Anda di halaman 1dari 51

Tutorial Insisivus 1
(Modul 2) Prosedur Pembuatan GTP
Instruktur : drg. Eni Rahmi,Sp.Prost

Anggota :
Afifurrahman (1711412017)
Brilianti vica dewi (1711411008)

Rhealina asfia (1711412024)
Oryza shafira aldi (1711411005)
Anisa raudhatul husna (1711411009)
Andina angraini (1711411014)
Nabilla dayuning harisman (1711411019)
Mutia oktori yelfitri (1711412014)
Raudhah ramadiyantika (1711412015)
Nabilla ramadhanty (1711412022)
Skenario 2
Prosedur yang Panjang...
Hari ini drg Algine merencanakan melanjutkan perawatan gigi tiruan penuh Pak
Elastosio. Pada kunjungan sebelumnya telah dilakukan pencetakan fisiologis
sehingga dia dapat membuat basis dan biterim. Diatas meja, Pak elastosio melihat
beberapa alat seperti benang , lempengan aluminium, lampu spiritus, lengkungan
lilin merahyang terpasang pada model rahang, dan alat dari logam yang belum
pernah dilihatnya. Drg.Algine menjelaskan alat-alat tersebut akan digunakan
pada kunjungan hari itu. Yaitu mengukurtinggi wajah dan menentukan hubungan
rahang atas dan bawah.

Drg juga menjelaskan masih banyak prosedur akan dikerjakan di lab sebelum
gigi tiruan dipasang dalam mulut seperti pemasangan model kerja pada alat di
atas meja tadi yang ternyata bernama artikulator. Pak elastosio bingung
mengapa prosedur pembuatan gigi tiruannya sangat panjang. Sebelum pak
elastosio pulang, drg algine mencocokan warna gigi dengan menggunakan
shade guide.
Terminologi

 Shade Guide : Alat yang digunakan untuk mengukur/ menyesuaikan


warna gigi asli dengan warna gigi tiruan yang akan dibuat.
Rumusan masalah

1. Apa tahapan pembuatan GTP?


2. Apa saja alat yang digunakan dalam pembuatan GTP?
3. Apa tujuan pencetakan fisiologis?
4. Bagaimana tahapan pencetakan fisiologis?
5. Apa saja syarat bahan cetak?
6. Apa syarat cetakan dikatakan berhasil?
7. Apa kegunan dari basis?
8. Apa fungsi dari biterim?
9. Apa syarat basis & biterim yang baik?
10. Bagaimana cara menentukan DV & relasi sentrik?
11. Apa fungsi benang pada skenario?
12. Bagaimana prosedur pemasangan model pada artikulator?
13. Apa yang harus diperhatikan dalam penentuan shade guide?
Analisa masalah

1. Apa tahapan pembuatan GTP?  Menyusun gigi anasir


 Anamnesa (pemeriksaan objektif dan  Modelir malam
subjektif)
 Try in gigi tiruan malam
 Pencetakan anatomis dan fisiologis.
 Pemendaman model di kuvet
 Membuat model studi dan model kerja
 Packing dan curing akrilk
 Membuat sendok cetak individual
dengan model studi  Polishing dan finishing
 Membuat desain GTP pada model kerja  remounting
 Membuat basis dari malam  Insersi
 Membuat biterim
 Menentukan dimensi vertikal dan relasi
rahang
 Memasang model kerja di artikulator
2. Apa saja alat yang digunakan dalam pembuatan GTP?
 Lecron
 Puspus
 Artikulator
 Micromotor
 Bur frasher
 Biterim former
 Sendok cetak
 Hecter
 Pinset
3. Apa tujuan pencetakan fisiologis?
 Untuk mendapatkan model kerja dengan menggunakan sendok cetak
individual yang dibuat sendiri
 Untuk mendapatkan batas dari mukosa bergerak dan tidak bergerak pada
saat berfungsi
 Untuk membuat basis gigi tiruan
4. Bagaimana tahapan pencetakan fisiologis?
 Batas fisiologis digaris– diambil 2 mm dari batas – dilapisi dengan selembar
wax – dibuat stopper dengan ukuran 2 X 4 mm – diatas wax dilapisi self
cure – dibagian anterior dibuatkan pegangan.
5. Apa saja syarat bahan cetak?
 Biokompatible
 Tidak toxic
 Mudah dilepaskan
 Mudah desinfeksi
6. Apa syarat cetakan dikatakan berhasil?
 Cetakan tidak berporous,berlipat,dan robek
 Mencakup seluruh anatomis
- Rahang atas : frenulum,vestibulum, rugae palatina,hamular notch, palatum,
linggir alveolar, tuberositas maksila, sutura palatina
- Rahang bawah : frenulum,vestibulum, retromolar pad, mylohyoid ridge, internal
oblique ridge, eksternal oblique ridge
 Tepi cetakan membulat
 Sendok cetak tidak terlihat
 Batas forniks tercetak
 Memberikan dukungan otot bibir dan pipi
7. Apa kegunan dari basis?
 Tempat dilekatkannya biterim
8. Apa fungsi dari biterim?
 Panduan dalam penyusunan anasir
 Mendukung kontur bibir, pipi, menentukan DV, dan relasi sentrik
9. Apa syarat basis & biterim yang baik?
 Basis harus kaku, stabil, dan bagian yang berkontak dengan bibir dan pipi
harus halus serta Bibir dan pipi tidak boleh cekung/cembung
 Tinggi Biterim RA 2mm dibawah low lip line dan bidang oklusal biterim harus
sejajar dengan chamfer line
10. Bagaimana cara menentukan DV & relasi sentrik?
 Mengukur dimensi vertikal
Two doted technique
- Menarik garis dari subnasion ke gnation dalam keadaan istirahat,ukur dengan jangka sorong
- Rumus :
DV = Physiological Rest Position – Free Way Space

