Saat udara masuk maka akan disaring oleh bulu hidung, sehingga partikel yang
berukuran 10um akan dihambat.
Partikel 2-10um akan ditangkap oleh cilia sebagai mekanisme pertahanan, maka
terdapat cilliaty escalator : gerakan cilia yang mendorong partikel keluar dengan
kecepatan 16 mm/menit
Partikel <2um mekanisme pertahanan: makrofag
Silia
◦ Kerjanya berhubungan erat dengan mukus (sistem transport mukosilier)
◦ Umumnya bergerak ke belakang
◦ Bakteri→diselubungi mukus→didorong silia ke belakang:
Dikeluarkan secara ekspektoran
Ditelan lalu masuk lambung →disterilkan HCL
• Mukus
Disekresi oleh sel goblet. Mengandung:
– Ig. Mis: Ig M dan G memacu reaksi inflamasi, Ig A mengeluarkan mikroorganisme dari
jaringan
– Laktoferin: mengikat besi
– lisozim: menghancurkan lapisan peptidoglikan
Apabila bakteri susah dilawan, maka bakteri tersebut akan diselubungi oleh mukus untuk
dibuang dengan bantuan silia
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/0
01474.htm
Etiologi
• Karena bakteri Staphylococcus Aureus.
• Bisa juga karena bakteri lain atau jamur.
• Kerusakan folikel rambut dapat memungkinkan kelainan
ini tumbuh lebih dalam.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/0
01474.htm
Faktor Resiko
• Diabetes – bisul berulang mungkin gejala diabetes yang
tidak terkontrol, terutama bagi orang berusia di atas 40
tahun.
• Kebersihan yang buruk - keringat dan sel-sel kulit mati di
lipatan alami dan celah-celah, seperti ketiak, menjadi
tempat yg baik untuk pertumbuhan bakteri
• Nutrisi - nutrisi yang tidak memadai dapat mengurangi
kekebalan alami seseorang.
• Kulit Rusak - kondisi kulit lainnya, seperti eksim, dapat
memecah permukaan kulit.
http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticle
s.nsf/pages/Boils
Tanda dan Gejala
• Sebuah benjolan seukuran kacang polong tetapi bisa sebesar bola
golf
• Pusatnya berwarna putih atau kuning (pustula)
• Menyebar ke daerah kulit lainnya atau bergabung dengan bisul lain
• Pertumbuhan cepat
• Terjadi pengerasan kulit
Gejala lain mungkin termasuk:
• demam
• Nyeri
• Gatal sebelum bisul berkembang
• Kulit di sekitar bisul memerah
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/0
01474.htm
Pemeriksaan
• Kultur yg memakai sel atau nanah yg dikeluarkan dari
bisul untuk mencari bakteri atau jamur penyebab bisul.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/0
01474.htm
Tatalaksana
• Kompres dengan air hangat beberapa kali sehari untuk
mempercepat pengeringan
• Jangan memencet bisul
• Setelah bisul terbuka (2 minggu) kompres dengan air hangat
• Lakukan operasi jika :
– Bisul > 2 minggu
– Bisul timbul kembali
– Letak bisul di tulang belakang atau tengah wajah
– Bisul terasa sakit
– Bisul menyebabkan demam
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/0
01474.htm
Prognosis
• Bisul dapat bergabung dengan bisul lain yg letaknya
berdekatan dan disebut sebagai carbunculosis.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/0
01474.htm
Komplikasi
• Abses kulit, sumsum tulang belakang, otak, ginjal, atau
organ lainnya
• Infeksi otak
• Endokarditis
• Osteomielitis
• Jaringan parut permanen
• Sepsis
• Infeksi sumsum tulang belakang
• Penyebaran infeksi ke bagian lain dari permukaan tubuh
atau kulit
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/0
01474.htm
VESTIBULITIS
• Infeksi pada kulit vestibulum
• Etiologi: inflamasi mukosa-> hipersekresi sel goblet dan
kelenjar seromusinosa-> iritasi dari sekret rongga hidung
(rinore) . Bisa juga karena trauma karena dikorek-korek
• Furunkel pada vestibulum nasi-> dapat menyebar ke vena
fasialis, oftalmika, sinus kavernosus-> tromboflebitis sinus
kavernosus
– Maka, sebaiknya jangan memencet/insisi furunkel, kecuali jika
sudah jelas terbentuk abses
• Terapi: antibiotika dosis tinggi
SYPHILIS
• Primer • Tertier
– Timbul 10-90 hari setelah inokulasi
(rata-rata 21 hari), kadang bersama – Sifilis paling sering pada hidung (di
dengan limfadenitis. septum)
– Kebanyakan terjadi di genital tapi bisa – Terjadi 2 tahun setelah inokulasi
terjadi di daerah luar hidung/ dalam – Saat pertama terjadi, timbul rasa sakit
vestibule.
