Anda di halaman 1dari 102

PEMICU 4

SITTI SRI ALICIA OKTAVIANA


405140059
Klasifikasi Infeksi Saluran Napas
Bawah
MENJELASKAN KELAINAN INFEKSI SALURAN NAPAS
BAWAH AKUT YANG DISEBABKAN BAKTERI
Pneumonia
• Peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,
dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Vol. II, in Pneumonia, by Zul Dahlan, edited by Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus
Alwi, Marcellus Simadibrata K. and Siti Setiati, 964. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
Epidemiologi
• Menempati urutan paling atas pada angka kematian
& kesakitan di Indonesia
• Insidensi tinggi : dewasa muda dan usia lanjut
• Mortalitas 5-12% pada pasien yang dirawat di RS,
25-50% pada pasien ICU

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Vol. II, in Pneumonia, by Zul Dahlan, edited by Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus
Alwi, Marcellus Simadibrata K. and Siti Setiati, 964. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
Faktor Presdiposisi
• Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA)
• bayi dan anak-anak, usia lanjut
• Alkoholisme
• Perokok
• kekurangan nutrisi
• penderita DM
• penderita payah jantung
• Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM)
• gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu (penderita
kanker, penerima organ cangkokan)
• gangguan sistem kekebalan karena penyakit (penderita AIDS).
1. NN. ‘Sejauh Mana Kita Harus Mewaspadai Pneumonia’ available at :
http://www.medistra.com/Artikel_Kesehatan/Pneumonia.html ( 2004 )
2. http://www.medicastore.com/Info Penyakit/Pneumonia (2004)
3. Wilson LM. Infeksi pada Parenkim Paru : Pneumonia. Dalam : Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit. Jilid II. Edisi 6. jakarta. EGC. 2006. hal. 804 – 10
Klasifikasi Pneumonia
Pneumonia Komuniti

Pneumonia Nosokomial
P Klinis & Epid
Pneumonia Aspirasi
N
Pneumonia pd px
E
Immunocompromised
U
Bakteri penyebab Pneumonia Bakterial
M
Pneumonia Atipikal
O
Pneumonia Virus
N
Pneumonia Jamur
I
A Predileksi Infeksi Pneumonia Lobaris

Pneumonia Interstitial

Bronkopneumonia
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Vol. II, in Pneumonia, by Zul Dahlan, edited by Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus
Alwi, Marcellus Simadibrata K. and Siti Setiati, 966 – 969. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
ETIOLOGI Pneumonia
• Infeksi melalui droplet  Streptococcus pneumoniae
• Infeksi melalui slang infus  Staphylococcus aureus
• Infeksi pada pemakaian ventilator  P. aeruginosa dan
Enterobacter
• Gangguan kekebalan
• Penyakit kronik
• Polusi lingkungan
• Penggunaan antibiotika yang tidak tepat  karakteristik
kuman berubah

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Vol. II, in Pneumonia, by Zul Dahlan, edited by Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus
Alwi, Marcellus Simadibrata K. and Siti Setiati, 965. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
Patofisiologi Pneumonia
Mikroorganisme Daya tahan tubuh Lingkungan

Mekanisme Pertahanan Paru

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Vol. II, in Pneumonia, by Zul Dahlan, edited by Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus
Alwi, Marcellus Simadibrata K. and Siti Setiati, 964. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
4 Tahapan Respon
Kongesti Hepatisasi Merah Hepatisasi Kelabu Resolusi

Periode 4-12 jam pertama 48 jam berikutnya 3-8 hari 7-11 hari

Proses • Lobus yang • Paru tampak merah • Paru tampak • Eksudat mengalami
terkena menjadi & bergranula kelabu, kering, lisis & diresorbsi o/
berat, merah, & (hepatisasi = seperti padat karena : makrofag
sembab hepar) karena • sel darah merah • Sehingga jaringan
• Eksudat serosa eritrosit, fibrin, & mengalami lisis kembali pada
masuk ke dalam leukosit PMN mengisi sementara; strukturnya semula
alveoli melalui alveoli leukosit & fibrin
pembuluh darah • Pleura biasa mengalami
yang berdilatasi & memperlihatkan konsolidasi di
bocor eksudat dalam alveoli
fibrinosa/fibrinopuru yang terserang
len

2008.Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Penerbit


IDAI. Jakarta
• Dengan terapi tepat  pemulihan sempurna, meskipun
mungkin terjadi penyulit:
– Kerusakan atau nekrosis jaringan ->abses
– Pus dapat tertimbun di rongga pleura -> empiema
– Organisasi eksudat intraalveolus -> mengubah paru
menjadi jaringan fibrosa yang padat
– Bakteremia -> meningitis, artritis, endokarditis infeksiosa

2008.Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Penerbit


IDAI. Jakarta
Tanda dan Gejala
• Gejala • Tanda
– Malaise – Sianosis
– Demam – Takikardi
– Kaku otot – Takipnea
– Mialgia – Pekak fokal
– Dispnea – Krepitasi
– Pleuritis – Pernapasan bronkial
– Batuk – Rub pleuritik
– Hemoptisis

Ilmu Penyakit Dalam. Ed IV. Jilid II


Diagnosis
• Anamnesis • Pemeriksaan Radiologis
• Evaluasi faktor predisposisi • Pemeriksaan Lab
• Bedakan lokasi infeksi • Hitung Leukosit
• Usia pasien • serologi
• Awitan • Pemeriksaan
• Pemeriksaan fisik Bakteriologis
• Gejala yang muncul • pemeriksaan apus Gram,
• Sputum Burri Gin, Quellung test,
• Tanda fisis Z.Nielsen
• Pemeriksaan khusus
• titer Ab, analisa gas darah
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Vol. II, in Pneumonia, by Zul Dahlan, edited by Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus
Alwi, Marcellus Simadibrata K. and Siti Setiati. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
Keterangan
A. Pneumococcal lobar pneumonia,
showing consolidated alveoli
filled with neutrophils and fibrin
B. Mycoplasma
bronchopneumonia, with patchy
consolidation in several areas of
both lungs
C. Interstitial pneumonia due to
influenza virus
D. Lung abscess, showing an
abscess cavity in the lower lobe
of the right lung
Goering, Richard V; Dockrell, Hazel M; Zuckerman, Mark;
Chiodini, Peter L; Roitt, Ivan M. "Mims' Medical
Microbiology." In Lower Respiratory Tract Infections, 218.
China: Elsevier, 2013.
• WHO mengembangkan pedoman diagnosis dan tatalaksana
yang sederhana untuk menyederhanakan kriteria diagnosis.
• Tanda bahaya pada anak berusia 2 bulan-5 tahun adalah tidak
dapat minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi
buruk.
• Tanda bahaya untuk bayi berusia di bawah 2 bulan adalah
malas minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi,
demam/badan terasa dingin.

