Anda di halaman 1dari 95

Pemicu 1

Sitti Sri Alicia Oktaviana


405140059
Anatomi Sistem Pernafasan

LO 1
Anatomi Hidung Luar
RADIX NASI
1. Radix nasi
2. Apex nasi
3. Dorsum nasi DORSUM NASI

4. Nares
5. Alae nasi
APEX NASI
6. Basis nasi
Otot hidung
1. M. procerus
2. M. nasalis
3. M. dilator nasi anterior
4. M. depressor septi
5. M. levator labii superior alaque nasi
Otot Hidung
Kerangka Hidung Luar
Bagian Tulang Bagian Tulang Rawan
• Os nasale • Cartilago nasi lateralis
• Processus frontalis ossis maxillae • Cartilago alaris major
• Cartilago septi nasi
• Pars nasalis ossis frontalis
• Cartilagines alares minores
www.doctorology.net
Fungsi sinus paranasal adalah :
• Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus
terdapat rongga udara sehingga bisa untuk perluasan. Jika
tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan
terdesak.
• Sebagai pengatur udara (air conditioning).
• Peringan cranium.
• Resonansi suara.
• Membantu produksi mukus.
• Proteksi otak terhadap trauma

13
Sinus Paranasal

• Perkembangan : fetus usia 3-4 bln (kec sinus frontal &


sfenoid)  invaginasi mukosa rongga hidung
• Sinus maxila & etmoid telah ada saat anak lahir (hanya
sinus ini yang dapat terkena infeksi pada anak)
• 8 th : sinus etmoid anterior  sinus frontal
• 8-10 th : pseumatisasi sinus sfenoid (asal bag postero-
superior rongga hidung)
• 15-18 th : mencapai besar max
14
• SINUS MAXILA
– Sinus paranasal terbesar
– Volume pada org dewasa 15 ml
– Mempunyai beberapa buah dinding
• Dinding anterior : permukaan fasial os maxila, disebut fosa
kanina
• Dinding posterior : permukaan infratemporal maxila
• Dinding medial : dinding lateral rongga hidung
• Dinding superior : dasar orbita
• Dinding inferior: processus alveolaris & palatum

15
– Segi klinik dari anatomi sinus maxila
• Dasar sinus berdekatan dgn akar gigi rahang atas (P1, P2,
M1, M2, kadang C & M3), akar gigi kadang menonjol ke
dalam sinus  infeksi gigi naik ke atas  sinusitis
• Dapat menimbulkan komplikasi ke orbita
• Ostium terletak lebih tinggi dari dasar sinus di hiatus
semilunaris yang sempit  drainase kurang baik &
peradangan dapat menghalangi drainase

16
• SINUS ETMOID
– Terdiri dari sel2 di dalam massa bag lateral tulang etmoid, antara konka media &
dinding medial orbita, sel2 ini menyerupai sarang lebah
– Pembagian
• Sinus etmoid anterior : selnya kecil & byk, terletak di bawah perlekatan konka
media, ostium (muara) di meatus medius
• Sinus etmoid posterior : selnya besar & sedikit, terletak di bag postero-
superior dari perlekatan konka media, ostium di meatus superior
– Perbatasan
• Arah lateral : lamina papirasea yang sangat tipis dari rongga orbita
• Bag superior : rongga tengkorak
• Bag posterior : sinus sfenoid

17
• SINUS SFENOID
– Terletak di dalam tulang sfenoid, dibagi dua o/ sekat yang disebut septum
intersfenoid
– Perbatasan
• Sebelah superior : fossa serebri media & kelenjar hipofise
• Sebelah inferior : atap nasofaring
• Sebelah lateral : sinus kavernossus & a. karotis interna
• Sebelah posterioir : fossa serebri posterior tempat adanta pons
• SINUS FRONTAL
– Terletak dalam os frontal, mempunyai sekat (septum)
– Kedua sinus # simetris
– 15% org dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal, 5% sinus frontal #
berkembang
– Hanya dipisahkan o/ tulang yang relatif tipis dari orbita & fossa serebri
anterior  infeksi sinus frontal mudah menjalar ke sana
18
Anatomi Faring
• Faring memiliki 2 lapisan otot :
– Lapisan luar tersusun sirkuler
(kontriksi dinding faring ketika
menelan)
• M. constrictor pharyngis
superior
• M. constrictor pharyngis media
• M. constrictor pharyngis inferior
– Lapisan dalam tersusun
longitudinal (memperpendek
pharynx & larynx ketika
menelan &bicara)
• M. salpingopharyngeus
• M. palatopharyngeus
• M. stylopharyngeus
PEMBEDA NASOPHARYNX OROPHARYNX LARYNGOPHARYNX
LETAK Di belakang rongga hidung; di atas Di belakang cavum oris dan terbentang dari Di belakang laring-bagian tengah
palatum molle pallatum molle sampai ke pinggr atas laring.
epigllotis
ATAP Dibentuk corpus ossis sphenoidalis dan Dibentuk permukaan bawah palatum molle
pars basilaris ossis occipitalis & isthmus pharyngeus