 Relasi sentrik
- Menengadahkan kepala pasien
- Menelan ludah
- Meletakan ujung lidah ke palatum mole
- Operator membantu memundurkan RB pasien
11. Apa fungsi benang pada skenario?
 Untuk mengukur kesejajaran biterim atas dengan garis chamfer sehingga
dibentangkan benang dari tragus hingga ke alanasi
12. Bagaimana prosedur pemasangan model pada  Setelah semua syarat diperhatikan dengan
artikulator? benar,lengan atas artikulator dan model
rahang atas dilekatkan dengan gips putih
 Olesi kedua lengan artikulator yang akan diberi gips
dengan vaselin  Setalah gips pada lengan atas
mengeras,artikulator dibalik sehingga lengan
 Pasang karet gelang pada pertengahan artikulator bawah artikulator berada di atas. Lilin plastisin
dilepas,kemudian diberi gips untuk melekatkan
 Model dan oklusal rim yang telah difiksasi diletakkan model rahang bawah dengan lengan bawah
pada artikulator dengan artikulator
 meletakannya memakai lilin plastisin pada lengan  Setalah gips mengeras dan dingin,karet
bawah artikulator gelang dan fiksasi klusal rim dilepaskan.
 Posisi model dan oklusal rim yang harus tepat dengan
pedoman berikut :
 Lengan horizontal atas dan bawah harus sejajar dengan
lantai
 Pin vertikal harus terpasang tepat pada lekukan tengah dan
ujung pin berkontak dengan meja insisal artikulator
dibawahnya
 Pin horizontal harus dipasang tepat pada lekukannya,dan
ujung pin harus tepat berada pada perpotongan garis
median oklusal rim dengan bidang oklusal anterior
 Dataran oklusal rim harus sejajar atau berhimpit dengan
karet gelang yang dipasang pada artikulator
 Garis median model harus berhimpit dengan garis median di
artikulator
13. Apa yang harus diperhatikan dalam penentuan shade guide?
 Pengamat ( usia, keadaan, nutrisi )
 Sumber cahaya ( diusahakan netral : cahaya matahari )
 Dimensi warna :
- value : kualitas warna terang-gelap
- chroma : warna kuat-lemah
- hue : membedakan warna satu dengan yang lainnya
- translusensi
- metamerisme
Skema
Laki-laki

drg

Melakukan
pembuatan GTP

Prosedur
pembuatan

Pencetakan Pemilihan warna


DV & relasi Modelir
anatomis & & penyusunan Remounting Kontrol
rahang malam
fisiologis gg

Pemasangan
Basis GT &
pada Try in finishing insersi
biterim
artikulator

definisi Alat & bahan Cara penggunaan


Learning objective

1. M4 tentang prosedur pembuatan pencetakan anatomis & fisiologis


2. M4 tentang prosedur pembuatan basis gigi tituan & biterim
3. M4 tentang prosedur penentuan DV & relasi rahang
4. M4 tentang prosedur pemasangan artikulator
5. M4 tentang pemilihan warna dan penyusunan anasir gigi
6. M4 tentang prosedur try in GT malam
7. M4 tentang modelir malam
8. M4 tentang prosedur remounting & oclusal griding
prosedur pembuatan pencetakan
anatomis & fisiologis
prosedur pembuatan basis gigi tituan &
biterim
prosedur penentuan DV & relasi rahang

 Cara pemeriksaan oklusi :


