Anda di halaman 1dari 34

ANEMIA

Pendahuluan

Di Indonesia anemia gizi masih merupakan salah


satu masalah gizi yang utama, di samping tiga
masalah gizi lainnya, yaitu kurang kalori protein,
defisiensi vitamin A dan GAKY.
Masalah ini terutama menjakiti wanita dalam usia
reproduktif dan anak-anak di kawsan tropis dan
subtropis.
Anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam
folat dan vit B12.
Pengertian

keadaan menurunnya kadar


hemoglobin, hematokrit dan jumlah
sel darah merah di bawah nilai
Anemia normal yang di patok untuk
perorangan

keadaan dengan kadar hb, hematokrit


dan sel darah merah yg lebih rendah
dari nilai normal, sbg akibat dari
Anemia gizi defisiensi salah satu/ beberapa unsur
makanan esensial yg dpt
mempengaruhi timbulnya defisiensi
tsb
Besaran Masalah
 Beberapa peneliti dan laporan menyatakan bahwa
anemia gizi besi merupakan prevalensi yang paling
tinggi dari berbagai anemia gizi, dan hampir separuh
dari semua wanita di negara berkembang menderita
anemia.
 Di Indonesia tahun 2010 penderita anemia sekitar 50-
70 juta, anemi defisiensi zat besi mencapai 20%-33%.
Sebesar 40% dialami wanita hamil.
Tahun Data Prevalensi Keterangan
1995 Depkes RI 51,5% Anemia pada anak
2001 SKRT 47% Anemia defisiensi besi
Depkes RI pada balita
2006 P3GM 26,3% Anemia gizi besi balita
Depkes RI di 10 provinsi
Depkes RI 25% Anemia pada anak
2007 SKRT 40-45% Anemia defisiensi besi
Depkes RI pada balita
Riskesdas 40% Anemia pada anak usia
1-14 thn
2011 Depkes RI 17,6% Anemia pada anak

Tahun 2000 (WHO): prevalensi anemia mencapai 40% (masalah


berat), prevalensi 10-39% (sedang), <10% (ringan).
Prevalensi anemia di Indonesia sedang, tetapi tetap menjadi
masalah kesehatan nasional karena masih di atas angka cut of
point prevalensi anemia (>15%)
Distribusi
 Hampir seperlima dari populasi di dunia menderita anemia
defisiensi besi.
 Di Amerika Serikat, wanita lebih banyak menderita anemia
defisiensi besi dibanding pria, dimana tingkat insidensinya tertinggi
pada usia reproduktif dan menurun setelah menopause.
 Di negara berkembang, penyebab anemia defisiensi besi
terbanyak adalah kehamilan dan perdarahan kronik.
 Kehilangan darah 2-4 ml/ hari cukup untuk dapat menyebabkan
defisiensi besi.
 Pada wanita, penyebab terbanyak anemia defisiensi besi adalah
menoragi.
Anemia terjadi pada 45% wanita di daerah berkembang, dan 13 %
di negara maju.
Anemia sering terjadi pada wanita usia subur, wanita hamil, dan
wanita menyusui. Kolompok usia yang juga rentan adalah bayi dan
anak-anak.
Distribusi

• Riskesdas 2007
Distribusi
Distribusi

• Riskesdas 2007
Distribusi
Distribusi

• Riskesdas 2013
Distribusi

• Riskesdas 2013
Kelompok ibu hamil (bumil) merupakan salah
satu kelompok yang berisiko tinggi mengalami
anemia, meskipun anemia yang dialami
umumnya merupakan anemia relatif akibat
perubahan fisiologis tubuh selama kehamilan.
Anemia pada populasi ibu hamil menurut kriteria
anemia yang ditentukan WHO dan pedoman
Kemenkes 1999, adalah sebesar 37,1 persen
dan proporsinya hampir sama antara bumil di
perkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%).
Determinan
Penyebab anemia : Defesiensi Fe, infeksi kronik (cacingan),
penyakit malaria, penyakit hemolotok kongenital (seperti
talasemia), dan defesiensi nutrien mikro lainnya (seperti KVA).
Penyebab utama anemia : Defesiensi Fe

1. Berkurangnya 2. Kehilangan Fe 3. Meningkatnya


asupan Fe  Perdarahan traktus kebutuhan Fe
• Diet tidak gastrointestinal • Anak-anak
adekuat  Perdarahan traktus • Kehamilan
urogenitalis
(malnutrisi) • Laktasi
 Hemoglobinuria
• Gangguan
 Hemosiderosis pulmonari
absorpsi : idiopatik
operasi lambung,  Teleangiektasia hemoragik
aklorhidria, herediter
penyakit celiac  Gangguan hemostasis
 Gagal ginjal kronik dan
hemodialisa
Faktor Risiko Anemia

