Anda di halaman 1dari 59

- Linguistics : Ilmu yang mempelajari bahasa, turunan

dari bahasa latin lingua yang berarti bahasa.

- Linguistik sering disebut dengan general linguistics


(Linguistik umum) karena mempelajari sistem bahasa
secara umum, bahasa apapun.

- Setiap bahasa punya pola dan ciri khas masing-


masing, tetapi memiliki persamaan yang universal.
Persamaan universal tersebutlah yang akan menjadi
bahan kajian dalam linguistik ini.
Linguistik Menurut Beberapa Tokoh
 Webster : The Study of Human Speech including the
units (kesatuan), nature (hakikat), structure, and
modification of language (perubahan bahasa).
 Wardhaugh: the scientific study of language (kajian
bahasa secara ilmiah)
 Muhammad Daud: Ilmu al-ladzi yadrusu al-lughat
diroosatun ilmiyyatun ta’tamidu ala ad-daqqoti
(akurasi) wal wuduhi wasy syumuli (kelengkapan) wal
manhajiyyati (metode), wa yadrusu al-lughat li
dzatiha.
Tujuan Studi Bahasa
 Tujuan Praktis: bahasa yang dipelajari untuk
berkomunikasi-interaksi dg baik, benar, dan lancar
 Tujuan estesis: berorientasi pada bagaimana orang
dapat memahami dan menggunakan bahasa dengan
indah dan menarik: membuat puisi, dan retorika
bahasa lainnya
 Tujuan Filologis: mengungkapkan hal2/nilai bahasa
dari segi kebudayaan masa lalu: mengkaji manuskrip
 Tujuan Linguistis: sebagai objek kajian ilmiah yang
berorientasi pada pengungkapan gejala bahasa.
Keilmiahan Linguistik
 Tiga Tahap Perkembangan:
1. Tahap Spekulasi: mengambil kesimpulan dilakukan
dengan sikap spekulatif; kesimpulan dibuat dengan
tanpa adanya bukti empiris. Misal, semua bahasa berasal
dari bahasa ibrani. Filsuf swedia menyatakan bahwa
Tuhan di surga berbahasa swedia, adam di taman firdaus
berbahasa Denmark, dan ular berbicara dalam bahasa
prancis. Kesemuanya adalah spekulasi yang sukar
dibuktikan & diterima. Spekulatif berarti belum ilmiah.
2. Tahap observasi dan klarifikasi: pengelompokan
berdasarkan ciri bahasa tersebut dengan tanpa berteori
3. Perumusan Teori: mengajukan pertanyaan untuk
permasalahan dengan data empiris yang telah
dikumpulkan
Pendekatan Ilmu bahasa
 Sinkronik –  Diakronik
Sinkronik adalah kajian Diakronik adalah kajian
bahasa pada masa tertentu bahasa pada masa yang
tanpa memperhatikan tidak terbatas, kajiannya
perkembangan yang bersifat historis dan
terjadi dimasa lampau, dan komperatif. Kajian ini
fokus kajiannya berkenaan menitik beratkan pada
dengan struktur. Contoh; perkembangan suatu
mengkaji bahasa indonesia bahasa dari masa kemasa.
prakemerndekaan. Contoh; perkembangan
bahasa indonesia dulu
hingga kini.
Pendekatan Ilmu bahasa
 Perskriptif  Historis Komparatif :
Pendekatan persekriptif sering disebut Perbandingan dua
juga normatif. Pendekatan ini bahasa atau lebih
berorientasi pada norma –norma yang dalam kurun waktu ,
sudah berlaku. misalnya untuk
Al-Lughah kaifa ma hiyah. merunut induk bahasa
 Deskriftif
dan bahasa rumpun.
Kajian ini pada
Pendekatan terhadap bahasa secara akhirnya melahirkan
objektif . Kajiannya difokuskan pada suatu metode hitungan
penggambaran nyata terhadap gejala statistik terhadap kosa
kebahasaan yang tejadi dilapangan, kata: leksikostatistik.
bukan soal benar-salah.
Al-Lughah ‘ala ma hiyah.
Hakikat Bahasa
 Etimologis – Sansakerta: Bhasa, Bhas yang berarti
hembusan nafas.
 Perluasan makna: Sistem bunyi yang keluar dari mulut
 Ibnu Jinni:
‫ألفاظ يعبّر بها قوم عن أغراضهم‬
 Webster: alat yang sistemis untuk menyampaikan gagasan
atau perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi,
gesture, atau tanda yang disepakati, yang mengandung
makna yang disepakati
 Kridalaksana: Sistem lambang yang arbitrer yang digunakan
anggota kelompok masyarakat utk bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.
You are what you say
 fenomena berbahasa mampu memberi image
pemakai bahasa itu sendiri. Bahasa juga mampu
mebedakan kelas-kelas si penutur, misalnya dari
kelas abangan hingga ilmuwan, dari kelas rakyat
jelata hingga tataran penguasa.

