PENDALAMAN MATERI
ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI (OMSK)
ANAK TUNANETRA
PEMBELAJARAN
2
Teknik Orientasi dan
mobilitas
Teknik Orientasi dan mobilitas
PPG Dalam JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun
6
2018
Melalui jalan
sempit atau
tempat yang
padat orang
• Bila tunanetra bersama pembimbing melalui jalan
yang sempit, maka agar perjalannya lancar,
tunanetra tidak tersangkut-sangkut, pendamping
menggerakkan siku ke arah belakang ke arah
tengah-tengah punggung.
• Ini adalah merupakan isyarat kepada tunanetra
kalau akan melalui tempat yang sempit atau tempat
• Setelah perjalanan melampaui tempat yang sempit atau yang banyak orang (padat suasannya), untuk
tempat yang padat, pendamping menarik sikunya ke selanjutnya tunanetra memanjangkan lenganya,
sehingga jarak tunanetra dan pendamping menjadi
samping kembali dan tunanetra juga posisinya kembali satu langkah, agar tunanetra tidak menginjak/
ke posisi semula dan berada di samping pendamping menendang tumit pembimbing.
dengan jarak setengah langkah di belakang pendamping
kembali.
• Jadi pada waktu melalui jalan sempit tersebut tunanetra
PENDALAMAN MATERI
harus benar-benar berada satu langkah penuh di ORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN 7
belakang pendamping. KOMUNIKASI (OMSK) ANAK TUNANETRA
Berjalan melalui
pintu tertutup
Jika akan duduk di kursi, pendamping lebih dahulu harus meyakinkan pada
tunanetra tentang bentuk, ukuran dan kondisi dari pada kursi cukup kuat atau
tidak. Jika datang dari depan kursi, pendamping membawa tunanetra sejauh
setengah langkah dari bagian depan kursi dan menerangkan posisi dan jarka kursi
terhadap tunanetra. Kemudian tunanetra melepaskan pegangannya dna maju ke
depan sampai tulang kering kakinya menyentuh pinggiran depan kursi.
Duduk di kursi
Bila di ruang makan di mana terdapat kursi yang bermeja, caranya sama dengan kalau dari belakang kursi. Yang penting bagaimana posisi tunanetra di
depan meja itu, seudah lurus atau belum, sudah terasa enak atau belum dan sebagainya. Untuk mengontrol ini, tunanetra dapat merentangkan
tangannya ke bagian pinggir meja sesudah duduk. Sedang untuk mengatur letak kursi agar cukup enak untuk duduk, sebelum duduk tunanetra dapat
mengontrol dengan memegang kursi dan tangan sebelahnya lagi meraba meja, bila jarak meja dan kursi terlalu rapat dapat ditarik direntangkan agar
dapat untuk duduk dengan enak.
PENDALAMAN MATERIORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN 10
KOMUNIKASI (OMSK) ANAK TUNANETRA.com
Masuk mobil
Setelah sampai di depan pintu mobil, pendamping menjelaskan posisi pintu mobil,
membukanya ke sebelah kanan atau kiri, kemudian tangan tunanetra dipegangkan
pada handlenya supaya tunanetra membuka sendiri.
Setelah pintu terbuka tangan tunanetra yang satunya mengontrol pinggiran atas pintu
mobil, terus meraba tempat duduk untuk mengetahui posisi tempat duduk dan
mengontrol ada benda-benda di atasnya atau tidak.
Setelah tunanetra yakin kalau tempat duduk benar-benar kosong, barulan tunanetra
masuk dan duduk.
Jika tunanetra akan naik bus umum yang pintunya agak besar dan tinggi, maka
tangan tunanetra dipegangkan pada besi pegangan yang ada di pintu atau dekat
pintu, selanjutnya dengan tehnik trailing (merambat) pada tepi sandaran tempat
duduk tunanetra akan dapat menemukan tempat duduk yang masih kosong.
11
Tunanetra bila
memegangnya pada
pendamping sudah terlalu
lama mungkin merasa
capai, sehingga ingin
memindahkan
pegangannya dengan
berganti tangan yang
sebelah.
Memindahkan pegangan tangan
Hal ini dapat dilakukan dengan lebih dahulu bertanya kepada pendamping, apakah sisi yang sebelah yang akan digunakan
untuk pindah itu suasananya aman atau tidak. Kalau pendamping menjawab kalau keadaan aman, tunanetra dapat pindah
pegangan dengan cara tangannya yang bebas berpegangan pada tangan pendamping yang semula dipegang.
Tangan yang pertama kali berpegangan dilepas dan sambil menggeser ke belakang pendamping untuk memegang tangan
pendamping yang bebas. Kemudian tangan yang untuk pegangan kedua dipindahkan ke tangan pendamping yang dipegang
oleh tangan pertama, setelah itu tangan yang pertama kali berpegangan dilepas dan tangan yang kedualah yang memegang
tangan pendamping pada sisi yang sebelahnya tadi.