DASAR Dibentuk permukaan atas pallatum molle Dibentuk 1/3 posterior lidah (hampir
yang miring vertikal) dan celah antara lidah dan
permukaan anterior apiglottis

DINDING Dibentuk apertura nasalis posterior Terbuka ke dalam rongga mulut melalui Dibentuk aditus laryngis dan
ANTERIOR isthmus oropharynx (isthmus faucium) membran mucosa yang meliputi
permukaan posterior larynx

DINDING Membentuk permukaan miring yang Disokong corpus vertebra cervicalis 2 dan 3 Disokong corpus vertebra cervicalis
POSTERIOR berhubungan dengan atap 3,4,5, dan 6

DINDING Tiap2 sisi punya muara tuba auditiva ke Ada arcus palatoglosus & arcus Disokong cartilago thyroidea dan
LATERAL pharynx palatopharyngeus membrana thyrohyoidea

KETERANGAN Atap  tonsilla pharyngealis; bila • Terjadi persimpangan antara tractus Ring of waldeyer (jar. Limfoid
m’besar (adenoids)  gangguan digestivus dan tractus respiratorius inkomplit) :tonsilla pharingealis,
pendengaran,obstruksi nasal, otitis • Ada tonsila palatina (di fossa tonsillaris)  palatina, lingualis
media Radang  tonsilitis
• Pada dinding lateral
nasopharynx terdapat
ostium pharynx tuba
eustachius →
menghubungkan
nasopharynx dengan
telinga
• Pada tengahterdapat :
oropharynx
• Tonsilla palatina
• Terdapat di fossa tonsilaris yang
dibentuk oleh arcus palatoglossus
dan arcus palatopharyngeus
• Tonsilla lingualis
• Terdapat di radix lingua
Histologi Sistem Pernafasan

LO 2
HIDUNG
• Bangunan berongga terbagi oleh sekat ditengah menjadi
kanan dan kiri
• Masing-masing rongga disusun oleh dinding kaku tdd
atas tulang rawan dan tulang rawan hialin.
• Permukaan luar hidung ditutupi kulit yang memiliki
kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan folikel rambut.
• Di bagian vestibulum nasi dilapisi oleh epitel berlapis
gepeng, pada bagian respirasi dilapisi oleh epitel
bertingkat silindris bersilia bersel goblet.
Epitel Respirasi
• Epitel respirasi: epitel bertingkat torax, bersilia, bersel goblet
• Berada di atas membran basal
• Terdiri dari 5 jenis sel:
– Sel gepeng bersilia: +/- 300 silia
– Sel goblet mukosa: mengandung droplet mukosa yang terdiri
glikoprotein
– sel sikat: perkembangan sel torax karena banyak mikrovili pada
permukaan apikal
– Sel basal: sel bulat kecil di atas lamina basal. Induk generatif mitosis
yang berkembang, menjadi sel lain
– Sel granul kecil: mirip sel basal kecuali memiliki granul berdiameter
100-300 nm dengan bgn pusat yang padat
Sistem pernapasan  sistem yang berfungsi untuk
mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan karbondioksida
dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan
homeostasis.

• Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah


utama:
1. Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring,
laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus
terminalis
2. Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus
alveolaris dan alveolus.
• Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat
silindris bersilia dengan sel goblet.
• Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5 macam sel
epitel respirasi  sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush
cells), sel basal, dan sel granul kecil
• Epitel respiratorik, berupa epitel bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet
Mukosa Pernapasan hidung
• Pada anterior konka dan septum nasi  epitel berlapis gepeng
• Pada jalur utama arus inspirasi  epitel toraks bersilia
• Sel-sel meatus media dan inferior  u/ ekspirasi  silia yang panjang
dan terususun rapi
• Sinus  epitel kubus dan silia
• Lapisan mukus yang kental dan lengket  menangkap debu,benda
asing,bakteri o/silia dibawa ke faring  dihancurkan di lambung.
• Lisozim dan IgA ditemukan di lapisan mukus  melindungi terhadap
patogen
Rongga hidung
• Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis.
• Vestibulum di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa
(bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum  epitel respirasi
sebelum memasuki fosa nasalis.
• Fosa nasalis (cavum nasi) dibagi dua oleh septum nasi pada garis
medial,terdapat :
• konka (superior, media, inferior) pada masing-masing dinding
lateralnya
–Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi
–konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi
menghidu/membaui.
» Epitel olfaktorius terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler
» sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan
epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson
yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak)
» sel basal (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria.
» Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel
olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat.
• Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung
membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan
dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh  epitel olfaktori, khas pada
konka superior
Rongga hidung
Regio Regio Regio
vestibulum Cavum nasi Olfaktorius

Epitel Berlap. Gepeng + Bertgk. torak, silia Sel olfaktorius


Tanduk Sel goblet Idem Sel sustentakuler
Sel basal
bertingkat bersilindris

Vibrissae Limfosit, Eosinofil,


Lam. Prop Kel. sebasea Sel Plasma, Kel. Serosa Bowman
Kel. sudorifera Makrofag. (Tubulo alv. Bercab.)
Kel. Seromukosa
Area olfaktorius
• sel olfaktorius  neuron
bipolar dan tersebar merata
diantara sel-sel penyokong
• Sel sustentakular/penyokong 
sarana komunikasi ionik
intraepitel  di permukaannya
banyak sel mikrovili Brush
border yang tebal
• Kelenjar bowman ada di lamina
propia pada regio olfaktorius
Sinus Paranasalis :
-Sinus Maksilaris -Sinus Etmoidalis
-Sinus Frontalis -Sinus Sfenoidalis

Mikroskopis : Epitel bertingkat torak, silia, sel goblet


Lamina propria tipis
Kelenjar seromukosa

Nasofaring
Hidung  Nasofaring  Laring
Mikroskopis : Epitel bertingkat torak, silia

Orofaring
Rongga mulut  Orofaring  Oesofagus
Mikroskopis : Epitel belapis gepeng

34
Fisiologi Sistem Pernafasan
(Batuk & Pernafasan)
LO 3
Pernafasan :

Proses masuknya O2 ke dalam tubuh dan


mengeluarkan CO2 ke luar tubuh melalui saluran udara
dan paru2
Saraf Pengatur Pernapasan:
Fungsi Sistem Pernapasan
UTAMA TAMBAHAN

Menjamin sel terpenuhi kebutuhan O2 Mengeluarkan air dan panas dari dlm tubuh

Mengularkan CO2 dari hasil metabolisme sel Meningkatkan aliran balik vena (sbg pompa)

Bantu proses batuk,berbicara, dan bernyanyi

Keluarkan,modifikasi,akifkan,inaktifkan berbagai
materi dlm tubuh yg masuk ke sirkulasi
pernapasan
Penghidu

Sherwood.Ed 6th. Sistem Respirasi


Hidung (fungsi Udara dihangatkan oleh permukaan konka & septum yang luas,
pelembab udara) dengan total area 160 cm
Udara dilembabkan – hampir lembab sempurna bahkan sebelum
udara meninggalkan hidung
Udara disaring sebagian
Faring konstriksi dinding pharynx ketika menelan
memperpendek pharynx & larynx ketika menelan & bicara
Laring Produksi suara
Trakea
Bronkus Lempeng kartilago kecil & melengkung  m’pertahankan
rigiditas namun memungkinkan pergerakan yg cukup  paru
dapat mengembang & mengempis

Bronkiolus
Alveoli Pertukaran O2 & CO2
Klasifikasi pernapasan:

Berdasarkan Pernapasan
lokasi

external internal

Berdasarkan Pernapasan
fungsi

conducting respiratory
Struktur Saluran Pernapasan

Sistem Pernapasan terdiri dari :

