Anda di halaman 1dari 96

DIAGNOSIS FISIK

Suharto

Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Dalam


FK Unair / RSUD Dr. Soetomo - Surabaya

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 1
DIAGNOSIS FISIK
 Ilmu Diagnosis fisik :
- ilmu untuk membuat diagnosis suatu penyakit
melalui pemeriksaan fisik
- merupakan pengetahuan dan ketrampilan dasar untuk
dokter

 Diagnosis fisik berdasar atas :


- symptom, keluhan (gejala klinik): manifestasi
subyektif penderita  anamnesis, history taking
- sign (tanda klinik ): kelainan panderita yang
diperoleh secara obyektif  pemeriksaan fisik

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 2
Dasar Diagnosis secara umum

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 3
DIAGNOSIS PENYAKIT
ditegakkan dengan mengumpulkan data2:

Data Pribadi
Keluhan utama
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Laboratorium
Pemeriksaan khusus

Diagnosis atau diagnosis banding


DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
SUHARTO 2009 4
CLINICAL WORKUP
I. Identitas
II. Keluhan utama
III. Anamnesis
IV. Pemeriksaan Fisik
V. Laboratorium
VI. Pemeriksaan khusus
VII. Diagnosis atau diagnosis banding
VIII. Pengobatan
IX. Komplikasi
X. Prognosis
DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
SUHARTO 2009 5
DIAGNOSIS FISIK

III. Anamnesis ( autoanamnesis )


III. 1. Anamnesis khusus :
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit diagnosis banding
III. 2. Anamnesis medik dan penyakit dahulu
III. 3. Anamnesis penyakit Keluarga
III. 4. Anamnesis psikososial
- Pendidikan dan sosio-ekonomi
III. 5. Anamnesis makanan ( keadaan gizi )
III. 6. Anamnesis umum ( review of system )

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 6
DIAGNOSIS FISIK (2)

IV. Pemeriksaan Fisik


- inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
IV. 1. Keadaan umum
IV. 2. Kepala dan leher
IV. 3. Payudara dan aksila
IV. 4. Jantung dan Paru
IV. 5. Abdomen
IV. 6. Genitalia-anus-rektum

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 7
Identitas penderita
I. Nama lengkap
II. Jenis kelamin
III. Umur / tanggal lahir
IV. Pekerjaan
V. Agama
VI. Suku
VII. Alamat
VIII. Hobby

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 8
IDENTITAS
 Nama : agama, suku, larangan, kebiasaan
makan
 Jenis kelamin : insidens penyakit
 Umur : frekwensi penyakit
 Bangsa : kepekaan, frekwensi penyakit
 Suku : kebiasaan makan, frekwensi penyakit
 Agama : larangan makan
 Kawin / belum: jenis penyakit tertentu,
 Pekerjaan : penyakit kerja , jumlah kalori
 Alamat : status sosio-ekonomi, keadaan
lingkungan

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 9
Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang membuat penderita datang
untuk mendapatkan pertolongan

dalam bahasa penderita


bukan istilah medik
satu atau 2 kata
keluhan menyebabkan penderita datang ke dokter

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 10
Anamnesis
• Oto-anamneis : merupakan riwayat penyakit yang
disusun oleh dokter dari berdasarkan wawancara
secara sukarela yang diberikan oleh penderita

• Hetero – anamnesis : merupakan riwayat penyakit


yang disusun oleh dokter berdasarkan keterangan
dari keluarga atau orang-orang yang benar-benar
mengetahui tentang kesehatan penderita

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 11
Anamnesis
Bertujuan untuk mendapatkan keterangan
mengenai
I.Gambaran penyakit yang sedang diderita
II.Keadaan badan secara keseluruhan
III.Riwayat penyakit dahulu
IV.Riwayat kesehatan / penyakit keluarga
V.Keterangan mengenai hobi dan kebiasaan

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 12
Anamnesis
Gambaran penyakit yang sedang diderita