• Mandibula diarahkan ke relasi sentrik dengan ibu jari ditempatkan di bagian
atas anteroposterior dari dagu.
• Pasien disuruh membuka & menutup mulut sampai terasa kontak yang
sangat ringan pada gigi posterior.
• Bahan : Malam lunak/aluwax.
• Menghilangkan kesalahan oklusi.
 Faktor kesalahan dalam oklusi :
- Keadaan TMJ
- Basis sementara kurang cekat
- Tekanan yang berlebihan waktu menutup artikulator
- Kesalahan menyusun gigi posterior
- Kesalahan dalam memindahkan cetakan hubungan rahang ke artikulator
- Pencacatan relasi rahang kurang baik
- Kesalahan menempatkan oklusal rim pada model
- Kesalahan menetukan Vertikal Dimensi
- Penutupan kuvet kurang rapat
- Gigi tiruan rusak akibat pemanasan yang terlalu tinggi
 Macam-Macam Kesalahan pada Oklusi Sentrik :
1. Pasangan gigi manapun yang berhadapan dapat terlalu panjang dan
menghalangi gigi yang lain untuk berkontak. Perbaikan : Fossa gigi diperdalam
(pengasahan) Tujuan : Gigi lain dapat berkontak Catatan : Tonjol gigi tidak
dipendekkan
2. Gigi-gigi atas dan bawah dapat terlalu mendekati hubungan tepi-temu-tepi.
Perbaikan : – Lereng tonjol diasah sedemikian rupa – Fossa sentral dilebarkan –
Tonjol lingual gigi atas dipersempit → pengasahan dari sisi lingual – Tonjol bukal gigi
bawah dipersempit → pengasahan dari sisi bukal – Catatan : tonjol-tonjol gigi
tidak dipendekkan.
3. Gigi-gigi atas mungkin terlalu jauh ke bukal terhadap gigi-gigi bawah. Perbaikan
: – Tonjol lingual gigi atas dipersempit → melebarkan fossa sentral. – Tonjol bukal
gigi bawah dipindahkan ke arah bukal → melebarkan fossa sentral. Sehingga : –
Tonjol lingual gigi atas → bergeser ke lingual – Tonjol bukal gigi bawah → bergeser
ke bukal Catatan : tonjol-tonjol gigi tidak dipendekkan.
 Dimensi vertikal
Dimensi vertikal wajah merupakan jarak antara dua titik anatomi yaitu satu titik
pada basis kranium atau maksila dan satu titik pada mandibula. Dimensi vertikal
dibagi menjadi Dimensi Vertikal Oklusal (DVO) dan Dimensi Vertikal Fisiologis (DVF).
DVO merupakan jarak antara dua titik anatomi pada posisi oklusi sentris
sedangkan DVF merupakan jarak antara dua titik anatomi ketika mandibula
dalam posisi istirahat fisiologis. Dimensi vertikal yang terlalu besar dapat
menyebabkan kontraksi otot berlebih, gigi tiruan tidak stabil, gigi tiruan tidak
nyaman digunakan, profil pasien menjadi kurang baik, terjadi luka pada jaringan
pendukung gigi, dan adanya gangguan pada sendi temporomandibula. Dimensi
vertikal yang terlalu kecil dapat menyebabkan fungsi pengunyahan terganggu,
estetika kurang memuaskan, terjadi Costen syndrome dengan gejala tuli ringan,
sering pusing, tinitus, nyeri saat menggerakan sendi, nyeri pada lidah, nyeri pada
regio temporalis, dan gangguan kelenjar ludah.
 Metode penentuan dimensi vertikal yang telah dikenal yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung. Beberapa penerapan dari metode
langsung yang telah diteliti oleh beberapa ahli yaitu metode Willis, metode
Mc. Gee, konsep Golden Proportion, metode Leonardo Da Vinci, metode
panjang jari kelingking, metode Niswonger, dan metode lainnya.
Niswonger dalam penelitiannya menemukan cara untuk menentukan
dimensi vertikal yaitu melalui pengukuran jarak antara mukosa ujung
hidung dan mukosa ujung dagu. Atwood dan Niswonger berpendapat
bahwa ada tidaknya gigi tiruan pada rongga mulut pasien sangat
berpengaruh pada jarak Spina Nasalis Anterior (SNA) ke Gnathion (Gn).
DVO sebelum insersi GTL harus sama dengan DVO setelah insersi GTL
karena pada dasarnya DVO setiap individu adalah konstan.
prosedur pemasangan artikulator

 Penggunaan Artikulator
• Untuk mendiagnosis keadaan oklusi di kedua gigi alami dan buatan.
• Merencanakan prosedur gigi berdasarkan hubungan antara gigi alami dan
gigi tiruan yang berlawanan. misalnya evaluasi kemungkinan oklusi seimbang.
• Untuk membantu dalam pembuatan restorasi dan penggantian
prostodontik.
• Untuk memperbaiki dan memodifikasi restorasi yang selesai.
• Untuk mengatur gigi tiruan
pemilihan warna dan penyusunan anasir
gigi