2008.Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Penerbit


IDAI. Jakarta
Berikut ini adalah klasifikasi pneumonia untuk bayi dan anak berusia 2 bulan – 5
tahun:
• Pneumonia berat
– Bila ada sesak nafas
– Harus dirawat dan diberikan antibiotik
• Pneumonia
– Bila tidak ada sesak nafas
– Ada nafas cepat dengan laju nafas : > 50 x/menit untuk anak usia 2 bulan -
1 tahun, > 40 x/menit untuk anak >1-5 tahun
– Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral
• Bukan pneumonia
– Bila tidak ada nafas cepat dan sesak nafas
– Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan
pengobatan simptomatis seperti penurun panas.

2008.Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Penerbit


IDAI. Jakarta
Bayi berusia di bawah 2 bulan (perjalanan penyakitnya
lebih bervariasi, mudah terjadi komplikasi, dan sering
menyebabkan kematian, klasifikasi pneumonia:
• Pneumonia
– Bila ada nafas cepat (>60x/menitt) atau sesak nafas
– Harus dirawat dan diberikan antibiotik
• Bukan pneumonia
– Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas
– Tidak perlu dirawat , cukup diberikan pengobatan
simptomatis

2008.Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Penerbit


IDAI. Jakarta
Tatalaksana
• Antibiotik tidak mengobati viral pneumonia
• Antiviral hanya efektif pada influenza
pneumonia dan pneumonia lain yg
disebabkan oleh famili virus herpes
• Kortikosteroid
• Oksigen
• Penggunaan udara yg sudah dilembabkan

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000073.htm
Perawatan
Indikasi perawatan di Rumah
Sakit (opname): Home-care
• 65 tahun atau anak-anak • Demam  aspirin, NSAIDs
• Tidak bisa mengurus diri (ibuprofen atau naproxen),
sendiri di rumah (makan atau acetaminophen.
dan minum) Anak2 jangan berikan
• Mengidap penyakit lain aspirin!
(maslah ginjal atau hepar) • Jangan minum obat batuk
• Telah mengkonsumsi
aintibiotik di rumah dan • Minum banyak air putih
tidak sembuh • Banyak istirahat
• Gejala yang parah

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000073.html
Komplikasi
• Bakterimia akibat tidak teratasinya infeksi --> lesi metastatik --
> meningitis
• Arthritis
• Perikarditis
• Empiema
• Endokarditis bakterialis
• Peritonitis
• ARDS (acute respiratory distress syndrome)

Ilmu Penyakit Dalam. Ed IV. Jilid II


Pneumonia Komunitas
Patogenesis
• Kecenderungan tjdnya infeksi oleh kuman
tertentu oleh modifying factors:
– Pneumokokus yg resisten penisilin & obat lain
• Usia >65 thn
• Pengobatan B-lactam dlm 3 bln terakhir
• Alkoholisme
• Penyakit imunosupresif (tmsk terapi kortikosteroid)
• Penyakit penyerta yg multipel
• Kontak pd klinik lansia

Ilmu Penyakit Dalam. Ed IV. Jilid II


Patogenesis
– Patogen gram negatif
• Tinggal di rumah jompo
• Penyakit kardiopulmonal penyerta
• Penyakit penyerta yg jamak
• Baru selesai mendapatkan terapi antibiotik
– Pseudomonas aeruginosa
• Penyakit paru struktural (bronkiektasis)
• Terapi kortikosteroid (>10 mg prednisone/hari)
• Terapi antibiotik spektrum luas >7 hari pd bulan
sebelumnya
• Malnutrisi
Ilmu Penyakit Dalam. Ed IV. Jilid II
Indikasi Perawatan di RS
American Thoracic Society British Thoracic Society
• Kriteria Mayor • Frekuensi napas >30/m
– Kebutuhan akan ventilator • Tensi diastolik <60 mmHg
– Syok septik • BUN 19,1 mg/dl
• Kriteria Minor • Bingung (confusion)
– Tensi sistolik <90 mmHg
– Mengenai multilobar
– PaO2/FI O2 ratio >250

1 dr kriteria mayor/2 dr kriteria


minor
Ilmu Penyakit Dalam. Ed IV. Jilid II
Prognosis
• Kejadian PK di USA adl 3,4 – 4 juta kasus pertahun & 20% di
antaranya perlu dirawat di RS. Secara umum, angka kematian
pneumonia oleh pneumokokus adl sebesar 5%, namun dpt
meningkat pd orang tua dgn kondisi yg buruk.
• Pneumonia dgn influenza di USA mrpkn penyebab kematian
no. 6 dgn kejadian sebesar 59%. Sebagian besar pd lansia
yaitu sebesar 89%.
• Mortalitas yg tinggi berkaitan dgn modifying factors yg ada pd
pasien.

Ilmu Penyakit Dalam. Ed IV. Jilid II


Pencegahan
• Vaksinasi influenza & pneumokokus pd orang dgn:
– Risiko tinggi
– Gangguan imunologis
– Penyakit berat (tmsk penyakit paru kronik, hati, ginjal, &
jantung)
– Penghuni rumah jonpo/rumah penampungan penyakit
kronik
– Lansia >65 tahun.