1. Sistem saluran udara


2. Organ Pertukaran gas
3. Mekanisme Pompa ventilasi paru
- Struktur dinding dada
- Otot-otot pernapasan
4. Pusat Pernapasan dan Jaras Persarafan
5. Sistem Sirkulasi Darah
Pembagian Sistem Pernafasan

Conducting Zone ; Respiratory Zone ;

Hidung Bronkioulus Respiratorius


Faring Duktus Alveolaris
Laring Saccus Alveolaris
Trakea Alveolus
Bronkus Primer
Bronkus Kecil
Bronkiolus
Bronkiolus Terminalis
Udara nafas masuk lubang hidung /mulut
Ke Faring, Laring, Trakea
Trakea

Bronkus primer

Kanan Kiri

Paru Kanan

Bronkus Kecil

Bronkiolus

Bronkiolus Terminalis

Bronkiolus respiratorius

Duktus Alveolaris

Sakus Alveolaris

Alveolus
Alveolus
• Struktur sesuai Hukum Fick :
– << jarak & >> luas penampang  >> kecepatan
• Dalam lumen alveolus ada makrofag
• Pori-pori kohn pada dinding alveolus  aliran udara antar
alveolus yg berdekatan disebut Ventilasi kolateral  penting
untuk menyalurkan udara pd alveolus yg saluran udaranya
tersumbat akibat penyakit
• Sel alveolus :
– Sel tipe 1 : selapis epitel pd dinding alveolus
– Sel tipe 2 : menghasilkan surfaktan paru  kompleks
fosfolipoprotein  mempermudah expansi paru
• Karena peningkatan luas penampang, udara melambat
• Perlambatan aliran udara memungkinkan pertukaran udara secara
difusi antara pembuluh kapiler dengan alveoli (sel alveolar I)
Sherwood, L. Human Physiology. 7th
edition
Ukuran paru-paru
• Dalam perkembangannya dinding toraks lebih besar
dibandingkan paru-paru  memberikan ruang bagi paru
untuk mengembang

• Faktor yg mempengaruhi :
– Internal
• Kohesi cairan intrapleura
• Tekanan transmural
– Eksternal
• Muskulus
• Saraf
Faktor Internal
Kohesi Cairan Pleura Tekanan Transmural
• Kohesi  Keterikatan / gaya yang mengikat 2 • Transmural
zat yang berbeda
– Trans : antara
• Adanya cairan pada rongga pleura mengikat – Mural : dinding
dinding paru dengan dinding thorax

• Perbedaan tekanan antara intraalveolar


• Menyebabkan paru mengembang saat dinding
dengan intrapleura menimbulkan tekanan dari
thorax membesar (inspirasi)
dalam ke luar (paru  pleura)

• Menyebabkan meregangnya ruangan


intraalveolar pada saat paru meregang
Jenis tekanan pada paru
Mekanika Ventilasi Paru
Gerakan naik turunnya diafragma 
memperbesar / memperkecil rongga dada
Paru2
kembang-kempis: Depresi / elevasi tulang iga  memperbesar /
memperkecil diameter antero-posterior rongga
dada
Otot pernafasan
Otot Hasil kontraksi Waktu stimulasi

Inspirasi

Diafragma Turun  m↑ dimensi Setiap inspirasi (primer)


vertikal
m.Intercostalis externus Mengangkat costae ke Seriap inspirasi (sekunder)
depan dan ke luar
m. Skalenus dan Mengangkat sternum dan 2 Inspirasi paksa
m.sternocleidomastoideus costae pertama 
memperbesar bag atas
toraks
Ekspirasi

Otot abdomen m↑ tekanan intra Ekspirasi aktif


abdomen  gaya ke atas
diafragma  m↓ dimensi
vertikal toraks
m.Intercostalis interus Menarik costae ke bawah Ekspirasi aktif
dan dalam  toraks datar
MEKANISME RESPIRASI
N. frenikus N. intercostalis

diafragma M. Intercostalis ext

Bergerak ke bawah  Rongga toraksCostae terangkat ke atas dan ke luar 


vertikal>> Rongga toraks anteroposterior >>

Paru mengembang
Tek intraalveolus ↓
Udara mengalir k dlm paru
Atmosfer = intraalveolus
Otot inspirasi melemas