 Beberapa konsep dasar tentang warna harus dipahami. Satu warna dapat
dijelaskan dalam empat parameter.
• Warna.
• Kejenuhan atau kroma.
• Kecemerlangan atau nilai.
• Tembus cahaya.
 Hue Ini menunjukkan warna tertentu yang dihasilkan oleh panjang
gelombang cahaya tertentu. Ini harus selaras dengan warna kulit pasien
atau akan menghasilkan tampilan tiruan untuk gigi palsu.
 Saturasi atau Chroma Ini adalah jumlah warna per satuan luas objek.
Dengan kata lain, ini menunjukkan intensitas warna. Objek dengan warna
sangat jenuh tidak memiliki kedalaman.
 Brilliance or Value Ini menunjukkan terang atau gelap suatu objek. Ini
sebenarnya adalah pengenceran warna dengan eitherblack atau putih
untuk menghasilkan warna yang lebih gelap atau lebih terang. Pada
orang dengan warna kulit terang, gigi dengan warna lebih terang harus
dipilih dan sebaliknya.
 Translucency Ini adalah properti dari objek yang memungkinkan sebagian
cahaya melewatinya. Enamel memiliki kecemerlangan dan transparansi
yang tinggi; karenanya, gigi tiruan juga harus menunjukkan sifat yang sama
untuk penampilan alami. Rona dan kecemerlangan suatu gigi dipengaruhi
atau ditentukan oleh faktor-faktor berikut:
- Umur
- kebiasaan
- corak
- warna mata
 PRINSIP PENGATURAN GIGI
 Incisor Sentral Maxillary
• Sumbu panjang gigi sejajar dengan sumbu vertikal bila dilihat dari depan.
• Sumbu panjang gigi miring ke bawah jika dilihat dari samping. • Ujung insisal gigi kontak bidang oklusal secara merata.
 Incisor Lateral Maxillary
• Sumbu panjang gigi dimiringkan ke arah garis tengah bila dilihat dari depan.
• Sumbu panjang gigi miring ke bawah jika dilihat dari samping. Kemiringan lereng lebih besar dari pada incisor sentral.
• Tepi insisal 2 mm di atas permukaan bidang oklusal. Dan ujungnya miring ke arah garis tengah.
 Maxillary Canine
• Sumbu panjang gigi sejajar dengan sumbu vertikal jika dilihat dari depan. Kemiringan mesial ringan seharusnya meningkatkan
estetika.
• Sumbu panjang gigi sejajar dengan sumbu vertikal jika dilihat dari samping.
• Ujung cuspal taring menyentuh bidang oklusi.
 Maxolar Pertama Premolar
• Sumbu panjang gigi sejajar dengan sumbu vertikal bila dilihat dari depan.
• Sumbu panjang sejajar dengan sumbu vertikal jika dilihat dari samping.
• Buccal cusp menyentuh bidang oklusal dan cusp palatal diposisikan sekitar 0,5 mm di atas bidang oklusal.
 Maxillary Second Premolar
• Sumbu panjang gigi sejajar dengan sumbu vertikal jika dilihat dari depan.
• Sumbu panjang gigi sejajar dengan sumbu vertikal jika dilihat dari samping juga.