Ilmu Penyakit Dalam. Ed IV. Jilid II


Pneumonia Nosokomial
Etiologi
Patogen Faktor Risiko
Staphylococcus aureus Koma, cedera kepala, influenza, pemakaian obat IV,
(MRSA) DM, gagal ginjal
Ps. Aeruginosa Pernah dpt antibiotik, ventilator >2hari
Lama dirawat di ICU, terapi steroid/ antibiotik
Kelainan struktur paru (bronkiektasis, kistik fibrosis)
Malnutrisi
Anaerob Aspirasi, selesai operasi abdomen
Acinobacter sp. Antibiotik sebelum onset pneumonia & ventilasi
mekanik

Ilmu Penyakit Dalam. Ed IV. Jilid II


Patogenesis
• Patogen masuk sal napas bawah stlh melewati hambatan
mekanisme pertahanan host  kolonisasi.
• Pasasi bakteri pencernaan ke paru.
• Penyebaran hematogen.
• Akibat tindakan intubasi.

Ilmu Penyakit Dalam. Ed IV. Jilid II


Kriteria Diagosis CDC
• Ronki/dullness pd perkusi thorax. Ditambah salah satu:
– Onset baru sputum purulen/perubahan karakteristiknya
– Isolasi kuman dr bahan yg didapat dr aspirasi transtrakeal, biopsi atau sapuan
bronkus
• Gambaran radiologis berupa infiltrat baru yg progresif, konsolidasi,
kavitasi, atau efusi pleura, & salah satu dr:
– Isolasi virus/deteksi antigen virus dr sekret respirasi
– Titer antibodi tunggal yg diagnostik (IgM),/ peningkatan 4x titer IgG dr kuman
– Bukti histopatologis pneumonia
• Pasien sama/<12 thn dgn 2 dr gejala2 berikut: apnea, takipnea,
bradikardia, wheezing, ronki/batuk, disertai salah satu dr:
– Peningkatan produksi sekresi respirasi/ salah satu dr kriteria no. 2 diatas
• Pasien sama/<12 thn yg menunjukkan infiltrat baru/progresif, kavitasi,
konsolidasi /efusi pleura pd foto thorax. Ditambah salah satu dr kriteria
no. 3 di atas
Ilmu Penyakit Dalam. Ed IV. Jilid II
Prognosis
• Angka mortalitas PN dpt mencapai 35 – 50% yg bisa
mencapai 70% bila termasuk yg meninggal akibat
penyakit dasar yg dideritanya.
• Penyebab kematian biasanya adl akibat bakteriemi
turutama oleh Ps. aeruginosa atau Acinobacter sp.

Ilmu Penyakit Dalam. Ed IV. Jilid II


Pencegahan
• Faktor Host
– Nutrisi adekuat, makanan enteral dgn selang nasogastrik
– Reduksi/penghentian terapi imunosupresif
– Cegah ekstubasi yg tdk direncanakan (tangan diikat, beri
sedasi)
– Tempat tidur yg kinetik
– Spirometer insentif, nafas dalam, kontrol rasa nyeri
– Mengobati penyakit dasar
– Menghindari penghambat histamin tipe 2 & antasida

Ilmu Penyakit Dalam. Ed IV. Jilid II


Pencegahan
• Faktor Alat
– Kurangi obat sedatif & paralitik
– Hindari overdistensi lambung
– Hindari intubasi & reintubasi
– Pencabutan selang endotrakeal & nasogastrik yg terencana
– Posisi ½ duduk (30 – 40 derajat)
– Jaga saluran ventilator bebas dr kondensasi
– Tekanan ujung selang endotrakeal >20 cmH2O (menjaga
kebocoran patogen ke sal nafas bawah)
– Aspirasi sekresi epiglotis yg kontinyu
Ilmu Penyakit Dalam. Ed IV. Jilid II
Pencegahan
• Faktor Lingkungan
– Pendidikan
– Menjaga prosedur pengontrolan infeksi oleh staf
– Program pengontrolan infeksi
– Mencuci tangan, desinfeksi peralatan

Ilmu Penyakit Dalam. Ed IV. Jilid II


Acute Bronchitis

https://www.merckmanuals.com/ho
me/lung-and-airway-
disorders/acute-bronchitis/acute-
Etiologi
• Bronchitis paling sering disebabkan oleh virus
• Dapat disebabkan oleh:
– Mycoplasma pneumoniae
– Chlamydia pneumoniae
– Bordetella pertussis

https://www.merckmanuals.com/home/lu
ng-and-airway-disorders/acute-
bronchitis/acute-bronchitis
Patofisiologi
Hipertrofi kelenjar mukosa
bronkus & peningkatan jumlah
Inflamasi pada
sel goblet dengan infiltrasi sel –
bronkus
sel radang & odema pada
mukosa sel bronkus

Mukosa yang Melemahnya akivitas


Rentan terhadap
berlebih (batuk silia & faktor
infeksi
produktif) fagositosis

Aliran udara
Penyempitan bronkus
berkurang
http://emedicine.medscape.com/a
rticle/297108-overview#a0104
Tanda dan Gejala
• Biasanya dimulai dengan gejala seperti
selesma, lalu mulai timbul batuk yang awalnya
kering lalu berubah menjadi berdahak, dahak
dapat saja berwarna hijau atau bening. Batuk
biasanya sembuh setelah 2 sampai 3 minggu
karena paru butuh waktu untuk memperbaiki
sel epitel bronkus yang rusak.

