN
ILMU KEDOKTERAN ATAU KEDOKTERAN GIGI
SE DITJEN YANMED NO: YM/02.04.3.5.2504 TTG
PEDOMAN HAK & KEWAJIBAN PASIEN, DR & RS:
KEWAJIBAN DOKTER
1. DR WAJIB MEMATUHI PERATURAN RS SESUAI DNG
HUBUNGAN HUKUM ANTARA DR TSB DNG RS
2. DR WAJIB MEMBERIKAN YAN MEDIS SESUAI DNG
STANDAR PROFESI & MENGHORMATI HAK2 PASIEN
3. DR WAJIB MERUJUK PASIEN KE DR LAIN/RS LAIN YG
MEMPUNYAI KEAHLIAN/KEMAMPUAN YG LEBIH BAIK,
APABILA IA TDK MAMPU MELAKUKAN SUATU
PEMERIKSAAN ATAU PENGOBATAN
4. DR WAJIB MEMBERIKAN KESEMPATAN KPD PASIEN
AGAR SENANTIASA DPT BERHUBUNGAN DNG KELUARGA
& DPT MENJALANKAN IBADAH SESUAI KEYAKINANNYA
SE DITJEN YANMED NO: YM/02.04.3.5.2504 TTG
PEDOMAN HAK & KEWAJIBAN PASIEN, DR & RS:
KEWAJIBAN DOKTER . . . . . . . 4.
5. DR WAJIB MERAHASIAKAN SEGALA SESUATU YG
DIKETAHUINYA TTG SEORANG PENDERITA, BAHKAN
JUGA SETELAH PENDERITA ITU MENINGGAL DUNIA
6. DR WAJIB MELAKUKAN PERTOLONGAN DARURAT SBG
SUATU TUGAS PERIKEMANUSIAAN, KECUALI IA YAKIN
ADA ORANG LAIN BERSEDIA & MAMPU MEMBERIKANNYA
7. DR WAJIB MEMBERIKAN INFORMASI YG ADEKUAT TTG
PERLUNYA TINDAKAN MEDIK YBS SERTA RISIKO YG DPT
DITIMBULKANNYA
8. DR WAJIB MEMBUAT REKAM MEDIS YG BAIK SECARA
BERKESINAMBUNGAN BERKAITAN DNG KEADAAN
SE DITJEN YANMED NO: YM/02.04.3.5.2504 TTG
PEDOMAN HAK & KEWAJIBAN PASIEN, DR & RS:
KEWAJIBAN DOKTER . . . . . . . 8.
9. DR WAJIB TERUS-MENERUS MENAMBAH ILMU
PENGETAHUAN & MENGIKUTI PERKEMBANGAN ILMU
KEDOKTERAN/KEDOKTERAN GIGI
10.DR WAJIB MEMENUHI HAL2 YG TELAH
DISEPAKATI/PERJANJIAN YG TELAH DIBUATNYA
11.DR WAJIB BEKERJA SAMA DNG PROFESI & PIHAK LAIN
YG TERKAIT SECARA TIMBAL-BALIK DLM MEMBERIKAN
YAN KPD PASIEN
12.DR WAJIB MENGADAKAN PERJANJIAN TERTULIS DNG
PIHAK RS
UU 29/2004 TTG PRAKTIK KEDOKTERAN  PS 50
DR ATAU DRG DLM MELAKSANAKAN PRAKTIK
KEDOKTERAN MEMPUNYAI HAK:
a. MEMPEROLEH PERLINDUNGAN HUKUM SEPANJANG
MELAKSANAKAN TUGAS SESUAI DNG STANDAR
PROFESI & STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL;
b. MEMBERIKAN YAN MEDIS MENURUT STANDAR
PROFESI & STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL;
c. MEMPEROLEH INFORMASI YG LENGKAP & JUJUR
DARI PASIEN ATAU KELUARGANYA; DAN
d. MENERIMA IMBALAN JASA
SE DITJEN YANMED NO: YM/02.04.3.5.2504 TTG PEDOMAN HAK &
KEWAJIBAN PASIEN, DR & RS:
HAK DOKTER
1. DR BERHAK MENDAPAT PERLINDUNGAN HUKUM DLM
MELAKSANAKAN TUGAS SESUAI DNG PROFESINYA
2. DR BERHAK UTK BEKERJA MENURUT STANDAR PROFESI SERTA
BERDASARKAN HAK OTONOMI (SEORANG DR, WALAUPUN IA
BERSTATUS HUKUM SBG KARYAWAN RS, NAMUN PEMILIK ATAU
DIREKSI RS TDK DPT MEMERINTAHKAN UTK MELAKUKAN
SESUATU TINDAKAN YG MENYIMPANG DARI STANDAR PROFESI
ATAU KEYAKINANNYA)
3. DR BERHAK UTK MENOLAK KEINGINAN PASIEN YG
BERTENTANGAN DNG PERATURAN PER-UU-AN, PROFESI & ETIKA
4. DR BERHAK MENGHENTIKAN JASA PROFESIONALNYA KPD PASIEN
APABILA MISALNYA HUB DNG PASIEN SDH BERKEMBANG BEGITU
BURUK SHG KERJASAMA YG BAIK TDK MUNGKIN DITERUSKAN
LAGI, KECUALI UTK PASIEN GAWAT DARURAT & WAJIB
MENYERAHKAN PASIEN KPD DR LAIN
SE DITJEN YANMED NO: YM/02.04.3.5.2504 TTG
PEDOMAN HAK & KEWAJIBAN PASIEN, DR & RS:
HAK DOKTER . . . . . . . .
5. DR BERHAK ATAS PRIVACY (BERHAK MENUNTUT
APABILA NAMA BAIKNYA DICEMARKAN OLEH PASIEN
DNG UCAPAN ATAU TINDAKAN YG MELECEHKAN ATAU
MEMALUKAN)
6. DR BERHAK MENDPT INFORMASI LENGKAP DARI PASIEN
YG DIRAWAT ATAU DARI KELUARGANYA
7. DR BERHAK ATAS INFORMASI ATAU PEMBERITAHUAN
PERTAMA DALAM MENGHADAPI PASIEN YG TDK PUAS
THD YAN-NYA
8. DR BERHAK UTK DIPERLAKUKAN ADIL & JUJUR, BAIK
OLEH RS MAUPUN OLEH PASIEN
9. DR BERHAK UTK MENDPT IMBALAN ATAS JASA PROFESI
YG DIBERIKANNYA BERDASARKAN PERJANJIAN DAN
ATAU KETENTUAN/PERATURAN YG BERLAKU DI RS TSB
UU 44/2009 TTG RS  PS 29
(1)SETIAP RS MEMPUNYAI KEWAJIBAN:
a. MEMBERIKAN INFORMASI YG BENAR TTG YAN RS KPD
MASY;
b. MEMBERI YAN KES YG AMAN, BERMUTU,
ANTIDISKRIMINASI, DAN EFEKTIF DNG MENGUTAMAKAN
KEPENTINGAN PASIEN SESUAI DNG STANDAR YAN RS;
c. MEMBERIKAN YAN GAWAT DARURAT KPD PASIEN SESUAI
DNG KEMAMPUAN YAN-NYA;
d. BERPERAN AKTIF DLM MEMBERIKAN YAN KES PADA
BENCANA, SESUAI DNG KEMAMPUAN YAN-NYA;
e. MENYEDIAKAN SARANA & YAN BAGI MASY TDK MAMPU
ATAU MISKIN;
UU 44/2009 TTG RS  PS 29
(1)SETIAP RS MEMPUNYAI KEWAJIBAN . . . . . . . . e.
f. MELAKSANAKAN FUNGSI SOSIAL A/L DNG MEMBERIKAN
FASILITAS YAN PASIEN TDK MAMPU/MISKIN, YAN
GAWAT DARURAT TANPA UANG MUKA, AMBULANCE
GRATIS, YAN KORBAN BENCANA & KEJADIAN LUAR
BIASA (KLB), ATAU BAKTI SOSIAL BAGI MISI
KEMANUSIAAN;
g. MEMBUAT, MELAKSANAKAN, DAN MENJAGA STANDAR
MUTU YAN KES DI RS SBG ACUAN DLM MELAYANI
PASIEN;
h. MENYELENGGARAKAN REKAM MEDIS;
i. MENYEDIAKAN SARANA & PRASARANA UMUM YG LAYAK
A/L SARANA IBADAH, PARKIR, RUANG TUNGGU,
SARANA UTK ORANG CACAT, WANITA MENYUSUI,
UU 44/2009 TTG RS  PS 29
(1)SETIAP RS MEMPUNYAI KEWAJIBAN . . . . . . . . i.
j. MELAKSANAKAN SISTEM RUJUKAN;
k. MENOLAK KEINGINAN PASIEN YG BERTENTANGAN DNG
STANDAR PROFESI & ETIKA SERTA PERATURAN PER-UU-
AN;
l. MEMBERIKAN INFORMASI YG BENAR, JELAS DAN JUJUR
MENGENAI HAK & KEWAJIBAN PASIEN;