Volume toraks ↓ tek intraalveolus↑

Udara keluar paru mengikuti p↓ gradien tekanan


Klasifikasi Pernapasan
Berdasarkan Pernapasan
lokasi

external internal

Berdasarkan Pernapasan
fungsi

conductin respirator
g y
Inspirasi
• Proses masuknya udara dari atmosfer ke alveoli karena perbedaan tekanan yang terjadi
secara aktif
• Otot inspirasi utama :

1. Diafragma (N. Phrenicus)


2. Muskulus interkostalis externus (N. Interkostalis)
• Otot inspirasi aksesorius :

1. Muskulus scalenus
2. Muskulus sternokleimastoideus
Inspirasi

Tenang Aktif/paksa

Inspirasi Inspirasi
1. Surfaktan meningkat 1. Surfaktan meningkat
2. Diafragma kontraksi 2. Diafragma kontraksi
3. Abdomen relaksasi 3. Abdomen relaksasi
4. M. intercostalis eksterna 4. M. intercostalis eksterna
M. M.
Sternocleidomastoideus Sternocleidomastoideus
M. Pectoralis major & M. Pectoralis major &
minor minor
M. Levator costratum M. Levator costratum
M. Skalenus M. Skalenus
5. P intra-alveol >> P 5. P intra-alveol >> P
intrapleura intrapleura
6. P atmosfer >> P intra- 6. P atmosfer >> P intra-
alveol alveol
Ekspirasi
• Ekspirasi normal (pasif)
– Terjadi setelah inspirasi, dimana otot-otot inspirasi
mengalami relaksasi
– Meningkatkan tekanan intraalveolar sebesar 1mmHg

• Ekspirasi paksa (aktif)


– Melibatkan otot aksesorius yang secara aktif berkontraksi
mengecilkan rongga thorax
– Meningkatkan tekanan intraalveolar sebesar 60mmHg –
110mmHg
Ekspirasi

Tenang Aktif/paksa

Ekspirasi Ekspirasi
1. Surfaktan menurun 1. Surfaktan menurun
2. Diafragma relaksasi 2. Diafragma relaksasi
3. Abdomen kontraksi 3. Abdomen kontraksi
4. M. intercostalis internus 4. M. intercostalis internus
5. P atmosfer >> P intrapleura
5. P atmosfer >> P intrapleura
6. P atmosfer << P intra-alveol
6. P atmosfer << P intra-alveol
Tekanan Penting Pada Proses Ventilasi
• Tekanan atmosfir
pada luar tubuh = 760 mmHg

• Tekanan intrapulmo/intra alveol


berubah-rubah ketika terjadinya inspirasi, atmosfir masuk, tekanan intra alveol akan turun

• Tekanan intrapleura
dalam rongga 756 mmHg

• Tekanan Transmural
Selisih , dinding dada ( atmosfir – intrapleura)
Jaringan paru (intra alveol – intrapleura)

64
Intrapulmonary and intrapleural pressure
Fisiologi Mekanisme batuk
Fisiologi
mekanism
e bersin
Biokimia Sistem Pernafasan