https://www.merckmanuals.com/ho
me/lung-and-airway-
disorders/acute-bronchitis/acute-
Pemeriksaan penunjang
• X-ray
• Pemeriksaan darah lengkap
• Procalcitonin (untuk membedakan bacterial
dan non bacterial)
• Bronchoscopy

http://emedicine.medscape.com/arti
cle/297108-overview
Diagnosis Banding
• Alpha1-Antitrypsin Deficiency
• Asthma
• Bronchiectasis
• Bronchiolitis
• Chronic Bronchitis
• Chronic Obstructive Pulmonary Disease
• Gastroesophageal Reflux Disease
• Influenza
• Pharyngitis, Bacterial
• Pharyngitis, Viral
• Sinusitis, Acute
• Sinusitis, Chronic
• Streptococcus Group A Infections

http://emedicine.medscape.com/arti
cle/297108-differential
Tatalaksana
• Untuk menurunkan demam dan analgesik
(aspirin, acetaminophen, or ibuprofen)
• Anak KI aspirin (reye’s syndrome)
• Untuk mengurangi wheezing (menggunakan
bronkodilator)
• Untuk antibiotik (azithromycin atau
clarithromycin)
• Untuk batuk tidak dianjurkan digunakan, namun
jika batuk mengganggu tidur, dapat
emnggunakan expectorant
https://www.merckmanuals.com/ho
me/lung-and-airway-
disorders/acute-bronchitis/acute-
Komplikasi & Prognosis
KOMPLIKASI PROGNOSIS
• Pneumonia • Orang sehat  sembuh
• Hepatitis dengan AB/ sembuh sendiri
• Encephalitis disebabkan oleh virus
• Arthralgia • Orang tua, infant, perokok,
pasien dengan gangguan
• Skin lesions paru/ jantung  beresiko
• Hemolytic anemia lebih besar mengalami
komplikasi

http://www.drugs.com/health-guide/acute-bronchitis.html
BRONKIOLITIS
• Ditandai dengan adanya inflamasi pada
bronkiolus, yang umumny disebabkan oleh
virus

2008.Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Penerbit IDAI. Jakarta


ETIOLOGI BRONKIOLITIS
• Virus : respiratory syncytial virus (RSV)
subtype A dan B, adenovirus parainfluenza,
influenza, rhinovirus
• Bakteri : Mycoplasma pneumoniae ( tp blm
ada bukti kuat)

2008.Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Penerbit IDAI. Jakarta


EPIDEMIOLOGI BRONKIOLITIS
• Sering terkena pada bayi berusia 2 – 24 bulan,
dgn puncakny usia 2-8 bulan
• 95% kasus timbul pada anak usia <2 tahun &
diantaranya 75% pada anak usia <1 tahun
• Insiden terbanyak pd musim dingin atau musim
hujan di negara tropis
• Risiko hospitalisasi dan penyakit lebih parah
meningkat pada bayi kelahiran prematur ,riwayat
asma & diplasia bronkopulmonal, & paparan asap
rokok
2008.Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Penerbit IDAI. Jakarta
PATOFISIOLOGI BRONKIOLITIS
• Patofisiologi bronkiolitis karena RSV :
Replikasi virus RSV di saluran
pernafasan→infeksi virus di sel-sel epitel bersilia
bronkiolus→obstruksi sel-sel epitel bersilia
akibat edema→reaksi inflamasi : peningkatan
produksi mukus; pembentukan sumbatan dari
debris alveolar+benang-benang fibrin di bronkus
kecil dan bronkiolus→obstruksi aliran udara
parsial/total

2008.Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Penerbit IDAI. Jakarta


TANDA DAN GEJALA BRONKIOLITIS
• Pilek ringan
• Batuk biasa hingga disertai sesak
• Demam
• Wheezing
• Sianosis
• Grunting (merintih)
• Napas berbunyi
• Munta setelah batuk
• Rewel
• Napsu makan berkurang

2008.Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Penerbit IDAI. Jakarta


PP BRONKIOLITIS
• PCR
• ELISA
• Kultur virus
• Pengukuran titer antibodi pada fase akut &
konvalesens

2008.Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Penerbit IDAI. Jakarta


DIFERENSIAL DIAGNOSIS
BRONKIOLITIS
• Asma
• Bronkitis
• Pneumonia (aspirasi, virus, bakteri, &
mikoplasma)
• Gagal paru kongestif
• Edema paru

2008.Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Penerbit IDAI. Jakarta


TATALAKSANA FARMAKOLOGI
BRONKIOLITIS
• Bronkodilator (α/β agonis :
epinefrin/albuterol)
• Epinefrin
• Antiviral: ribavirin
• Anti-inflamasi(kortikosteroid): prednison,
prednisolon, metilprednison,
hidrokortison,&deksametason

2008.Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Penerbit IDAI. Jakarta


TATALAKSANA NON FARMAKOLOGI
BRONKIOLITIS
• Pemberian oksigen
• Kontrol cairan intravena & kecukupan
cairannya
• Minimalkan handling pada bayi
• Penyesuain suhu agar konsumsi oksigen
minimal
• Tunjangan respirasi & nutrisi

2008.Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Penerbit IDAI. Jakarta


KIE UNTUK BRONKIOLITIS
• Edukasi ke orangtua pasien harus mencakup :
– Pentingnya profilaksis pada anak berisiko tinggi
– Pentingnya menghindari paparan RSV pada 2 – 3
bulan pertama kehidupan

2008.Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Penerbit IDAI. Jakarta


MENJELASKAN KELAINAN INFEKSI SALURAN NAPAS
BAWAH AKUT YANG DISEBABKAN JAMUR
Histoplasmosis
• Disebabkan oleh jamur Histoplasma kapsulatum,
bersifat dimorfik, hidup dalam tanah yg mengandung
kotoran burung, ayam, kelelawar.
• Tumbuh dengan baik pada suhu antara 22⁰C-29⁰C
dgn kelembaban udara 67%-87%
• Infeksi: terhirup spora jamur H. Kapsulatum
• Tidak ditularkan dari manusia ke manusia & hewan
ke manusia atau sebaliknya
• Gambaran klinis: asimptomatik, histoplasmosis akut,
histoplasmosis kronik, histoplasmosis diseminata
IPD EDISI V JILID III HAL 2268
Histoplasmosis Asimtomatik
• Pada daerah endemik bisa dijumpai sekitar
90% penduduk yg terinfeksi H. Capsulatum
• Tidak menimbulkan gejala walaupun tes
histoplasmin positif