• Baik bukal dan palatal harus menyentuh bidang oklusal.
 Maxillary First Molar
• Sumbu panjang gigi dimiringkan secara bucal bila dilihat dari depan.
• Sumbu panjang gigi dimiringkan secara distal bila dilihat dari samping.
• Cusp mesio-palatal saja harus menyentuh bidang oklusal. Susunan ini menimbulkan kurva lateral.
 Maxillary Second Molar
 Hal ini diatur mirip dengan molar pertama kecuali di tingkat yang lebih tinggi.
• Sumbu panjang gigi dimiringkan secara bukal bila dilihat dari depan.
• Sumbu panjang gigi dimiringkan secara distal bila dilihat dari samping.
• Titik puncak mesio-palatal harus merupakan titik terdekat dengan bidang oklusal.
 Mandibular Central Incisor
• Sumbu panjang gigi sejajar dengan sumbu vertikal jika dilihat dari depan.
• Sumbu panjang gigi agak miring secara labial jika dilihat dari samping.
• Tepi gigi insisal harus 2 mm di atas bidang oklusi.
 Mandibular Lateral Insisor
• Sumbu panjang gigi sejajar dengan sumbu vertikal bila dilihat dari depan.
• Sumbu panjang gigi sedikit miring secara labial bila dilihat dari samping tetapi tidak terlalu curam
seperti gigi seri sentral.
• Tepi gigi insisal harus 2 mm di atas bidang oklusi.
 Mandibular Canine
• Sumbu gigi yang panjang sedikit miring secara lingual jika dilihat dari depan.
• Sumbu panjang gigi sedikit miring ke mesial jika dilihat dari samping.
• Ujung taring sedikit lebih dari 2 mm di atas bidang oklusal.
 Mandibular First Premolar
• Sumbu panjang gigi agak landai jika dilihat dari depan.
• Sumbu panjang gigi sejajar dengan sumbu vertikal jika dilihat dari samping.
• Lingual cusp berada di bawah bidang oklusal dan cusp bukal harus 2 mm di atas bidang oklusal.
 Mandibular Second Premolar
• Sumbu panjang gigi agak landai jika dilihat dari depan.
• Sumbu panjang gigi sejajar dengan sumbu vertikal jika dilihat dari samping.
• Kedua cusps berada 2 mm di atas permukaan bidang oklusal.
 Mandibular First Molar
• Sumbu panjang gigi sedikit miring secara lingual bila dilihat dari depan.
• Sumbu panjang gigi dimiringkan ke depan saat dilihat dari samping.
• Semua cusps berada di atas level bidang oklusal dengan cusps mesial dan lingual lebih rendah
dari cusps distal dan bukal.
 Mandibular Second Molar
• Sumbu panjang gigi sedikit miring secara lingual bila dilihat dari depan.
• Sumbu panjang gigi dimiringkan ke depan saat dilihat dari samping.
• Semua cusps berada di atas level molar pertama dengan cusps mesial dan lingual lebih rendah
dari cusps distal dan bukal. Kunci Oklusi Ini menunjukkan hubungan gigi atas dan bawah selama
fungsi.
prosedur try in GT malam

