Anda di halaman 1dari 36

Perilaku, Analasisi dan Desain

STRUKTUR
BAJA
(Berdasarkan AISC 2010)
BAB VIII
SAMBUNGAN STRUKTUR

Ir. Supardi, MT
8.1 PENDAHULUAN BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Struktur Baja Terdiri dari elemen-elemen kecil yang digabung satu dengan
lainnya dan membentuk elemen struktur yang lebih besar. Elemen terdiri
dari profil baja, yang bentuk dan ukurannya relatif tertentu.

Simulasi perakitan struktur dan sambungannya


8.2 JENIS ALAT SAMBUNG BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Fungsi alat sambung adalah mengalihkan gaya-gaya dari satu komponen


struktur ke komponen yang lain sehingga beban luar yang bekerja pada
struktur dapat diteruskan ke pondasi. Oleh sebab itu setiap komponen
struktur, termasuk alat sambungnya harus direncanakan minimal sama atau
lebih besar dari kuat perlu yang dihasilkan.
Jenis-Jenis Sambungan Pada Konstruksi Baja :
a. Paku Keling (rivet)
b. Baut
c. Las
8.2 JENIS ALAT SAMBUNG BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Paku Keling (rivet)


Sistem sambungan dengan paku keling (rivet) adalah jenis yang paling
diandalkan untuk pekerjaan konstruksi baja sampai era 1960-an. Sejarah
membuktikan bahwa sambungan rivet terbuktii kuat dan tahan fatig,
sehingga menjadi satu-satunya sistem sambungan konstruksi jembatan di
saat itu.

Sambungan rivet pada jembatan Golden Gate


8.2 JENIS ALAT SAMBUNG BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Kelebihan rivet
Sambungan rivet bekerja memakai mekanisme tumpu, meskipun demikian dalam
memikul beban, sama seperti baut mutu tinggi dengan mekanisme slip-kritis, yaitu
tidak terjadi slip. Mekanisme slip-kritis dan mekanisme tumpu adalah hal berbeda
dan keduanya hanya dijumpai pada baut mutu tinggi yang dikencangkan khusus.

Kekurangan rivet
1. Biaya pelaksanaan lebih mahal.
2. Perlu inspeksi Khusus yang teliti dan jika dijumpai
reject perlu biaya mahal untuk menggantinya.
3. Adanya sambungan yang lebih dapat diandalkan
seperti sambungan baut mutu tinggi dan las.
4. Pelaksanaannya relatif bising dan mengganggu
lingkungan.
8.2 JENIS ALAT SAMBUNG BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Sambungan Baut

Saat ini alat sambung yang dapat diandalakan untuk perakitan struktur baja di
lapangan adalah baut, tepatnya baut mutu tinggi. Sistem baut dipilih karena relatif
lebih mudah dari sisi pengawasannya sehingga hasilnya lebih dapat dijamin.

Ada dua jenis baut di pasaran :


1. Baut biasa (ASTM A307)
2. Baut mutu tinggi (ASTM A325 dan A490)
8.2 JENIS ALAT SAMBUNG BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Baut mutu biasa A307 disebut juga baut hitam atau baut mesin, terbuat dari baja
karbon rendah dengan kuat Tarik 60 ksi atau 450 MPa (minimum), sama dengan
material baja A36. Baut ini dipakai untuk profil hot-rolled atau cold-formed dengan
beban statis tanpa beban kejut atau bebas getaran. Baut ini mudah dibuat
dibengkel bubut biasa sehingga control mutunya diragukan, dan hanya dipakai
untuk non struktur, gording atau purlin.

Baut mutu tinggi A325 atau A490 dari baja


karbon sedang, untuk sambungan profil baja hot-
rolled atau cold-rolled  kuat tarik akan
menurun sebanding dengan diameternya.
8.2 JENIS ALAT SAMBUNG BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

• Baut mutu tinggi menggantikan rivet karena kuat materialnya lebih tinggi, yaitu
hampir dua kali lipatnya.

• Penempatan baut mutu tinggi perlu dibuat teratur, berulang dan sebisa mungkin
simetri.
8.2 JENIS ALAT SAMBUNG BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR
8.2 JENIS ALAT SAMBUNG BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Ukuran lubang yang lebih besar dari baut adalah penyebab terjadinya slip,
sehingga akan timbul dua mekanisme kerja yang berbeda yaitu slip kritis dan
tumpu, pada baut yang sama.