1. Dimana tempat yang menimbulkan keluhan itu (lokalisasi) ?


2. Bagaimana jenis keluhan itu (kualitas) ?
3. Seberapa hebatnya keluhan itu (kuantitas) ?
4. Kapan timbulnya dan bagaimana perkembangan keluhan itu
selanjutnya (kronologi) ?
5. Bagaimana permulaan timbulnya keluhan (onset) ?
6. Apa saja hal-hal yang meringankan atau memperberat
7. Apakah ada gejala lain yang menyertai keluhan utama?
DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
SUHARTO 2009 13
ANAMNESIS KHUSUS

 dalam bahasa / istilah penderita


 penderita bercerita dibimbing dokter
 kronologik sakit sekarang
 penjabaran keluhan utama
 keluhan akibat gangguan organ tubuh
 anamnesis penyakit yang berkaitan  diagnosis
banding

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 14
Anamnesis
Keadaan badan secara keseluruhan
1. Kulit : warna kulit berubah, gatal, luka, petekie, tanda lahir,
rash, rambut rontok, perubahan pada kuku
2. Kepala dan muka : nyeri kepala, pusing, trauma kepala,
nyeri pada wajah muka
3. Telinga : pendengaran baik / tidak, tinitus, nanah keluar
dari liang telinga
4. Mata : berkunang-kunang, kabur, buta, diplopia, fotofobia,
nyeri dimata atau dibelakang mata
5. Hidung dan sinus : nyeri didalam hidung, epistaksism
ingus, sering pilek, sering bersin, tidak dapat mencium bau
DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
SUHARTO 2009 15
Anamnesis
6. Mulut, faring, laryng : nyeri, gusi berdarah, gigi rusak, lidah
pedih, tidak dapat mengecap rasa, sakit kerongkongan,
suara parau, suara hilang, nyeri telan
7. Payudara : nyeri, bernanah atau keluar cairan, ada benjolan
/ tumor
8. Sistem hematopoeitik : gejala enemia, transfusi darah,
mudah berdarah atau berdarah banyak bila menggosok gigi,
haid berlebihan, kelenjar limpa membesar
9. Sistim pernafasan : batuk, jenis ludahm nyeri, sesak nafas,
nafas pendek, mengik
10. Sistim kardiovaskuler : sakit dada, dispnoe d’effort,
ortopneau, paroxismal nocturnal dispneau, edema kaki,
palpitasi
SUHARTO
DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
2009 16
11. Sistim pencernaan : nafsu makan, rasa mual, muntah,
hematemesis, sering salah telan, sakit didaerah ulu hati, sakit
perut, diare, konstipasi, alergi makanan, dll
12. Sistim saluran kencing : sembab muka-kaki, disuria, poliuria,
kencing batu, warna kencing, kencing nanah, tidak bisa kencing/
tak lancar
13. Sistim genital : haid, menarkhe, menopausee, metrorragia,
menoragia, lekorea, nyeri, koreng
14. Sistim skelet : sakit tulang, sakit sendi, sakit pinggang, sendi
kaku / bengkak, dll
15. Sistim endokrin : polidipsi, poliuri, polifagi, tremor, tak tahan
panas, suara serak, berkeringat banyak, impoten, frigiditas,dll
16. Sistim saraf : kejang, pusing, sakit kepala, muntah projektil,
stroke
17. Sistim mental : nervus, cepat marah, cepat lupa, insomnia,
kompulsif, dll
DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
SUHARTO 2009 17
Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan mengenai tanda-tanda patologik pada
tubuh pasien dengan jalan :

• INSPEKSI
• PALPASI
• PERKUSI
• AUSKULTASI

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 18
DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
SUHARTO 2009 19
DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
SUHARTO 2009 20
HUBUNGAN ANTARA ANAMNESIS DAN
PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesis :
a. membina hubungan baik pasien - dokter
b. memperoleh informasi penting
c. memfokuskan pemeriksaan fisik
d. mengetahui kegawatan sakit pasien
e. memilih pemeriksaan laboratorium yang tepat
f. memulai terapi
g. merencanakan evaluasi - konsultasi lanjutan
 anamnesis memberi tahu dimana dicari tanda-
tanda penyakit  tindak lanjut

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 21
PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan fisik merupakan bagian dari proses membuat
diagnosis
 Dilakukan setelah anamnesis
 Dilakukan untuk menemukan tanda penyakit dengan cara :
- melihat ( inspeksi ) - meraba ( palpasi )
- mengetuk ( perkusi ) - mendengarkan ( auskultasi )
- membau
 Prinsip pemeriksaan fisik :
- teliti, sistimatis, manusiawi, analitis, cara yang benar
 Ketrampilan pemeriksaan fisik hanya dapat dipelajari dengan
pengulangan-pengulangan, melakukan berkali-kali, latihan

