LO 1
Anatomi Hidung Luar
RADIX NASI
1. Radix nasi
2. Apex nasi
3. Dorsum nasi DORSUM NASI
4. Nares
5. Alae nasi
APEX NASI
6. Basis nasi
Otot hidung
1. M. procerus
2. M. nasalis
3. M. dilator nasi anterior
4. M. depressor septi
5. M. levator labii superior alaque nasi
Otot Hidung
Kerangka Hidung Luar
Bagian Tulang Bagian Tulang Rawan
• Os nasale • Cartilago nasi lateralis
• Processus frontalis ossis maxillae • Cartilago alaris major
• Cartilago septi nasi
• Pars nasalis ossis frontalis
• Cartilagines alares minores
www.doctorology.net
Fungsi sinus paranasal adalah :
• Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus
terdapat rongga udara sehingga bisa untuk perluasan. Jika
tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan
terdesak.
• Sebagai pengatur udara (air conditioning).
• Peringan cranium.
• Resonansi suara.
• Membantu produksi mukus.
• Proteksi otak terhadap trauma
13
Sinus Paranasal
15
– Segi klinik dari anatomi sinus maxila
• Dasar sinus berdekatan dgn akar gigi rahang atas (P1, P2,
M1, M2, kadang C & M3), akar gigi kadang menonjol ke
dalam sinus infeksi gigi naik ke atas sinusitis
• Dapat menimbulkan komplikasi ke orbita
• Ostium terletak lebih tinggi dari dasar sinus di hiatus
semilunaris yang sempit drainase kurang baik &
peradangan dapat menghalangi drainase
16
• SINUS ETMOID
– Terdiri dari sel2 di dalam massa bag lateral tulang etmoid, antara konka media &
dinding medial orbita, sel2 ini menyerupai sarang lebah
– Pembagian
• Sinus etmoid anterior : selnya kecil & byk, terletak di bawah perlekatan konka
media, ostium (muara) di meatus medius
• Sinus etmoid posterior : selnya besar & sedikit, terletak di bag postero-
superior dari perlekatan konka media, ostium di meatus superior
– Perbatasan
• Arah lateral : lamina papirasea yang sangat tipis dari rongga orbita
• Bag superior : rongga tengkorak
• Bag posterior : sinus sfenoid
17
• SINUS SFENOID
– Terletak di dalam tulang sfenoid, dibagi dua o/ sekat yang disebut septum
intersfenoid
– Perbatasan
• Sebelah superior : fossa serebri media & kelenjar hipofise
• Sebelah inferior : atap nasofaring
• Sebelah lateral : sinus kavernossus & a. karotis interna
• Sebelah posterioir : fossa serebri posterior tempat adanta pons
• SINUS FRONTAL
– Terletak dalam os frontal, mempunyai sekat (septum)
– Kedua sinus # simetris
– 15% org dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal, 5% sinus frontal #
berkembang
– Hanya dipisahkan o/ tulang yang relatif tipis dari orbita & fossa serebri
anterior infeksi sinus frontal mudah menjalar ke sana
18
Anatomi Faring
• Faring memiliki 2 lapisan otot :
– Lapisan luar tersusun sirkuler
(kontriksi dinding faring ketika
menelan)
• M. constrictor pharyngis
superior
• M. constrictor pharyngis media
• M. constrictor pharyngis inferior
– Lapisan dalam tersusun
longitudinal (memperpendek
pharynx & larynx ketika
menelan &bicara)
• M. salpingopharyngeus
• M. palatopharyngeus
• M. stylopharyngeus
PEMBEDA NASOPHARYNX OROPHARYNX LARYNGOPHARYNX
LETAK Di belakang rongga hidung; di atas Di belakang cavum oris dan terbentang dari Di belakang laring-bagian tengah
palatum molle pallatum molle sampai ke pinggr atas laring.