m.MENGHORMATI & MELINDUNGI HAK-HAK PASIEN;
n. MELAKSANAKAN ETIKAN RS;
o. MEMILIKI SISTEM PENCEGAHAN KECELAKAAN &
PENANGGULANGAN BENCANA;
p. MELAKSANAKAN PROGRAM PEMERINTAH DI BID. KES
BAIK SECARA REGIONAL MAUPUN NASIONAL;
UU 44/2009 TTG RS  PS 29 . . . . (1)
(2)PELANGGARAN ATAS KEWAJIBAN SBGMANA
DIMAKSUD PD AY (1) DIKENAKAN SANKSI
ADMINISTRATIF BERUPA:
a. TEGURAN;
b. TEGURAN TERTULIS; ATAU
c. DENDA & PENCABUTAN IZIN RS
(3)KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI
KEWAJIBAN RS SBGMANA DIMAKSUD PD AY(1)
DIATUR DNG PERATURAN MENTERI
SE DITJEN YANMED NO: YM/02.04.3.5.2504 TTG PEDOMAN HAK &
KEWAJIBAN PASIEN, DR & RS:
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT
1. RS WAJIB MEMATUHI PERUNDANGAN & PERATURAN YG
DIKELUARKAN OLEH PEMERINTAH
2. RS WAJIB MEMBERIKAN YAN KPD PASIEN TANPA MEMBEDAKAN
SUKU, RAS, AGAMA, SEKS & STATUS SOSIAL PASIEN
3. RS WAJIB MERAWAT PASIEN SE-BAIK2NYA DNG TDK MEMBEDAKAN
KELAS PERAWATAN (DUTY OF CARE)
4. RS WAJIB MENJAGA MUTU PERAWATAN DNG TDK MEMBEDAKAN
KELAS PERAWATAN (QUALITY OF CARE)
5. RS WAJIB MEMBERIKAN PERTOLONGAN PENGOBATAN DI UNIT
GAWAT DARURAT TANPA MEMINTA JAMINAN MATERI TERLEBIH
DAHULU
6. RS WAJIB MEMBERIKAN SARANA & PERALATAN UMUM YG
DIBUTUHKAN
7. RS WAJIB MENYEDIAKAN SARANA & PERALATAN MEDIA (MEDICAL
EQUIPMENT) SESUAI DNG STANDAR YG BERLAKU
SE DITJEN YANMED NO: YM/02.04.3.5.2504 TTG PEDOMAN HAK &
KEWAJIBAN PASIEN, DR & RS:
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT . . . . . . . . . . . . 7.
8. RS WAJIB MENJAGA AGAR SEMUA SARANA & PERALATAN
SENANTIASA DLM KEADAAN SIAP PAKAI (READY FOR USE)
9. RS WAJIB MERUJUK PASIEN KPD RS LAIN APABILA TDK MEMILIKI
SARANA, PRASARANA, PERALATAN & TENAGA YG DIPERLUKAN
10.RS WAJIB MENGUSAHAKAN ADANYA SISTEM, SARANA &
PRASARANA PENCEGAHAN KECELAKAAN & PENANGGULANGAN
BENCANA
11.RS WAJIB MELINDUNGI DR & MEMBERIKAN BANTUAN
ADMINISTRASI & HUKUM BILAMANA DLM MELAKSANAKAN TUGAS
DR TSB MENDPT PERLAKUAN TDK WAJAR ATAU TUNTUTAN
HUKUM DARI PASIEN ATAU KELUARGANYA
12.RS WAJIB MENGADAKAN PERJANJIAN TERTULIS DNG PARA DR YG
BEKERJA DI RS TSB
13.RS WAJIB MEMBUAT STANDAR & PROSEDUR TETAP BAIK UTK YAN
MEDIK, JANG MEDIK, NON-MEDIK
UU 44/2009 TTG RS  PS 30
(1)SETIAP RS MEMPUNYAI HAK:
a. MENENTUKAN JUMLAH, JENIS, DAN KUALIFIKASI SDM
SESUAI DNG KUALIFIKASI RS;
b. MENERIMA IMBALAN JASA YAN SERTA MENENTUKAN
REMUNERASI, INSENTIF, DAN PENGHARGAAN SESUAI
DNG KETENTUAN PERATURAN PER-UU-AN;
c. MELAKUKAN KERJASAMA DNG PIHAK LAIN DLM RANGKA
MENGEMBANGKAN YAN;
d. MENERIMA BANTUAN DARI PIHAK LAIN SESUAI DNG
KETENTUAN PERATURAN PER-UU-AN;
e. MENGGUGAT PIHAK YG MENGAKIBATKAN KERUGIAN;
f. MENDPTKAN PERLINDUNGAN HUKUM DLM
MELAKSANAKAN YAN KES;
UU 44/2009 TTG RS  PS 30
(1)SETIAP RS MEMPUNYAI HAK . . . . . . . . . .
f.
g. MEMPROMOSIKAN YAN KES YG ADA DI RS SESUAI
DNG KETENTUAN PERATURAN PER-UU-AN; DAN
h. MENDPTKAN INSENTIF PAJAK BAGI RS PUBLIK & RS
YG DITETAPKAN SBG RS PENDIDIKAN.
UU 44/2009 TTG RS  PS 30
(1)SETIAP RS MEMPUNYAI HAK . . . . . . . . . .
(2)KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI PROMOSI
LAYANAN KES SBGMANA DIMAKSUD PD AY (1)
HURUF g DIATUR DNG PERATURAN MENTERI.
(3)KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI INSENTIF
PAJAK SBGMANA DIMAKSUD PD AY (1) HURUF h
DIATUR DNG PERATURAN PEMERINTAH.
1.Pengertian Rujukan
Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran mempunyai kewajiban :
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain
yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang
lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan;
Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah
kesehatan yang diselenggarakan secara timbal
balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata
sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana
pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara
horisontal dalam arti antar sarana pelayanan
kesehatan yang sama.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang
BAB III
SISTEM RUJUKAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal
maupun horizontal.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
Pasal 4
(1) Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara
berjenjang, sesuai kebutuhan medis dimulai dari
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
(2) Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat
diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan
tingkat pertama.
(3) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat
diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan
tingkat kedua atau tingkat pertama.
(4) Bidan dan perawat hanya dapat melakukan
rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi pemberi
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dikecualikan pada
keadaan gawat darurat, bencana, kekhususan
permasalahan kesehatan pasien, dan pertimbangan
geografis.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem


Pasal 5
SKN menjadi acuan dalam penyusunan dan
pelaksanaan pembangunan kesehatan yang dimulai
dari kegiatan perencanaan sampai dengan kegiatan
monitoring dan evaluasi.
Pasal 2
(1) Pengelolaan kesehatan diselenggarakan melalui
pengelolaan administrasi kesehatan, informasi
kesehatan, sumber daya kesehatan, upaya
kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta dan
pemberdayaan masyarakat, ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang kesehatan, serta pengaturan
hukum kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
(2) Pengelolaan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara berjenjang di pusat
dan daerah dengan memperhatikan otonomi daerah
dan otonomi fungsional di bidang kesehatan.
Peraturan Presiden RI No. 72 Th 2012 ttg Sistem Kesehatan Nasional
Pasal 6
(3) Pelaksanaan SKN sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memperhatikan:
a. cakupan pelayanan kesehatan berkualitas, adil, dan merata;
b. pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak kepada rakyat;
c. kebijakan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan dan melindungi
kesehatan masyarakat;
d. kepemimpinan dan profesionalisme dalam pembangunan kesehatan;
e. inovasi atau terobosan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang etis dan terbukti bermanfaat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara
luas, termasuk penguatan sistem rujukan;
f. pendekatan secara global dengan mempertimbangkan kebijakan
kesehatan yang sistematis, berkelanjutan, tertib, dan responsif gender
dan hak anak;
g. dinamika keluarga dan kependudukan;
h. keinginan masyarakat;
i. epidemiologi penyakit;
j. perubahan ekologi dan lingkungan; dan
k. globalisasi, demokratisasi dan desentralisasi dengan semangat
persatuan dan kesatuan nasional serta kemitraan dan kerja sama lintas
sektor.
Peraturan Presiden RI No. 72 Th 2012 ttg Sistem Kesehatan Nasional
A.5. Penyelenggaraan
158. Terdapat tiga tingkatan upaya, yaitu upaya
kesehatan tingkat pertama/primer, upaya kesehatan
tingkat kedua/sekunder, dan upaya kesehatan tingkat
ketiga/tersier.
159. Upaya kesehatan diselenggarakan secara
terpadu, berkesinambungan, dan paripurna melalui
sistem rujukan.
167. Rujukan di bidang upaya kesehatan perorangan
dalam bentuk pengiriman pasien, spesimen, dan
pengetahuan tentang penyakit dengan
memperhatikan kendali mutu dan kendali biaya,
serta rujukan di bidang upaya kesehatan
masyarakat dilaksanakan secara bertanggung
jawab oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan
berwenang serta sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Peraturan Presiden RI No. 72 Th 2012 ttg Sistem Kesehatan Nasional