PPG Dalam JABATAN
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 12
Tahun 2018
Berbalik arah
• Jika pendamping dan tunanetra dalam perjalanan menemui jalan buntu atau mungkin karena sesuatu hal yang
menyebabkan mereka harus berbalik arah, ini dapat dilakukan dengan cara, pendamping berhenti sebentar,
• Kemudian berputar 45 derajad dari posisi semula menghadap ke arah tunanetra demikian pula tunanetra juga berputar 45
derajad ke arah pendamping, sehingga tunanetra dan pendamping berhadap-hadapan posisinya. Tangan tunanetra yang
bebas kemudian memegang tangan pendamping yang bebas.
• Selanjutnya pendamping berjalan ke arah yang berlawanan dengan arah semula dan tunanetra melepaskan tangan yang
pertama kali memegang pendamping dan berjalan seperti biasa.
2. Jalan mandiri
tanpa alat bantu
A. Trailing (Menyusuri)
Jalan mandiri tanpa alat bantu
Trailing adalah kegiatan dengan menggunakan punggung jari manis dan kelingking untuk
menyusuri permukaan yang datar, seperti dinding, meja lemari dan sebagainya untuk
menentukan posisi diri, mengetahui sesuatu tempat dan untuk menentukan arah yang
sejajar dengan benda-benda yang ditrailing.
Squaring off adalah sikap berdiri lurus sesempurna mungkin dengan menggunakan tubuh dan bagian-bagiannya untuk menentukan
posisi di suatu tempat (misalnya di ambang pintu) dan di samping itu meletakkan posisi tubuh sejajar dengan garis pengarah,
sehingga tunanetra mengetahui posisi awal dan garis arah menuju suatu benda.
Pada waktu tunanetra mengadakan squaring off pada ambang pintu tangan direntangkan sampai menyentuh tiang kusen, kemudian
tubuhya menyesuaikannya. Squaring off dapat juga pada tembok dengan merapatkan punggung dan tumit keduanya pada tembok.
Cara lain ialah dengan merapatkan betis pada pinggiran tempat tidur, merapatkan pantat pada pinggiran meja dan sebagainya.
Dalam kegiatan ini yang penting harus selalu ingat bahwa seluruh tubuh harus mengikuti penyesuaian yang dilakukan oleh bagian-
bagiannya.
1. Tahnik ini diciptakan guna melindungi badan bagian atas dan kepala dari benturan-benturan benda-benda yang tinggi,
seperti : pintu yang setengah teruka, sudut bangunan yang menonjol, tiang dan sebagainya.
2. Cara tangan kanan atau kiri diangkat ke depan/atas setinggi bahu/dada menyilang badan, sikut membentuk sudut kira-kira
120 derajad, telapak tangan menghadap ke depan dan ujung jari segaris dengan bahu dengan rilek.
3. Tehnik ini digunakan dalam lingkungan yang sudah betul-betul dikenal, misalnya di rumah sendiri atau di kantor, sehingga
tunanetra dapat menggunakan tehnik ini dengan tepat pada satu atau dua langkah terakhir saja.
1. Tehnik ini digunakan untuk melindungi tubuh bagian bawah, yaitu daerah perut dan pangkal paha, supaya tidak
terbentur pada benda-benda seperti : kursi, meja, tempat jemuran handuk dan sebagainya.
2. Caranya, tangan kanan atau kiri ke arah bawah disilangkan badan, telapak tangan pada tengah-tengah tubuh
mengharap badan (punggung telapak tangan ke luar).
3. Jarak telapak tangan dan tubuh kira-kira 20 centimeter.
4. Tehnik ini penddunannya seperti teknik upper hand and fore arm, yaitu di tempat yang betul-betul sudah dikenal
oleh tunanetra.
19
Teknik di luar
ruangan (out
Teknik trailing
door technique)
1. Teknik ini sebetulnya adalah teknik diagonal yang
1. Teknik ini dapat digunakan di daerah yang sudah dikenal
digunakan untuk trailing.
maupun yang belum dikenal oleh tunanetra. Panjang tongkat
2. Tujuan penggunaan teknik ini agar tunanetra mampu
harus sudah diukur yang sebaik-baiknya dengan tunanetra
berjalan di dalam ruangan yang sudah dikenal dan dengan yang memakainya.
teknik ini tunanetra dapat berjalan lurus dalam mencapai 2. Panjangnya yang paling ideal adalah setinggi tulang dada
tujuan tertentu tunanetra yang memakainya. Panjangnya yang paling ideal
3. Caranya posisi tongkat sama dengan teknik diagonal, adalah setinggi tulang dada tunanetra yang memakainya.
tetapi posisi tip/ujung tongkat menempel pada permukaan
datar yang ada pada tembok atau mungkin pagar batu
yang datar pada pinggiran yang horisontal dan vertikal.