 Try-in verification or aesthetic try-in “Penyisipan awal waxup gigitiruan


lepasan atau pengecoran gigitiruan parsial atau restorasi selesai untuk
menentukan kesesuaian, estetika, hubungan maksilomandibula.” - GPT. Ini
adalah verifikasi dan kesempurnaan hubungan rahang. Ini adalah evaluasi
utama lilin gigi tiruan lepasan atau pengecoran gigi tiruan sebagian atau
restorasi selesai untuk mengevaluasi kesesuaian, estetika dan hubungan
maxillomandibular.
 Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat try-in penyusunan gigi yaitu :
1. Kesesuaian susunan, bentuk, ukuran, dan posisi gigi di dalam mulut pasien.
2. Pemeriksaan oklusi dengan bantuan articulating paper. Hubungan gigi atas dan
bawah harus interdigitasi dengan baik.
3. Pemeriksaan basis gigi tiruan rahang bawah terhadap gerakan fungsional lidah,
sayap lingual sebaiknya tidak menghalangi gerakan lidah
4. Pemeriksaan stabilitas, retensi, basis gigi tiruan rahang atas.
5. Pemeriksaan estetis dengan melihat garis kaninus.
6. Pemeriksaan fonetik dengan cara menginstruksikan pasien mengucapkan huruf
S, D, O, M, R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan tidak ada
gangguan.
 Evaluasi Utama
• Periksa adaptasi: Adaptasi pelat dasar pertama-tama diperiksa secara luar
pada artikulator sebelum uji coba intraoral.
• Evaluasi oklusi: Harus ada intercuspasi lengkap dari gigi tiruan dalam
hubungan sentris.
• Evaluasi ketinggian vertikal: Ketinggian vertikal saat istirahat dan oklusi
diverifikasi.
• Evaluasi permukaan yang dipoles: Permukaan yang dipoles harus halus dan
bebas dari kekosongan untuk menghindari ketidaknyamanan dan jebakan
makanan.
 Evaluasi Awal dalam Artikulator
• Evaluasi permukaan tayangan: Permukaan tayangan harus diperiksa untuk
adaptasi. Itu harus bebas dari proyeksi.
• Evaluasi permukaan yang dipoles: Permukaan yang dipoles harus bebas
dari kekosongan apa pun dan selaras dengan kontur jaringan.
• Evaluasi permukaan oklusal: Permukaan oklusal harus bebas dari lilin dan
margin gingiva gigi harus diukir dengan benar.
 Evaluasi Mulut
• Verifikasi cakupan gigi tiruan.
• Perluasan basis gigitiruan: batas gigitiruan tidak boleh melebihi struktur yang tidak
mendukung.
 Evaluasi uji coba individu Gigitiruan (Maksilaris dan Mandibula) di Mulut
• Evaluasi ekstensi gigitiruan.
• Evaluasi retensi: Retensi adalah resistensi terhadap pelepasan yang ditawarkan oleh gigi
palsu ke arah yang berlawanan dengan pemasangan.
• Evaluasi stabilitas: Kualitas gigi tiruan harus stabil, kokoh, dan konstan dalam kaitannya
dengan area bantalan gigi tiruan ketika mengalami kekuatan pengunyahan. Ini diperiksa
dengan aplikasi tekanan pada satu sisi gigi palsu ke arah jaringan. Jika diputar, gigitiruan
menunjukkan kurangnya stabilitas.
• Evaluasi dukungan: Ini adalah kemampuan gigi palsu untuk menahan kekuatan di
sepanjang jalur penyisipan.
 Evaluasi estetika.
Evaluasi Dukungan Bibir dan Pipi Tiga pertiga insisal gigi anterior harus terlihat ketika bibir atas
diam (garis bibir rendah). Sepertiga tengah juga harus terlihat saat tersenyum (garis bibir
tinggi). Ketebalan flensa labial dan bukal gigitiruan percobaan akan menentukan kepenuhan
labial dan bukal wajah.
 Evaluasi Pesawat Occlusal
 Verifikasi oklusal gigi tiruan percobaan maksila
• Intraoral: - Papilla parotis: Bidang oklusal maksila harus 1/4 inci di bawah papilla parotis . -
Linea alba buccalis .
• Extraoral - Garis interpupillary: Bagian anterior dari bidang oklusal rahang atas harus sejajar
dengan garis inter-pupillary. Itu harus 2mm di bawah garis bibir atas atau garis senyum. - Garis
kemping: Bagian posterior bidang oklusal maksila harus sejajar— Lidah: Lidah dalam gigi
normal bertumpu pada bagian lingual anterior mandibula. —Linea alba buccalis.
• Ekstraoral: - Bidang oklusal mandibula dijaga lebih rendah pada tingkat ke sudut mulut.
 Evaluasi Tinggi Vertikal
• Posisi istirahat fisiologis: - Pasien duduk tegak di kursi gigi sehingga garis ala-
tragus sejajar dengan lantai. Dua titik ditandai di wajah pasien. Satu di ujung
hidung dan yang lain di ujung dagu - Pasien diminta untuk rileks dan menelan
dan jarak antara titik-titik yang ditandai diukur dan dicatat. Ini memberikan
posisi istirahat fisiologis. Selanjutnya gigitiruan percobaan diletakkan di mulut
pasien dan tingginya diukur lagi saat oklusi. Ini harus 2-4 mm kurang dari posisi
istirahat fisiologis.
• Metode indra peraba.
• Fonetik.
• Ruang bicara terdekat Silverman
modelir malam