A.5.a. 1). a). Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer
(PKPP)
171. Pelayanan kesehatan perorangan primer adalah
pelayanan kesehatan dimana terjadi kontak pertama
secara perorangan sebagai proses awal pelayanan
kesehatan.
172. Pelayanan kesehatan perorangan primer
memberikan penekanan pada pelayanan pengobatan,
pemulihan tanpa mengabaikan upaya peningkatan
dan pencegahan, termasuk di dalamnya pelayanan
kebugaran dan gaya hidup sehat (healthy life style).

Peraturan Presiden RI No. 72 Th 2012 ttg Sistem Kesehatan Nasional


A.5.a. 2). a). Pelayanan Kesehatan Perorangan
Sekunder (PKPS)
187. Pelayanan kesehatan perorangan sekunder
adalah pelayanan kesehatan spesialistik yang
menerima rujukan dari pelayanan kesehatan
perorangan primer, yang meliputi rujukan kasus,
spesimen, dan ilmu pengetahuan serta dapat
merujuk kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang merujuk.
188. Pelayanan kesehatan perorangan sekunder
dilaksanakan oleh dokter spesialis atau dokter yang
sudah mendapatkan pendidikan khusus dan
mempunyai izin praktik serta didukung tenaga
kesehatan lainnya yang diperlukan.
189. Pelayanan kesehatan perorangan sekunder
dilaksanakan di tempat kerja maupun fasilitas
pelayanan kesehatan perorangan sekunder baik
rumah sakit setara kelas C serta fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya milik Pemerintah, Pemerintah
Peraturan
Daerah,Presiden RI No. 72 Th
masyarakat, 2012 ttg Sistem
maupun swasta.Kesehatan Nasional
A.5.a. 3).a). Pelayanan Kesehatan Perorangan Tersier
(PKPT)
198. Pelayanan kesehatan perorangan tersier
menerima rujukan subspesialistik dari pelayanan
kesehatan di bawahnya, dan dapat merujuk kembali
ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk.
199. Pelaksana pelayanan kesehatan perorangan
tersier adalah dokter subspesialis atau dokter
spesialis yang telah mendapatkan pendidikan khusus
atau pelatihan dan mempunyai izin praktik dan
didukung oleh tenaga kesehatan lainnya yang
diperlukan.
200. Pelayanan kesehatan perorangan tersier
dilaksanakan di rumah sakit umum, rumah sakit
khusus setara kelas A dan B, baik milik Pemerintah,
Pemerintah Daerah maupun swasta yang mampu
memberikan pelayanan kesehatan subspesialistik dan
juga termasuk klinik khusus, seperti pusat
radioterapi.
Peraturan Presiden RI No. 72 Th 2012 ttg Sistem Kesehatan Nasional
A.5.a. 1). b). Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer
(PKMP)
179. Pelayanan kesehatan masyarakat primer adalah
pelayanan peningkatan dan pencegahan tanpa
mengabaikan pengobatan dan pemulihan dengan
sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
180. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
masyarakat primer menjadi tanggung jawab Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang pelaksanaan
operasionalnya dapat didelegasikan kepada
Puskesmas, dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan
primer lainnya yang diselenggarakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau
masyarakat.

Peraturan Presiden RI No. 72 Th 2012 ttg Sistem Kesehatan Nasional


A.5.a. 2).b). Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Sekunder (PKMS)
193. Pelayanan kesehatan masyarakat sekunder
menerima rujukan kesehatan dari pelayanan
kesehatan masyarakat primer dan memberikan
fasilitasi dalam bentuk sarana, teknologi, dan
sumber daya manusia kesehatan serta didukung oleh
pelayanan kesehatan masyarakat tersier.
194. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan
masyarakat sekunder menjadi tanggung jawab Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Provinsi
sebagai fungsi teknisnya, yakni melaksanakan
pelayanan kesehatan masyarakat yang tidak
sanggup atau tidak memadai dilakukan pada
pelayanan kesehatan masyarakat primer.
195. Dalam penanggulangan penyakit menular yang
tidak terbatas pada suatu batas wilayah administrasi
pemerintahan (lintas kabupaten/ kota), maka tingkat
yang lebih tinggi (provinsi) yang harus
Peraturan Presiden RI No. 72 Th 2012 ttg Sistem Kesehatan Nasional
A.5.a. 3).b). Pelayanan Kesehatan Masyarakat Tersier
(PKMT)
204. Pelayanan kesehatan masyarakat tersier
menerima rujukan kesehatan dari pelayanan
kesehatan masyarakat sekunder dan memberikan
fasilitasi dalam bentuk sarana, teknologi, sumber
daya manusia kesehatan, dan rujukan operasional,
serta melakukan penelitian dan pengembangan
bidang kesehatan masyarakat dan penapisan
teknologi dan produk teknologi yang terkait.
205. Pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat
tersier adalah Dinas Kesehatan Provinsi, unit kerja
terkait di tingkat provinsi, Kementerian Kesehatan,
dan unit kerja terkait di tingkat nasional.