• Simpanan zat besi yg buruk


• Ketidakcukupan gizi
• Peningkatan kebutuhan menstruasi dan
kehamilan
• Malabsorpsi dan peningkatan kehilangan
• Hemoglobiopati
• Obat dan faktor lainnya
Gejala Klinis

• Lelah, lesuh, lemah, letih, lalai (5L)


• Bibir tampak pucat
• Nafas pendek
• Lidah licin
• Denyut jantung meningkat
• Susah buang air besar
• Nafsu makan berkurang
• Kadang-kadang pusing
• Mudah mengantuk
Batasan Anemia

• Batasan Hb darah (WHO, 1975)

Kelompok Batas Nilai Hb

Bayi/ balita 11.0 g/dl


Usia sekolah 12.0 g/dl
Ibu hamil 11.0 g/dl
Pria dewasa 13.0 g/dl
Wanita dewasa 12.0 g/dl
Con’t

• Batasan anemia (menurut Depkes)

Kelompok Batas Nilai Hb

Anak balita 11 gram %


Anak usia sekolah 12 gram %
Wanita dewasa 12 gram %
Laki-laki dewasa 13 gram %
Ibu hamil 11 gram %
Ibu menyusui > 3 bln 12 gram %
Macam-macam Anemia
 Anemia defisiensi besi
 anemia yg disebabkan oleh kurangnya mineral fe.
Kekurangan ini dpt disebabkan krn kurang masuknya
unsur besi dgn makanan, karena gangguan absorbsi/
terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya
pada perdarahan
 Anemia megaloblastik
 anemia yg disebabkan oleh defisiensi asam folat,
jarang sekali krn defisiensi vitamin B12, anemia ini sering
ditemukan pd wanita yg jarang mengkonsumsi sayuran
hijau segar/ makanan dgn protein hewani tinggi
Con’t
Anemia hemolitik
 anemia yang disebabkan karena penghancuran sel
darah merah berlangsung lebih cepat dari
pembuatannya
Anemia Hipoplastik dan Aplastik
anemia yang disebabkan karena sumsum tulang
belakang kurang mampu membuat sel-sel darah yang
baru. Pada sepertiga kasus anemia dipicu oleh obat
atau zat kimia lain, infeksi, radiasi, leukimia, dan
gangguan imunologis
Patofisiologi

Zat besi terdapat pada seluruh sel tubuh kira-kira 40-


50 mg/kilogram berat badan. Hampir seluruhnya dalam
bentuk ikatan kompleks dengan protein. Ikatan ini kuat
dalam bentuk organik, yaitu sebagai ikatan non ion dan
lebih lemah dalam bentuk anorganik, yaitu sebagai
ikatan ion. Besi mudah mengalami oksidasi atau
reduksi. Kira-kira 70 % dari Fe yang terdapat dalam
tubuh merupakan Fe fungsional atau esensial, dan 30
% merupakan Fe yang nonesensial.
Lanjutan…
• Fe esensial ini terdapat pada :
1. Hemoglobin 66 %
2. Mioglobin 3 %
3. Enzim tertentu yang berfungsi dalam transfer
elektron misalnya sitokrom oksidase, suksinil
dehidrogenase dan xantin oksidase sebanyak
0,5%
4. Pada transferin 0,1 %.

• Besi nonesensial terdapat sebagai cadangan


dalam bentuk feritin dan hemosiderin
sebanyak 25 %, dan pada parenkim jaringan
kira-kira 5 %.
Lanjutan…
• Makanan sumber zat besi yang paling
baik berupa heme-iron adalah hati,
jantung dan kuning telur.
• Jumlahnya lebih sedikit terdapat pada
daging, ayam dan ikan.
• Sedangkan nonheme-iron banyak
terdapat pada kacang-kacangan, sayuran
hijau, buah-buahan dan sereal.
• Susu dan produk susu mengandung zat
besi sangat rendah.
Lanjutan…
Metabolisme Zat Besi
 Zat besi dalam makanan biasanya dalam bentuk ferri ( Fe3+ ) 
direduksi oleh HCl lambung dan vitamin C dalam makanan
menjadi ferro (Fe2+ )  masuk ke usus halus  Zat besi
berupa ferro diabsorbsi terutama didalam duedunum makin ke
distal absorbsinya makin berkurang.