LO 4
Transport O2 dari alveoli paru ke sel, diangkut dalam dua bentuk, yaitu:
• Sebagai larutan gas O2
• Oksigen yang larut dalam darah kira-kira 1,5%. Bentuk ini mengikuti
hukum-hukum larutan gas sehingga tergantung pada tekanan parsial.
Makin besar tekanan parsial, makin banyak gas yang terlarut. Pada P O2
normal dalam arteri (95 mmHg), gas O2 yang terlarut berkisar 0,29/100
ml darah.
• Diangkut oleh hemoglobin (Hb)
• Oksigen yang terikat oleh Hb kira-kira 98,5%. Hb mampu mengikat O2
secara reversibel. Ikatan antara Hb dengan O2 merupakan ikatan yang
longgar.
Hb + O2 → Hb-O2
(Deoxygenated Hb) (Oxygenated Hb)
Adapun transport CO2 dari sel/jaringan menuju alveoli paru
melalui 3 cara yaitu:
• Larut dalam plasma kira-kira 10% dari volume CO2.
• Terikat oleh Hb sebagai senyawa karbamin yaitu
karbaminohemoglobin, kira-kira 30% dari volume CO2
Hb + CO2 → Hb-CO2
• Sebagai garam bikarbonat HCO3-, kira-kira 60%. Reaksi
pembentukan bikarbonat memerlukan aktifitas enzim
karbonik anhidrase yang terdapat di dalam eritrosit,
sehingga proses ini terjadi di dalam eritrosit.
CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3- + Na+/K+ →
NaHCO3/KHCO3
• Setelah senyawa bikarbonat terbentuk, senyawa
tersebut dikeluarkan dari eritrosit menuju plasma.
Untuk mengimbangi muatan listrik yang dikeluarkan,
maka sebagai ganti ion Cl- masuk dari plasma ke dalam
eritrosit. Peristiwa ini dinamakan Chloride shift.
Pengaruh transportasi CO2 terhadap pH cairan tubuh
• Pengeluaran CO2 melalui paru yang sangat besar merupakan
sumber asam yang luar biasa, yang mampu mengubah pH
cairan tubuh menjadi sangat rendah. Namun tubuh kita
mampu mengendalikan keadaan tersebut.
• Pada keadaan normal, rasio bikarbonat (HCO3-) dengan
asam karbonat H2CO3 adalah 20:1.
• Jika rasio bikarbonat dan asam karbonat bisa dipertahankan
20, maka pH akan tetap 7,4, tidak memandang berapapun
kadar bikarbonat dan asam karbonat tersebut.
• Selain CO2 masih banyak hasil sampingan yang bersifat
asam misalnya laktat, piruvat, benda keton, sulfat, fosfat
dan sebagainya. Bila dibiarkan, bahan-bahan ini dapat
mengganggu keseimbangan asam-basa cairan tubuh,
sehingga perlu dibuang melalui paru dan ginjal. Agar
selama perjalanan menuju organ pembuangan tidak
mengganggu pH cairan tubuh, maka asam-asam tadi
harus diikat dulu oleh bahan yang disebut larutan
penyangga (buffer).
Gangguan keseimbangan asam-basa cairan tubuh
• Selama rasio garam HCO3 : H2CO3 tetap 20, maka pH tetap 7,35-
7,45. Jika ada sesuatu hal menyebabkan perubahan rasio tersebut,
maka pH cairan akan berubah.
• Penyebab dari perubahan tersebut bisa berasal dari kadar garam
HCO3, kadar H2CO3 atau keduanya.
• Perubahan kadar H2CO3 berhubungan dengan p CO2 sedangkan p
CO2 ditentukan oleh respirasi. Maka perubahan kadar H2CO3
dinamakan respiratorik.
• Penurunan pH akibat peningkatan kadar H2CO3 dinamakan asidosis
respiratorik. Peningkatan pH akibat penurunan kadar H2CO3
dinamakan alkalosis respiratorik
• Sedangkan perubahan kadar garam HCO3 dihubungkan
dengan metabolik
• Penurunan pH akibat penurunan kadar garam HCO3
dinamakan asidosis metabolik. Peningkatan pH akibat
peningkatan kadar garam HCO3 dinamakan alkalosis
respiratorik
PF & PP Sistem Pernafasan

