Anda di halaman 1dari 109

Pleno Pemicu 3

Blok Saraf dan Kejiwaan


Kelompok 11
Kelompok 11
• Tutor : dr. Oentarini
• Ketua : Yunita Halim (405140132)
• Sekretaris : Kartika Sanra Dila (405140252)
• Penulis : Vinny Desyagriani (405140182)
• Anggota :
– Vilia Anggreani (405110089)
– Nixon Orlando (405130094)
– Miranda Mclean (405130138)
– Phoenix Hong (405140015)
– Shirley Lestari (405140102)
– Jerry Setiawan (405140109)
– Bianca Christabel (405140152)
– Dzuhri Al Okta (405140187)
– Kartika Sanra Dila (405140252)
Rumusan Masalah
1. Apakah ada hub. Lmaran kerja klinisnya?
pasien yang selalu di tolak 6. Berdasarkan keluhan pasien
dengan keluhan? pemeriksaan apa saja yang
2. Apakah ada hub. Dari kecil dapat dilakukan?
pasien lebih sering menyendiri 7. Perlu atau tidak diberikan
dan tidak mempunyai banyak anamnesis tambahan? Bila
teman dengan keluhan perlu apa?
sekarang? 8. Apa yang menyebabkan pasien
3. Apakah ada faktor lain selain menyela pembicaraan ibu dan
keluarga dengan keluhan? curiga thd dokter?
4. Mengapa orang yang paling 9. Apa edukasi yang tepat untuk
dicurigai adalah tukang sayur pasien ini?
dan tetangga sebelah rumah? 10. Apa yan didapatkan dalam
5. Apakah gejala pasien selama 5 pemeriksaan penampilan?
bulan termasuk gejala
Curah Pendapat
1,2. Ada, karena ada faktor gangguan afek, tidak disertai
pencetus/predisposis dengan gejala skizofren &
3. Adanya faktor lingkungan dan sosial, paranoid, tidak ada gangguan
faktor pencetus (lamaran kerja auditori, halusinasi.
yang selalu ditolak & sering 8. Pada dasarnya pasien sudah cemas
menyendiri saat kecil) sehingga bila ada yang mencari
4. Karena tukang sayur mungkin sering tahu dirinya lebih dalam pasien
berhenti didepan rumahnya, akan semakin terintimidasi, perlu
sehingga membuat pasien curiga, check insight of illness.
begitupun tetangga yang membeli 9. Beritahu tukang sayur, kalu jualan
sayur agak jauh dari rumah, diajak
5. Gangguan waham, maknanya jika 5 bersosialisasi dengan tetangganya,
bulan bukan psikosis akut ibu harus mengobati anaknya
6,7. pemeriksaan riwayat psikiatri, sampai tuntas.
keluarga, medisnya. Untuk waham 10. Untuk menyingkirkan DD dari
pemeriksaan menunjukkan tidak skizofren (penampilan berantakan).
adak kelainan otak, tidak adak
Penampilan
MIND Laki-laki,
rapi

MAP 20thn Lamaran kerja selalu


ditolak

Merasa dimata-matai (5
bulan), tidak berni keluar Pada pemeriksaan dengan
rumah, sering mengintip dokter anak ini curiga &
orang luar  waham menyela pembicaraan

Merasa dimata-matai (5 Pemeriksaan status mental


bulan), tidak berni keluar
rumah, sering mengintip
Diagnosis multiaksial  Aksis I -IV
orang luar  waham

DD:
Skizofren
Gangguan Gangguan Psikotik Akut
psikotik akut Gangguan Waham Menetap
Skizoafektif
Learnig Issue
1. Teori psikotik yang berkaitan dengan penyakit psikosis
2. Psikopatologi terjadinya psikotik & skizofren
3. Menjelaskan signs & symptoms dari psikosis
4. Diagnosis banding
5. Pemeriksaan penunjang  CT Scan, MRI, EEG
6. Pendekatan diagnosis berdasarkan diagnosis
multiaksial
7. Tatalaksana penyakit psikosis
8. Pilihan rujukan
9. Summary & Prognosis Kasus
LI 1: Teori psikotik yang berkaitan
dengan penyakit psikosis
Teori-Teori Mengenai Skizofrenia
• Emil Kraepelin (1856 – 1926)
– Demensia prekoks  suatu istilah yang
menekankan suatu proses kognitif yang jelas
(demensia) dan onset yang awal (prekoks) /
terjadi kemunduran inteligensi sebelum
waktunya.
– Pasien dengan demensia prekoks mengalami
perjalanan jangka panjang yang memburuk
dan gejala klinis umum berupa halusinasi
dan waham.
Emil Kraepelin (1856 – 1926)
• Perbedaan demensia prekoks dengan psikosis manik-depresif
atau paranoia
– Pasien dengan psikosis manik-depresif dibedakan dari
pasien dengan demensia prekoks dengan adanya episode
penyakit yang jelas yang dipisahkan oleh periode fungsi
normal.
– Pasien dengan paranoia mempunyai waham persekutorik
yang persisten sebagai gejala utamanya tetapi tidak
mempunyai perjalanan demensia prekoks yang memburuk
atau gejala psikosis manik-depresif yang intermiten.
Teori-Teori Mengenai Skizofrenia
• Eugen Bleuer (1857 – 1939)
– “skizofrenia” (schizos = pecah-belah atau bercabang; phren
= jiwa)  jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan /
disharmoni antara proses berpikir, perasaan, dan
perbuatan.
– Demensia dalam demensia prekoks tidak dapat disamakan
dengan demensia pada gangguan otak organik atau
gangguan inteligensi pada retardasi mental dan pada
skizofrenia perjalanannya tidak harus memburuk pada
skizofrenia tidak terdapat demensia.
– Gejala fundamental  4A: gangguan asosiasi, afektif,
autisme, dan ambivalensi.
– Gejala pelengkap (sekunder)  halusinasi & waham
Teori-Teori Mengenai Skizofrenia
• Adolf Meyer
– Skizofrenia dan gangguan mental lainnya adalah
reaksi terhadap berbagai stres kehidupan, yang
dinamakannya sindroma suatu reaksi skizofrenik.