 Tidak hanya itu, dalam mengetahui tujuan seseorang


dibalik penuturan bahasa dapat dilihat dari fenomena
berbahasa yang disesuaikan dengan situasi yang
terjadi saat tuturan itu diucap. Misalnya dalam
penggunaan bahasa “blusukan” dan “sidak (inspeksi
mendadak)”
Bahasa Sebagai Sebuah Sistem
 Bahasa adalah sistemik: memiliki sistem, aturan atau pola
tertentu = Sistem bunyi dan makna
 Bahasa itu arbitrer: tidak ada aturan khusus, hanya
kesepakatan. Sebagian besar bentuk kata bahasa muncul secara
arbitrer misal kata kuda. Ia merupakan kesepakatan sosial.
 Bahasa itu vocal: hakikat bahasa adalah bunyi yang dihasilkan
oleh artikulator.
 Bahasa itu simbol: digunakan utk komunikasi singkat misal,
sekolah dilambangkan dengan obor yang bermakna penerang.
 Bahasa mengacu pada dirinya sendiri : Metalinguistik= bahasa
digunakan untuk menganilis bahasa
 Bahasa itu dinamis: terus menerus mengalami perubahan dan
perkembangan dari zaman ke zaman agar tidak mati
 Bahasa adalah alat komunikasi: berinteraksi dan slg memahami
Bahasa sebagai objek Linguistik
1. Wujud bahasa