Syarat-Syarat yang harus dipenuhi modeler malam dari pembuatan gigi tiruan
penuh adalah:
 Meniru jaringan lunak seakurat mungkin, tidak berlebihan
 Tepi-tepi labial dan bukal harus mengisi vestibulum
 Lekukan harus memberi tempat perlekatan membrana mukosa, seperti
frenulum
 Sayap Gigi Tiruan harus harmonis dengan pipi dan bibir serta lidah
 Bagian palatum harus meniru palatum pasien, termasuk rugae.
 Fungsi Bentuk permukaan poles gigi tiruan mempengaruhi retensi dan
estetika dari gigi tiruan. Permukaan malam di sekeliling gigi dikenal sebagai
“bagian seni” dari permukaan poles, dan untuk keperluan estetika harus
meniru bentuk jaringan disekeliling gigi asli. Setiap bentuk ukiran gusi yang
berlebihan atau tampak tiruan akan terasa aneh. Tetapi sedikit penonjolan
akar untuk meniru gigi asli dapat dibuat. Bentuk basis antara gigi dan tepi
gigi tiruan harus dibuat agar dapat membantu retensi yang diberikan oleh
gaya mekanis dari otot dan jaringan.
 Daerah yang dimodelir :
1. Bagian anatomis : dibentuk sama dengan tebal tepi cetakan. Membuat bagian ini sedikit
lebih tebal masih dapat diterima, untuk mengimbangi kemungkinan pengasahan basis pada
waktu dipoles.
2. Bagian bukal dan labial : dibuat tebal pada RA dan RB.
3. Bagian palatal : dibuat tipis,untuk menyediakan ruang yang cukup bagi lidah.
4. Sayap lingual RB : harus setipis mungkin kecuali daerah tepinya (harus cukup tebal).
5. Permukaan lingual RB : dibuat agak cekung tetapi kecekungannya tidak sampai di bawah
permukaan lingual gigi.
6. Permukaan palatal RA : harus dibuat sama tebal yaitu 2,5 mm.
7. Prominance: dibuat menyerupai jaringan pendukung asli.
8. Servikal: dibuat menyerupai jaringan pendukung asli.
9. Distal RA: sampai tuberositas maksilaris.
 Ada 2 cara memodelir malam :
A. Cara Langsung Membentuk kontur gusi secara langsung dilakukan dalam
dalam mulut pasien pada saat dilakukan uji coba geligi tiruan malam.
1. Ketebalan sayap dikurangi dan diganti dengan malam lunak lalu tempatkan
kembali dalam mulut pasien.
2. - Untuk bagian fasial : pasien diminta untuk mengerut-ngerutkan bibirnya dan
pipinya kita gerakkan. - Untuk bagian lingual : pasien diminta menggerakkan
lidahnya kesemua arah. Dengan demikian malam lunak akan mengikuti bentuk
otot saat berfungsi dan ketebalannya sesuai dengan ruangan vestibulum dalam
keadaan berfungsi.
3. Setelah tampak hasilnya baik, secara hati-hati geligi tiruan malam dikeluarkan
satu persatu dari mulut pasien dan segera dicelupkan dalam air es agar
permukaan malam lunak tidak mengalami perubahan. Hasilnya akan lebih akurat
daripada yang secara tidak langsung.
 B. Cara tidak langsung Membentuk kontur gusi secara tidak langsung yang paling sering dan lazim dilakukan:
1. Fiksir pinggiran landasan geligi tiruan dengan malam pada model kerja sambil disesuaikan dengan bentuk cetakan akhir
rahang.
2. Lunakkan lempeng lilin (lebar 1 cm) di atas lampu spiritus sampai lunak dan bisa dibentuk.
3. Tekankan lilin lunak tersebut pada bagian bukal dan labial dari geligi tiruan atas dan bawah sampai sekitar leher gigi dan
bentuk dengan tekanan jari (keret penghapus yang dibentuk).
4. Tunggu lilin sampai mengeras, kemudian dengan lecron/wax carver/ pisau malam, dipotong lilin disekitar garis servikal
dengan sudut 45˚. Ketika mengukir harus diperhatikan : Tonjolan-tonjolan akar, dengan mengukir b entuk-bentuk huruf V.
Daerah servikal jarang ada ”step” pada kontur gusi antara gigi kaninus dan premolar 1 atas. Kontur gusi anterior berbeda-beda,
gigi kaninus atas yang terpanjang, gigi insisivus lateral atas yang terpendek.
5. Daerah interproksimal harus sedikit cembung, meniru daerah-daerah interdental papilla sehingga higienis serta mencegah
pengendapan sisa-sisa makanan dan plak.
6. Penyelesaian bagian posterior : ATAS : daerah bukal sampai menutupi tuberositas (sedikit cembung) dan daerah palatal
sampai garis ”A-H” yaitu antara mukosa bergerak dan tak bergerak. BAWAH : daerah bukal bila resorpsi sampai minimal,
biasanya didaerah molar di buat cekung dan daerah lingual dibuat cekung untuk ruang gerak lidah.
7. Bentuk rugae pada langit-langit.
8. Bentuk postdam pada model kerja.
9. Haluskan semua permukaan luar geligi tiruan malam dengan melewatkan di atas apa/ digosok dengan kain sutra sampai
kilat.
10. Buat stippling seperti keadaan jaringan yang sehat dengan menggunakan sikat yang berbulu kaku.
11. Bila keadaan rahang pasien sangat protrusive, sayap labialnyadibebaskan dan di buatkan lidah-lidah. Linggir regio gigi
anterior atas dari model rahang diradir sedikit, sehingga ketika geligi tiruan dipakai akan menekan gusi dan kelihatan gigi
seolah-olah keluar dari gusi (estetik lebih baik).
12. Bila bagian lingual dan palatal terlalu tebal dapat mengganggu bicara dan bila bagian lingual geligi tiruan terlalu mencuat
maka lidah dapat mengangkat geligi tiruan sehingga geligi tiruan tidak stabil.
13. Sayap labial harus duduk dengan baik sekitar frenulum labialis, dibuat labial notch.
prosedur remounting & oclusal griding