epigllotis
ATAP Dibentuk corpus ossis sphenoidalis dan Dibentuk permukaan bawah palatum molle
pars basilaris ossis occipitalis & isthmus pharyngeus
DASAR Dibentuk permukaan atas pallatum molle Dibentuk 1/3 posterior lidah (hampir
yang miring vertikal) dan celah antara lidah dan
permukaan anterior apiglottis
DINDING Dibentuk apertura nasalis posterior Terbuka ke dalam rongga mulut melalui Dibentuk aditus laryngis dan
ANTERIOR isthmus oropharynx (isthmus faucium) membran mucosa yang meliputi
permukaan posterior larynx
DINDING Membentuk permukaan miring yang Disokong corpus vertebra cervicalis 2 dan 3 Disokong corpus vertebra cervicalis
POSTERIOR berhubungan dengan atap 3,4,5, dan 6
DINDING Tiap2 sisi punya muara tuba auditiva ke Ada arcus palatoglosus & arcus Disokong cartilago thyroidea dan
LATERAL pharynx palatopharyngeus membrana thyrohyoidea
KETERANGAN Atap tonsilla pharyngealis; bila • Terjadi persimpangan antara tractus Ring of waldeyer (jar. Limfoid
m’besar (adenoids) gangguan digestivus dan tractus respiratorius inkomplit) :tonsilla pharingealis,
pendengaran,obstruksi nasal, otitis • Ada tonsila palatina (di fossa tonsillaris) palatina, lingualis
media Radang tonsilitis
• Pada dinding lateral
nasopharynx terdapat
ostium pharynx tuba
eustachius →
menghubungkan
nasopharynx dengan
telinga
• Pada tengahterdapat :
oropharynx
• Tonsilla palatina
• Terdapat di fossa tonsilaris yang
dibentuk oleh arcus palatoglossus
dan arcus palatopharyngeus
• Tonsilla lingualis
• Terdapat di radix lingua
Histologi Sistem Pernafasan
LO 2
HIDUNG
• Bangunan berongga terbagi oleh sekat ditengah menjadi
kanan dan kiri
• Masing-masing rongga disusun oleh dinding kaku tdd
atas tulang rawan dan tulang rawan hialin.
• Permukaan luar hidung ditutupi kulit yang memiliki
kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan folikel rambut.
• Di bagian vestibulum nasi dilapisi oleh epitel berlapis
gepeng, pada bagian respirasi dilapisi oleh epitel
bertingkat silindris bersilia bersel goblet.
Epitel Respirasi
• Epitel respirasi: epitel bertingkat torax, bersilia, bersel goblet
• Berada di atas membran basal
• Terdiri dari 5 jenis sel:
– Sel gepeng bersilia: +/- 300 silia
– Sel goblet mukosa: mengandung droplet mukosa yang terdiri
glikoprotein
– sel sikat: perkembangan sel torax karena banyak mikrovili pada
permukaan apikal
– Sel basal: sel bulat kecil di atas lamina basal. Induk generatif mitosis
yang berkembang, menjadi sel lain
– Sel granul kecil: mirip sel basal kecuali memiliki granul berdiameter
100-300 nm dengan bgn pusat yang padat
Sistem pernapasan sistem yang berfungsi untuk
mengabsorbsi oksigen dan mengeluarkan karbondioksida
dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan
homeostasis.
Nasofaring
Hidung Nasofaring Laring
Mikroskopis : Epitel bertingkat torak, silia
Orofaring
Rongga mulut Orofaring Oesofagus
Mikroskopis : Epitel belapis gepeng
34
Fisiologi Sistem Pernafasan
(Batuk & Pernafasan)
LO 3
Pernafasan :
Menjamin sel terpenuhi kebutuhan O2 Mengeluarkan air dan panas dari dlm tubuh
Mengularkan CO2 dari hasil metabolisme sel Meningkatkan aliran balik vena (sbg pompa)
Keluarkan,modifikasi,akifkan,inaktifkan berbagai
materi dlm tubuh yg masuk ke sirkulasi
pernapasan
Penghidu
Bronkiolus
Alveoli Pertukaran O2 & CO2
Klasifikasi pernapasan:
Berdasarkan Pernapasan
lokasi
external internal
Berdasarkan Pernapasan
fungsi
conducting respiratory
Struktur Saluran Pernapasan
Kanan Kiri
Paru Kanan
Bronkus Kecil
Bronkiolus
Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus respiratorius
Duktus Alveolaris
Sakus Alveolaris
Alveolus
Alveolus
• Struktur sesuai Hukum Fick :
– << jarak & >> luas penampang >> kecepatan
• Dalam lumen alveolus ada makrofag
• Pori-pori kohn pada dinding alveolus aliran udara antar
alveolus yg berdekatan disebut Ventilasi kolateral penting