IPD EDISI V JILID III HAL 2268


Histoplasmosis Paru Akut
• Setelah masa inkubasi bisa lebih dari 90% tidak
menunjukan gejala klinis yg khas
• Bisa spora jamur terhirup cukup banyak  sesak
napas, sianosis, sakit dada, rash, eritema
multiforme, sakit pleura
• Hipersensitivitas kulit timbul 4-8 minggu setelah
gejala pertama
• Pemeriksaan radiologi: gambaran infiltrat kecil yg
tersebar, pembesaran kelenjar hilus, dan bila
sudah lama bisa dijumpai kalsifikasi

IPD EDISI V JILID III HAL 2268


Histoplasmosis Paru Kronik
• Dijumpai pada org dewasa dengan umur
paruh baya riwayat penyakit paru kronik,
misalnya: tbc
• Juga pada pasien diabetes melitus dan
penyakit mikosis paru lainnya
• Pada foto dada, kedua lobus atas paru terlihat
adanya kaverne
• Sering disangka tbc paru

IPD EDISI V JILID III HAL 2268


Histoplasmosis Diseminata
• Timbul pada ps dgn penyakit yg disertai gangguan
fungsi sel T, ps yg mendapat sitostatik, kortikosteroid,
ps AIDS, transplantasi organ
• Gejala: demam tinggi, hepatosplenomegali,
limfadenopati, pasnsitopenia, dan lesi di mukosa
dapat terjadi berupa lesi ulseratif di mulut, lidah,
orofaring. Organ lain yg bisa kena adalah meningen
dan endokardium
• Foto dada kemungkinan dapat normal, walaupun
kadang-kadang didapati gambaran infiltrat difus

IPD EDISI V JILID III HAL 2268


Diagnosis Histoplasmosis
• Tes kulit histoplasmin
• Tes serologik
• Deteksi antigen dr polisakarida histoplasmosis 
penting untuk diagnosis kasus yg berat
• Histoplasmosis kronik dgn kaverne  kultur
jamur dari dahak dan tes serologik biasanya +
• Pada ps AIDS yg disertai histoplasmosis
diseminata  bronchoalveolar lavage (BAL)
penting utk pemeriksaan dahak langsung & kultur

IPD EDISI V JILID III HAL 2268-2269


Tatalaksana
Jenis penyakit Pengobatan lebih cocok Alternatif
Pulmonari akut Tidak ada
Pulmonari kronik Itrakonazol Amfoterisin B
Diseminata penderita Itrakonazol Amfoterisin B
imunokompeten,
penyakitnya kurang berat
Perburukan cepat, penyakit Amfoterisin B Ganti ke itrakonazol setelah
berat, terlibat SSP, infeksi 2 minggu bila membaik
HIV atau dan stabil secara klinik
imunokompromais lain

IPD EDISI V JILID III HAL 2272


Cryptococcus
• Disebabkan o/ Cryptococcus neoformans
• Habitat: di tanah, terutama yg mengandung
kotoran burung merpati
• Gejala yg timbul menyerupai infeksi paru subakut
dengan batuk. Kebanyakan akan menimbulkan
meningitis subakut atau kronik
• Foto dada menunjukkan tidak spesifik dan
bervariasi, bisa berupa infiltrat, konsolidasi lobus,
abses, nodul, bentuk milier, adenopati hilus, atau
efusi pleura

IPD EDISI V JILID III HAL 2269


Diagnosis Cryptococcus
• Diagnosis ditegakkan dengan terlihatnya Cryptococcus pada
pemeriksaan histopatologi atau terisolasinya Cryptococcus dari
dahak, cairan bilasan bronkus, atau jaringan paru.
• Tes antigen serum Cryptococcus

Tatalaksana
• Pada ps dengan imunosupresi beri amfoterisin B atau liposomal
amfoterisin B secara iv selama 2 minggu dan sampai gejala
membaik
• Dilanjutkan flukonasol (400 mg/hari) selama 8 minggu kemudian
flukonasol (200 mg/hari) seumur hidup
• Pada ps yg normal sebelumnya bisa respon dengan flukonasol
selama 6-12 bulan, sbg alternatif bisa dengan itrakonazol

IPD EDISI V JILID III HAL 2269


Tatalaksana
• Pada ps dengan imunosupresi beri amfoterisin
B atau liposomal amfoterisin B secara iv
selama 2 minggu dan sampai gejala membaik
• Dilanjutkan flukonasol (400 mg/hari) selama 8
minggu kemudian flukonasol (200 mg/hari)
seumur hidup
• Pada ps yg normal sebelumnya bisa respon
dengan flukonasol selama 6-12 bulan, sbg
alternatif bisa dengan itrakonazol

IPD EDISI V JILID III HAL 2272


Aspergilosis
• Disebabkan oleh jamur aspergilus. Yang paling
sering menimbulkan infeksi: A. Niger, A.
Flavus, A. Clavatus, A. Nidulans
• Tumbuh dalam jaringan sbg hifa
• Spora jamur secara teratur dihirup oleh
manusia dan kemudian jamur ini mengadakan
kolonisasi di permukaan mukosa.

IPD EDISI V JILID III HAL 2269


Allergic Bronchopulmonary
Aspergillosis (ABPA)
• Manisfestasi: badan tidak enak, demam, sesak,
sakit dada, wheezing, dahak yg purulen, dan batuk
darah
• 5 tahap ABPA  akut, remisi, eksaserbasi berulang,
asma dependen thdp kortikosteroid & fibrosis paru
• Akut: demam, batuk, sesak, sulit mengeluarkan
dahak. Lab: peninggian serum IgE dan eosinofilia.
Radiologi: ditemukan infiltrat di paru. Pada fase ini
diberikan kortikosteroid sampai timbul remisi