Peraturan Presiden RI No. 72 Th 2012 ttg Sistem Kesehatan Nasional


BAB II
PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN
Pasal 2
(1) Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3
(tiga) tingkatan yaitu :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
(2) Pelayanan kesehatan tingkat pertama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan pelayanan kesehatan dasar yang
diberikan oleh dokter dan dokter gigi di puskesmas,
puskesmas perawatan, tempat praktik perorangan,
klinik pratama, klinik umum di balai/lembaga
pelayanan kesehatan, dan rumah sakit pratama.
(3) Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat
dapat memberikan pelayanan kesehatan tingkat
pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem
undangan.
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
BAB II
PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN
Pasal 2
(4) Pelayanan kesehatan tingkat kedua sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan pelayanan
kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter
spesialis atau dokter gigi spesialis yang
menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik.
(5) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan pelayanan
kesehatan sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter
sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang
menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
sub spesialistik.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem


Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
Pasal 5
(1) Sistem rujukan diwajibkan bagi pasien yang
merupakan peserta jaminan kesehatan atau asuransi
kesehatan sosial dan pemberi pelayanan kesehatan.
(2) Peserta asuransi kesehatan komersial mengikuti
aturan yang berlaku sesuai dengan ketentuan dalam
polis asuransi dengan tetap mengikuti pelayanan
kesehatan yang berjenjang.
(3) Setiap orang yang bukan peserta jaminan
kesehatan atau asuransi kesehatan sosial,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengikuti
sistem rujukan.
Pasal 6
Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas,
pemerataan dan peningkatan efektifitas pelayanan
kesehatan, rujukan dilakukan ke fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat yang memiliki kemampuan
pelayanan sesuai kebutuhan pasien.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
BAB I
 
PENDAHULUAN
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI)
merupakan standar minimal kompetensi lulusan dan
bukan merupakan standar kewenangan dokter
layanan primer. SKDI pertama kali disahkan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2006
dan telah digunakan sebagai acuan untuk
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK). SKDI juga menjadi acuan dalam
pengembangan uji kompetensi dokter yang bersifat
nasional.

Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang


Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Lampiran 3 :
Daftar Penyakit

Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskan


Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan
gambaran klinik penyakit, dan mengetahui cara yang
paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih
lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya
menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien.
Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan.

Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk


Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik
terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan
yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan
penatalaksanaan awal, dan merujuk
3A. Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang
bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga
mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.
3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
memberikan terapi pendahuluan pada keadaan
gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau
mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada
pasien. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan
yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya.
Peraturan Lulusan
Konsil Kedokteran dokter
Indonesia Nomor juga
11 Tahun 2012 mampu
Tentang Standar
menindaklanjuti
Kompetensi sesudah kembali dari rujukan.
Dokter Indonesia
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan
penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan
melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut
secara mandiri dan tuntas.
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah
selesai internsip dan/atau Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan (PKB)
Dengan demikian didalam Daftar Penyakit ini level
kompetensi tertinggi adalah 4A

Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang


Standar Kompetensi Dokter Indonesia
BAB II
JENIS
Pasal 2
(1) Berdasarkan jenis pelayanannya, klinik dibagi
menjadi Klinik Pratama dan Klinik Utama.
(2) Klinik Pratama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mempakan klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medik dasar.
(3) Klinik Utama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik
dasar dan spesialistik.
(4) Klinik Pratama atau Klinik Utama sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dapat
mengkhususkan pelayanan pada satu bidang
tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
organ atau jenis penyakit tertentu.
(5) Jenis Klinik Pratama atau Klinik Utama
sebagaimana
Peraturan dimaksud
Menteri Kesehatan pada028/MENKES/PER/I/2011
RI Nomor ayat (4) serta pedoman
Tentang
3. Azas Rujukan dalam
Penyelenggaraan Puskesmas
B. Azas penyelenggaraan
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya
kesehatan pengembangan harus menerapkan azas
penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas
penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah :
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
2. Azas pemberdayaan masyarakat
3. Azas keterpaduan
4. Azas rujukan

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang


Kebijakan Dasar Puskesmas
4. Azas rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat
pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas
terbatas.
Padahal puskesmas berhadapan langsung dengan
masyarakat dengan berbagai permasalahan
kesehatannya. Untuk membantu puskesmas
menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut
dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka
penyelenggaraan setiap upaya puskesmas (wajib,
pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas
rujukan.
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas ada dua macam
rujukan yang dikenal, yakni :
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang
Kebijakan Dasar Puskesmas
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan
adalah kasus penyakit. Apabila suatu puskesmas tidak
mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu,
maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana
pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik
horisontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien paska
rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan
sederhana, dirujuk ke puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas
tiga macam :
1). Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan medik (biasanya operasi) dan lain-lain.
2). Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk
pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
3). Rujukan ilmu pengetahuan antara lain
mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk
melakukan bimbingan kepada tenaga puskesmas dan
ataupunMenteri
Keputusan menyelenggarakan pelayanan medik
Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang di
puskesmas.
Kebijakan Dasar Puskesmas
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat
adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya
kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan
bencana
Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga
dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan
masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan
masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu
menanggulangi masalah kesehatan masyarakat,
maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang


Kebijakan Dasar Puskesmas
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas
tiga macam :
1). Rujukan sarana dan logistik, antara lain
peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat
laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio
visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai
dan bahan makanan.
2). Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli
untuk penyelidikan kejadian luar biasa, bantuan
penyelesaian masalah hukum kesehatan,
penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana
alam.
3). Rujukan operasional, yakni menyerahkan
sepenuhnya masalah kesehatan masyarakat dan
tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan
masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya
kesehatan masyarakat (antara lain Upaya Kesehatan
Sekolah, Upaya Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan
Jiwa, pemeriksaan
Keputusan contoh
Menteri Kesehatan RI Nomorair bersih) kepadaTentang
128/MENKES/SK/II/2004 Dinas
Kebijakan Dasar Puskesmas
RUJUKAN YANKES
MASYARAKAT

RS Umum/KhususSTRATA STRATA Depkes,


Pusat/PropinsiKETIGA KETIGA Dinkes Prop
RS Umum/Khusus Kab/Kota,
STRATA STRATADinkes Kab /Kota
Klinik Spesialis swasta,
KEDUA KEDUA
Praktek Dr. Spec. Swasta
Prakter Dokter Umum
Dokter Keluarga STRATA STRATA
Puskesmas
Puskesmas,BP, BKIA, PERTAMA PERTAMA
praktek bidan swasta
Posyandu
Posyandu MASYARAKAT MASYARAKAT Polindes
Polindes UKBM