 Besi diserap oleh epitel usus dengan bantuan protein transpor


yang dikenal dengan DMT 1 ( Divalen Metal Transporter ). DMT
1 juga memfasilitasi absorbsi logam lain seperti Mg, Co, Zn dan
Cd. Besi akan dibawa dari luminal ke bagian mukosa epitel
usus.

 Defisiensi zat besi terjadi jika kecepatan kehilangan atau


penggunaan elemen besi melampaui kecepatan asimilasinya.
Defisiensi Fe merupakan hasil akhir keseimbangan negatif Fe
yang berlangsung lama
Lanjutan…
Terdapat tiga stadium defisiensi Fe, yaitu:
1. Defisiensi Fe pre laten / deplesi Fe
Berkurangnya cadangan Fe tanpa disertai
berkurangnya kadar serum Fe.
2. Defisiensi Fe laten
Cadangan Fe habis, tetapi kadar Hb masih
di atas batas terendah kadar normal.
3. Anemia defisiensi Fe
Kadar Hb di bawah batas terendah kadar
normal.
Lanjutan…
Stadium perkembangan defisiensi Fe dapat
diukur dengan 4 pengukuran yang berbeda:
 Serum feritin, untuk mengukur cadangan Fe
 Saturasi transferin, mengukur suplai Fe ke
jaringan.
 Pengukuran hemoglobin dan hematokrit,
pengukuran ini mengindikasikan anemia.
 Rasio dari mineral Zn protoporphyrin
(erythrocyte protoporphyrin) dengan Fe.
Dampak
Anak-anak

– Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.


– Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan
kecerdasan otak.
– Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena
daya tahan tubuh menurun.
Wanita

– Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga


mudah sakit.
– Menurunkan produktivitas kerja.
– Menurunkan kebugaran.
Remaja putri

– Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.


– Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan
tidak mencapai optimal.
– Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
– Mengakibatkan muka pucat.

Ibu hamil

– Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat


persalinan.
– Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat
Lahir Rendah atau BBLR (<2,5 kg).
– Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan
kematian ibu dan/atau bayinya.
Pencegahan dan Pengendalian

• Prinsip dasar dalam pencegahan anemia


karena defisiensi zat besi  memastikan
konsumsi zat besi secara teratur utk
memenuhi kebutuhan tubuh dan utk
meningkatkan kandungan serta
bioavailabilitas (ketersediaan hayati) zat besi
dlm makanan
4 Pendekatan Dasar

 Pemberian suplemen tablet besi

Suplemen FE adalah salah satu


strategi utk meningkatkan intake
Fe yg berhasil hanya jika
individu mematuhi aturan
konsumsinya.
 Pendidikan dan upaya yg ada kaitannya dg
peningkatan asupan zat besi melalui makanan
Konsumsi tablet besitimbul efek samping
ditolakakibat kurangnya pengetahuan
diberikan pendidikan ttg bahaya akibat anemia &
penyebab anemia adalah defiensi zat besi.

Asupan zat besi dari makanan dpt ditingkatkan dg 2


cara: - pemastian konsumsi makanan yg cukup
mengandung kalori sebesar yg semestinya
dikonsumsi. – meningkatkan ketersediaan hayati zat
besi yg di makan: dgn jalan mempromosikan
makanan yg dpt memacu & menghindarkan pangan
yg bisa mereduksi penyerapan zat besi
 Fortifikasi makanan

Salah satu strategi peningkatan


konsumsi Fe di masyarakat yg bernilai
rendah biaya dan terampuh dlm
pencegahan defisiensi Fe.
Jenis-jenis bahan pangan yg berhasil
dijadikan pembawa bagi fortifikasi
pangan  gandum, roti, tepung susu,
garam, susu formula bayi dan gula
 Pengawasan penyakit infeksi

Pengawasan penyakit infeksi ini


memerlukan upaya kesehatan
masyarakat pencegahan seperti
penyediaan air bersih, perbaikan
sanitasi lingkungan, dan
kebersihan perorangan.
Daftar Pustaka
• Arisman, 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
• Gibney, Michael J, dkk. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC
• Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi.
Jakarta: EGC
• Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2011. Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers
• https://sinlyevanputra6.wordpress.com/2012/12/29/anak-
indonesia-kekurangan-zat-besi-dan-seng/
34

Anda mungkin juga menyukai