LO 5
• Inspeksi
PF
• Inspeksi dinding dada
– Posisi  orthopnea
– Bentuk thorax  pectus excavatum/pectus carinatum,
kifoskoliosis, barrel chest
– Dinamika respirasi; breathing pattern, kesimetrisan dinding
thorax
• Inspeksi leher
– Ada peningkatan JVP/tidak (gagal jantung
kanan/extrarespiratory)
– Ada kontraksi otot tambahan/tidak (M. scalenus, M.
sternocleidomastoideus, M. Intercostalis Interna)
• Inspeksi perifer
– Sianosis sentral (lidah) atau perifer (ekstremitas)
• Palpasi
• Palpasi impuls jantung (apex)
• Dinamika respirasi  meletakan tangan pada kedua
hemithorax dan pasien diminta bernapas dalam-dalam
– Ekspansi respirasi
– Fremitus taktil
– Hoover’s sign dan Tenuous abdominal paradox dapat teraba
– Ada tidaknya konsolidasi; vibrasi terdengar lebih keras pada
daerah paru posterior
– Pulsasi respiratorik (kontraksi otot scalenus)
– Pulasasi otot sternocleidomastoideus
– Pulsasi otot abdomen
• Perkusi
• Mengetahui ada/tidaknya densitas permukaan paru
melalui resonansinya
• Biasanya paru memberikan suara sonor
• Bila suara perkusi paru berubah menjadi timpani 
efusi pleura dan pneumothorax
• Dullness  konsolidasi paru
• Auskultasi
– Memeriksa suara respiratorik pada lapang paru melalui stetoskop
– Normal  vesikuler pada lapang paru;
– Daerah proksimal sternum  bronkovesikuler
• Perubahan suara:
– Mengi/Wheez  suara siulan o.k adanya penyempitan saluran udara
(asma & empfisema)
– Ronkhi  bernada rendah, seperti suara bergelembung (cairan pada
saluran udara)
– Crackle  nada tinggi dan lembut (fine); keras dan nada rendah
(coarse) pembukaan alveoli o.k peningkatan tekanan udara pada saat
inspirasi
– Stridor  suara napas yang bernada tinggi akibat adanya aluran
udara yg turbulens pada laring/cabang bronkial bawah
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan radiologik : Foto toraks, CT scan toraks


• Pemeriksaan sputum
• Pemeriksaan darah
• Pulse oxymetry
• AGDA ( analisa gas darah arteri )
• Pemeriksaan faal paru : Spirometri dan APE
• Tindakan invasif : Bronkoskopi dan Torakoskopi
Foto thorax
• Tujuan pemeriksaan foto thoraks untuk :
– Menilai adanya kelainan jantung, misalnya kelainan letak jantung,
pembesaran atrium atau ventrikel, pelebaran dan penyempitan aorta
– Menilai kelainan paru, misalnya edema paru, emfisema paru, tuberculosis
paru
– Menilai adanya perubahan struktur ekstra kardiak
• Gangguan pada dinding thoraks
– Fraktur iga
– Fraktur sternum
• Gangguan rongga pleura
– Pneumothoraks
– Hematothoraks
– Efusi pleura
• Gangguan pada diafaragma
Ct scan
CT scan berperan dalam :
• Mendekteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta cabang utama bronkus
• Menentukan lesi pada pleura atau mediastinum ( nodus, tumor, striktur, vaskuler )
• Dapat mengungkapkan sifat & derajat kelainan bayangan pada paru dan thoraks lain

• CT scan tidak bersifat invasif sehingga CT scan mediastinum sering digunakan untuk menilai ukuran
nodus limfe mediastinum dan stadium kanker paru, walau tidak seakurat bila menggunakan
mediatisnokopi.
Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
• MRI -> resonansi magnetik sbg sumber energy untuk
mengambil gambaran potongan melintang tubuh.
• Gambaran yang dihasilkan dalam berbagai bidang,
dapat membedakan :
– jaringan yang normal dan jaringan yang terkena penyakit ( pada CT scan tidak dapat dibedakan)
– pembuluh darah dengan struktur nonvaskuler, walaupun tanpa zat kontras.

• MRI khususnya digunakan dalam mengevaluasi penyakit


pada hilus dan mediastinum.
Angiografi pembuluh darah
• Pemeriksaan angiografi :
– angiografi pulmonary
– angiokardigrafi,
– aortografi
– arteriangigrafi bronchial
– angigrafi cava superior
– Azigografi

• Angiografi pulmonal :
– Plg umum digunakan untuk penyakit tromboembolik paru-paru, seperti emboli pulmonal,dan abnormalitas congenital
pohon vaskuler pulmonal.
– merupakan penyuntikan cepat medium radiopague ke dalam vaskular paru-paru untuk keperluan pemeriksaan radiografi
pembuluh pulmonal mll suntikan ke dlm lengan scr simultan / vena femoral dg menggunakan jarum kateter
Spirometri
• metode sederhana yang dapat
mengukur sebagian terbesar volume
dan kapasitas paru-paru
• merekam secara grafis atau digital
volume ekspirasi paksa dan kapasitas
vital paksa.
• Volume Ekspirasi Paksa (VEP) atau
Forced Expiratory Volume (FEV)
adalah volume dari udara yang
dihembuskan dari paru-paru setelah
inspirasi maksimum dengan usaha
paksa minimum, diukur pada jangka
waktu tertentu
• Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah
volume total dari udara yg dihembuskan dari paru-paru
setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa
minimum
• Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek
menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya
secepat dan selengkap mungkin dan Nilai KVP dibandingkan
terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan usia,
tinggi badan dan jenis kelamin.
BRONKOSKOPI