• Harry Stack Sullivan


– Pendiri bidang psikoanalitik internasional.
– Menekankan isolasi sosial sebagai penyebab dan
gejala skizofrenia.
Teori-Teori Mengenai Skizofrenia
• Gabriel Langfeldt
– Membagi pasien dengan gejala psikotik berat
menjadi dua kelompok: skizofrenia sesungguhnya &
psikosis skizofreniform.
– Skizofrenia sesungguhnya  depersonalisasi,
autisme, penumpulan emosi, onset yg perlahan, dan
perasaan derealisasi

• Kurt Schneider
– Menggambarkan sejumlah gejala urutan pertama
yang dianggap tidak spesifik untuk skizofrenia tetapi
mempunyai nilai pragmatik dalam membuat
diagnostik, juga dapat didiagnosis semata-mata atas
dasar gejala urutan kedua dan gambaran klinis yang
tipikal lainnya.
LI 2: Psikopatologi terjadinya
psikotik & skizofren
Patofisiologi skizofrenia
• Disturbance in ransmission at the glutamate-
sensitive N-methyl-d-aspartate (NMDA) receptor.
• Glutamate is the most ubiquitous excitatory
transmitter in brain, and it influences brain
functions and circuits broadly.
• Glutamate is involved in learning and memory
and in the brain’s plasticity processes that
mediate a person’s interaction with the
environment.
• Psychotic symptoms of the illness as well as
cognitive dysfunction
kaplan&saddock's. comprehensive
textbook of psychiatry 9th ed
Patofisiologi skizofrenia
• GABA is the major inhibitory transmitter in brain
and regulates the activity of most of the brain’s
excitatory networks.
• Moreover, evidence of alterations in GABA
markers have been consistently found in
schizophrenia tissue.
• Reductions in the levels of the synthetic enzyme
for GABA, glutamic acid decarboxylase (GAD67),
have been consistently reported.
kaplan&saddock's. comprehensive
textbook of psychiatry 9th ed
ETIOLOGI
Komplikasi kelahiran Hipotesis Dopamin
• Bayi laki laki  komplikasi saat • Dopamin: neurotransmiter pertama
dilahirkan  sering mengalami
skizofrenia, hipoksia perinatal akan yang berkontribusi terhadap gejala
meningkatkan kerentanan skizofrenia.
seseorang terhadap skizofrenia. • Hampir semua obat antipsikotik
(tipikal / antipikal )  menyekat
Infeksi reseptor dopamin D2 
• Perubahan anatomi SSP akibat terhalangnya transmisi sinyal di
infeksi virus pernah dilaporkan pada
orang orang dengan skizofrenia sistem dopaminergik  gejala
• Terpapar infeksi virus pada psikotik mereda.
trimester kedua kehamilan akan • Berdasarkan pengamatan diatas
meningkatkan seseorang menjadi dikemukakan bahwa gejala gejala
skizofrenia.
skizofrenia disebabkan oleh
hiperaktivitas sistem dopaminergik.
Neuropathology
• Primarily in the limbic system and the basal ganglia,
including neuropathological abnormalities in the cerebral
cortex, the thalamus, and the brainstem.
• Loss of brain volume widely reported in schizophrenic
brains --> result from reduced density of the axons,
dendrites, and synapses that mediate associative functions
of the brain.
• Reduced Symmetry in several brain areas in schizophrenia,
including the temporal, frontal, and occipital lobes.
• This reduced symmetry is believed by some investigators to
originate during fetal life and to be indicative of a
disruption in brain lateralization during neurodevelopment.
Neuropathology - Limbic System
• Because of its role in controlling emotions, the limbic
system has been hypothesized to be involved in the
pathophysiology of schizophrenia.
• Studies of postmortem brain samples from schizophrenia
patients have shown a decrease in the size of the region,
including the amygdala, the hippocampus, and the
parahippocampal gyrus.
• This neuropathological finding agrees with the observation
made by magnetic resonance imaging studies of patients
with schizophrenia.
• The hippocampus is not only smaller in size in
schizophrenia but is also functionally abnormal as indicated
by disturbances in glutamate transmission.
Thalamus
• Some studies of the thalamus show evidence of volume
shrinkage or neuronal loss, in particular subnuclei.
• The medial dorsal nucleus of the thalamus, which has
reciprocal connections with the prefrontal cortex, has been
reported to contain a reduced number of neurons.
• The total number of neurons, oligodendrocytes, and
astrocytes is reduced by 30 to 45 percent in schizophrenia
patients.
• This putative finding does not appear to be due to the
effects of antipsychotic drugs because the volume of the
thalamus is similar in size between patients with
schizophrenia treated chronically with medication and
neuroleptic-naive subjects.
Basal Ganglia and Cerebellum
1. Many patients with schizophrenia show odd movements,
even in the absence of medication-induced movement
disorders (e.g., tardive dyskinesia)
• The odd movements can include an awkward gait, facial grimacing, and stereotypies.
• Because the basal ganglia and cerebellum are involved in the control of movement,
disease in these areas is implicated in the pathophysiology of schizophrenia.

2. The movement disorders involving the basal ganglia (e.g.,


Huntington’s disease, Parkinson’s disease) are the ones most
commonly associated with psychosis.
• Cell loss or the reduction of volume of the globus pallidus and the substantia nigra.
• Studies have also shown an increase in the number of D2 receptors in the caudate, the
putamen, and the nucleus accumbens.
LI 3: Diagnosis Banding
Skizofrenia
• Sekelompok gangguan psikotik dengan
gangguan dasr pada kepribadian, distorsi khas
proses berpikir, kadang-kadang mempunyai
perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan
oleh kekuatan dari luar dirinya.
• Psikotik Kronik
Etiologi
• Belum ditemukan

• BIOLOGI  Pelebaran ventrikel tiga dan


lateral, atropi bilateral lobus temporal medial,
disorientasi spasial sel piramid hipokampus, dan
penurunan volume korteks prefrontal
dorsolateral
• BIOKIMIA  Fenotiazin, amfetamin, D2,
• GENETIKA  konsanguinitas dan monozigot
• HEREDITER
Manifestasi Klinis
• Peny. Kronik
• Akut → onset: lama: tahunan; fase residual → gambaran peny.
ringan; periode residual → ps lbh menarik diri / isolasi diri &
aneh; gejala peny trlht jelas o/ org lain.
• Ps dpt hlg pekerjaan / tmn → ≠ berminat & ≠ mampu berbuat
sesuatu / krn sikap aneh → pemikiran & pembicaraan samar2x
kdg ≠ dpt dimengerti → keyakinan salah ≠ dpt dikoreksi. Mis: ps
pny kekuatan & sensitivitas khusus & pny pengalaman mistik.
• Penampilan & kebiasaan mereka alami kemunduran + afek
tumpul → mempertahnkan intelegensia dekat normal → uji
kognitif buruk.
• Ps dpt anhedonia (≠ bs rasakan senang) → deteriorasi
(perburukan tjd berangsur).
• Episode pertama psikotik didahului o/ periode tertentu, mis:
fase prodormal (perilaku & pikiran eksentrik).
Manifestasi Klinis
• Kepribadian prepsikotik: dpt ditemui bbrp ps →
penarikan diri & terlalu kaku / rigid scr sosial, sgt
pemalu & srg kesulitan di sklh walaupun IQ normal
→ srg: aktivitas anti-sosial ringa dlm 1 / 2 thn sblm
episode psikotik.
• Bbrp ps sblm didiagnosis skizofrenia pny gang
kepribadian:
1. Skizoid
2. Ambang
3. Antisosial
4. Skizotipal