PENDALAMAN MATERIORIENTASI, MOBILITAS, SOSIAL DAN 23
KOMUNIKASI (OMSK) ANAK TUNANETRA
teknik yang harus dikuasai
dengan baik oleh tunanetra,
1 yaitu :
(a) Mengenai cara memegang tongkat (grip);
2
(b) Lebar busur ke kiri dan ke kanan harus selalu
sama dan stabil (arc consistent;
3
Sebelum melangkahkan kaki, tunanetra harus
mengecek dulu tempat yang akan diinjak untuk
berjalan (clearing before walk);
4
(d) Posisi tangan lentur di depan pada tengah-
tengah badan (arm resting on body);
5
(e)Gerak tongkat dan langkah kaki ada koordinasi
yang harmonis (coordination/keep in step). Teknik- PENDALAMAN MATERIORIENTASI,
teknik itu mencakup teknik sentuhan dan teknik 2 MOBILITAS, SOSIAL DAN KOMUNIKASI 24
sentuhan. (OMSK) ANAK TUNANETRA
(b)
Prosedur teknik ini juga sama dengan prosedur kedua teknik tersebut
diatas. Perbedaannya juga hanya pada penggunaan geseran waktu
menggerakan tongkat.
Teknik ini digunakan pada jalan/trotoar/tempat yang rata/licin
permukaannya dengan menggunakan ujung tongkat ke kiri atau ke
kanan pada jalan/trotoar/tanah yang rata, sehingga semua benda,
lubang baik besar maupun kecil dapat tersentuh oleh bagian busur
tongkat dan akhirnya tidak ada sesuatu halangan pun yang tidak
tersentuh oleh bagian busur dari geseran tongkat sebelumnya.
Berjalan dengan teknik menggeserkan tip yang besar, akan
membawa tunanetra sampai ke tempat tujuan dengan aman dan
sleamat karena semua halangan akan terdeteksi.
PPG Dalam JABATAN
Kementerian Riset, Teknologi dan 27
Pendidikan Tinggi
1. Tujuan penggunaan teknik ini, agar tunanetra mampu
berjalan naki dan turun tangga dengan aman dan selamat
sampai habis seluruh tangga yang sedang dilalui.
2. Sebelum naik atau turun tangga tu harus mengadakan
penertiban dulu (squaring off) pada pinggir tangga yang
pertama untuk naik atau turun, dengan menggunakan ujung
ke dua telapak kaki, dirasakan pada bagian pinggir tangga
(lurus dengan tangga). Setela squaring off, tunanetra
mengecek tinggi angga dan lebar tangan serta posisinya
sudah di tengah-tengah jalan atau belum, untuk menghindari
3. TEKNIK NAIK DAN kalau tangga naik atau turunnya tidak menggunakan
pegangan agar tunanetra tidak terjun ke samping tangga.
TURUN TANGGA (UP 3. Tetapi kalau disamping kiri/kanan ada pegangan, tunanetra
AND DOWN STAIR lebih baik naik atau turun mendekati pegangan. Tunanetra
dapat naik atau turun denga sebelah tangan memegang
TECHNIQUE) ) tongkat dan sebelumnya berpegangan pada pegangan
tangan.
Cara mengecek tunanetra menggeserkan ujung tongkatnya dari sisi kiri ke sisi kanan, kemudian digeser kembali ke tengah dan ditarik ke ara
kaki, seperti waktu mencek pada awal perjalanan. Jika tunanetra sudah yakin bahwa posisinya sudah benar dan siap akan naik, tunanetra
hendaknya menggunakan teknik tongkat menyilang tubuh dengan ujung tongkat disentuhkan pada pinggiran tangga yang kedua dan tegak agak
diangkat sehingga ujung tongkat kira-kira hanya 5 centimeter berada di bawah bibir tangga ke dua. Kemudian mulai naik dengan posisi tangga
dan ujung tongkat yang tidak berubah sampai terasa tangga naik habis, karena bila tangga naik habis ujung tongkat tidak menyentuh tangga lagi.
Bila turun tekniknya juga sama, hanya ujung tongkat disentuhjkan pada tangga ke dua pada bagian bibirnya kemudian sedikit menggantung dan
bila tangga turun nanti sudah habis, ujung tongkat akan menyentuh lantai, selanjutnya tunanetra berjalan dengan teknik menggeserkan tip (slide
technique). Untuk berjalan naik dan turun tangga yang lebar permukaan tangganya tidak sama, tiap-tiap tangga harus dicek, sehingga tiap
PPGmelangkah
Dalam JABATANsatu tangga, tunanetra tidak boleh lupa mengecek, jadi naik atau turunnya satu tangga demi satu tangga.
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi 28
Tahun 2018
RANGKUMAN
Teknik yang akan Anda pelajari meliputi:
b) Melalui jalan
sempit atau tempat
yang padat orang; e) Duduk di kursi;
RANGKUMAN
RANGKUMAN
Teknik jalan mandiri
meliputi:
05 06 07 08
05 06 07 08
PENDALAMAN MATERI
Tahun 2018