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 22
LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN
FISIK

1. Persiapan peralatan, tempat


2. Persiapan pasien
3. Pemeriksaan fisik
4. Informasi pada pasien hasil pemeriksaan yang diperoleh
5. Pencatatan hasil pemeriksaan

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 23
LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN
FISIK
1. Pemeriksaan dilakukan di tempat khusus
2. Beritahu maksud pemeriksaan
3. Penderita dipersilahkan untuk membuka baju sendiri
4. Siapkan selimut
5. Hangatkan stetoskop
6. Beri petunjuk yang jelas sebelum kita melakukan sesuatu
prosedur

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 24
METODE PEMERIKSAAN

1. Inspeksi , 2. Palpasi , 3. Perkusi, 4. Auskultasi

PERLENGKAPAN DASAR UNTUK PEMERIKSAAN


FISIK
1. Stetoskop, bell-diafragma
2. Sphygmomanometer
3. Termometer
4. Flaslight
5. Arloji
6. Tongue depressor

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 25
PENTING
 Anamnesis, pemeriksaan fisik, formulasi diagnosis
dan terapi merupakan tugas utama dokter
 Pada waktu menangani masalah : -->
- deskripsi masalah, evaluasi ( assesment ),
perencanaan
 Anamnesis dan pemeriksaan fisik dianggap baik bila
- dilakukan sesuai dengan masalah pasien,
- akurat
- lengkap
- koheren

DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET


SUHARTO 2009 26
PRINSIP-PRINSIP PADA
PEMERIKSAAN FISIK

Posisi dan Instruksi


Metode pemeriksaan
Inspeksi,palpasi, auskultasi, perkusi
Alat bantu pemeriksaan
Posisi pemeriksaan

PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET


SUHARTO 2009 27
POSISI DAN INSTRUKSI
 Tujuan :
- Ketepatan dan efisiensi pemeriksaan
- Mengurangi ketidaknyamanan pasien dan pemeriksa
 Pada waktu melakukan pemeriksaan :
- Konsentrasi pada bagian yang diperiksa, tidak canggung
- Beri instruksi pada pasien sebelum pemeriksaan;
1. Penjelasan bagian yang diperiksa,
2. Tujuan / kegunaan pemeriksaan
3. Kerjasama pasien / apa yang harus dilakukan pasien
- Ajak bicara selama pemeriksaan
- Alat yang akan dipakai dalam jangkauan, alat dipakai sekali
saja
- Perubahan posisi sekali saja selama pemeriksaan
PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET
SUHARTO 2009 28
METODE PEMERIKSAAN

 Pemeriksaan sebetulnya sudah dimulai saat bertemu pasien pertama


kali, selama observasi atau saat- saat tertentu,
- perhatikan penampilan, cara bicara, sikap, keadaan fisiologis/
psikologis
- sesuai tujuan pemeriksaan
 Pemeriksaan secara sistimatik:
- inspeksi
- palpasi
- perkusi
- auskultasi
dilakukan pada setiap sistem organ
 Sesuai prosedur baku

PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET


SUHARTO 2009 29
INSPEKSI

 Memakai indera mata


 Bagian yang diperiksa terbuka
 Cahaya yang baik
 Perhatkan :
- perubahan warna : ikterus, sianosis, pucat, hiperemis
- bentuk
- simetris, asimetris
- diam, bergerak
- penympangan dari normal
- lesi: ulkus, tumor
 Jika mungkin, hasil observasi dinyatakan dalam ukuran :
- panjang : diukur dengan penggaris
- dibandingkan dengan normal

PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET


SUHARTO 2009 30
PALPASI

 Tindakan meraba dengan satu atau 2 tangan/ jari


 Menegaskan apa yang dilihat, menemukan yang tak terlihat
 Membedakanb :
- tekstur : dengan ujung jari (1/lebih ), kasar, lembut, nodul
- dimensi: ukuran
- konsistensi : dengan ujung jari, terrgantung densitas /
ketegangan jaringan
lunak, kenyal (seperti karet), keras (seperti batu)
- suhu : perkiraan, memakai punggung ujung jari ( kulit tipis,
bayak saraf), hangat, dingin
- benjolan : bergerak ?
- lembab, kering
 Balotement : mendeteksi benda yang bergerak dalam cairan
 Kejadian kejadian lain : getaran

PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET


SUHARTO 2009 31
PERKUSI ( 1 )
 Mendengarkan bunyi dari hasil perbuatan kita
 Mengetuk dengan tangan/jari/alat, menimbulkan bunyi
 Mengetuk 2 kali, dengarkan dengan cermat
 Perjalanan gelombang suara ditentukan oleh kepadatan media yang
dilalui gelombang dan jumlah antar permukaan diantara media yang
berbeda.
 Derajat penyebaran bunyi : resonansi
 Semakin sedikit jumlah antar permukaan, semakin baik penghantaran
bunyi
 Bunyi yang melalui kulit, otot, lemak, tulang, cairan udara, tidak sebaik
yang hanya melalui satu jaringan
 Udara/gas : paling resonan
 paru yang mengembang normal : bunyi standar;
 Diatas lambung : timpani; diatas hati : redup, diatas paha : pekak

PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET


SUHARTO 2009 32
PERKUSI ( 2 )
 Cara :
1. Langsung : dengan ibu jari
2. Tidak langsung :
- Jari tengah tangan kiri, ditekankan kuat pada kulit (pleksimeter)
- Ujung jari tengah tangan kanan (pleksor) dengan cepat memgetuk
jari tangan diatas kulit tersebut
- gerakan pada persediaan pergelangan tangan, ketuk 2 kali, dengar
 Intensitas suara: tergantung keras/tidaknya memukul, --> menentukan
dalamnya bunyi untuk diskriminasi
 Maksimum 7 cm
 Ruang tenang
 Membungkuk, mendengarkan suara
 Perubahan resonan ke redup lebih mudah dideteksi dibanding sebaliknya
 Perkusi daerah resonan dulu, baru daerah redup

PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET


SUHARTO 2009 33
AUSKULTASI ( 1 )
 Mendengarkan bunyi yang berasal dari dalam tubuh
( dada : suara nafas, perut : bising usus dsb )
 Penilaian :
1. frekwensi : jumlah getaran permenit
- frekwensi tinggi --> bunyi nada tinggi
- frekwensi rendah --> nada rendah
2. Intensitas : ukuran kuat lemahnya suara
3. Durasi : lama bunyi terdengar
4. Kualitas : warna nada, variasi suara
 Kemampuan mendengarkan bunyi terbatas :
- makin rendah frekwensi, perlu intensitas makin keras
- lebih mudah mendengar siulan lemah dari pada bunyi nada
rendah dengan intensitas yang kuat
 Pada waktu auskultasi : ruangan harus tenang
PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET
SUHARTO 2009 34
AUSKULTASI ( 2 )
 Cara : memakai stetoskop
 Stetoskop :
- menghantarkan, mengumpulkan, memilih frekwensi
- kepala stetoskop : diletakkan diatas kulit --> mengumpulkan suara
dari bagian tubuh dibawahnya
 2 jenis kepala stetoskop:
1. Diafragma datar : respon paling baik dengan suara frekwensi
tinggi, menghilangkan suara nada rendah
2. Bel : mengumpulkan bunyi nada rendah pada tekanan ringan.
Bila ditekankan lebih keras, nada frekwensi tinggi terdengar
lebih keras ( kulit dibawahnya teregang, menjadi semacam
diafragma
 Hindari kebocoran suara : a.l ujung stetoskop cocok dengan lubang telinga (
ukuran, lengkungan, arah disesuaikan dengan lubang )
PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET
SUHARTO 2009 35
ALAT BANTU PEMERIKSAAN