Upaya Kes. Kader Kesehatan


PERORANGAN/ PERORANGAN/
Keluarga Upaya Kes.
KELUARGA KELUARGA
mandiri Keluarga mandiri

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang


Kebijakan Dasar Puskesmas
4. Tata cara melakukan Rujukan
Bagian Kedua
Tata Cara Rujukan
Pasal 7
(1) Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan
horizontal.
(2) Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan yang
berbeda tingkatan.
(3) Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan rujukan antar pelayanan kesehatan dalam
satu tingkatan.
(4) Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat dilakukan dari tingkatan pelayanan yang lebih
rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya.
Pasal 8
Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (3) dilakukan apabila perujuk tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
Peraturan Menteripasien
kebutuhan Kesehatan RI Nomor 001keterbatasan
karena Tahun 2012 Tentangfasilitas,
Sistem
Rujukan Pelayanan
peralatan Kesehatan
dan/atau Perorangan yang sifatnya sementara
ketenagaan
Pasal 9
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih
rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)
dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan
spesialistik atau sub spesialistik;
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena
keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem


Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
Pasal 10
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih
tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih rendah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)
dilakukan apabila:
a.permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani
oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih
rendah sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya;
b.kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat
pertama atau kedua lebih baik dalam menangani
pasien tersebut;
c.pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang
dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan
yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan,
efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan/atau
d.perujuk tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan
Peraturan sesuai
Menteri dengan
Kesehatan RI Nomorkebutuhan
001 Tahun 2012pasien karena
Tentang Sistem
keterbatasan
Rujukan sarana,Perorangan
Pelayanan Kesehatan prasarana, peralatan dan/atau
Pasal 11
(1) Setiap pemberi pelayanan kesehatan
berkewajiban merujuk pasien bila keadaan penyakit
atau permasalahan kesehatan memerlukannya,
kecuali dengan alasan yang sah dan mendapat
persetujuan pasien atau keluarganya.
(2) Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah pasien tidak dapat ditransportasikan
atas alasan medis, sumber daya, atau geografis.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem


Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
Pasal 13
Perujuk sebelum melakukan rujukan harus:
a. melakukan pertolongan pertama dan/atau tindakan
stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi medis serta
sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan
pasien selama pelaksanaan rujukan;
b. melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan
memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima
pasien dalam hal keadaan pasien gawat darurat; dan
c. membuat surat pengantar rujukan untuk disampaikan
kepada penerima rujukan.
Pasal 14
Dalam komunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 huruf b, penerima rujukan berkewajiban:
a. menginformasikan mengenai ketersediaan sarana dan
prasarana serta kompetensi dan ketersediaan tenaga
kesehatan; dan
b. memberikan pertimbangan medis atas kondisi pasien.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem


Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
Pasal 16
(1) Transportasi untuk rujukan dilakukan sesuai
dengan kondisi pasien dan ketersediaan sarana
transportasi.
(2) Pasien yang memerlukan asuhan medis terus
menerus harus dirujuk dengan ambulans dan
didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
(3) Dalam hal tidak tersedia ambulans pada fasilitas
pelayanan kesehatan perujuk, rujukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dapat dilakukan dengan
menggunakan alat transportasi lain yang layak.
Pasal 17
(1) Rujukan dianggap telah terjadi apabila pasien
telah diterima oleh penerima rujukan.
(2) Penerima rujukan bertanggung jawab untuk
melakukan pelayanan kesehatan lanjutan sejak
menerima rujukan.
(3) Penerima rujukan wajib memberikan informasi
kepadaMenteri
Peraturan perujuk mengenai
Kesehatan perkembangan
RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentangkeadaan
Sistem
Rujukan
pasienPelayanan
setelahKesehatan
selesaiPerorangan
memberikan pelayanan.
Bagian Ketiga
Pembiayaan
Pasal 18
(1) Pembiayaan rujukan dilaksanakan sesuai
ketentuan yang berlaku pada asuransi kesehatan
atau jaminan kesehatan.
(2) Pembiayaan rujukan bagi pasien yang bukan
peserta asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan
menjadi tanggung jawab pasien dan/atau
keluarganya.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
032/Birhup/1972 tentang Referal System dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
5.Surat Pengantar Rujukan

Pasal 15
Surat pengantar rujukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 huruf c sekurang-kurangnya memuat :
a. identitas pasien;
b. hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang) yang telah dilakukan;
c. diagnosis kerja;
d. terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;
e. tujuan rujukan; dan
f. nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem


Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
Pasal 12
(1) Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari
pasien dan/atau keluarganya.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan setelah pasien dan/atau keluarganya
mendapatkan penjelasan dari tenaga kesehatan
yang berwenang.
(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sekurang-kurangnya meliputi:
a. diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis
yang diperlukan;
b. alasan dan tujuan dilakukan rujukan;
c. risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak
dilakukan;
d. transportasi rujukan; dan
e. risiko atau penyulit yang dapat timbul selama
dalam perjalanan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
Kop Surat
KLINIK PRATAMA ..................................................................................................
Alamat ...................................................................................
______________________________________________________________________________________________________SURAT
PENGANTAR RUJUKAN
Nomer : .........................
Kepada Yth.
................................................
................................................
Dengan ini kami mengirimkan pasien :
Nama : ................................................ jenis kelamin :.................................
tanggal lahir :................................................ pekerjaan :.................................
alamat :...................................................................................................................
dengan :
anamnesis
: ...........................................................................................
pemeriksaan fisik : ...........................................................................................
pemeriksaan penunjang
: ...........................................................................................
diagnosis kerja : ...........................................................................................
terapi dan/atau tindakan yang telah
diberikan : .....................................................................................
tujuan rujukan : ..........................................................................................
Terimakasih.
tanggal dan waktu : ................................................
nama dan tanda tangan tenaga kesehatan ...............................................................................
Catatan :
Rujukan telah mendapatkan Persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya.
Persetujuan diberikan setelah pasien dan/atau keluarganya mendapatkan Penjelasan, meliputi:
diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan; alasan dan tujuan dilakukan
rujukan; risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan; ransportasi rujukan; danrisiko
6. Kesimpulan tentang Rujukan
Surat
Jenis Rujukan : Pengantar
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan Rujukan
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Jenjang Rujukan :
a. upaya kesehatan perorangan
1)Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer (PKPP)
2)Pelayanan Kesehatan Perorangan Sekunder (PKPS)
3)Pelayanan Kesehatan Perorangan Tersier (PKPT)
b. upaya kesehatan masyarakat
1)Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer (PKMP)
2)Pelayanan Kesehatan Masyarakat Sekunder
(PKMS)
3)Pelayanan Kesehatan Masyarakat Tersier (PKMT)
Arah Rujukan :
a. Rujukan secara vertikal
b. Rujukan secara horizontal
PPU