 Bahasa lisan:  Bahasa Tulis


Asli Turunan
Primer Sekunder
ada situasi afeksi lambang visual
diucapkan langsung disampaikan dg tulisan
sistem bunyi Sistem tulisan
intonasi Tanpa intonasi
konteks tuturan Tanpa konteks tuturan
2. Asal usul bahasa
Sarjana Barat Sarjana Arab
 Teori tekanan sosial Adam  Tauqif wal ilham: pemberian
Smith: kebutuhan untuk slg dari Allah, Ibnu faris
memahami (terdorong  Tawadhu’ wal ishthilah:
mengucapkan bunyi tertentu) diciptakan manusia karena
 Onomatopetik (imitasi bunyi) kesepakatan manusia, ulama’
J.G. Harder: pemberian nama mu’tazilah, abu hasyim al-
sesuia dengan bunyi jubbaiyy
 Teori interjeksi, Whitney,  Jam’u baina tauqif wa ishthilah:
ujaran tekanan batin dan menggabungkan antara
perasaan mendalam (pooh2) keduanya, ibnu Jinni
 Teori permainan vocal: bermula  At-taqlid wal muhakat:
dari dengungan dan senandung peniruan terhadap bunyi/ suara
alamiah, khariir – dengkuran
Pendekatan Modern
1. Manusia adalah yg
memiliki kemampuan
bawaan secara pisik dan
psikologis yg mendorong  Jika keduanya
munculnya kesan digabung:
piskologis terhadap Bahasa dihasilkan oleh
sesuatu. Dari sini manusia karena adanya
muncullah kesan kemampuan psikologis
yang dipicu oleh
psikologis dalam bentuk
rangsangan tertentu
tuturan yang ada di sekitarnya.
2. Manusia sbg mahluk
sosial: kepentingan dan
kesepakatan masyarakat
Bagaimana dengan Bahasa Arab?
 Orang yang pertama  Bahasa Arab ada 2:
berbahasa arab adalah 1. al-Arabiyah al-Baidah:
Nabi Ismail bin Ibrahim bahasa ini bisa dikatakan
pada umur 14 tahun. telah mati atau hilang
Pendapat ini dikeluarkan; seiring dengan punahnya
1. Muhammad bin Sallam penutur bahasa tersebut.
al-Jumahi bahasa arab ini juga
2. Imam al-Hakim dikenal dengan Arabiyah
3. Ibnu Katsir
an-Nuqusy
2. al-Arabiyah al-Baqiyah:
4. Al-Syirazi
Bahasa arab yag masih
hidup atau tersisa
3. Konteks Bahasa
 Konteks bahasa adalah
situasi dan kondisi pada
saat terjadinya sebuah
tuturan: latar belakang
 Contoh:
 Pemahaman bahasa tidak
akan lengkap dan tepat jika
konteks tuturan tidak “Kita harus cari jalan
dipahami keluar”
 Tuturan yang sama akan
memiliki pemahaman
makna berbeda jika lain
konteks tuturan
Aspek Konteks
Menurut Hymes
S  Setting and Scane: latar pisik & psikis
P  Participant: penutur, lawan tutur, pendengar
E  End: hasil yg diharapkan & tujuan yg ingin dicapai
A  Act: bentuk & isi pesan; lokusi, ilokusi – perlokusi
K  Key: Nada & suasana tingkat formalitas tuturan
I  Instrumentalities: sarana penyampaian : lisan/tulisan
N  Norms: norma interaksi; yg boleh, pantas, tk boleh dibicarakan
G  Genre: bentuk pemakaian bahasa; bhs telpon,
sms, judul koran dll
Bahasa dan faktor luar bahasa
- Kajian Linguistik Faktor Luar bahasa:
mikro adalah struktur 1. Masyarakat Bahasa:
intern bahasa itu sekelompok orang yang
sendiri. merasa menggunakan
- Linguistik makro bahasa yang sama
ber hubungan 2. Variasi dan Status Sosial
bahasa: Variasi Bahasa
dengan hal di luar
tinggi dan rendah
bahasa.
3. Penggunaan Bahasa:
- Faktor luar bahasa kembali pada konsep
segala yang SPEAKING
berkaitan dengan 4. Kontak Bahasa:
kegiatan manusia di pemakaian dua bahasa
dalam masyarakat. atau lebih dalam tuturan
Kontak Bahasa
Dalam masyarakat yang bilingual atau multilingual sebagai
akibat dari kontak bahasa, pun kontak budaya, dapat terjadi
kasus sebagaimana di bawah ini:
1. interferensi: terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam
bahasa yang sedang digunakan. Interferensi dapat terjadi
pada setiap tataran bahasa; fonologi, morfologi, sintaksis,
dan leksikon.
2. Integrasi: unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah
dianggap dan dipakai sebagai bagian dari bahasa yang
menerimanya: riset, mekanik
3. Alih kode: perpindahan penggunaan suatu kode ke kode lain
(bahasa) karena ada sebab: perubahan situasi dan topik
pembicaraan
4. Campur kode: perpindahan penggunaan suatu kode ke kode
lain (bahasa) tanpa adanya situasi yang menuntut
percampuran bahasa
Kontak bahasa dikerucutkan menjadi dua
 Alih Kode  Campur Kode
1. Alih Kode Intern: 1. Campur kode kata
Pergantian/ peralihan 2. Campur kode frase
kode yang terjadi antar- 3. Campur kode baster
dialek atau antar gaya
dalam 1 bahasa.
Contoh: alih kode dari
bahasa resmi ke bahasa
bahasa santai.
2. Alih Kode Ektern:
Perpindahan dari bahasa
satu ke bahasa lain
Faktor Penyebab
 Alih Kode:  Campur Kode
1. Penutur: ada maksud 1. Terjadi karena tidak
tertentu dari penutur adanya ungkapan yang
2. Lawan tutur: tepat dalam bahasa yang
mengimbangi dipakai penutur
kemampuan berbahasa 2. Faktor ketidaksadaran
lawan tutur penutur: terbiasa dalam
3. Hadirnya penutur ke-3 lingkungan bi-
4. Pokok pembicaraan multilingualisme
5. Untuk membangkitkan
rasa humor
6. Untuk sekedar bergengsi
Fungsi
 Alih Kode – Campur kode
1. Untuk menegaskan satu hal /
mengakhiri pertentangan
2. Untuk mengakrabkan
3. Untuk menghormati
4. Untuk meningkatkan status
5. Mengutip ucapan orang lain
Bahasa dan Budaya
Bahasa Memengaruhi Budaya memengaruhi
Budaya ? Bahasa
Edward Sapir - Benyamin Lee Whorf: Pernyataan ini
Bahasa mampu memengaruhi kebalikan dari
cara berpikir dan bertindak hipotesis
anggota masyarakat sebelumnya, bahwa
penuturnya. budayalah yang
Misalnya, pada bahasa-bahasa memengaruhi
yang memiliki kategori waktu; bahasa. Misalnya
masyarakatnya menghargai budaya makan nasi.
waktu.
Namun, hipotesis ini tidak Namun demikian,
semua mengamini
banyak diikuti orang. eratnya hubungan
budaya dan bahasa
UTS
1. Pernyataan seperti “yang benar adalah kata mengubah,
bukan merubah” menunjukkan sifat yang tidak
deskriptif. Jelaskan apa sebabnya !
2. Jelaskan perbedaan kajian linguistik diakronik dan
sinkronik !
3. Sebutkan pengertian bahasa menurut Ibnu Jinni dan
menurut pemahaman anda sekalian !
4. Apa yang anda pahami terkait pernyataan bahwa bahasa
itu bersifat arbitrer?
5. Buatlah contoh percakapan yang mengandung alih kode
dan campur kode !
Tataran Fonologi
 Fonologi adalah ilmu yang membahas bunyi kebahasaan ( ‫علم‬
‫)يدرس األصوات اللغوية‬
 Bunyi: gelombang udara dan penekannya secara kuat dan cepat
karena sebuah faktor
 Apakah semua bunyi bisa disebut bahasa?
(‫)إنما الصوت اللغوي هو الذي يحمل معنى معينا يعبر اإلنسان عن افكارهم‬
Tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh manusia bisa
disebut bahasa. Suara yang disebut bahasa apabila mengandung
makna tertentu yang digunakan untuk mengungkapkan
pemikirannya.
- Karakteristik bunyi:
1. Proses kejiwaan dan akal yang berlangsung di pikiran
seseorang sebelum berbicara atau pada pertengahan tuturan
2. Gelombang atau getaran bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
Fonologi
Fonetik Fonemik