Gambar 8.13 Berbagai variasi lubang pada pemasangan baut M20


Tabel 8.1 Standarisasi diameter lubang baut (metrik)
ǾBaut, mm Standard Oversize Slot-pendek Slot-panjang
(dia.) (dia.) (b*h) (b*h)
M16 18 20 18x22 18x40
M20 22 24 22x26 22x50
M22 24 28 24x30 24x55
M24 27 30 27x32 27x60
M27 30 35 30x37 30x67
M30 33 38 33x40 33x75
M36 d+3 d+8 (d+3) x (d+10) (d+3) x 2½ d
8.2 JENIS ALAT SAMBUNG BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Kuat nominal baut dan alat sambung berulir untuk perencanaan sambungan tipe
tarik dan tipe geser adalah sebagai berikut :
Baut atau alat sambung berulir Tarik (Fnt) MPa Geser (Fnv) MPa Keterangan

A 307 (baut mutu biasa) 310 188 (165) non-struktur


372 geser pada ulir
A 325 (baut mutu tinggi) Jenis baut (330) drat
620
di Grup A 457 geser pada grip
(414) polos
457 geser pada ulir
A 490 (baut mutu tinggi) Jenis baut (414) drat
780
di Grup B 579 geser pada grip
(520) polos
0.45 Fu geser pada ulir
alat sambung dengan ulir (misal : (0.40 Fu) drat
0.75 Fu
baut angkur) geser pada grip
0.563 Fu polos

Catatan : kuat nominal geser di dalam kurung adalah menurut ketentuan AISC (2005),
yang ternyata lebih kecil. Secara umum kuat geser baut menurut AISC (2010) naik
sekitar ± 12,5 %.
8.2 JENIS ALAT SAMBUNG BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Las

Las jika diakukan dengan benar, merupakan suatu cara penyambungan logam yang
relatif sempurna.

Adapun definisi las adalah proses penyambungan logam dengan membuat bagian
yang disambung melebur menjadi satu kesatuan, dengan cara memanasinya
sampai temperatur tertentu dengan atau tanpa tekanan atau dengan tekanan saja
tanpa pemanasan.
8.2 JENIS ALAT SAMBUNG BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Kawat-las (elctrode) untuk pengelasan terdiiri dari


batang logam pengisi penyambung yang
dibungkus dengan campuran kimia, yang disebut
flux.
contoh spesifikasi kawat las

Tabel 8.3 Contoh Spesifikasi Kawat Las

Merk Fy Fu Mutu Catatan


Dagang (MPa) (MPa)
Austarc 12P 450 500 E6013 Semua posisi
Austarc 13S 450 520 E6013 Posisi bawah dan atas
Austarc 16TC 460 560 E7016 Kadar hidrogen rendah

Austarc 18TC 530 602 E7018 Hidrogen terkontrol

Austarc 24 416 510 E7024 Untuk las kecepatan tinggi

Catatan : Austarc adalah merk dagang Welding Industries of Australia


8.2 JENIS ALAT SAMBUNG BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Struktur dengan sambungan las harus menghindari adanya retak yang


mengakibatkan perlemahan.
Resiko retak akan meningkat jika :
1. Pelat yang disambung semakin tebal
2. Kandungan karbon atau logam paduannya semakin besar.
Cacat pada proses pengelasan

Lameral tearing Pengaruh hidrogen


8.2 JENIS ALAT SAMBUNG BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR
8.2 JENIS ALAT SAMBUNG BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Tabel simbol las dan aplikasinya (AWS 2000)


Keterangan Penampang aktual Gambar Simbol
Las sudut 1 sisi saja

Las sudut 2 sisi sama

Las sudut 2 sisi berbeda

Sekeliling profil WF
disambung dengan las
sudut ke pelat landasan

Las tumpul alur-V ganda

Las tumpul alur-V


tunggal

Las tumpul dan sudut


sekaligus antara batang
bulat baja dan pelat
landasan

Catatan : unit satuan dalam inch, dapat diubah sesuai kebutuhan.