 Tujuan remounting antara lain:


1. Memperbaiki kesalahan yang disebabkan prosedur laboratorium dan klinik.
2. Memperbaiki oklusi yang tidak harmonis, antara lain disebabkan oleh:
Anasir gigi tiruan yang tertekan kedalam gips pada saat pe ngisian resin akrilik.
Gigi tiruan mengalammi deformasi pada saat dikeluarkan dari model. Panas
yang terlalu tinggi saat pemolesan. Sifat resin akrilik yang mengalami
penyusutan pada saat polimerisasi.
3. Memeriksa oklusi dan pengasahan selektif.
 Prosedur Remount
Kesalahan dalam hubungan oklusal gigi pada gigi palsu lengkap
disebabkan oleh berbagai faktor. Mereka termasuk perubahan dalam kondisi
sendi temporomandibular, dasar uji coba yang tidak stabil untuk catatan
hubungan antar suku, penggunaan yang tidak benar dari wajah-busur,
transfer gips ke dalam artikulator, hubungan vertikal dan horizontal yang tidak
akurat, pengaturan tidak teratur dari gigi posterior, penggunaan berlebihan
pada gigi posterior, penggunaan berlebihan tekanan selama pengepresan
resin akrilik ke dalam labu, labu tertutup tidak cukup selama polimerisasi, serta
terlalu panas dari gigi palsu jadi dengan pemolesan akhir). Semua faktor yang
disebutkan merupakan hasil dari kesalahan oleh dokter gigi atau teknisi gigi
dalam proses pembuatan gigi palsu lengkap. Kesalahan oklusal juga dapat
terjadi akibat perubahan dimensi yang tak terhindarkan dalam bahan
gigitiruan
 Eliminasi kontak oklusal yang rusak dalam artikulator
Koreksi hubungan oklusal dimulai dengan pemasangan gigi palsu pada gips
dalam artikulator dan menandai hubungan antara fossae dan cusps pada
permukaan bukal dan mulut gigi posterior dari ujung cusp ke ekuator gigi dengan
spidol permanen. Koreksi akhir dari kemungkinan ketidakharmonisan oklusal pada
gigi palsu dilakukan dengan proses penggilingan selektif. Grinding selektif
mempertahankan bentuk gigi dan tipe oklusi yang diinginkan. Kontak oklusal
dalam posisi kontak yang diulang ditandai dengan kertas artikulasi tipis. Proses
penandaan dan penggilingan diulang sampai kontak bilateral, simultan dan
seragam dari semua gigi lateral, opsional juga gigi taring, diperoleh. Diperlukan
kontak gigi stabilisasi anteroposterior dan buccolingual yang cukup. Setiap kontak
yang cacat dipangkas dengan bur untuk menjaga morfologi gigi. Gigi seri harus di
luar oklusi. Penting bahwa pin insisal selalu menyentuh tabel insisal bersamaan
dengan kontak gigi timbal balik.
 Kesalahan oklusal di sisi kerja dan koreksi mereka
 Di sisi kerja ada enam jenis kesalahan oklusal. Masing-masing menyebabkan gigi yang lain
tidak bisa dihubungi dalam oklusi kerja dan membutuhkan penggilingan selektif dari cusp
condong tertentu.
1. Puncak bukal rahang atas dan puncak lingual mandibula terlalu panjang. Untuk
memperbaiki kesalahan ini, panjang puncak dikurangi dengan menggiling untuk mengubah
kemiringan yang memanjang dari fossa pusat ke ujung puncak. Fosa sentral tidak diperdalam,
tetapi cusp bukal rahang atas dan cusp lingual mandibula berkurang sehingga gigi lain
bersentuhan dengan posisi ini.
2. Buccal cusps bersentuhan, tetapi lingual tidak. Untuk memperbaiki kesalahan ini cusp bukal
rahang atas ditumbuk dari fossa pusat ke ujung cusp untuk mengurangi cusp dan mengubah
cusp lingual cusp cenderung menjadi kurang curam.
3. Titik puncak lingual berada dalam kontak, sedangkan bukal tidak. Untuk memperbaiki
kesalahan ini, cusp lingual mandibula dikurangi dengan menggiling lereng bukal mereka.
Puncak palatal maksila tidak berkurang, dan fossa sentral tidak diperdalam.
4. Puncak bukal atau palatal rahang atas diposisikan lebih mesial dari posisi
interkuspal. Kesalahan ini dapat terjadi bersama dengan salah satu dari tiga
kesalahan yang telah dijelaskan. Untuk koreksi, tanjakan mesial dari bukal
bukal rahang atas ditumbuk secara distal seolah-olah menyempit, dan
kemiringan distal dari cusp mandibula adalah tanah ke depan. Dengan cara
ini tanjakan puncak yang sama diperoleh.
5. Titik bukal maksila atau lingual diposisikan lebih jauh dari posisi interkuspal.
Kesalahan ini juga bisa terjadi bersama dengan kesalahan buccolingual.
Untuk koreksi penggilingan dilakukan pada cusps maksila distal dan pada
cusps mandibula secara mesial.
6. Gigi di sisi yang bekerja dapat keluar dari kontak. Penyebab kesalahan ini
adalah kontak yang intens di pihak yang tidak bekerja.

Anda mungkin juga menyukai