(terutama saat malam), bengkak,
– Papulenya keras, tidak terasa sakit obstruksi. Bengkaknya bisa local/
– Diagnosis serologi, biopsi, smears berdifusi.
– Kalau diabaikan rhinitis atrofi
• Sekunder sekunder
– Timbul 6-10 hari setelah inokulasi – Diagnosis histopatologi + serologi +
(bisa hingga 9 bulan tapi jarang)
terapi antibiotic
– Di hidung catarrhal rhinitis
– Tidak ada karakteristik khusus tapi – Treatment
persisten • Paling sering dengan parenteral
– Diagnosis terbaik dengan uji serologi penicillin
• Lokal copious alkaline (1-3 x/hr)
III. II. Kelainan Kavum Nasi ( Benda Asing , Influenza, Deviasi, Epitaksis & Rhinitis Akut,
Kronik, Vasomotor, Alergi, Medikamentosa)
BENDA ASING DI DALAM HIDUNG
• Etiologi: logam, plastik, serangga yang masuk
ke hidung
• Gejala:
– Sekret hidung purulen kronik unilateral
– Jika benda asing telah ada dalam waktu lama,
dapat membentuk nidus untuk deposisi garam
kalsium dan magnesium-> rhinolith yang terlihat
radiopak
• Manajemen:
– Imaging
– Membuang benda asing di bawah anestesi umum
pendek, dengan throat pack untuk mencegah
aspirasi objek
DEVIASI SEPTUM NASI
• Etiologi: trauma (fraktur), ketidakseimbangan
pertumbuhan (tulang rawan septum nasi terus tumbuh,
batas superior inferior menetap), kongenital
• Bentuk:
– Deviasi-> huruf C atau S
– Dislokasi: bawah kartilago septum keluar krista maksilla->
masuk rongga hidung
EPISTAXIS
Etiologi
• Trauma
– Perdarahan dpt terjadi karena trauma ringan (mengorek hidung,
benturan ringan, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras), atau
trauma keras (kena pukul, jatuh, kecelakaan)
• Kelainan pembuluh darah
– Kongenital. P.D lebih lebar, tipis, jar.ikat & sel-selnya sedikit
• Infeksi lokal
– Bisa terjadi pada rhinitis atau sinusitis
• Tumor
• Penyakit kardiovaskular
– Hipertensi & kelainan pembuluh darah dpt menyebabkan
epistaksis hebat
• Kelainan darah
• Kelainan kongenital
• Infeksi sistemik
– Yg sering menyebabkan epistaksis adalah demam berdarah,
demam tifoid, influenza, & morbili
• Perubahan udara atau tekanan atmosfir
– Sering terjadi bila seseorang berada di tempat yg cuacanya sgt
dingin atau kering
• Gangguan hormonal
– Pada wanita hamil & menopause
Klasifikasi Epistaxis
• Diagnosa Banding :
– Rhinitis Alergi
Tanda dan Gejala Rhinitis Vasomotor
• Hidung tersumbat bergantian, sesuai posisi pasien
• Terdapat rinorea yang mukus dan serosa, cukup banyak
• Jarang disertai bersin
• Tidak disertai gatal di mata
• Gejala memburuk pada pagi hari saat bangun tidur
karena perubahan suhu yang ekstrim dan udara lembab
Pemeriksaan Fisik Rhinitis Vasomotor
Berdasarkan gejala dibedakan obstruksi dan rinorea
Edem mukosa hidung
Konka berwarna merah tua /gelap, dapat pula pucat
Permukaan konka dapat licin / berbenjol
Sekret :
– Obstruksi : sekret mukoid dan sedikit
– Rinorea : sekret serosa dan banyak
• Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi :
1. ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja, dan hal-hal lain yang mengganggu
2. sedang-berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas
PATOFISIOLOGI ALERGI RHINITIS
Alergen monosit
Fragmen MHC II
makrofag pndk peptida + HLA II
Th 0
Sitokin ( IL 1)
Th 1 & Th 2
Patofisiologi IL 3, 4,5,13
Limfosit B aktif
IgE
• Infeksi Bakteri :
– Kombinasi bakteri aerob dan anaerob
– Meliputi Staphylococcus aureus dan
coagulase-negative Staphylococci
GEJALA SINUSITIS
– Nasal congestion
– Facial pain
– Headache
– Fever
– General malaise
– Vertigo or lightheadness
– Blurred vision
PATOFISIOLOGI SINUSITIS
• Kesehatan sinus dipengaruhi :
– patensi ostium-ostium sinus
– kelancaran klirens dari mukosiliar didalam komplek
osteo meatal (KOM)
– Disamping itu mukus juga mengandung substansi
antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai
pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama
udara pernafasan
• Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami edema,
sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu silia
tidak dapat bergerak & ostium tersumbat tekanan negatif
didalam rongga sinus transudasi atau penghambatan
drainase sinus
• Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous
(sinusitis non bakterial) yang dapat sembuh tanpa pengobatan
• Bila tidak sembuh maka sekret yang
tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi
media yang poten untuk tumbuh dan
multiplikasi bakteri sekret berubah
menjadi purulen (sinusitis akut
bakterialis) yang membutuhkan terapi
antibiotik
• Jika terapi inadekuat hipoksia dan
bakteri anaerob akan semakin
berkembang perubahan kronik dari
mukosa yaitu hipertrofi, polipoid
(pembentukan polip dan kista)
PEMERIKSAAN SINUSITIS
• Anamnesis riwayat penyakit
• Pemeriksaan fisik :
– Nyeri tekan pada daerah sinus
– Mukosa hidung kemerahan
– Sekret purulen
– Meningkatnya sekret faring posterior
– Edema periorbita
– Di rongga hidung kadang ditemukan adanya deviasi
septum, polip, benda asing, dan tumor
• Sitologi sekret hidung menilai adanya rhinitis
alergi atau non alergi disertai eosinofilia atau
infeksi lainnya
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan radiologi bila gejala tidak
jelas, hasil pemeriksaan fisik meragukan,
respon pengobatan tidak memuaskan
• Foto polos sinus paranasal : pada rhinosinusitis
akut ditemukan perselubungan, batas cairan-
udara, penebalan mukosa sinus > 6 mm,
berkurangnya volume udara sinus melebihi
sepertiga
• MRI hanya dianjurkan bila rhinosinusitis
disebabkan oleh tumor atau jamur
PEMERIKSAAN PENUNJANG SINUSITIS
• Uji tusuk kulit dengan alergen untuk menilai peranan
alergi
• Pemeriksaan imunoglobulin
PENATALAKSANAAN SINUSITIS
• Antibiotik
– Bila gejala rhinosinusitis > 7 hari
kemungkinan besar penyebabnya bakteri
– Gejala sedang dan berat antibiotik; gejala
ringan tidak perlu antibiotik
– Rhinosinusitis akut antibiotika 10-14 hari
– Rhinosinusitis kronik antibiotika 4-6 minggu
– Antibiotik yang dapat diberikan :
• Amoksilin dosis tinggi
• Kombinasi Amoksilin-asam klavulanat
• Klaritromisin
• Azitromisin
• Sefalosporin generasi 3 (sefuroksim,
sefpodoksim, sefprozil)
• Golongan kuinolon (siprofloksasin, gatifloksasin,
levofloksasin)
• Dekongestan oral/topikal (tidak lebih dari
5-7 hari) mengurangi pembengkakan
mukosa rongga hidung sehingga
melebarkan rongga hidung
• Kortikosteroid oral atau nasal
mengurangi inflamasi
• Irigasi atau semprotan air garam faali
mengurangi kekentalan sekret hidung
serta memperbaiki bersihan mukosilier
• Manajemen alergi
• Pembedahan/operasi
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
• Common Cold
• TMJ pain
• Headache and migraine
• Tooth, nasal and trigeminal pain
• Sinus neoplasma
KOMPLIKASI SINUSITIS
• Orbital infection :
– Orbital cellulitis
– Subperiosteal
– Orbital Abscess
• Meningitis
• Epidural abscess
• Cavernous sinus thrombosis
DAFTAR PUSTAKA
• Snow JB, Wackym PA, editors. Ballenger’s otorhinolaryngology head and
neck surgery. 17th ed. Connecticut: BC Decker Inc; 2009.
• Gleeson M, Browning GG, Burton MJ, Clarke R, Hibbert J, Jones NS, et al,
editors. Scott-brown’s otorhinolaryngology, head and neck surgery. 7th
ed. Vol. 2. London: Edward Arnold (Publishers) Ltd; 2008.
• Hall JE, editor. Guyton and hall textbook of medical physiology. 12th ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2011.
• Eroschenko VP. Atlas histologi diFiore: dengan korelasi fungsional. Edisi
11. Jakarta: EGC; 2008.
• Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku ajar
ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala&leher. Edisi 6. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.