 Siap pakai, mudah diambil, bersih, urutan pemakaian, hangat


 shigmomanometer : untuk mengukur tekanan darah, uji torniquet
- ukuran manset disesuaikan pasien : gemuk, kurus, dewasa, anak
 ophthalmoskop : melihat bagian dalam mata
 otoskop : melihat saluran luar telinga, membran timpani
 Snellen Eye chart : tes visi mata, 11 baris
 spekulum hidung : melihat rongga hidung
 spekulum vagina : visualisasi vagina dan serviks
 garpu getar : persepsi pendengaran, rasa getar
 palu perkusi ( percussion hammer): mengetahui refleks tendon
 palu neurologik : + alat bulu/jarum untuk pemeriksaan sensoris
 timbangan berat badan
 penlight, meteran
 termometer
 tongue deppresor
PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET
SUHARTO 2009 36
POSISI PEMERIKSAAN
 Perhatikan :privacy, bantuan posisi, lama pemeriksaan
1. Duduk : dikursi, ditempat tidur
- kepala, leher, dada depan / belakang, jantung, paru, mama,
ektremitas atas, vital sign, ekspansi paru
2. Supine position ( baring ) : kepala diberi bantal
- kepala, leher dada depan paru, mama, jantung, abdomen,
extremitas, nadi perifer
3. Dorsal recumbent position: baring, lutut ditekuk, telapak kaki menyentuh
tempat tidur
4. Sims position : tidur miring, pemeriksaan rectum atau vagina
5. Prone position : telungkup : evaluasi sendi pinggul, punggung
6. Lithotomy position : telentang, fleksi lutut,
- pemeriksaan rektum, vagina
7. Knee - chest position : pemeriksaan rektal
8. Erect position: evaluasi abnormalitas postural, langkah, keseimbangan
PEMERIKSAAN FISIK 16-MARET
SUHARTO 2009 37
Pemeriksaan fisik
Abdomen
MOH. FATHI ILMAWAN

BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG
TUAH
RUMAH SAKIT DOKTER RAMELAN SURABAYA
2009
Gejala (Symptom)

 Nyeri perut
 Mual dan muntah
 Perubahan defekasi
 Ikterus
 Perdarahan rektum
 Massa
 Distensi abdomen
Lain-lain
Kegawatan :
* Hematemesis
* Melena
* Abdomen akutum (Peritonitis
TBC =
chess phenomen)
* Appendiksitis akut (Mc Burney)
* KET perforasi (Cullen sign)
* Kolesistitis dengan ikterik
Pengkajian Klien Gangguan
Sistem Kardiovaskuler

Oleh
Ambo Dalle
1. Persiapan klien
 Buatlah penerangan yang baik dalam ruangan,
termasuk penerangan untuk pengkajian
 Klien sebaiknya berbaring dengan badan bagian
atas sedikit terangkat, dan pemeriksa sebaiknya
berdiri disisi kanan klien.
 Minta klien untuk tidak berbicara selama
pemeriksaan kecuali diminta oleh pemeriksa.
 Agar klien tidak cemas, jangan perlihatkan
kekuatiran tentang hasil selama pengkajian.
2. Pengkajian Riwayat Kesehatan
 Kaji riwayat merokok, penggunaan alkohol,
pemakaian obat-obatan, kebiasaan latihan, dan
pola diet termasuk pemasukannya
 Apakah klien mendapat pengobatan untuk fungsi
kardiovaskuler? Apakah klien mengetahui
kegunaan, dosis, dan efek samping pengobatan?
 Tanyakan apakah klien mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan pada dada, palpitasi, kelelahan
yang berlebihan, dispnea, edema pada kaki,
pingsan atau ortopnea. Apakah gejala-gejala ini
terjadi saat istirahat atau latihan.
 Bila terjadi nyeri dada, tentukan apakah hal tersebut
murni karena jantung (Rossi dan Leary, 1992 dikutip
dari Potter, 1996), nyeri angina biasanya berupa
tekanan atau rasa sakit yang dalam, substernal dan
menyebar ke salah satu atau kedua lengan, bisa
sampai ke rahang; Tentukan frekuensinya. Apakah
nyeri menyebar ke lengan, bahu, atau leher? Apakah
nyeri tersebut disertai terjadinya diaforesis.
 Apakah klien menjalani gaya hidup yang penuh stres
 Kaji riwayat keluarga klien mengenai penyakit
jantung seperti hipertensi, stroke, kolesterol tinggi,
atau penyakit jantung rematik.
 Apakah klien mengetahui adanya hipertensi
atau penyakit jantung tersebut
 Apakah klien mengalami diabetes atau gejala
awal diabetes, penyakit paru atau obesitas
 Tentukan apakah klien minum minuman
mengandung kafein yang berlebihan.
 Kaji kebiasaan makan klien seperti
mengkonsumsi lemak, natrium.
11 pola kes.fungsional (Gordon)
 Pola persepsi kes./menanganan kes. klien
merasakan kondisi kes dan bgm menangani
 Pola nutrisi/metabolikgambaran pola makan
dan kebut.cairan b/d kebutuhan metabolik dan
suplai nutrisi
 Pola eliminasi gambaran pola fungsi
pembuangan (bab, bak, mel.kulit)
 Pola aktifitas/olah raga gambaran pola
aktifitas, olahraga, santai, rekreasi
 Pola tidur-istirahat  gambaran pola tidur,
istirahat, dan relaksasi
 Pola kognitif dan perceptual  gambaran pola
konsep diri klien dan persepsi thd dirinya
 Pola peran/hubungan  gambaran pola peran
dalam berpartisipasi/berhubungan dg orang
lain
 Pola seksualitas/reproduksi gambaran pola
kenyamanan/tidak nyaman dg pola seksualitas
edan gambaran pola reproduksi
 Pola koping/toleransi stress gambaran pola
koping klien secara umum dan efektifitas
dalam toleransi thd stress
 Pola nilai/keyakinan  gambaran pola nilai2,
keyakinan2 9termasuk asfek spiritual), dan
tujuan yg dapat mengarahkan menentukan
pilihan/keputusan.
3. Pemeriksaan Fisik
1). Keadaan Umum Pasien
 Pemeriksaan keadaan umum pasien dimaksudkan
untuk mendapatkan kesan umum pasien tersebut.
Dalam pemeriksaan ini perlu diperhatikan
kelainan dan usia pasien, tampak sakit atau tidak,
kesadaran dan keadaan emosi, dalam keadaan
comfort atau distress, serta sikap dan tingkah laku
pasien.
2). Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