untuk menyalurkan udara pd alveolus yg saluran udaranya
tersumbat akibat penyakit
• Sel alveolus :
– Sel tipe 1 : selapis epitel pd dinding alveolus
– Sel tipe 2 : menghasilkan surfaktan paru kompleks
fosfolipoprotein mempermudah expansi paru
• Karena peningkatan luas penampang, udara melambat
• Perlambatan aliran udara memungkinkan pertukaran udara secara
difusi antara pembuluh kapiler dengan alveoli (sel alveolar I)
Sherwood, L. Human Physiology. 7th
edition
Ukuran paru-paru
• Dalam perkembangannya dinding toraks lebih besar
dibandingkan paru-paru memberikan ruang bagi paru
untuk mengembang
• Faktor yg mempengaruhi :
– Internal
• Kohesi cairan intrapleura
• Tekanan transmural
– Eksternal
• Muskulus
• Saraf
Faktor Internal
Kohesi Cairan Pleura Tekanan Transmural
• Kohesi Keterikatan / gaya yang mengikat 2 • Transmural
zat yang berbeda
– Trans : antara
• Adanya cairan pada rongga pleura mengikat – Mural : dinding
dinding paru dengan dinding thorax
Inspirasi
Paru mengembang
Tek intraalveolus ↓
Udara mengalir k dlm paru
Atmosfer = intraalveolus
Otot inspirasi melemas
external internal
Berdasarkan Pernapasan
fungsi
conductin respirator
g y
Inspirasi
• Proses masuknya udara dari atmosfer ke alveoli karena perbedaan tekanan yang terjadi
secara aktif
• Otot inspirasi utama :
1. Muskulus scalenus
2. Muskulus sternokleimastoideus
Inspirasi
Tenang Aktif/paksa
Inspirasi Inspirasi
1. Surfaktan meningkat 1. Surfaktan meningkat
2. Diafragma kontraksi 2. Diafragma kontraksi
3. Abdomen relaksasi 3. Abdomen relaksasi
4. M. intercostalis eksterna 4. M. intercostalis eksterna
M. M.
Sternocleidomastoideus Sternocleidomastoideus
M. Pectoralis major & M. Pectoralis major &
minor minor
M. Levator costratum M. Levator costratum
M. Skalenus M. Skalenus
5. P intra-alveol >> P 5. P intra-alveol >> P
intrapleura intrapleura
6. P atmosfer >> P intra- 6. P atmosfer >> P intra-
alveol alveol
Ekspirasi
• Ekspirasi normal (pasif)
– Terjadi setelah inspirasi, dimana otot-otot inspirasi
mengalami relaksasi
– Meningkatkan tekanan intraalveolar sebesar 1mmHg
Tenang Aktif/paksa
Ekspirasi Ekspirasi
1. Surfaktan menurun 1. Surfaktan menurun
2. Diafragma relaksasi 2. Diafragma relaksasi
3. Abdomen kontraksi 3. Abdomen kontraksi
4. M. intercostalis internus 4. M. intercostalis internus
5. P atmosfer >> P intrapleura
5. P atmosfer >> P intrapleura
6. P atmosfer << P intra-alveol
6. P atmosfer << P intra-alveol
Tekanan Penting Pada Proses Ventilasi
• Tekanan atmosfir
pada luar tubuh = 760 mmHg
• Tekanan intrapleura
dalam rongga 756 mmHg
• Tekanan Transmural
Selisih , dinding dada ( atmosfir – intrapleura)
Jaringan paru (intra alveol – intrapleura)
64
Intrapulmonary and intrapleural pressure
Fisiologi Mekanisme batuk
Fisiologi
mekanism
e bersin
Biokimia Sistem Pernafasan
LO 4
Transport O2 dari alveoli paru ke sel, diangkut dalam dua bentuk, yaitu:
• Sebagai larutan gas O2
• Oksigen yang larut dalam darah kira-kira 1,5%. Bentuk ini mengikuti
hukum-hukum larutan gas sehingga tergantung pada tekanan parsial.
Makin besar tekanan parsial, makin banyak gas yang terlarut. Pada P O2
normal dalam arteri (95 mmHg), gas O2 yang terlarut berkisar 0,29/100
ml darah.
• Diangkut oleh hemoglobin (Hb)
• Oksigen yang terikat oleh Hb kira-kira 98,5%. Hb mampu mengikat O2
secara reversibel. Ikatan antara Hb dengan O2 merupakan ikatan yang
longgar.
Hb + O2 → Hb-O2
(Deoxygenated Hb) (Oxygenated Hb)
Adapun transport CO2 dari sel/jaringan menuju alveoli paru
melalui 3 cara yaitu:
• Larut dalam plasma kira-kira 10% dari volume CO2.
• Terikat oleh Hb sebagai senyawa karbamin yaitu
karbaminohemoglobin, kira-kira 30% dari volume CO2
Hb + CO2 → Hb-CO2
• Sebagai garam bikarbonat HCO3-, kira-kira 60%. Reaksi
pembentukan bikarbonat memerlukan aktifitas enzim
karbonik anhidrase yang terdapat di dalam eritrosit,
sehingga proses ini terjadi di dalam eritrosit.
CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3- + Na+/K+ →
NaHCO3/KHCO3
• Setelah senyawa bikarbonat terbentuk, senyawa
tersebut dikeluarkan dari eritrosit menuju plasma.
Untuk mengimbangi muatan listrik yang dikeluarkan,
maka sebagai ganti ion Cl- masuk dari plasma ke dalam
eritrosit. Peristiwa ini dinamakan Chloride shift.
Pengaruh transportasi CO2 terhadap pH cairan tubuh
• Pengeluaran CO2 melalui paru yang sangat besar merupakan
sumber asam yang luar biasa, yang mampu mengubah pH
cairan tubuh menjadi sangat rendah. Namun tubuh kita
mampu mengendalikan keadaan tersebut.
• Pada keadaan normal, rasio bikarbonat (HCO3-) dengan
asam karbonat H2CO3 adalah 20:1.
• Jika rasio bikarbonat dan asam karbonat bisa dipertahankan
20, maka pH akan tetap 7,4, tidak memandang berapapun
kadar bikarbonat dan asam karbonat tersebut.
• Selain CO2 masih banyak hasil sampingan yang bersifat
asam misalnya laktat, piruvat, benda keton, sulfat, fosfat
dan sebagainya. Bila dibiarkan, bahan-bahan ini dapat
mengganggu keseimbangan asam-basa cairan tubuh,
sehingga perlu dibuang melalui paru dan ginjal. Agar
selama perjalanan menuju organ pembuangan tidak
mengganggu pH cairan tubuh, maka asam-asam tadi
harus diikat dulu oleh bahan yang disebut larutan
penyangga (buffer).
Gangguan keseimbangan asam-basa cairan tubuh
• Selama rasio garam HCO3 : H2CO3 tetap 20, maka pH tetap 7,35-
7,45. Jika ada sesuatu hal menyebabkan perubahan rasio tersebut,
maka pH cairan akan berubah.
• Penyebab dari perubahan tersebut bisa berasal dari kadar garam
HCO3, kadar H2CO3 atau keduanya.
• Perubahan kadar H2CO3 berhubungan dengan p CO2 sedangkan p
CO2 ditentukan oleh respirasi. Maka perubahan kadar H2CO3
dinamakan respiratorik.
• Penurunan pH akibat peningkatan kadar H2CO3 dinamakan asidosis
respiratorik. Peningkatan pH akibat penurunan kadar H2CO3
dinamakan alkalosis respiratorik
• Sedangkan perubahan kadar garam HCO3 dihubungkan
dengan metabolik
• Penurunan pH akibat penurunan kadar garam HCO3
dinamakan asidosis metabolik. Peningkatan pH akibat
peningkatan kadar garam HCO3 dinamakan alkalosis
respiratorik
PF & PP Sistem Pernafasan
LO 5
• Inspeksi
PF
• Inspeksi dinding dada
– Posisi orthopnea
– Bentuk thorax pectus excavatum/pectus carinatum,
kifoskoliosis, barrel chest
– Dinamika respirasi; breathing pattern, kesimetrisan dinding
thorax
• Inspeksi leher
– Ada peningkatan JVP/tidak (gagal jantung
kanan/extrarespiratory)
– Ada kontraksi otot tambahan/tidak (M. scalenus, M.
sternocleidomastoideus, M. Intercostalis Interna)
• Inspeksi perifer
– Sianosis sentral (lidah) atau perifer (ekstremitas)
• Palpasi
• Palpasi impuls jantung (apex)
• Dinamika respirasi meletakan tangan pada kedua
hemithorax dan pasien diminta bernapas dalam-dalam
– Ekspansi respirasi
– Fremitus taktil
– Hoover’s sign dan Tenuous abdominal paradox dapat teraba
– Ada tidaknya konsolidasi; vibrasi terdengar lebih keras pada
daerah paru posterior
– Pulsasi respiratorik (kontraksi otot scalenus)
– Pulasasi otot sternocleidomastoideus
– Pulsasi otot abdomen
• Perkusi
• Mengetahui ada/tidaknya densitas permukaan paru
melalui resonansinya
• Biasanya paru memberikan suara sonor
• Bila suara perkusi paru berubah menjadi timpani
efusi pleura dan pneumothorax
• Dullness konsolidasi paru
• Auskultasi
– Memeriksa suara respiratorik pada lapang paru melalui stetoskop
– Normal vesikuler pada lapang paru;
– Daerah proksimal sternum bronkovesikuler
• Perubahan suara:
– Mengi/Wheez suara siulan o.k adanya penyempitan saluran udara
(asma & empfisema)
– Ronkhi bernada rendah, seperti suara bergelembung (cairan pada
saluran udara)
– Crackle nada tinggi dan lembut (fine); keras dan nada rendah
(coarse) pembukaan alveoli o.k peningkatan tekanan udara pada saat
inspirasi
– Stridor suara napas yang bernada tinggi akibat adanya aluran
udara yg turbulens pada laring/cabang bronkial bawah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• CT scan tidak bersifat invasif sehingga CT scan mediastinum sering digunakan untuk menilai ukuran
nodus limfe mediastinum dan stadium kanker paru, walau tidak seakurat bila menggunakan
mediatisnokopi.
Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
• MRI -> resonansi magnetik sbg sumber energy untuk
mengambil gambaran potongan melintang tubuh.
• Gambaran yang dihasilkan dalam berbagai bidang,
dapat membedakan :
– jaringan yang normal dan jaringan yang terkena penyakit ( pada CT scan tidak dapat dibedakan)
– pembuluh darah dengan struktur nonvaskuler, walaupun tanpa zat kontras.
• Angiografi pulmonal :
– Plg umum digunakan untuk penyakit tromboembolik paru-paru, seperti emboli pulmonal,dan abnormalitas congenital
pohon vaskuler pulmonal.
– merupakan penyuntikan cepat medium radiopague ke dalam vaskular paru-paru untuk keperluan pemeriksaan radiografi
pembuluh pulmonal mll suntikan ke dlm lengan scr simultan / vena femoral dg menggunakan jarum kateter
Spirometri
• metode sederhana yang dapat
mengukur sebagian terbesar volume
dan kapasitas paru-paru
• merekam secara grafis atau digital
volume ekspirasi paksa dan kapasitas
vital paksa.
• Volume Ekspirasi Paksa (VEP) atau
Forced Expiratory Volume (FEV)
adalah volume dari udara yang
dihembuskan dari paru-paru setelah
inspirasi maksimum dengan usaha
paksa minimum, diukur pada jangka
waktu tertentu
• Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah
volume total dari udara yg dihembuskan dari paru-paru
setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa
minimum
• Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek
menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya
secepat dan selengkap mungkin dan Nilai KVP dibandingkan
terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan usia,
tinggi badan dan jenis kelamin.
BRONKOSKOPI
Bersin
Keluarnya udara semi otonom yang terjadi
dengan keras lewat hidung dan mulut
Kecepatan udara sampai 70 m/detik (250
km/jam)
Bersin dapat menyebarkan penyakit lewat butir-
butir air yang terinfeksi yang diameternya
antara 0,5 hingga 5 µm
Sekali bersin dapat hasilkan + 40.000 butir air
seperti itu
Mekanisme Bersin
• Bersin mungkin disebabkan o.k ada sesuatu yang telah mengiritasi atau
merangsang bagian dalam hidung
• Rangsangan impuls dikirim oleh N.V (Trigeminus) medula oblongata
pusat bersin mengirimkan stimulus ke semua otot terkait (otot2 abdomen,
otot2 dada, diafragma, otot2 yg mengatur vokalisasi, otot2 di belakang
tenggorokan, dan otot2 kelopak mata) bersin
• Contoh-contoh iritan :
– Debu
– Udara dingin
– Bubuk merica
– Bulu binatang
– Polen
Batuk Pilek Influenza
Suatu refleks pertahanan tubuh Suatu gejala adanya cairan encer Infeksi virus dengan gejala atau
untuk mengeluarkan benda atau kental dari hidung (ingus).
asing dari saluran nafas. keluhan:
Penyebab: Penyebab:
Penyakit infeksi : bakteri Reaksi yang terjadi antara •Demam
atau virus, misalnya : alergen (debu, bulu • nyeri kepala
tuberkulosa, influenza binatang , dll)
• nyeri di otot.
terlepasnya zat mediator
Bukan infeksi: debu, asma, •Pilek
alergi, makanan yang yang bersifat vasodilator
merangsang tenggorokan, selaput lendir hidung • hidung tersumbat
batuk pada perokok membengkak hidung • batuk
tersumbat meningkatnya
• rasa kering di tenggorokan
sekresi lendir/meler, mata
berair, bersin-bersin.
Reseptor Batuk
Rongga hidung
Faring
Laring
Paling sensitif
Trakea
Bronkus
Diafragma
Cavum pleura
Gaster
Liang telinga tengah
REFLEKS BATUK
Medula Oblongata
Ekspirasi mendadak/paksa
Respon tubuh
Otot abdomen dan ICS interna
Kontraksi kuat
GAGAL
GAGAL