PBI
Pekerja
Penerima
PBPU Upah
Pekerja
Bukan Penerima
Penerima bantuan
Upah Iuran

BP TNI/
Bukan
Pekerja Polri
PJKMU
/JAMKESDA

1. PEG. 1.PP
1.PP PNS 1.VET
1.VET TUVET
1.PNS
1.PNS PUSAT
PUSAT 1. PEG. BUMN
BUMN 1.
1. PENGACARA
PENGACARA PNS TUVET
2.PNS
2.PNS DAERAH 2. PEG. 2.PP
2.PP TNI 2.VET
3.PNS
DAERAH 2. PEG. BUMD
BUMD 2.
2. AKUNTAN
AKUNTAN TNI 2.VET
3.PNS 3. PEG. 3.
3. ARSITEK
ARSITEK 3.PP
3.PP POLRI
POLRI NTUVET
NTUVET
DIPERBANTUKAN 3. PEG. 4. DOKTER,
DIPERBANTUKAN SWASTA 4. DOKTER, 4.PP
4.PP PEJABAT
PEJABAT 3.PERINTIS
3.PERINTIS
4.TNI
4.TNI SWASTA 5. KONSULTAN
5.POLRI
5. KONSULTAN NEGARA
NEGARA KEMERDEKA
KEMERDEKA
5.POLRI 6.
6. NOTARIS
NOTARIS
6.PJBT AN
6.PJBT NEGARA
NEGARA 7.
7. PENILAI,
PENILAI, AN
7.PEGAWAI
7.PEGAWAI 8. AKTUARIS
8. AKTUARIS
PEMERINTAH
PEMERINTAH NON 9. PEMAIN
NON 9. PEMAIN MUSIK,
MUSIK, PEMBAWA
PEMBAWA
PNS
PNS ACARA
ACARA
*Perpres 12/2013 pasal 1 angka 16
Identitas Peserta JKN
Kartu Askes
•Tetap bisa digunakan hingga
pemberitahuan selanjutnya
•Dilakukan penggantian dengan
kartu BPJS Standar bila kartu
hilang atau rusak

Kartu BPJS Standar


•Dicetak untuk peserta diluar
pemegang kartu Askes atau Anak
ke 4 dst, orangtua maupun mertua
yang diikutkan PPU Pemerintah ,
atau mengganti kartu Askes yang
hilang atau rusak

Kartu Jamkesmas
•Perlu dipastikan apakah peserta
masuk dalam daftar PBI oleh
Kemensos
Jenis Faskes
Sesuai Permenkes no 28/2014

• Tingkat Pertama
1. Puskesmas atau yang setara
2. Praktik dokter
3. Praktik dokter gigi
4. Klinik pratama atau yang setara
5. Rumah Sakit Kelas D Pratama
Bila suatu kecamatan tidak memiliki Dokter sesuai penetapan Ka. Dinkes maka,
BPJS Kesehatan dapat bekerjasama dengan Praktik Bidan/Perawat

• Tingkat Lanjut
1. Klinik utama atau yang setara,
2. Rumah Sakit Umum,
3. Rumah Sakit Khusus
Sistem Rujukan Berjenjang
*Permenkes No 59/2014

Pelayanan Tingkat III


RS Tipe B pendidikan di Propinsi dan RS Tipe A
INA CBG’S + Top Up
+ FFS Obat & Alkes

Pelayanan Tingkat II
RS Tipe D, RS Tipe C, B non pendidikan, Klinik Utama

INA CBG’S + Top Up


+ FFS Obat + Alkes

Pelayanan Tingkat I
Puskesmas, dr & drg praktik perorangan,
Klinik pratama, Bidan*

Kapitasi + Non Kapitasi


Sistem Rujukan Berjenjang
*Permenkes No 59/2014

Pelayanan Tingkat III


RS Tipe B pendidikan di Propinsi dan RS Tipe A
INA CBG’S + Top Up
+ FFS Obat & Alkes

Pelayanan Tingkat II
RS Tipe D, RS Tipe C, B non pendidikan, Klinik Utama

INA CBG’S + Top Up


+ FFS Obat + Alkes

Pelayanan Tingkat I
Puskesmas, dr & drg prak k perorangan,
Klinik pratama, Bidan*

Kapitasi + Non Kapitasi

123
Bawalah selalu Kartu Peserta dan Rujukan
jika datang dalam kondisi tidak gawat
darurat ! *KP: Kartu
Peserta
Pasien
Pasien
Pasien GawatDarurat

Puskesmas/
Dokter/Klinik
RujukBalik

ya
Perlupemeriksaan/ ya
Perlu
ndakanspesialis RS RITL
rawatInap
Rujukan

dak dak

Pasien Pelayanan
RJTL
pulang 0bat

• Pindah FKTP setelah min 3 bulan terdaftar di FKTP awal


• Rujukan berlaku 1 bulan untuk kondisi yang sama Pasien
pulang

124
Cakupan Pelayanan Medis
Permenkes 71 Tahun 2013
Pasal 17
1.Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama untuk pelayanan medis
mencakup:
a.kasus medis yang dapat diselesaikan secara tuntas di
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
b.kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum
dilakukan rujukan;
c.kasus medis rujuk balik;
d.pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan pelayanan
kesehatan gigi tingkat pertama;
e.pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak
balita oleh bidan atau dokter; dan
f. rehabilitasi medik dasar.
2.Pelayanan kesehatan sesuai dengan panduan klinis yang
ditetapkan oleh Menteri.