8.3 MEKANISME SLIP-KRITIS BAUT BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Gaya tarik prategang minimum


Besarnya gaya tarik prategang minimum pada baut mutu tinggi telah
ditetapkan oleh AISC (2010) sebagai berikut :

Tabel 8.6 Prategang baut minimum (J3.1-AISC 2010)


Diameter A325 (Grup A) A490 (Grup B)
(inch) (mm) (kips) (kN) (kips) (kN)
½ - 12 - 15 -
5/8 M16 19 91 24 114
¾ M20 28 142 35 179
7/8 M22 39 176 49 221
1 M24 51 205 64 257
1 1/8 M27 56 267 80 334
1 1/4 M30 71 326 102 408
1 3/8 M36 85 475 121 595
1½ - 103 - 148 -
8.3 MEKANISME SLIP-KRITIS BAUT BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Koefisien Permukaan Sambungan

Tabel 8.7 Koefisien Friksi (μ ) dari berbagai penelitian (Kulak et.al. 2001)
Jenis Baja Pekerjaan persiapan permukaan Mean Standar deviasi Jumlah sampel
A7, A36, A440 Bersih skala pabrik 0.32 0.06 180
A7, A36, A440, Fe37,Fe52 Bersih skala pabrik 0.33 0.07 327
A588 Bersih skala pabrik 0.23 0.03 31
Fe37 Grit-blast 0.49 0.07 167
A36, Fe37, Fe52 Grit-blast 0.51 0.09 186
A514 Grit-blast 0.33 0.04 17
A36, Fe37 Grit-blast terbuka (singkat) 0.53 0.06 51
A36, Fe37, Fe52 Grit-blast terbuka (singkat) 0.54 0.06 83
A7, A36, A514, A572 Sand-blast 0.52 0.09 106
A36, Fe37 Hot-dip galvanish 0.18 0.04 27
A7, A36 Semipolished 0.28 0.04 12
A36 Vinyl wash (sejenis cat dasar) 0.28 0.02 15
Cat berbahan dasar seng (zinc) 0.30 - 3
Metallized 0.48 - 2
Galvanish dan sand-blast 0.34 - 1
Sand-blast dan minyak linseed 0.26 0.01 3
Cat timbal merah / meni (red lead) 0.06 - 6
8.3 MEKANISME SLIP-KRITIS BAUT BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Tahanan slip kritis nominal


8.4 MEKANISME KUAT TUMPU BAUT BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Kuat Tumpu pelat


8.4 MEKANISME KUAT TUMPU BAUT BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Kuat Geser Baut


8.4 MEKANISME KUAT TUMPU BAUT BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Kuat Blok Plat (Block Shear)


8.4 MEKANISME KUAT TUMPU BAUT BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR
8.4 MEKANISME KUAT TUMPU BAUT BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Konfigurasi blok geser yang menentukan adalah yang menghasilkan tahanan blok geser paling kecil.

Kekuatan sambungan
Untuk mendapatkan kuat nominal sambungan, semua mekanisme keruntuhan
yang teridentifikasi harus dijumpai, yaitu : [1] kuat tumpu (geser) pelat, yang
merupakan jumlah kumulatif tahanan tumpu masing-masing baut yang
mengalami kontak dengan pelat; [2] kuat geser baut, tergantung dari jumlah
bidang geser per baut; jumlah baut disambungan dan kuat geser nominal baut;
[3] kuat geser blok, khusus untuk sambungan dengan jumlah baut yang relative
banyak dan ditempatkan secara bekelompok.
8.5 PEMASANGAN BAUT BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Terkait dengan kondisi pengencangan baut yang diperlukan, AISC (2010) mengelompokkannya
menjadi dua, yaitu:
1. Kondisi snug-tight, yaitu pengencangan baut yang menyebabkan elemen-elemen
sambungannya saling merapat dan mengalami kontak langsung satu dengan lainnya.
2. Kondisi prategang atau sambungan slip-kritis, yaitu baut mutu tinggi yang memenuhi
kondisi snug-tight dan tetap dilakukakan pengencangan sehingga terdapat gaya Tarik
prategang minimum, yang besarnya memenuhi kriteria table J3.1 atau J3.1.M (AISC 2010).