 Mempelajari bunyi  Mempelajari fungsi


bahasa tanpa bunyi bahasa dalam
memerhatikan apakah sebuah kata dan
bunyi tersebut susunan kalimat
mempunyai fungsi
sebagai pembeda  ‫يدرس األصوات وظيفيا داخل‬
makna atau tidak ‫تراكيب لغة معينة‬
 ‫يهتم باألصوات دون‬
‫نظر خاص الى ما تنتمي‬
‫اليه من لغات وال الى‬
‫وظيفتها الكالمية‬
Alat Ucap
 Alat ucap terbag menjadi 3
A. Di bawah tenggorokan
1. Rongga dada
2. Paru2
3. Saluran udara
B. Tenggorokan : Pita Suara
C. AtasTenggorokan
1. Rongga Tenggorokan
2. Rongga mulut
3. Rongga hidung
4. lidah
5. Langit-langit
6. Gigi
7. Bibir
Tempat artikulasi
1. Billabial: bibir atas dan bawah merapat: ‫ب – م – و‬
2. Labiodental: merapatnya bibir bawah dengan gigi atas: ‫ف‬
3. Dental: bersambungnya ujung lidah dengan gigi atas: – ‫ذ‬
‫ظ–ث‬
4. Denti alveolar: ujung lidah menempel pada gigi atas &
lidah menghadap pada gusi: ‫د – ض – ت – ط – ن – ل‬
5. Alveolar: bersambungnya ujung lidah dengan gusi: ‫س – ر‬
‫–ص–ز‬
6. Palatol: Mendekatkan pangkal lidah pada langit-langit:
‫ش–ج–ي‬
7. Velar: ujung lidah kebagian belakang langit2: ‫خ – غ‬
8. Uvular: ujung lidah mendekat ke ujung rahang: ‫ق – ك‬
9. Pharyngal: menyempitnya area tenggorokan: ‫ع – ح‬
10. Glottal: menyempitna pita suara / menyempitnya
tenggorokan: ‫ء – ه‬
Cara Artikulasi
1. ‫( إنفجارية‬Letupan – Plosif ): udara dari paru-paru tertahan
di makhroj sebentar lalu dikeluarkan = ‫ب د ض ت ط ك ق ء‬
2. ‫( إحتكاكية‬Geseran - Frikatif ) : udara dari paru2 tidak
tertahan namun mengalami penyempitan dan melewati
celah yang sempit: ‫ف ذ ظ ث ز س ص ش ع خ غ ح ه‬
3. ‫( المزدوجة‬Paduan - Afrikatif ) : perpaduan kondisi meletup
dan bergerak: ‫ ج‬c ch
4. ‫( الجانبي‬Sampingan - Lateral) : udara dari paru2 tertahan
pada bagian tengah ulut kemudian lewat samping lidah:
‫ل‬
5. ‫( األنفية‬Nasal - sengauan): diproduksi melalui mulut tapi
keluar dar hidung: ‫م ن‬
6. ‫( التكراري‬getaran – trill): getaran bunyi berulang-ulang: ‫ر‬
7. Hampiran – aproksiman: mendekati posisi terbuka
seperti pembentukan vocal: ‫و ي‬
Unsur suprasegmental
Unsur segmental: sesuatu yang menyertai fonem ketika
dalam pengucapan sebuah bahasa berupa:
 Stressing: keras lunaknya bunyi= blackboard, girlfriend
 Nada: tinggi rendahnya bunyi
 Jeda : hentian bunyi dalam arus ujar=
/ antarkata dalam frase
// antarfrase
# antarkalimat