Pernapasan :
Dalam menilai pernapasan secara fisis, perlu
diperhatikan :
 posisi badan, untuk menilai ortopnea
 ekspresi muka, untuk menilai keadaan emosi atau
stress pada pernapasan
 pernapasan pada gerak badan dibandingkan
dengan pernapasan pada keadaan istirahat
 tanda-tanda objektif dispnea.
b). Nadi
Kriteria keadaan nadi :
 Frekuensi, menyatakan jumlah denyut nadi per menit.
 Regularitas, menunjukkan teratur/tidaknya nadi bila tidak
teratur tentukan apakah ada defisit denyut nadi, yaitu selisih
antara frekuensi nadi dan denyut jantung per menit.
 Amplitudo, menggambarkan besar kecilnya isi sekuncup.
 Bentuk (contour), memberikan gambaran upstroke atau down
stroke.
 Isi (volume), menunjukkan besar/kecilnya isi bolus darah
dalam arteri.
 Perabaan arteri, untuk mengetahui keadaan (kondisi) dinding
arteri.
Macam-Macam Denyut Nadi
 Nadi yang keras (augmented pulsation)
 Nadi yang lemah atau kecil (pulsus parvus)
 Nadi yang kecil dan terisi dengan lambat
(pulsus parvus et tardus)
 Nadi yang terisi dengan cepat dan mengosong
dengan cepat (rapid upstroke and collapsing
pulse= Corrigan pulse)
 Nadi bifida (pulsus bisferiens), terjadi pada
obstruksi pada aliran keluar ventrikel kiri yang
moderat disertai regurgitasi pada katup aorta
berat (stenosis dan insufisiensi katup aorta)
 Nadi dikrotik (dicrotic pulse) , curah jantung
yang rendah dengan elastisitas dinding arteri
yang masih normal, misalnya pada
kardiomiopati, tamponade jantung dan CHF
berat
 Pulsus alternans, nadi yang saling bergantian
antara nadi yang relatif kuat diselingi oleh
nadi yang lebih lemah (CHF)
 Pulsus paradoxus, terjadi karena
pengurangan tekanan nadi yang berlebihan
sampai 15 mmHg atau lebih pada waktu
inspirasi (perikarditis)
 Pulsus bigeminus, dua denyut berturut-turut
dan diselingi oleh interval yang lebih panjang
(KAP)
 Pulsus defisit, jumlah denyut jantung lebih
besar dari jumlah denyut nadi (fibrilasi atrial,
ekstrasistol prematur)
C). Tekanan Darah
Tekanan darah banyak bergantung pada :
 Curah jantung, yang merupakan cerminan fungsi
jantung
 Resistensi vaskular perifer (TPR), ditentukan oleh
diameter pembuluh darah perifer.
 Tonus dan elastisitas arteri, menggambarkan kondisi
dinding pembuluh darah perifer.
 Volum darah dalam arteri, menunjukkan jumlahnya
darah intravaskular.
 Viskositas darah, menunjukkan kondisi cairan
intravaskular.
d). Suhu Badan