Sumber: Elvira SA, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri UI Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.
Skizofrenia
Gangguan Pikiran
• Gang Proses Pikir: Pikiran ps ≠ dpt dimengerti o/ org lain & ≠
logis; tanda:
1. Asosiasi Longgar: ide ps srg ≠ nyambung → lompat 1 topik k
topik lain ≠ hub → bingungkan pendengar. Mis:
pertengahan kalimat pembicaraan srg ≠ koheren.
2. Pemasukan Berlebihan: arus pikiran ps alami gang → pikiran
srg dimasuki info ≠ relevan.
3. Neologisme: ps ciptakan kata baru (bg ps pny arti simbolik).
4. Terhambat: pmbicaraan tb2x berhenti (srg prtghan klmt) &
disambung kmbl bbrp saat (atau bbrp menit) kemudian →
biasa: topik lain → menunjukka: interupsi. (biasa: pikiran lain
msk k dlm ide ps → srg sgt mdh terlaih & jk wkt atensi
singkat).
Skizofrenia
Gangguan pikiran...
5. Klang Asosiasi: pasien memilih kata brdsrkn
banyak kata baru yang diucapkan & bkn isi
pikirannya.
6. Ekolalia: ps ulg kata / klmt bru diucapkan ssorg.
7. Konkritisasi: ps IQ normal / lbh ↑, sgt buruk
kemampuan pikir abstraknya.
8. Alogia: ps bcr sgt < ≠ e/ resistensi disengaja
(miskin pembicaraan) / dpt berbicara dlm
jumlah normal tp sgt sedikit ide disampaikan
(miskin isi pembicaraan).
Sumber: Elvira SA, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri UI Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.
Skizofrenia

Gangguan Isi Pikir


• Waham
 Kepercayaan palsu menetap ≠ sesuai dgn fakta &
kepercayaan tsb mungkin “ aneh ” (mis: mata saya:
komputer dpt kontrol dunia) / bs “≠ aneh ” (mis: FBI ikuti
saya) & ttp dpt dipertahankan meskipun tlh diperlihatkan
bukti jelas u/ mengoreksinya.
 Srg gang jiwa berat & btk waham spesifik srg pd
skizofrenia.
 Akut: waham disorganisasi / waham ≠ sistematis:
Sumber: Elvira SA, Hadisukanto G. Buku
Ajar Psikiatri UI Edisi Kedua. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Skizofrenia
Waham...
1. Waham Kejar.
2. Waham Kebesaran.
3. Waham Rujukan: yakin ada “ arti ” d balik
peristiwa & meyakini peristiwa / perbuatan org
lain tsb seolah diarahkan kpd mereka .
4. Waham Penyiaran Pikiran: kepercayaan bhw
org lain dpt membaca pikiran mereka.
5. Waham Penyisipan Pikiran: kepercayaan bhw
pikiran org lain dimasukkan k dlm benak ps.
Skiozfrenia
Tilikan:
< tilikan (≠ sadar peny, kebutuhan thdp pengobatan, meskipun
gang yg ada pd diriny dpt dilihat o/ org lain).
Gangguan Persepsi:
• Halusinasi:
 Plg srg → biasanya btk pendengaran tapi bisa penglihatan,
penciuman & perabaan.
 Pendengaran (suara 1 / bbrp org), komentar ttg ps (ancaman /
perintah lgsg ditujukan thdp ps: halusinasi komando),
peristiwa sktr ps, suara srg (≠ selalu) diterima ps sbg sesuatu
asal dri luar kepala ps & kdg ps dpt dgr pikiran mrk sendiri bcr
keras (srg memalukanny / suara memalukan), suara ckp nyata
mnrt ps kec fase awal skizofrenia.
Skizofrenia
• Ilusi: misintepretasi panca indera thdp objek.
• Depersonalisasi: perasaan asing thdp diri
sendiri.
• Derealisasi: perasaan asing thdp lingkungan
sktr mis: dunia terlihat ≠ nyata.
Skizofrenia
• Gangguan Emosi:
• Ps memperlihatkan brbgai emosi & dpt berpindah dri 1 emosi
ke emosi lain dlm jangka waktu singkat, ada 3 afek dasar srg
(≠patognomonik):
1. Afek tumpul / datar: ekspresi emosi ps sgt <bhkn ketika afek
tsb seharusny diekspresikan, ps ≠ menunjukkan kehangatan.
2. Afek ≠ serasi: afekny bersemnagat / kuat tp ≠ sesuai pikiran
& pembicaraan ps.
3. Afek labil:jk pendek tjd perubahan afek jelas.
Skizofrenia

• Gangguan Perilaku:
• Perilaku ≠ sesuai / aneh dpt terlihat spt:
1.Menyeringai
2.Perilaku Ritual
3. Agresif
4.Perilaku Seksual ≠ Pantas
Skizofrenia
Gangguan Perilaku...
• Dpt berlangsung bbrp bln / thn (lbh srg) → ps
kambuh dlm btk episode aktif, periodik, dlm
kehidupanny, khas jarak bbrp bln / thn.
• Masa pengobatan: ps memperlihatkan gejala
residual (sering dgn derajat keparahan ↑ stlh
bbrp thn) → bbrp ps remisi → tanda awal:
kekambuhan: ↑ kegelisahan & ketegangan, ↓
nafsu makan, depresi ringan, anhedonia, ≠ bs
tidur & konsentrasi terganggu.
Klasifikasi Skizofrenia
U/ menegakkan diagnosis ps hrs memenuhi kriteria DSM-
V / ICD X:
1. Berlangsung plg < 6 bln.
2. ↓ fungsi cukup bermakna dlm bidang pekerjaan, hub.
Interpersonal & fungsi kehidupan pribadi.
3. Pernah mengalami psikotik aktif dlm btk khas slm
periode tsb.
4. ≠ ditemui gejala sesuai skizoafektif, gang mood
mayor, autisme, gang organik.
• Ps skizofrenia digolongkan dlm slh 1 subtipe brdsrkn
manifestasi perilaku plg menonjol.

Sumber: Elvira SA, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri UI Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.
Klasifikasi Skizofrenia
Tipe Paranoid:
• Plg stabil & sering.
• Onset: lbh belakangan : skizofrenia lain.
• Gejala: konsisten, ps dpt / ≠ bertindak sesuai waham.
• Ps sering ≠ kooperatif & sulit u/ kerjasama, agresif,
marah, ketakutan, jrg perilaku disorganisasi.
• Waham & halusinasi menonjol , afek & pembicaraan ≠
terpengaruh.
• Cth gejala paranoid:
 Waham kejar, rujukan, kebesaran, waham dikendalikan,
dipengaruhi & cemburu.
 Halusinasi akustik: ancaman, perintah / menghina.