# buku // sejarah / baru #


# Buku / sejarah // baru #
Tataran Morfologi
 Morferm adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai
makna. Contoh ketujuh, kepasar. Masing2 ke mempunyai
makna sendiri, dan berbeda. Berbeda dengan kata lantar,
seperti dalam contoh menelantarkan, terlantar, lantaran, ia
tidak bisa disebut morferm karena tidak memiliki makna.
 Klasifikasi morferm:
1. Morferm bebas dan terikat:
MB; morfer yang tanpa kehadiran morferm lain dapat
muncul dalam tuturan. MT; morfem yang tanpa digabung
dengan morferm lain tidak dapat mucul dalam pertuturan
seperti juang, henti, baur
2. Morferm utuh dan terbagi. Utuh misalnya meja,kursi,
seedangkan terbagi seperti persatuan, satu merupakan bentuk
utuh yang dibagi dengan imbuhan (pe - an)
Proses Morfemis
 Afiksasi: proses  Reduplikasi: proses
pembubuhan afiks pada morfemis yang
bentuk dasar. Misal, mengulang bentuk
belakang terbelakang dasar, baik secara
keterbelakangan, atau keseluruhan, maupun
berupa frase ikut serta sebagian, hingga
keikutsertaan, atau tiba di perbubahan bunyi.
Jakarta setiba di Contoh, meja-meja,
Jakarta. lelaki, gegara tetiba
(tidak resmi), bolak-
balik, mondar-mandir
Proses Morfemis
 Komposisi: proses dan  Konversi: proses
hasil penggabungan pembentukan kata tanpa
morfem dasar dengan perubahan unsur
morfem dasar lainnya segmental (bunyi).
sehingga terbentuk Contoh tree (pohon -
konstruksi baru yang mengejar), cangkul
memiliki identitas
leksikal berbeda .
Misalnya lalu lintas, daya
juang, rumah sakit,
akhirul kalam, hajarul
aswad, blackboard dll.
Kata
 Kata; adalah satuan bahasa yang memiliki satu
pengertian

PEMBENTUKAN KATA
1. Inflektif: kata2 dalam bahasa berfleksi (mengalami
perubahan bentuk sehubungan dengan waktu,
subjek dll) harus disesuaikan bentuknya dengan
kategori gramatikal yang berlaku. Pembentukan kata
dalam hal ini berhubungan dengan afiks / imbuhan
(prefiks, sufiks, dan infiks)
2. Derivatif: pembentukan kata baru, kata yang
identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasar.
Seperti sing menjadi singer.
Derivatif / Isytiqaq
 Isytiqoq berasal dari kata syaqq: membelah.
 Ibnu Jinni: proses kreatif dalam bahasa dengan
cara mengubah kata dari dari satu bentuk (akar
kata) ke bentuk lain (turunannya).
 As-Suyuthi: pola-pola (wazan) dalam isytiqaq bisa
melebih 1000 wazan. Artinya, kita bisa mengubah
kata dasar ‫ علم‬menjadi 1000 kata turunannya,
dengan makna yang berbeda.
 Ya’qub: membuat bentuk kata dari menjadi yang
lain dengan berbagai perubahan, namun tetap
memiliki hubungan makna.
Isytiqaq ada 2
Isytiqaq Shaghir: Isytiqaq kabir:
Adalah derivasi biasa, Permainan bahasa atau
sebagaimana yang proses pembentukan kata
dikatakan oleh dua tokoh dengan cara membolak-
di atas. balikkan posisi hurufnya.
Contoh hamida dan
madaha. Keduanya
bemakna memuji.
Contoh lain, kalama –
kamila – lakama – lamaka
– makala – dan malika.
Pembentukan kata
3. Taulid 4. Naht
 Menambahkan makna baru  Menggabungkan dua kata
bagi suatu kata. Contoh, kata setelah proses pembuangan
‫ الهاتف‬yang menurut kamus sebagiannya yang disesuaikan
adalah orang yang terdengar sehigga menjadi kata baru
suara, tetapi tidak terlihat yag bermakna baru. Contoh
orangnya. Nah, pada saat ini, bacaan ‫ال حول وال قوة اال باهلل‬
kata tersebut dipakai untuk menjadi ‫حوقل‬. Juga, ‫ ماهية‬dari
arti telepon. Contoh lain maa isim istifham dan hiya.
adalah kata ‫ السيارة‬yang
merupakan bentuk
mubalaghah dari kata ‫سار‬
Tataran Sintaksis
1. Struktur Sintaksis:
Fungsi Sintaksis: Subjek Predikat Objek Kata Keterngan
Kategori Sntks: nominal verba ajektifa adverb numerelia
Peran Sntks: Pelaku Penderita Penerima