 Kalori dalam suhu badan merupakan hasil


metabolisme sel-sel jaringan tubuh. Kalori
suhu badan diatur melalui pusat
termoregulator di susunan saraf pusat
autonom. Aliran darah melalui sistem
kardiovaskular berperan untuk
mendistribusikan panas ke seluruh tubuh.
 3). Posture Tubuh
 4). Bentuk Badan
 5). Textur Jaringan dan Wama Kulit
 6). Kepala
 7). Mata
 8). Mulut
 9). Kuping
 10. Muka
 11). Leher
 12). Vena Jugularis Eksterna
 13). Cannon Waves
 14). Arteri Karotis
 15). Kelenjar Tiroid
 16). Kelenjar Getah Bening
17). Dada
 Kelainan bentuk dada seringkali berkaitan
dengan anatomi dan faal jantung. Di samping
itu juga mempengaruhi faal pernapasan yang
kemudian secara tidak langsung mempe
ngaruhi faal sirkulasi darah yang akan
menjadi beban kerja jantung
18). Pemeriksaan Perut
 Diperhatikan besar, bentuk dan konsistensi
serta mencari ada tidaknya nyeri tekan.
 Hepato jugular reflux dapat diperiksa dengan
menekan perut di kuadran atas, maka akan
menambah pembendungan vena jugularis yang
sudah meninggi. Keadaan ini dapat ditemukan
pada gagal jantung kanan dan gagal jantung
kongestif
b. Pemeriksaan Khusus
1). Inspeksi
 Perhatikan bentuk prekordial, apakah
normal, mengalami depresi atau ada
penonjolan asimetris (voussure cardiaque),
yang disebabkan pembesaran jantung sejak
kecil. Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri
dan kanan dapat terjadi akibat kelainan
kongenital.
Garis anatomis pada permukaan badan yang
penting pada permukaan dada ialah :
garis tengah sternal (mid sternal line/MSL)
garis tengah klavikular (mid clavicular
line/MCL)
garis anterior line (anterior axillary
line/AAL)
garis para sternal kiri dan kanan
(parastrenal line/PSL)
2). Palpasi Jantung
 Pada palpasi jantung telapak tangan diletakkan di atas
prekordium dan dilakukan perabaan di atas iktus
kordis (apical impulse)
 Lokasi point of maximal impulse (PMI) terletak pada
ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari
garis midklavikular (medial dari apeks anatomis).
Pada bentuk dada yang panjang dan gepeng, iktus
kordis terdapat pada RSI VI medial dari garis
midklavikular, sedangkan pada bentuk dada yang
pendek lebar, letak iktus kordis agak ke lateral.
3). Perkusi Jantung
Cara Perkusi
 Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal
terletak pada ruang interkostal III/IV pada
garis parasternal kiri. Pekak jantung relatif dan
pekak jantung absolut perlu dicari untuk
menentukan gambaran besamya jantung.
 Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar ke
kiri dan ke kanan.
 Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis
bergeser ke lateral-bawah.
 Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggang jantung
merata atau menonjol ke arah lateral.
 Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung
melebar ke lateral kanan dan/ atau ke kiri atas.
 Pada perikarditis pekak jantung absolut melebar ke
kanan dan ke kiri.
 Pada emfisema paru, pekak jantung mengecil bahkan
dapat menghilang pada emfisema paru yang berat,
sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut sukar
ditentukan.
4). Auskultasi Jantung