Sumber: Elvira SA, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri UI Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.
F 20.0 Skizofrenia Paranoid
• Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
• Sbg tambahan:
 halusinasi dan / waham hrs menonjol:
a. suara halusinasi mengancam ps / memberi perintah / halusinasi auditorik ≠
btk verbal brp bny peluit (whistling), mendengung (humming), bunyi tawa
(laughing);
b. halusinasi pembauan / pengecapan rasa / sifat seksual / lain-lain perasaan
tbh, halusinasi visual, mgkn ada tp jrg menonjol;
c. waham dpt brp hampir setiap jns, tp waham dpt dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), “ passivity ” (delusion of
passivity) & keyakinan dikejar beraneka ragam →plg khas.
 gang afektif, dorongan kehendak & pembicaraan, gejala katatonik scr relatif ≠
nyata / menonjol.

Sumber: Elvira SA, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri UI Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.
Klasifikasi Skizofrenia
Tipe Disorganisasi, gejala:
• Afek tumpul, ketolol-tololan, ≠ serasi.
• Sering inkoheren.
• Waham ≠ sistematis.
• Perilaku disorganisasi spt menyeringai & menerisme (srg ditemui).

Tipe Katatonik, gejala:


• Stupor katatonik / mutisme: ps ≠ respon thdp lingkungan / org, ps
menyadari hal sedang berlangsung disekitarnya.
• Negativisme katatonik: ps melawan smua perintah / usaha u/
menggerakkan pisiknya.
• Rigiditas katatonik: ps scr fisik sgt kaku / rigid.
• Postur katatonik: ps memperthankan posisi ≠ biasa / aneh.
• Kegembiraan katatonik: ps sgt aktif & gembira → dpt mengancam jiwa
(mis krn kelelahan)

Sumber: Elvira SA, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri UI Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.
Klasifikasi Skizofrenia
Tipe Tak Terinci
• Halusinasi
• Waham
• gejala psikosis aktif menonjol (mis: kebingungan, inkoheren
/ memenuhi kriteriaskizofrenia tp ≠ dpt digolongkann tipe
paranoid, katatonik, hebefrenik, residual & depresi pasca
skizofrenia)

Tipe Residual
• Remisi dari keadaan akut tp msh memperlihatkan gejala
residual (penarikan diri scr sosial, afek datar / tak serasi,
perilaku eksentrik, asosiasi melonggar, pikiran tak logis)

Sumber: Elvira SA, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri UI Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.
POSITIVE SYMPTOMS NEGATIVE SYMPTOMS
Hallucinations
Affective Flattening
Auditory
Affective nonresponsivity
Olfactory
↓ spontaneous movement
Somatic-tactile
Poor eye contact
Visual
Unchanging facial expression
Voices commenting
Voices conversing
Alogia
Delusions Poverty of speech
Delusions of being controlled Poverty of speech content
Delusions of mind reading
Grandiosity Anhedonia- Asociality
Persecutory Few recreational interest
Religious Few social relationships
Thought broadcasting Impaired intimacy
Positive Formal Thought Little sexual interest
Disorder
Distractible speech Avolition- Apathy
Illogicality Impaired personal hygiene
Incoherence Lack of persistence
Physical anergia
Bizarre Behavior
Kriteria diagnosis Skizofrenia DSM-5
A Dua atau lebih gejala 1. Delusi
2. Halusinasi
3. Disorganisasi bicara
4. Perilaku katatonik
5. Gejala negatif
B Disfungsi sosial/ pekerjaan Penurunan fungsi dibandingkan sebelum onset penyakit
C Durasi Persisten selama 6 bulan
D Eksklusi gangguan 1. Tidak ada episode depresif atau manik
skizoafektif dan depresif 2. Episode mood terjadi selama gejala fase aktif, maka total
atau gangguan bipolar + durasinya akan lebih singkat dibandingkan dengan durasi
psikotik periode aktif atau residualnya
E Di luar kondisi medis Tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat atau
kondisi medis
F Hubungan dengan Riwayat ASD atau gangguan komunikasi selama masa anak-
gangguan perkembangan anak + delusi atau halusinasi  selama 1 bulan
Gangguan skizofrenia
• Instrumen-instrumen yang
DD dapat dipergunakan untuk
• Gangguan kondisi medis umum melakukan penilaian pada
misalnya epilepsi lobus gangguan skizofrenia
temporalis, tumor lobus a. Menggunakan alat diagnosis
temporalis atau frontalis, stadium – PPDGJ III/ICD-10
awal sklerosis multipel dan
b. MINI-ICD-10
sindrom lupus eritematosus
c. Calgary Depression Scale for
• Penyalahgunaan alkohol dan zat
Schizophrenia (CDSS)
psikoaktif
d. Personal and Social
• Gangguan skizoafektif
Performance Scale (PSP)
• Gangguan afektif berat
e. Brief Psychiatry Rating Scale
• Gangguan waham (BPRS)
• Gangguan perkembangan pervasif f. Positive and Negative
• Gangguan kepribadian skizotipal Syndrome Scale (PANSS)
• Gangguan kepribadian skizoid g. Clinical Global impression
• Gangguan kepribadian paranoid (CGI)
Treatment Skizofrenia
Rawat inap Terapi biologis
- Tujuan: stabilisasi pengobatan, • Obat antipsikotik: antagonis
keamanan pasien(ide bunuh reseptor dopamin & (SDA)
diri/pembunuhan,perilaku antagonis serotonin dopamin
kacau, tdk mampu mengurus - Antagonis r.d: efektif skizo,
kbth sndri:pangan sandang terutama gejala (+-waham)
papan) Klorpromazin, haloperidol: ES
- Me  stress pas & bantu akatisia,parkinson[rigid&tremor)
menyusun aktv harian - SDA: efektif gejala (- ;-
- Selama dirawt inap, introvert)
dikoordinasikan dgn Risperidon, klozapin: obat lini
pascaperwtn trmsk rumah pertama skizo (menggantikan
keluarga antagonis r d)
Treatment Skizofrenia
• Terapi psikososial
- Pelatihan ketrampilan sosial/perilaku: video tape berisi org
lain & pas, & tugas pekrjaan rumah-> mei angka relaps
- Terapi berorientasi keluarga: terapis terapi keluarga pas u/
mengatasi mslh & stress pas -> mei angka relaps
- Terapi kelompok: u/ org skizo->me isolasi sos, rasa
keterikatan 
- Terapi perliaku kognitif
- Psikoterapi individual
Gangguan Skizotipal
• Gangguan yang ditandai secara khas oleh
perilaku yang eksentrik dan anomali dalam
berpikir dan afek sehingga menyerupai yang
terdapat pada skizofrenia yang khas dan nyata
yang tidak pernah terjadi dalam stadium
manapun.
Gangguan Skizotipal
• Tidak terdapat gangguan yang khas atau
dominan, tetapi salah satu dari yang tersebut
di bawah ini mungkin ada :
– Afek yang wajar atau yang
“menyempit”/mengalami kontriksi
– Perilaku atau penampakan yang aneh, eksentrik
atau ganjil;
– Hubungan sosial yag buruk dengan orang lain dan
tendensi
Gangguan Skizotipal
– Kepercayaan yang aneh atau berpikiran bersifat magis yang
mempengaruhi norma-norma budaya
– Kecurigaan atau ide paranoid
– Pikiran obsesif yang direnungkan dan tidak terkendali,
sering dengan isi yan bersifat dismorfofobik seksual atau
agresif
– Persepsi-persepsi pancaindra yang luar biasa termasuk
mengenai tubuh (somatosensory) atau ilusi-ilusi lain,
depersonalisasi atau derealisasi
Gangguan Skizotipal
– Pemikiran yang bersifat samar-samar (vague),
sirkumstansial, penuh kiasan (metaforis), sangat
terinci dan ruwet, atau stereotipik, yang
dimanifestasikan dalam pembicaraan yang aneh
atau cara lain, tanpa inkoherensi yang jelas atau
nyata
– Sewaktu-waktu ada episode menyerupai keadan
psikoti yang bersifat sementara dengan ilusi yang
kuat, halusinasi auditorik atau lainnya, dan
gagasan yang mirip waham, biasanya terjadi tanpa
provokasi dari luar
Pedoman Diagnostik
• Terdapat 3 atau 4 gejala khas tersebut di atas
• Secara terus – menerus atau secara episodik
• Sedikitnya untuk 2 tahun lamanya
• Tidak memenuhi kriteria skizofrenia dalam
stadium apapun
Delusional Disorder
• False fixed beliefs not in keeping with the culture.
• D/: when a person exhibits nonbizarre delusions
of at least 1 month’s duration that cannot be
attributed to other psychiatric disorder
Et/: unknown
Biological factor : nonpsychiatric medical conditions
• including clear-cut biological factors, -> can cause
delusions, but not everyone with a brain tumor,
for example, has delusions.
Delusional Disorder
• Neurological conditions: most commonly
associated with delusions affect the limbic system
and the basal ganglia
• If caused by neurological diseases + show no
intellectual impairment  tend to have complex
delusions
• If with neurological disorder + intellectual
impairments  often have simple delusions
• Other et/: abnormal experiences in the
environment, peripheral nervous system, or the
central nervous system (CNS).
Delusional Disorder
• Psychodynamic Factors
• many patients with delusional socially isolated
and have attained less than expected levels of
achievement.
Mental status
General Description:
• usually well groomed and well dressed,
• w/o evidencr of gross disintegration of personality or of
daily activities
• may seem eccentric, odd, suspicious, or hostile.
• sometimes litigious and may make this inclination clear to
the examiner.
• most remarkable feature of patients : mental status
examination shows them to be quite normal except for a
markedly abnormal delusional system.
• Patients may attempt to engage clinicians as allies in their
delusions,  a clinician should not pretend to accept the
delusion
Mood, Feelings, and Affect.
• Patients’ moods are consistent with the
content of their delusions
• grandiose delusions is euphoric;
• Persecutory delusion is suspicious.
• Whatever the nature of the delusional system
 examiner may sense some mild depressive
qualities.
Perceptual Disturbances
• do not have prominent or sustained hallucinations.
• A few delusional patients have other hallucinatoy experiences 
virtually always auditory rather than visual.