Kondisi snug-tight adalah level paling mudah pada pengencangan baut mutu tinggi. Kondisi itu
hanya dapat dipilih jika :
a. Sambungan tipe geser dengan mekanisme tumpu, kecuali struktur tertentu yang
disebutkan pada ketentuan E6 dan J1.10 (AISC 2010)
b. Sambungannya tipe Tarik atau kombinasi Tarik-geser tapi hanya untuk baut mutu tinggi
tipe 325, beban static yang relative konstan (tidak fluktuatif), tanpa resiko fatig atau vibrasi
yang akan menyebabkan baut bias lepas sendiri.
8.5 PEMASANGAN BAUT BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Untuk tipe struktur yang tidak disebutkan, harus dikencangkan sampai batas kondisi prategang.
Termasuk struktur yang diisyaratkan oleh E6 dan J1.10 (AISC 2010), yaitu :
1. baut-baut perangkai pada kolom tersusun
2. Sambungan pada kolom pada bangunan bertingkat diatas 38m
3. Sambungan balok-kolom dan semua balok yang bracing kolomnya tergantung pada
struktur diatas 38 m
4. Struktur pemikul pesawat angkat (crane) ≥ 5 ton
5. Struktur pemikul peralatan mesin atau beban dinamik
8.5 PEMASANGAN BAUT BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Cara Putar Mur


Adanya hubungan antara pemutar mur dari kondisi snug-tight dan semakin besarnya gaya jepit
(klem) dapat menjadi indikator besarnya gaya prategang baut. Cara putar-mur atau turn-of-nut
dilakukan hanya dengan kunci biasa dengan cara memutar mur dari kondisi snug-tight kearah
dalam sebesar ½ putaran atau lebih.
8.5 PEMASANGAN BAUT BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Kunci Torsi Kalibrasi


Adanya perbedaan antara tegangan Tarik baut yang diharapkan terhadap momen torsi konstan
yang diberikan dapat disebaban oleh :
1. Mutu baut itu sendiri, yaitu kondisi ulir kepala baut dan mur yang tidak presisi akibat
pabrik berbeda.
2. Pengaruh pelapis tambahan, seperti hot-dip galvanish yang umum untuk
mengantisipasikorosi. Adanya lapisan tambahan pada permukaan ulir baut atau mut
menyebabkan korosi “seret” pada waktu pengencangan baut.
3. Pemberian pelumas (lubricant), hal ini berpengaruh pada proses pengalihan momen torsi
menjadi gaya Tarik prategang baut, selain itu juga bias melindung lapisan galvanish agar
tidak rusak.
4. Kondisi penyimpanan, khususnya baut mutu tinggi tanpa ada lapisan pelindung, jika
kondisi penyimpanan buruk akan berisiko korosi, kasusnya seperti pelapis tambahan.

Adanya permasalahan variasi diatas menyebabkan penggunaan besaran momen torsi yag
hanya didasarkan table atau formula khusus, tanpa kalibrasi adalah dilarang.
8.6 PERENCANAAN SAMBUNGAN SEDERHANA BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Sambungan Tumpu
8.6 PERENCANAAN SAMBUNGAN SEDERHANA BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Jawab:
8.6 PERENCANAAN SAMBUNGAN SEDERHANA BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR
8.6 PERENCANAAN SAMBUNGAN SEDERHANA BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Balok Tarik
Agar diperoleh kaitan antara perencanaan sambungan dan perencanaan sambungan dan perencanaan
batang tarik, akan ditunjukkan pada kasus profil siku L100x100x10.
Hitung kapasitas batang tarik profil siku L100x100x10 yang disambung dengan baut mutu tinggi.
8.6 PERENCANAAN SAMBUNGAN SEDERHANA BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Sambungan tumpu (rancang ulang)


Rancang ulang sambungan tipe geser dengan mekanisme tumpu untuk batang tarik profil siku
L100x100x10 secara optimal.
8.6 PERENCANAAN SAMBUNGAN SEDERHANA BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Sambungan slip-kritis
8.6 PERENCANAAN SAMBUNGAN SEDERHANA BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Sambungan las
Rencanakan sambungan las untuk batang tarik dengan profil siku L100x100x10.
Konfigurasi bentuk seperti soal sebelumnya.
8.6 PERENCANAAN SAMBUNGAN SEDERHANA BAB VIII SAMBUNGAN STRUKTUR

Pada kondisi batas, karena telah terjadi leleh (yelding) mengakibatkan redistribusi tegangan seingga tidak ada perbedaan
antara kuat batas sambungan las yang balans dan tidak balans. Seperti dijelaskan dalam AWS (2008).

Anda mungkin juga menyukai