Bunyi jantung I ditimbulkan karena


 kontraksi yang mendadak terjadi pada awal sistolik
meregangnya daun-daun katup mitrai dan trikuspid
yang mendadak akibat tekanan dalam ventrikel yang
meningkat dengan cepat,
 meregangnya dengan tiba-tiba chordae tendinea yang
memfiksasi daun-daun katup yang telah menutup
dengan sempurna,
 dan getaran kolom darah dalam outflow tract (jalur
keluar) ventrikel kiri dan dinding pangkal aorta
dengan sejumlah darah yang ada di dalamnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I,
yaitu :
 kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel makin
kuat dan cepat, makin keras bunyinya.
 Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum
kontraksi ventrikel.
 Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien
dengan dada kurus BJ lebih keras terdengar
dibandingkan pasien gemuk dengan BJ yang terdengar
lebih lemah. Demikian juga pada pasien emfisema
pulmonum BJ terdengar lebih lemah.
BJ II ditimbulkan karena
 vibrasi akibat penutupan katup aorta
(komponen aorta),
 penutupan katup pulmonal (komponen
pulmonal),
 perlambatan aliran yang mendadak dari darah
pada akhir ejeksi sistolik,
 dan benturan balik dari kolom darah pada
pangkal aorta dan membentur katup aorta yang
baru tertutup rapat.
 BJ III terdengar karena pengisian ventrikel
yang cepat (fase rapid filling). Vibrasi yang
ditimbulkan adalah akibat percepatan aliran
yang mendadak pada pengisian ventrikel
karena relaksasi aktif ventrikel kiri dan
kanan dan segera disusul oleh perlambatan
aliran pengisian.
 Bunyi jantung IV: dapat terdengar bila
kontraksi atrium terjadi dengan kekuatan yang
lebih besar, misalnya pada keadaan tekanan
akhir diastol ventrikel yang meninggi sehingga
memerlukan dorongan pengisian yang lebih
keras dengan bantuan kontraksi atrium yang
lebih kuat.
Bunyi Jantung Tambahan

Bunyi Ekstra Kardial


 Gerakan perikard (pericardial friction rub)
terdengar pada fase sistolik dan diastolik
akibat gesekan perikardium viseral dan
parietal. Bunyi ini dapat ditemukan pada
perikarditis.
Bising (Desir) Jantung (Cardiac Murmur)
 Bising jantung ialah bunyi desiran yang terdengar
memanjang, yang timbul akibat vibrasi aliran darah
turbulen yang abnormal.
Intensitas Bunyi Murmur
intensitas bunyi murmur didasarkan pada tingkat
kerasnya suara dibedakan :
 Derajat I : bunyi murmur sangat lemah dan hanya
dapat terdengar dengan upaya dan perhatian khusus.
 Derajat II : bunyi bising lemah, akan tetapi mudah
terdengar.
 Derajat II : bunyi bising agak keras.
 Derajat IV : bunyi bising cukup keras.
 Derajat V : bunyi bising sangat keras.
 Derajat VI : bunyi bising paling keras.
Tipe (konfigurasi) Bising Jantung
Tipe bising jantung dibedakan :
 Bising tipe kresendi (crescendo murmur), mulai terdengar dari
pelan kemudian mengeras.
 Bising tipe dekresendo (decrescendo murmur), bunyi dari
keras kemudian menjadi pelan.
 Bising tipe kresendo-dekresendo (crescendo-decrescendo =
diamond shape) murmur yaitu bunyi pelan lalu keras
kemudian disusul pelan kembali disebut ejection type.
 Bising tipe plateau (sustained plateau mumur) disebut juga
bising pansistolik atau holosistolik. Keras suara bising kurang
lebih menetap sepanjang fase sistolik, biasanya merupakan
bunyi desiran yang disebabkan karena arus balik (regurgitasi)
atau aliran abnormal melalui defek septum interventrikular.
Kualitas Bunyi (Timbre)
Kualitas bunyi dibedakan :
 Bising musikal yaitu bunyi yang terdiri dari bunyi-
bunyi dengan frekuensi dari satu atau beberapa
gelombang nada dasar.
 Bising dengan suara meniup (blowing) yaitu
terdengar seperti suara meniup dengan nada yang
rendah.
 Bising dengan suara desiran (harsh) berupa desir
halus, seperti suara meniup dengani nada yang tinggi.
 Bising dengan suara geram (rumbling), terdengar
seperti suara menggeram yang agak keras dengan
nada yang rendah
DIAGNOSTIK FISIK 16 MARET
SUHARTO 2009 96

Anda mungkin juga menyukai