Thought.
• Disorder of thought content, in the form of delusions, is the key
symptom of the disorder.
• The delusions  usually systematized and are characterized as being
possible (ex : delusions of being persecuted, having an unfaithful
spouse, being infected with a virus, or being loved by a famous person).
• These examples of delusional content contrast with the bizarre and
impossible delusional content in some patients with schizophrenia.
• The delusional system itself can be complex or simple.
• lack other signs of thought disorder,
• although some may be verbose, circumstantial, oridiosyncratic in their
speech when they talk about their delusions.

*Clinicians should not assume that all unlikely scenarios are delusional; the
veracity of a patient’s beliefsshould be checked before deeming their
content to be delusional.
Sensorium and Cognition.
• ORIENTATION  usually have no abnormality in
orientation unless they have a specific delusion
about a person, place, or time.
• MEMORY  Memory and other cognitive processes
are intact in patients with delusional disorder.

Impulse Control.
• ideation or plans to act on their delusional material
by suicide, homicide, or other violence(?).
• Destructive aggression  most common in patients
with a history of violence;
• if agressive feelings existed in the past  ask
patients how they managed those feelings.
• If patients cannot control their impulses
hospitalization is probably necessary..
Judgment and Insight.
• Virtually no insight into their condition and almost
always brought to the hospital by the police,
family members, or employers.
• Judgment  can best be assessed by evaluating
the patient’s past, present, and planned behavior.

Reliability.
• Usually reliable in their info, except when it
impinges on their delusional system.
Cara Penanganan Pasien Gangguan Waham
Menetap

1. Indikasi rawat inap


– Menditeksi penyebab nonpsikiatrik
– Mengamati kemampuan mengendalikan
impuls kekerasan
– Menstabilkan hubungan sosial/ kerja
Cara Penanganan Pasien Gangguan
Waham Menetap
2. Farmakoterapi
– Antipsikotik adalah obat terpilih untuk
penanganan gangguan waham menetap
– Mulai dengan dosis rendah anti psikotik
(Haloperidol 2 mg) dan naikan bertahap.
– Dosis maintenance biasanya rendah
– Bila gagal dengan anti psikotik, maka dihentikan
Cara Penanganan Pasien Gangguan
Waham Menetap
3. Psikoterapi
• Terapi individual lebih efektif dari terapi kelompok
• Terapi suportif berorientasi tilikan, kognitif, dan
perilaku sering afektif.
• Bina hubungan dan kepercayaan
• Hindari membicarakan waham pasien, dan tidak
boleh meremehkan ataupun mendukung isi waham
tersebut.
4. Terapi Keluarga
• Target hubungan sosial yang baik.
Gangguan Skizoafektif
• Klasifikasi Gangguan Skizoafektif (F25)
– F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
– F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
– F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran
– F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya
– F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT

Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ III dan DSM 5. 2013.
F25 Gangguan Skizoafektif
• Diagnosis  gejala definitif adanya skizofrenia & gangguan
afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan
(simultaneously) / dalam beberapa hari yang 1 sesudah yang
lain, dlm 1 episode penyakit yang sama & jika sbg konsekuensi
dari ini : episode penyakit tidak memenuhi kriteria skizofrenia
/ episode manik / depresif
• Tidak bisa digunakan untuk pasien yg menampilkan gejala
skizofrenia & gangguan afektif tapi dalam episode penyakit yg
berbeda
• Jika menunjukkan gejala depresif stlh episode psikotik 
diagnosis F20.4 Depresi Pasca Skizofrenia
• Bisa mengalami episode skizoafektif berulang
Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ III dan DSM 5. 2013.
F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe
Manik
• Episode tunggal maupun berulang dengan sebagian
besar episode skizoafektif tipe manik
• Afek harus meningkat scr menonjol / ada
peningkatan afek yg tdk begitu menonjol + dgn
iritabilitas / kegelisahan yg memuncak
• Dlm episode yang sama harus ada min 1 atau 2
gejala skizofrenia yang khas

Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ III dan DSM 5. 2013.
F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif

• Episode tunggal maupun berulang dengan sebagian


besar episode didominasi oleh skizoafektif tipe
depresif
• Afek depresif harus menonjol, disertai minimal 2
gejala khas baik depresif maupun kelainan perilaku
terkait seperti pada episode depresif (F32)
• Dlm epsisode yg sama, minimal harus ada 1 gejala
yang jelas, sebaiknya 2 gejala khas skizofrenia

Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ III dan DSM 5. 2013.
F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran

• Gangguan dengan gejala skizofrenia (F20.-) ada


bersama-sama dengan gejala afektif bipolar
campuran (F31.6)

Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ III dan DSM 5. 2013.
DIAGNOSIS BANDING
• Semua diagnosis banding untuk skizofrenia
dan gangguan mood
• Pasien yang diobati dengan steroid,
penyalahgunaan amfetamin dan PCP
• Epilepsi lobus temporalis
PROGNOSIS
• Prognosis jauh lebih buruk dibanding pasien
dengan gangguan depresif, gangguan bipolar

• Prognosis jauh lebih baik dibandingkan pasien


skizofrenia
TERAPI
• Perawatan di rumah sakit
• Medikasi
• Intervensi psikososial
• Protokol antidepresan diikuti jika semuanya diindikasikan
• Antipsikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian
jangka pendek
• Pasien dengan gangguan skizoafektif tipe bipolar harus
mendapatkan percobaan dengan lithium, valproat atau kombinasi
jika satu obat saja tidak efektif
• Pasien dengan gangguan skizoafektif tipe depresif harus diberikan
percobaan antidepresan dan ECT sebelum diputuskan tidak
responsif thd antidepresan
Gangguan Psikosis
• Psikosis adalah hilangnya kontak dengan
realitas, biasanya termasuk keyakinan yang
salah tentang apa yang sedang terjadi atau
melihat atau mendengar hal-hal yang tidak
ada
ETIOLOGI
• Alkohol dan obat-obatan terlarang tertentu, baik
selama menggunakan dan selama penarikan
• tumor otak atau kista
• Demensia (termasuk penyakit Alzheimer)
• penyakit otak degeneratif, seperti penyakit Parkinson,
penyakit Huntington, dan kelainan kromosom tertentu
• HIV dan infeksi lain yang mempengaruhi otak
• Beberapa obat seperti steroid dan perangsang
• Beberapa jenis epilepsi
• Stroke
GEJALA
• Berpikir dan berbicara tak teratur
• Salah keyakinan yang tidak didasarkan pada
realitas (delusi),
• melihat, atau merasakan hal-hal yang tidak
ada (halusinasi)
• Pikiran yang "melompat" antara topik yang
tidak berhubungan
Gangguan Psikotik Akut
• Informasi klinis sistematis yang menyediakan
pedoman yang pasti tentang klasifikasi
gangguan-gangguan psikotik akut belum ada.
• KLASIFIKASI :
– Onset yang akut (dalam 2 minggu) sebagai ciri
khas yang menentukan seluruh kelompok
– Adanya sindrom yang khas
– Adanya stress akut yang terkait
Onset Akut
• Didefinisikan sebagai suatu perubahan dari
keadaan tanpa gejala psikotik ke keadaan
psikosis yang jelas abnormal, yang terjadi
dalam periode 2 minggu / kurang.
• Prognosis : untuk onset yang akut dan
mendadak  lebih baik
Sindrom yang Khas
• 1 : keadaan yang beraneka ragam dan
berubah cepat (polimorfik), yang telah
ditonjolkan dalam keadaan-keadaan psikotik
akut di beberapa negara
• 2 : adanya gejala-gejala skizofrenik yang khas
Stress Akut yang Terkait
• Gejala psikotik yang pertama terjadi dalam
waktu kira-kira 2 minggu sesudah satu
kejadian atau lebih, yang dianggap menekan
bagi kebanyakan orang dalam situasi yang
sama dan dalam lingkungan budaya yang
sama pula
Stress Akut yang Terkait
• Sumber stres yang terkait :
– Kehilangan mitra / pekerjaan secara tak terduga
– Perceraian
– Trauma psikologis karena peperangan, terorisme
dan penyiksaan
• Sumber stres yang tidak terkait :
– Masalah / kesulitan yang berkepanjangan
GEJALA – GEJALA PSIKOTIK
1. Akut 2. Kronik
• Gambaran utama perilaku • Gambaran Utama
- Mendengar “suara” - Penarikan diri
- Ketakutan tidak masuk akal - Pengabaian diri
- Disorientasi - G. berpikir
- Perubahan perilaku - Perilaku aneh

• Pedoman Diagnostik • Gambaran Penyerta


- Halusinasi - Sulit berpikir & konsetrasi
- Waham - Mendengarkan “suara”
- Agitasi - Keyakinan aneh
- Disorganisasi - Keluhan fisik aneh
- iritabel - Bermasalah pekerjaan
• SKIZOFREIN
GEJALA – GEJALA PSIKOTIK
Gangguan Psikotik Atipikal Lain:
• Psikosis Autoskopik
• Sindroma Cagas
• Sindroma Cotard

Gangguan Psikotik Lain yang Tidak Ditentukan:


• Psikosis Pascapersalinan
• Gangguan Skizofreniform
• Gangguan Delusional
• Gangguan Psikotik Singkat
Pemeriksaan
• Pemeriksaan status mental
• Pemeriksaan fisik
• Tes laboratorium
• CT-Scan
• MRI
• EEG
Tatalaksanan penyakit psikosis
• Antipsikosis  Terapi psikosis akut maupun
kronik, termasuk skizofrenia, gangguan skizo-
afektif, demensia dengan gejala psikosis,
psikosis akibat obat, maupun gangguan
bipolar.
• Antipsikosis : tipikal (ES ekstrapiramidal
minimal yang nyata), atipikal (ES
ekstrapiramidal minimal)
Indikasi Antipsikosis
• Indikasi psikiatri  Skizofrenia (utama)
• Mengatasi keadaan gaduh gelisah (akut)
• Mencegah kekambuhan (th/ pemeliharaan).
• Indikasi lain  Gangguan skizoafektif yang merupakan
campuran antara gejala skizofrenia dan gangguan
afektif.
• Episode manik gangguan bipolar  antipsikosis juga
th/ tambahan selain litium dan as. Valproat.
• Indikasi lain  Tourrete’s synd, gangguan perilaku
pasien demensia tipe Alzheimer.
• Antipsikosis TIDAK DIINDIKASIkan untuk keadaan
Withdrawal synd. Misalnya opioid withdrawal.
Indikasi Antipsikosis
• Indikasi Non- psikiatri
• Tioridazin memiliki efek antiemetic.
• Gol. Butirefenon droperidol diindikasi sebagai
anestesi kombinasi dengan opioid fentanyl.
• CPZ obat terpilih untuk menghilangkan cegukan
(hiccup)  Hanya diberikan pada ceguka yang
berlangsung berhari-hari
ANTIPSIKOSIS TIPIKAL
• Afinitas tinggi dalam menghambat reseptor dopamine
2  hal inilah yang diperkirakan menyebabkan reaksi
ekstra pyramidal yang kuat. Gol. Tipikal umumnya
hanya berespon untuk gejala positif skizofrenia.
• KLORPROMAZIN (CPZ) dan DERIVAT FENOTIAZIN
• CPZ tersedia dengan harga yang murah
• Farmako dinamik : antipsikosis menghambat berbagai
reseptor diantaranya dopamine, reseptor α-adrenergic,
muskarinik, histamine H1 dan reseptor serotonin 5HT2.
CPZ memiliki afinitas terhadap reseptor dopamine
dan juga afinitas tinggi terhadap reseptor α-adrenergic.
ANTIPSIKOSIS TIPIKAL
- SSP : CPZ  efek sedasi disertai sikap acuh tak acuh. Semua
derivate fenotiazin mempengaruhi ganglia basal
menimbulkan gejala parkinsonnisme (efek ekstrapiramidal)
- Neurologik : Semua derivate fenotiazin  gejala
ekstrapiramidal.
- Otot rangka : CPZ  Relaksasi otot rangka
- Efek endokrin :
- wanita: amenorea, galaktorea, dan peningkatam libido.
- Pria: penurunan libido dan ginekomastia
- Kardiovaskular :
- Hipotensi ortostatik dan peningkatan denyut nadi saat
istirahat  derivate fenotiazin
ANTIPSIKOSIS TIPIKAL
• Farmakokinetik :
• absorbsi sempurna, sebagian diantaranya mengalami
metabolism lintas pertama. Kebanyakan antipsikosis
bersifat larut dalam lemak dan terikat kuat dengan protein
plasma (92-99%)
• ES : CPZ cukup aman.
• Gejala idiosinkrasi mungkin timbul  icterus, dermatitis
dan leukopenia
• SEDIAAN :
- CPZ tablet 25 mg dan 100 mg, lar. Suntik 25mg/mL.
- Perfenazin  obat suntik dan tablet 2,4, dan 8 mg.
Tioridazin tablet 50 dan 100 mg. Flufenazin  tablet HCl
0,5 mg dan masa kerjanya cukup lama sampai 24 jam
ANTIPSIKOSIS TIPIKAL LAINNYA
HALOPERIDOL  timbul reaksi ekstrapiramidal
• Menenangkan keadaan mania.
• FARMAKO DINAMIK : antipsikosis yang kuat dan efektif untuk fase mania
penyakit manik depresif dan skizofrenia
• SSP : Menenangkan dan menyebabkan tidur.
• efek sedatifnya kurang kuat disbanding CPZ. Haloperidol punya efek
antimuntah seperti CPZ.
• SSO : menghambat reseptor α-adrenergic tetapi tidak sekuat CPZ.
• Dapat menyebabkan pandangan kabur (blurring of vision).
• Efek Kecil
- Sistem Kardiovaskular dan Respirasi  hipotensi tetapi tidak sesering dan
sehebat akibat CPZ, dan menyebabkan takikardi, aritmia ventrikel
maupun perpanjangn interval QT.
- Efek endokrin : Galaktorea
ANTIPSIKOSIS TIPIKAL LAINNYA
FARMAKOKINETIK
• Cepat diserap dari sal. Cerna.
• Kadar puncaknya dalam plasma  2-6 jam menetap
sampai 72 jam
• Ekskresi haloperidol  lambat melalui ginjal

Efek Samping dan INTOKSIKASI :


Haloperidol
• Reaksi ekstrapiramidal dengan insiden tinggi.
• Sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil 
teratogenik
ANTIPSIKOSIS TIPIKAL LAINNYA
INDIKASI :
• Utamanya untuk psikosis.
• Obat pilihan untuk mengobati sind. Gilles de la
tourrete
• SEDIAAN : tablet 0,5 mg dan 1 mg
ANTIPSIKOSIS TIPIKAL LAINNYA
DIBENZOKSAZEPIN: Loksapin 
• Untuk mengobati skizofrenia dan psikosis lainnya.
• Memiliki efek antiemetic, sedative, antikolinergik dan
antiadrenergic. Obat ini berguna untuk mengobati skizofrenia dan
psikosis lainnya.
• ES : Insidens reaksi ekstrapiramidal  riwayat kejang  hati-hati!
• FARMAKOKINETIK :
• Diabsorbsi baik per oral
• Kadar puncak plasma  1 jam (IM) dan 2 jam (Oral).
• Waktu paruh  3,4 jam
• SEDIAAN dan POSOSLOGI : Tablet dan suntikan.
• Dosis awal 20-50 mg/hari dalam 2 dosis.
• Dosis pemeliharaan 20-100 mg dalam 2 dosis.
ANTIPSIKOSIS ATIPIKAL
• Klozapin, Risperidon, Olanzapin, Zotepin,
Ziprasidon, dll
• Gol. Obat atipikal umumnya mempunyai
afinitas yang lemah terhadapa reseptor
dopamine 2, selain itu juga memiliki afintias
terhadap reseptor dopamine 4, serotonin. Gol.
Atipikal juga efektif untuk gejala positif
maupun gejala negative pasien skizofrenia
ANTIPSIKOSIS ATIPIKAL
DIBENZODIAZEPIN  KLOZAPIN
• Efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan
skizofrenia baik yang positif maupun negative.
• Resiko ES ekstrapiramidal  sangat rendah.
• Memiliki risiko timbulnya agranulasitosis  lebih tinggi
• Pasien yang diberi klozapin perlu dipantau sel darah putih
• Efek Samping dan INTOKSIKASI :
• Agranulasitosis  utama. Timbul 6-18 minggu setelah
pemberian obat.
• Hipertermia, takikardia, sedasi, pusing kepala, hipersalivasi.
ANTIPSIKOSIS ATIPIKAL
FARMAKOKINETIK :
• Diabsorbsi cepat dan sempurna
• Kadar puncak plasma  1,6 jam.
• Waktu paruh rata-rata 11,8 jam
•SEDIAAN : Tablet 25 mg dan 100 mg.
ANTIPSIKOSIS ATIPIKAL
RISPERIDON
• FARMAKODINAMIK  derivate benzisoksazol
– Afinitas tinggi terhadap reseptor 5HT2 dan aktivitas
menengah terhadap resptor D2, α1 dan α2
adrenergik dan terhadap reseptor histamin.
– Aktivitas antipsikosis dihubungkan dengan
hambatan terhadap reseptor serotonin dan
dopamine.
LI 4: Pendekatan diagnosis
berdasarkan Diagnosis Multiaksial
Diagnosis Multiaksial
1. Aksis I
• Gangguan klinis
• Kondisi lain yang menjadi Fokus perhatian klinis
2. Aksis II
• Gangguan kepribadian
• Retardasi mental
3. Aksis III  kondisi medik umum
4. Aksis IV  masalah psikososial & lingkungan
5. Aksis V  penilaian fungsi secara global

Dr. Rusidi maslim. SpKJ,Mkes. Diagnosis gangguan jiwa.