SPOK = Nenek melirik kakek tadi pagi


PSK = Keluarlah nenek dari kamarnya
SPK= Dia adalah (verba kopula) guru

Alat sintaksis yang tak tertulis adalah intonasi. Dalam


bahasa indonesia batas antara subjek dan predikat
ditandai dengan intonasi berupa nada naik dan tekanan.
2. Kata Sebagai Satuan Sintaksis
Dalam kajian morfologi, kata adalah tataran terbesar, tetapi
dalam sintaksis ia merupakan satua terkecil, yang kemudia
membentk sauan sintaksis yang lebih besar berupa frase,
kemudian klausa, dan kalimat.
Dalam satuan sintaksis, kata dibagi menjadi dua: kata penuh
yaitu kata yang secara leksikal memiliki makna seperti
kategori nomina, verba, ajketifa, adverbia, dan numerelia.
Yang kedua adalah kata tugas secara leksial tidak memiliki
makna seperti preposisi dan konjungsi.
Konjungsi ada dua:
1. koordinatif: konektor yang menghubungkan dua
konstituen yang sama kedudukannya; dan atau tetapi
2. Subordinatif: konektor yang menghubugkan dua
kontotuen yang tidak sederajat: kalau, meskipun
3. Frase : satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
bersifat nonpredikatif
Perbedaan frase dan kata majemuk. Frase gabungan
beberapa kata yang tidak sampai menghasilkan makna baru,
sedangkan kata majemuk sebaliknya.

Jenis Frase;
a. F. Eksosentrik: tidak mempunyai perilaku sintaksis yang
sama; di pasar
b. F. Endosentrik: salah satu unsurnya memiliki perilaku
sintaksis yg sama , dapat menggantikan kedudukan
keseluruhannya; saya (sedang) membaca komik. Frase ini
juga dikenal dengan frase subordinatif.
Lanjut …
c. Frase Koordinatif:  Frase apositif: frase
komponen koordinatif yang kedua
pembentukannya terdiri komponennya saling
dari dua koponen atau merujuk sesamanya.
lebih yang sama dan Seperti pak ahad, guru
sederajat: dua tiga hari, saya
hilir mudik, tua muda,
makin terang makin baik
dll Frase dapat diperlua s
komponennya: kereta api, kereta api
ekspres
4. klausa
 Klausa: satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata
berkonstruksi predikatif yang belum diberikan
intonasi final
 Jenis Klausa:
1. Kausa bebas: klausa yang memiliki unsur2
lengkap yang berpotensi menjadi kalimat
2. Klausa terikat: klausa yang tidak berpotensi
menjadi kalimat yang ditandai dengan konjungsi seperti
ketika, kalau dll. Klausa ini dikenal dengan klausa
subordinatif atau kalausa bawahan.
5. Kalimat
 Kalimat adalah susunan kata yang teratur yang berisi
pikiran yang lengkap. Dengan kata lain, kalimat
adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen
dasar yang jika berupa kalausa akan dilengkapi dengan
konjungsi, dan diberi intonasi final.