Catt: PMK No 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinik bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Program Rujuk Balik
SE Menkes HK/MENKES/31/I/2014

1.Diabetes Mellitus *Kondisi


2.Hipertensi
3.Jantung
4.Asthma
Stabil
Sesuai rekomendasi dr. Spesialis (DPJP)
5.PPOK
6.Epilepsi Setiap 3 bulan kontrol ke RS
7.Schizoprenia
8.Stroke Non Haemmoragik
9.Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

Manfaat
Meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan bagi peserta penderita penyakit kronis
→ Kemudahan kontinuitas pelayanan obat, keterlibatan dokter pelayanan primer
FAKES TINGKAT BPJS CENTER/ FASKES TINGKAT IFRS/APOTEK
PERTAMA POJOK PRB LANJUTAN
PELAYANAN
PESERTA SEP SPESIALIS/
(SURAT
ELIGIBILITAS
SUB SPESIALIS
PESERTA)
DIAGNOSA
SURAT PENYAKIT KRONIS
RUJUKAN

PENDAFTARAN KONDISI
PESERTA STABIL ?

• VERIFIKASI DATA
• LEGALISASI RESEP OBAT
KRONIS
• DOKUMENTASI • SURAT RUJUKAN BALIK PENERIMAAN
• RESEP OBAT KRONIS OBAT KRONIS
• SEP
• INDENTITAS PESERTA

BUKU KONTROL PRB


Bawalah selalu Kartu Peserta dan Rujukan
jika datang dalam kondisi tidak gawat
KP* darurat ! *KP: Kartu
Peserta
Pasien
Pasien
Pasien
Pasien Gawat Darurat
Pasien
Pasien K
Ru P +
juk
an
*
Puskesmas/
Puskesmas/
Dokter/Klinik
Dokter/Klinik
Rujuk Balik

ya
Perlu ya
Perlupemeriksaan/
pemeriksaan/ Perlu
Perlu
tindakan RS RITL
tindakanspesialis
spesialis Rujukan
RS rawat
rawatInap
Inap
RITL

tidak tidak

Pasien Pelayanan
Pelayanan
Pasien RJTL
RJTL
pulang 0bat
0bat
pulang

• Pindah FKTP setelah min 3 bulan terdaftar di FKTP awal


• Rujukan berlaku 1 bulan untuk kondisi yang sama Pasien
Pasien
pulang
pulang
PMK No. 28
Th 2014

* Penggunaan obat di luar Formularium Nnasional di


FKTP dapat digunakan apabila sesuai dengan indikasi
medis dan sesuai dengan standar pelayanan kedokteran
yang biayanya sudah termasuk dalam kapitasi dan tidak
boleh dibebankan kepada peserta.
* Penggunaan obat di luar Formularium nasional di
FKRTL hanya dimungkinkan setelah mendapat
rekomendasi dari Ketua Komite Farmasi dan Terapi dengan
persetujuan Komite Medik atau Kepala/Direktur Rumah
Sakit yang biayanya sudah termasuk dalam tarif INA
CBGs dan tidak boleh dibebankan kepada
peserta.
* Dasar sistem rujukan Permenkes No.01 thn 2012 KKI, SKDI 2012 Indikasi Medis
Contoh SOP HBL rawat ICU (Akreditasi RS Versi 2012)

* Indikasi pasien masuk ICU :


* Prioritas 1 :Pasien yang mengalami gangguan akut
pada organ vital yang memerlukan tindakan dan terapi yang
intensif cepat yaitu utamanya pada pasien dengan gangguan pada
sistem Pernafasan (B1), Sirkulasi Darah (B2), Susunan syaraf pusat
(B3) yang tidak stabil
* Prioritas 2 :Pasien yang memerlukan pemantauan
alat canggih utamanya pada pasien yang mengalami pasca
pembedahan mayor
* Prioritas 3 :Pasien yang dalam kondisi kritis dan tidak
stabil yang mempunyai harapan kecil untuk disembuhkan atau
manfaat dari tindakan yang didapat sangat kecil. Pasien ini hanya
memerlukan terapi intensif pada penyakit akutnya tetapi tidak
dilakukan intubasi atau Resusitasi Kardiopulmoner.
130
* Pasien yang masuk ke ICU boleh dari IGD, Poliklinik, Ruang rawat
inap, Kamar Operasi, Rujukan / pindahan dari RS lain dan dari
dokter praktek, asalkan sesuai dengan kriteria pasien masuk ICU
berdasar prioritas 1,2,3 di atas.
* Yang menentukan pasien bisa masuk ICU adalah dokter kepala
ICU.
* Apabila ICU dalam keadaan kosong, maka semua dokter
diperkenankan untuk merawat pasien di ruang ICU sesuai
dengan kriteria pasien masuk ICU berdasarkan Prioritas 1, 2,
3 diatas.

131
* Apabila ICU tidak terisi penuh, maka yang menentukan pasien
keluar ICU adalah dokter primer yang merawat pasien
tersebut.
* Pasien bisa keluar ICU selain berdasar kriteria 1,2,3 diatas
adalah apabila pasien / keluarga menolak untuk dirawat lebih
lanjut di ICU (keluar paksa).
* Apabila ICU terisi penuh, maka pengaturan pasien masuk dan
keluar ICU dilakukan oleh dokter Kepala ICU
* Apabila dokter Kepala ICU berhalangan, maka koordinasi
penggunaan ruang ICU dilaksanakan oleh dokter jaga
* Jadwal jaga ICU dibuat oleh Kepala ICU
* Cara Pengisian Status ICU berdasarkan JUKNIS pengisian status
ICU.

132

Anda mungkin juga menyukai