Aksis I
F00-F09 GANGGUAN MENTAL ORGANIK (+ SIMTOMATIK)
F10-F19 Gg. MENTAL & PERILAKU  ZAT PSIKOAKTIF
F20-F29 SKIZOFERNIA, Gg. SKIZOTIPAL & Gg. WAHAM
F30-F39 GANGGUAN SUSANA PERASAAN (AFEKTIF/MOOD)
F40-F48 Gg. NEUROTIK, Gg. SOMATOFORM & Gg. TERKAIT STRES
F50-F59 SINDROM PERILAKU  Gg. FISIOLOGIS/FISIK
F62-F68 PERUBAHAN KEPRIBADIAN  NON-ORGANIK, Gg. IMPULS, Gg. SEKS
F80-F89 Gg. PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS
F90-F98 Gg. PERILAKU & EMOSIONAL ONSEN KANAK-REMAJA
F99 GANGGUAN JIWA YTT
Z 03.2 TIDAK ADA DIAGNOSIS AKSIS I
R 69 DIAGNOSIS AKSIS I TERTUNDA

Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ III dan DSM 5. 2013.
Aksis II
F60 GANGGUAN KEPRIBADIAN KHAS
F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
F60.1 Gangguan kepribadian skizoid
F60.2 Gangguan kepribadian dissosial
F60.3 Gangguan kepribadian emosional tak stabil
F60.4 Gangguan kepribadian histrionik
F60.5 Gangguan kepribadian obsesif-konfulsif/anankastik
F60.6 Gangguan kepribadian cemas (menghindar)
F60.7 Gangguan kepribadian dependen
F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya
F60.9 Gangguan kepribadian YTT
F61 GANGGUAN KEPRIBADIAN CAMPURAN dan LAINNYA
F61.0 Gangguan kepribadian campuran
F61.1 Gangguan kepribadian yang bermasalah
F70-F79 RETRADASI MENTAL
Z 03.3 TIDAK ADA DIAGNOSIS AKSIS II
R 46.8 DIAGNOSIS AKSIS II TERTUNDA
Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ III dan DSM 5. 2013.
Aksis III
F60 GANGGUAN KEPRIBADIAN KHAS
F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
F60.1 Gangguan kepribadian skizoid
F60.2 Gangguan kepribadian dissosial
F60.3 Gangguan kepribadian emosional tak stabil
F60.4 Gangguan kepribadian histrionik
F60.5 Gangguan kepribadian obsesif-konfulsif/anankastik
F60.6 Gangguan kepribadian cemas (menghindar)
F60.7 Gangguan kepribadian dependen
F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya
F60.9 Gangguan kepribadian YTT
F61 GANGGUAN KEPRIBADIAN CAMPURAN dan LAINNYA
F61.0 Gangguan kepribadian campuran
F61.1 Gangguan kepribadian yang bermasalah
F70-F79 RETRADASI MENTAL
Z 03.3 TIDAK ADA DIAGNOSIS AKSIS II
R 46.8 DIAGNOSIS AKSIS II TERTUNDA
Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ III dan DSM 5. 2013.
Aksis IV
• Masalah dengan “primary support group’’ (keluarga)
• Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
• Masalah pendidikan
• Masalah pekerjaan
• Masalah perumahan
• Masalah ekonomi
• Masalah akses ke pelayanan kesehatan
• Masalah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal
• Masalah psikososial & lingkungan lain
Aksis V
• Berupa skala pengkajian fungsi secara umum (Global
Assesment of Functioning, GAF)  menilai tingkat
kemampuan pasien untuk berfungsi secara keseluruhan
selama waktu tertentu (tingkat kemampuan pasien untuk
berfungsi pada saat pemeriksaan atau tingkat tertinggi
kemampuan pasien untuk berfungsi selama tidaknya
beberapa bulan dalam setahun terakhir)
• Kemampuan untuk berfungsi dianggap gabungan dari tiga
mayor  berfungsi secara sosial, okupasional, dan
berfungsi secara psikologis.
• Skala GAF, berdasarkan kesinambungan antara kesehatan
mental dengan penyakit mental  nilai: 0-100

Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2.2010


100-91 Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada
masalah yang tak tertanggulangi
Aksis V 90-81 Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih
dar masalah harian yang biasa
80-71 Gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan
Global dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll
70-61 Beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan
Assesment dalam fungsi, secara umum masih baik
60-51 Gejala sedang (moderate) , disabilitas sedang
of 50-41 Gejala berat (seriuos), disabilitas berat

Functioning 40-31 Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita &


komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi

(GAF) 30-21 Disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidak
mampu berfungsi hampir semua bidang
20-11 Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat
berat dalam komunikasi & mengurus diri
10-01 Seperti diatas  persisten, lebih serius
0 Informasi tidak adekuat

Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ III dan DSM 5. 2013.
LI 5: Summary & Prognosis Kasus
• Aksis I F22 Gangguan Waham Menetap
• Aksis II F60.2 Gangguan Kepribadian Schizoid
• Aksis III Tidak Ada
• Aksis IV Masalah Pekerjaan
• Aksis V GAF = 51-60/ 41-50
Kesimpulan
• Kami telah mempelajari teori psikotik yang berkaitan
dengan penyakit psikosis, psikopatologi terjadinya
psikotik & skizofren, signs & symptoms dari psikosis,
diagnosis banding psikosis, pendekatan diagnosis
berdasarkan diagnosis multiaksial dan tatalaksana
penyakit psikosis
Saran
• Sebaiknya pasien dirujuk
Daftar Pustaka
• Kaplan & Saddock's. Comprehensive Textbook of
Psychiatry. ED 9.
• Kaplan & saddock. Buku Ajar Psikiatri Klinis ed 2.
Jakarta:EGC.2014.hal 164-168
• Elvira SA, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri UI
Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.
• Dr. Rusidi maslim. SpKJ,Mkes. Diagnosis gangguan
jiwa.
• Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan
Ringkas dari PPDGJ III dan DSM 5. 2013.

Anda mungkin juga menyukai