Kalimat Inti dan Non-Inti


KI= kalimat dasar bersifat deklaratif dan aktif
KNI= kalimat inti yang ditranformasi seperti
pemasifan, pengingkaran, penanyaan, perintah, dan
diperluas.
Kalimat Inti + Proses Transformasi = Kalimat Non-Inti
Jenis Kalimat
 Kalimat Tunggal: kalimat c. Majemuk kompleks/
yang terdiri dari satu klausa campuran: antara koordinatif
seperti ibu menjaga adik di dan subordinatif:
kamar. - Nenek membaca komik
 Kalimat Majemuk: kalimat karena kakek tidak ada di
yang terdiri dari lebih satu rumah dan tidak ada
klausa. Jenis kalimat ini pekerjaan lain yang harus
terbagi dua; diselesaikan
a. Majemuk koordinatif
(setara); nenek melirik,
kakek tersenyum, dan adik
tertawa
b. Majemuk Subordinatif
(bertingkat): kalau nenek
pergi, kakek pun juga pergi
Jenis kalimat
 Kalimat Mayor & Minor  Kalimat Verbal –
- Mayor: jika terdiri dari Nominal
klausa lengkap; terdiri - Verbal : kalimat yang
dari S P atau S P O; predikatnya terdiri dari
nenek berlari tadi pagi kata atau frase
- Minor : kalau klausanya berkategori verba.
tidak lengkap misalnya - Nominal: kalimat yang
hanya subjek saja, predikatnya terdiri dari
predikat saja, atau objek; kata atau frase nominal,
sedang makan, pergi !, ajektifal, dan adverbial
dilarang merokok, dll
Kalimat bebas dan terikat
 Kalimat bebas: kalimat ang mempunyai potensi untuk
menjadi ujaran lengkap atau untuk memulai sebuah
paragraf.
 Kalimat terikat: kalimat yang tidak dapat berdiri
sendiri sebagai ujaran lengkap.

Sekarang di Riau sangat sukar mencari terubuk (1).


Jangankan ikannya, telurnya pun sangat sukar diperoleh
(2). Kalau pun bisa, harganya melambung selangit (3).

Note: kalimat nomer 1 merupakan contoh dari KB,


sedangkan 2-3 adalah KT
SEMANTIK
 Semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang
berarti tanda atau lambang. Ia juga dipahami
sebagai disiplin keilmuan dalam linguistik yang
mendiskripsikan makna kata dan kalimat
 Ahli bahasa, sebagaimana dikutip dari Jazeri,
memandang semantik sebagai telaah
kebahasaan dalam upaya menghubungkan
antara tanda lingual dengan makna atau hal
yang ditandainya.
 Sederhananya, semantik adalah ilmu tentang
makna
Makna adalah … ?
Hakikat Makna
 Ferdinan de Saussure :  Tiga tersebut kemudian
pengertiaan atau konsep oleh Richard dan Ogdent
yang dimiliki atau ditampilkan dalam
terdapat pada sebuah sebuah bentuk segitiga
tanda linguistik. yang disebut dengan
 Dari pengertian tersebut segitiga makna.
dapat digambarkan bahwa  Perhatkan gambar
dalam tataran makna berikut:
terdapat tiga hal:
Lambang – Pikiran - Acuan
Notes:
 Tidak semua kata  Dalam beberapa kasus tuturan,
mempunyai acuan terkadang makna kata terlepas
konkret, seperti dari konsep atau pengertian dasar
agama, dan acuannya. Misalnya kata
kebudayaan, buaya pada kalimat berikut:
keadilan. Kata-kata Dasar kau buaya, semua wanita
tersebut tidak bisa kau goda !
ditampilkan  Disimpulkan, kita baru dapat
referensinya secara menentukan makna sebuah kata
konkret. apabila kata tersebut sudah
berada dalam konteks kalimat.
Perhatikan:
 Dia jatuh dari sepeda  Sudah hampir pukul 12 !
 Dia jatuh cinta pada
adikku Kalimat di atas akan beda
 Dia jatuh dalam ujian pengertian jika dituturkan
yang lalu oleh orang yang berbeda.
 Kalau harganya jatuh Bandingkan jika kalimat di
lagi kita akan bangkrut atas dituturkan oleh Ibu
Kos, ustad, dan rekan
kerja.
Jenis Makna
Makna leksikal - Gramatikal M. Refrensial – non Refrensial
 Makna leksikal: makna  Refrensial: kata yang
yang dimiliki kata meski memiliki acuan dalam dunia
tanpa konteks apapun, nyata: kuda, merah, dll.
makna yang sebenarnya/
Dalam kata yang memiliki
makna yang sesuia dengan
dengan hasil observasi acuan terdapat istilah
indra kita. Makna leksikal DEIKTIK, artinya kata yang
adalah makna kamus. acuannya tidak menetap
pada satu maujud. Misalnya,
 Makna gramatikal: baru
ada kalau terjadi proses kata pronomina: saya, dia.
gramatikal: afiksasi,  Non refrensial: kata yang
reduplikasi, komposisi. tidak memiliki acuan,
Contoh: (ber)kuda, bolak- contoh dan, atau, karena, dll
balik, rumah sakit
Makna dasar –Relasional
Makna dasar tak ubahnya common sense, yaitu sesuatu
yang sudah lazim diketahui (bisa jadi telah disepakati).
Makna dasar juga dipahami sebagai kandungan
kontekstual yang melekat pada satuan bahasa tertentu
dimanapun dan bagaimanapun ia digunakan.
Adapun makna relasional adalah kandungan konotatif
yang diberikan dan ditambahkan pada makna satuan
bahasa bergantung pada posisi dan bidang khusus.
Misalnya: Kurus = netral
Ramping (sinonim kurus)= konotasi positif
Kerempeng (sinonim Kurus)= konotasi negatif
Relasi Makna
 Sinonim: hubungan semantik yang menyatakan
adanya kesamaan makna antara satuan ujaran dengan
ujaran lainnya; Betul – Benar.
Kata yang bersinonim tidak selamanya dapat
dipertukarkan, karena;
1. faktor keformalan; uang – duit
2. faktor sosial: saya dan aku
3. nuansa makna: melihat, melirik, mengintip
4. tempat: beta – saya
5. waktu: stempel – kempo
6. kegiatan khusus: matahari - surya
Relasi Makna
 Antonim: hubungan semantik yang menyatakan
adanya kebalikan dan pertentangan makna antara
satuan ujaran dengan ujaran lainnya; Salah– Benar.