IPD EDISI V JILID III HAL 2269-2270


Allergic Bronchopulmonary
Aspergillosis (ABPA)
• Remisi: ps tidak memberikan gejala sedangkan
secara lab menunjukkan penurunan Ige dan
eosinofil darah. Radiologis: resolusi infiltrat di
paru. Tidak diperlukan kortikosteroid
pemeliharaan
• Eksaserbasi berulang: menunjukkan gejala
asma yg memerlukan kortikosteroid jangka
panjang. Lab: peningkatan IgE sedangkan
gambaran radiologis berubah-ubah
• Fibrosis
IPD EDISI V JILID III HALparu:
2270 menunjukkan gejala sesak napas
Aspergiloma
• Terjadi pada ps yg sudah mempunyai kelainan
anatomis pada paru
• Gejala utama: hemoptisis (batuk darah) 
mengancam jiwa pasien. Selain batuk darah,
juga dijumpai gejala penyakit dasarnya
• Radiologis: tampak hifa dan spora jamur
memberikan bayangan radioopak, sedangkan
rongga kavitas radiolusen  membentuk
fungus ball

IPD EDISI V JILID III HAL 2270


Aspergilosis Invasif
• Dijumpai pd ps yg mempunyai kelainan sel neutrofil
baik dalam jumlah, fungsi, atau keduanya.
• Gejala spt infeksi paru akut, misalnya berupa
demam, batuk, sesak napas, kadang disertai batuk
darah dan nyeri pleura
• Dijumpai nodul kecil di dasar pleura dengan suatu
halo sign, rongga dari lesi noduler tsb berupa
radiolusen spt bulan sabit yg menggambarkan
jaringan paru yg infark dan kontraksi

IPD EDISI V JILID III HAL 2270


Aspergilosis Kronik Nekrotizing
• Merupakan bentuk antara aspergiloma dan
aspergilosis invasif
• Dijumpai lesi yg berongga pada lobus atas paru
menyerupai gambaran tbc atau bisa infiltrat kronik yg
berlanjut membentuk aspergiloma atau seuatu lesi
mulai sebagai aspergiloma & menjadi invasif scr lokal
• Gejala: sesak napas, batuk kronik, berdahak, BB
turun, keringat malam, demam, batuk darah
intermiten

IPD EDISI V JILID III HAL 2270


Diagnosis Aspergilosis
• Aspergiloma diagnosisnya ditegakkan secara radiologis,
dimana kelompok hifa dan spora jamur membentuk
fungus ball. IgG antibodi terhadap antigen aspergilus di
serum pasien positif.
• Diagnosis dugaan aspergilosis invasif sering dibuat
berdasarkan dugaan klinis dan temuan radiologi atau
terdeteksinya antigen galactomannan di serum

IPD EDISI V JILID III HAL 2270


• ABPD ditegakkan 6. Serum IgE meninggi
berdasarkan: 7. Bronkiektasis proksimal
1. Asma 8. IgE dan IgG spesifik
2. Eosinofilia >1000/mm3 meninggi terhadap A.
3. Tes kulit (+) terhadap Fumigatus.
A. Fumigatus 9. Gambaran lain berupa
4. Presipitin antibodi thd hasil kultur (+) thd A.
aspergilus Fumigatus dan reaksi tes
5. Radiologis adanya kulit tipe lambat (+)
infiltrat

IPD EDISI V JILID III HAL 2270


Tatalaksana
Jenis penyakit Pengobatan lebih cocok Alternatif
Fungus ball di paru Pembedahan Untuk hemoptisis
embolisasi
Aspergilosis Glukokortikoid jangka Profilaksis intrakonazol
bronkopulmoner alergik pendek
Aspergilosis invasif Varikonasol, liposomal atau Amfoterisin B koloidal
amfoterisin B konvensional dispersi atau kompleks
lipid, itrakonazol, atau
kaspofungin

IPD EDISI V JILID III HAL 2272


Kandidosis
• Disebabkan oleh jamur spesies kandida, yg
paling patogen  Candida albicans
• Secara radiologis bisa dijumpai bercak-bercak
segmental atau ada juga berupa gambaran
abses.
• Dengan dijumpai kandida dalam jumlah
banyak dan berulang dalam dahak dan sekret
bronkus sudah memberi dugaan kuat bahwa
jamur ini merupakan penyebab.

IPD EDISI V JILID III HAL 2271


Manisfestasi Klinis Kandidosis
• Kandidosis primer, timbul krn aspirasi jamur dari rongga mulut.
Manisfestasi klinis dpt berupa pneumonia atau dpt menyebar ke berbagai
organ
• Kadang2 berupa misetoma
• Infeksi sistemik yg melibatkan berbagai organ. Primer umumnya berasal
dari ekstra paru misalnya dari sal pencernaan yg menyebar secara
hematogen ke paru. Selain itu jg dapat ke hati, jantung, limpa, dan ginjal

Tatalaksana
• Diberikan amfoterisin B IV 0,5-0,7 mg/kg sehari selama 2-4 minggu atau
flukonazol

IPD EDISI V JILID III HAL 2271 – 2272


Mukormikosis
• Disebabkan oleh ordo mucorales yg tdd
Rhizopus, Absidia, Mortierella, dan Mucor
• Infeksi baru tjd bila ada faktor predisposisi
berupa DM, leukemia, gagal ginjal, atau luka
bakar
• Infeksi pada paru diperkirakan terjadi setelah
inhalasi jamur, kemudia terjadi trombosis
pada pembuluh darah paru dan infark

IPD EDISI V JILID III HAL 2271


Nokardiosis
• Disebabkan oleh Nocardia sp, N. Astroides.
• Jamur bersifat aerob, gram positif, dan bakteri
berfilamen yg bersifat tahan asam parsial
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan
dijumpainya nokardia dalam dahak dan sekret
bronkus pasien