• Tindakan invasive dengan memasukkan alat bronkoskop kedalam


percabangan bronkus

Indikasi diagnostik bronkoskopi :


• Batuk darah
• Batuk yang tidak jelas penyebabnya.
• Mengi setempat yang dicurigai kemungkinan sumbatan oleh benda
asing, gumpalan mukus atau tumor.
• Kelainan gambaran radiologis, gambaran massa, atelektasis dan
corakan difus pada parenkim paru.
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna,
kardiovaskuler dan pernafasan.
Contoh :
•Iritasi mukosa hidung  refleks bersin dan nafas terhenti.
•Rangsang bau tertentu  sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

Bersin
 Keluarnya udara semi otonom yang terjadi
dengan keras lewat hidung dan mulut
 Kecepatan udara sampai 70 m/detik (250
km/jam)
 Bersin dapat menyebarkan penyakit lewat butir-
butir air yang terinfeksi yang diameternya
antara 0,5 hingga 5 µm
 Sekali bersin dapat hasilkan + 40.000 butir air
seperti itu
Mekanisme Bersin
• Bersin mungkin disebabkan o.k ada sesuatu yang telah mengiritasi atau
merangsang bagian dalam hidung
• Rangsangan  impuls dikirim oleh N.V (Trigeminus)  medula oblongata 
pusat bersin mengirimkan stimulus ke semua otot terkait (otot2 abdomen,
otot2 dada, diafragma, otot2 yg mengatur vokalisasi, otot2 di belakang
tenggorokan, dan otot2 kelopak mata)  bersin
• Contoh-contoh iritan :
– Debu
– Udara dingin
– Bubuk merica
– Bulu binatang
– Polen
Batuk Pilek Influenza
Suatu refleks pertahanan tubuh Suatu gejala adanya cairan encer Infeksi virus dengan gejala atau
untuk mengeluarkan benda atau kental dari hidung (ingus).
asing dari saluran nafas. keluhan:

Penyebab: Penyebab:
Penyakit infeksi : bakteri Reaksi yang terjadi antara •Demam
atau virus, misalnya : alergen (debu, bulu • nyeri kepala
tuberkulosa, influenza binatang , dll) 
• nyeri di otot.
terlepasnya zat mediator
Bukan infeksi: debu, asma, •Pilek
alergi, makanan yang yang bersifat vasodilator 
merangsang tenggorokan, selaput lendir hidung • hidung tersumbat
batuk pada perokok membengkak  hidung • batuk
tersumbat  meningkatnya
• rasa kering di tenggorokan
sekresi lendir/meler, mata
berair, bersin-bersin.
Reseptor Batuk
 Rongga hidung
 Faring
 Laring
Paling sensitif
 Trakea
 Bronkus
 Diafragma
 Cavum pleura
 Gaster
 Liang telinga tengah
REFLEKS BATUK

Rangsangan Benda asing keluar

Sensor taktil dan kemoreseptor aferen Udara cepat melewati


di daerah peka pada sal pernafasan bronkus dan trakea

Epiglotis dan pita suara


Nervus vagus
terbuka

Medula Oblongata
Ekspirasi mendadak/paksa

Respon tubuh
Otot abdomen dan ICS interna
Kontraksi kuat

• Inspirasi udara ke paru


• Epiglotis menutupan glotis
• Penutupan pita suara Tekanan dalam alveolus
Respon Tubuh Terhadap Alergen
PRIMER Eliminasi &
(non – spesifik) GAGAL
fagositosis antigen

• Polip hidung Sekunder (spesifik)


• Otitis media
• Sinusitis paranasal
• Faringitis & abses retrofaringeal
• Meningitis Merangsang imunitas seluler
• Conjuctivitis Merangsang imunitas humoral
Keduanya

GAGAL
GAGAL

•tidak menguntungkan bagi tubuh


•bersifat sementara atau menetap
•tergantung dari daya eliminasi antigen oleh tubuh Tersier

Anda mungkin juga menyukai