Macam-macam antonim:
1. Mutlak : Hidup – mati
2. Relatif : Jauh – Dekat, Besar – Kecil
3. Relasional : Menjual – Membeli , Suami – Istri
4. Hierarkial : Gram – Kilogram ,
Relasi Makna
 Polisemi: kata yang memiliki makna lebih dari satu
seperti kepala. Dalam polisemi, biasanya makna
pertama yang ada dalam kamus adalah makna yang
sebenarnya.
 Homonimi: bentuk katanya sama tapi beda makna,
seperti bisa. Homonimi ada dua; homofon (sama
bunyi) dan Homografi (tulisan sama, ucapan beda).
 Hiponimi: hubungan semantik antara sebuah bentuk
ujaran yang maknanya tercakup dalam makna lain,
seperti, merpati yang masuk kategori burung.
Perubahan Makna
 Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi:
seperti kata sastra yang asal maknanya tulisan/huruf,
berkembang menjadi makna bacaan, lalu buku yang
baik isinya, pada akhirnya karya bahasa yang
imajinatif – kreatif. (contoh lain sayyaroh - hatif)
 Perkembangan sosial: saudara hanya bermakna orang
yang lahir dari kandungan yang sama, tetapi kini bisa
dipakai untuk menyebut orang lain. Sarjana dulu
hanya bermakna orang cerdik dan pandai, sekarang
bermakna orang yang lulus dari perguruan tinggi.
Perubahan Makna
 Perkembangan pemakaian kata: garap awalnya khusus
pada kegiatan pertanian, kini bisa digunakan dengan
makna mengerjakan – membuat. Bajak/membajak
juga khusus dipertanian, kini bisa dimaknai mencari
keuntungan dengan cara tidak benar.
 Pertukaran tanggapan indra. Kata pedas yang
seharusnya ditangkap oleh indra perasa, kemudian
ditangkap oleh indra pendengar: kata2nya sangat
pedas. Kata manis juga ditangkap oleh indra perasa,
kemudian ditangkap oleh indra penglihatan:
senyumnya sangat manis.
1. Tataran Fonologi
a. Fonetik: Pengertian, alat ucap, proses fonasi, dan
klasifikasi bunyi
b. Unsur suprasegmental: Tekanan, nada, & Jeda
2. Tataran Morfologi: kata, pembentukan kata, proses
morfemis
3. Tataran Sintaksis: Struktur Sintaksis, kata, frase,
kalusa, kalimat
4. Semantik
a. Hakikat Makna
b. Jenis makna: Makna Leksikal – Gramatikal, Makna
dasar –redaksional, makna refrensial – non refrensial
c. Relasi Makna: sinonim – antonim
d. Perubahan Makna
5. Tataran Linguistik Non-Struktur: Sosiolinguistik –
Pragmatik
6. Latihan Analisis Kebahasaan

Anda mungkin juga menyukai