IPD EDISI V JILID III HAL 2271


MENJELASKAN KELAINAN INFEKSI SALURAN NAPAS
BAWAH AKUT YANG DISEBABKAN VIRUS
Etiologi Pneumonia Viral
• Influenza virus (paling • Coronavirus
sering pada orang • Cytomegalovirus
dewasa) • Hantavirus
• RSV (paling sering • HSV
pada anak)
– Measles
• Adenovirus – Metapneumovirus
• Parainfluenza virus – rhinovirus
• Varicella
Murray & Nadel’s textbook of respiratory
medicine ed.5 section H ch. 31 “viral
infection” pg. 661-698
Pencegahan Pneumonia Viral
• Pneumococcal pneumonia vaccine (KI wanita hamil)
• Pneumococcal conjugate vaccine (untuk anak dibawah
2 tahun)
• Haemophilus influenzae type b vaccine (diberikan pada
umur 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan)
• Influenza vaccine (diberikan tiap tahun KI alergi telur
yang belum desensitasi)
• Chickenpox vaccine (diberikan antara usia 12 sampai 15
bulan, booster pada usia 4 sampai 6 tahun, untuk 13
tahun keatas (yang belum pernah terpapar) 2 dosis
diberikan dengan jangka 4 sampai 8 minggu)
https://www.merckmanuals.com/home/lu
ng-and-airway-
disorders/pneumonia/overview-of-
FLU BURUNG/AVIAN INFLUENZA (AI)
• Penyakit infeksi virus pada unggas, terutama
unggas di perairan seperti bebek dan angsa
• Kebanyakan tidak menginfeksi manusia,
namun beberapa jenis seperti A(H5N1) dan
A(H7N9) menyebabkan infeksi yang serius
pada manusia→zoonosis

Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, Senior RM, Pack AI, editors. Fishman’s pulmonary
diseases and disorders. 4th ed vol 2. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2008.
ETIOLOGI FLU BURUNG
• Genus virus influenza A,
dari famili
Orthomyxovirus
• Enveloped, (-) stranded
RNA virus
• Glikoprotein permukaan
(antigen utama) :
– Hemagglutinin (HA)
– Neuraminidase (NA)
• Jenis yang menginfeksi
manusia : (H5N1)
Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, Senior RM, Pack AI, editors. Fishman’s pulmonary
diseases and disorders. 4th ed vol 2. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2008.
ETIOLOGI FLU BURUNG
• Virus dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan kemampuannya
untuk menyebabkan penyakit di unggas:
– High pathogenicity→menyebabkan hampir 100% mortalitas dalam 48
jam
– Low pathogenicity→tidak menyebabkan penyakit yang berat

• Virus influenza A(H5N1)→high pathogenicity. Pertama kali


dilaporkan menginfeksi manusia pada Mei 1997 di Hongkong, China
• Virus influenza A(H5N1) telah menyebar dari Asia ke Eropa dan
Afrika
• Virus influenza A(H7N9)→low pathogenicity. Pertama kali
dilaporkan menginfeksi 3 orang di China pada Maret 2013
• Belum ada laporan kasus virus influenza A(H7N9) di luar China

World Health Organization. Overview of the emergence and


characteristics of the avian influenza A(H7N9) virus
*Data Kemenkes RI : tahun 2005 s/d September
2013 : 194 kasus dengan 162 kematian

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Internet]. Laporan kasus flu burung ke-194 [uploaded Sep 26,
2013; cited June 2, 2015]. Available at: http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=SNR.13100006
Penularan
• kontak langsung membran mukosa dengan sekret atau ekskreta
infeksius dari unggas yang terinfeksi.
• Jalur masuk : saluran respiratorik dan
• konjungtiva
• Masa inkubasi : ≤ 7 hari

MANIFESTASI KLINIS
• Influenza like illness (ILI) atau Penyakit Serupa Influenza (PSI)
dengan gejala demam, sakit tenggorokan, batuk, pilek, nyeri otot,
sakit kepala, lesu.
• Beberapa laporan kasus menyebutkan adanya konjungtivitis, diare,
bahkan ada satu kasus dengan meningitis.

World Health Organization, Pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah


sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/ WHO ; alihbahasa, Tim
Adaptasi Indonesia. – Jakarta : WHO Indonesia, 2008 . Halaman 123-128
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
– Limfopeni dan trombositopeni
– Peningkatan enzim hati (SGOT & SGPT)
– Peningkatan urea-N & kreatinin
• Mikrobiologi
– RT-PCR
– Nasopharyngeal culture
– Swab tenggorokan
• Foto toraks : Gambaran radiologis abnormal ditemukan 3-
17 setelah timbul demam.
– Infiltrat difus multifokal/ berbercak
– Infiltrat interstisial
– Konsolidasi segmental/ lobar
World Health Organization, Pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah
sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/ WHO ; alihbahasa, Tim
Adaptasi Indonesia. – Jakarta : WHO Indonesia, 2008 . Halaman 123-128
Diagnosis

World Health Organization, Pedoman pelayanan kesehatan


anak di rumah sakit rujukan tingkat pertama di
kabupaten/ WHO ; alihbahasa, Tim Adaptasi Indonesia. –
Jakarta : WHO Indonesia, 2008
Tatalaksana
• Rekomendasi terapi menurut WHO:
– Oseltamivir (Tamiflu®) merupakan obat pilihan utama
• Cara kerja: Inhibitor neuraminidase (NA)
• Diberikan dalam 36-48 jam setelah awitan gejala
• Dosis: 2 mg/kg (dosis maksimum 75 mg)  2 kali sehari
selama 5 hari
• Dosis alternatif (WHO):
– ≤ 15 kg : 30 mg 2x sehari
> 15-23 kg :45mg 2x sehari
> 23-40 kg : 60mg 2x sehari
> 40 kg : 75mg 2x sehari
Anak usia ≥ 13 th dan dewasa: 75 mg 2 x sehari
World Health Organization, Pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah
sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/ WHO ; alihbahasa, Tim
Adaptasi Indonesia. – Jakarta : WHO Indonesia, 2008 . Halaman 123-128
Tatalaksana
• Modifikasi rejimen antiviral, termasuk dosis ganda
– harus dipertimbangkan kasus demi kasus, terutama pada kasus
yang progresif dan disertai dengan pneumonia.
• Kortikosteroid
– Tidak digunakan secara rutin
– Dipertimbangkan pada keadaan seperti syok septik atau pada
keadaan insufisiensi adrenal yang membutuhkan vasopresor
– Jangka panjang dan dosis tinggi dapat menimbulkan efek
samping yang serius, termasuk risiko adanya infeksi
oportunistik.
– Bukti terkini belum mendukung penggunaan kortikosteroid atau
imunomodulator lainnya dalam penanganan infeksi A/H5N1
yang berat.
World Health Organization, Pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah
sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/ WHO ; alihbahasa, Tim
Adaptasi Indonesia. – Jakarta : WHO Indonesia, 2008 . Halaman 123-128
Tatalaksana
• Antibiotika kemoprofilaksis
– tidak harus dipergunakan
– Pertimbangkan pemberian antibiotika bila diperlukan yaitu
jenis antibiotik untuk community acquired pneumonia
(CAP) yang sesuai sambil menunggu hasil biakan darah.
• Hindarkan pemberian salisilat (aspirin) pada anak <18 tahun
– berisiko terjadinya sindrom Reye. Untuk penurun panas,
berikan para- setamol secara oral atau supositoria.

World Health Organization, Pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah


sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/ WHO ; alihbahasa, Tim
Adaptasi Indonesia. – Jakarta : WHO Indonesia, 2008 . Halaman 123-128
Pencegahan
• Menghindari kontaminasi dengan tinja, sekret unggas,
binatang, bahan, dan alat yang dicurigai tercemar oleh virus.
– Menggunakan pelindung (masker, kacamata)
– Tinja unggas ditatalaksana dengan baik
– Disinfektan alat-alat yang digunakan
– Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi
peternakan
– Daging ayam dimasak suhu 800 C selama 10 menit, telur
unggas dipanaskan 640 C selama 5 menit
– Jaga kebersihan lingkungan dan kebersihan pribadi
(personal hygiene)
• Penerapan Standar Kewaspadaan Universal perlu dilakukan
dengan penerapan kendali infeksi di lingkungan
World Health Organization, Pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah
sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/ WHO ; alihbahasa, Tim
Adaptasi Indonesia. – Jakarta : WHO Indonesia, 2008 . Halaman 123-128
Pencegahan
• Higiene pribadi dalam usaha untuk
meminimalisasi kejadian pandemi.
• Oseltamivir dosis tunggal selama 1 minggu
Zanamivir perlu dipertimbangkan sebagai terapi
profilaksis pada pekerja kesehatan yang kontak
dengan pasien terinfeksi AI serta dalam
pengobatan menggunakan oseltamivir.
• Vaksinasi belum ada
Vaksin yang efektif hingga kini masih dalam
penelitian dan pengembangan.
World Health Organization, Pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah
sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/ WHO ; alihbahasa, Tim
Adaptasi Indonesia. – Jakarta : WHO Indonesia, 2008 . Halaman 123-128
Komplikasi
• Acute respiratory failure
• Organ failure
• Pneumonia
• Sepsis

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency
/article/007263.htm
SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome)
• Merupakan bentuk serius dari pneumonia
• Etiologi:
– SARS Virus dari famili coronavirus
• Cara transmisi:
– Melalui droplet  airborne transmission
• Virus ini dapat hidup bulanan atau tahunan
saat temperatur dingin (below freezing)

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007192.htm
Tanda dan Gejala
• Khas:
– Batuk
– Susah bernapas
– Demam diatas 38 derajat Celcius
• Umum:
– Menggigil
– Sakit kepala
– Nyeri otot
• Kurang umum:
– Batuk berdahak
– Diare
– Pusing
– Mual muntah
– Rinore
– Radang tenggorokan
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007192.htm
Pemeriksaan Penunjang
• Cek darah lengkap
• Foto toraks
• CT Scan
• Tes antibodi
• PCR Test

TATALAKSANA
• Di isolasi di rumah sakit
• Antibiotik untuk bakteri yg menyebabkan pneumonia
• Antivirus (belum diketahui keefektifannya)
• Steroid dosis tinggi
• Oksigen, breathing support

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007192.htm
Prognosis
• Angka kematian : 9-12%, pada usia >65 tahun angka meningkat
sampai 50%
• Kemungkinan komplikasi:
– Gagal paru
– Gagal hepar
– Gagal jantung

PENCEGAHAN & KIE


• Mengurangi kontak dengan orang dengan SARS
• Hindari berpergian ke daerah endemik yang belum terkontrol
• Cuci tangan
• Gunakan masker

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007192.htm
Abses Paru
• Etiologi :
– Kelompok bakteri anaerob (terutama pd orang dengan
immunocompetent & diakibatkan pneumonia aspirasi)
• Bacteriodes melaninogenus, bacteriodes fragilis, peptostretococcus
species, bacillus intermedius, prevotella melaninogenica
– Kelompok bakteri aerob, predominan pd orang dgn
immunocompromised
• Gram positif: sekunder oleh sebab selain aspirasi
– Staphylococcus aureus, streptococcus microaerophillic,
streptococcus pyogenes, streptococcus pneumonia
• Gram negatif: biasanya merupakan sebab nosokomial
– Klebsiella pneumonia, pseudomonas aureginosa, e.colli,
haemophillus influenza
• Tanda & gejala :
– Dpt berjalam lambat/ mendadak/ akut
– Akut: terjadi kurang dari 4-6 minggu
– Umumnya pasien punya riwayat perjalanan penyakit 1-3 minggu
– Gejala awal: badan terasa lemah, tidak nafsu makan, penuruna berat badan,
batuk kering, keringat malam, demam intermitten bisa disertai menggigil
dengan suhu tubuh 39,4 atau lebih
– Sputum berbau amis & bewarna anchovy
– Ada keluhan nyeri dada & batuk dada dpt dari ringan hingga masif
• PF :
– Lab: leukosit tinggi 10.000-30.000/ mm kubik dengan hitung jenis bergeser ke
kiri & sel PMN yg banyak terutama neutrofil yg imatur
• Tatalaksana :
– Antibiotik: klindamisin 3x600 mg IV sampai ada perbaikan
– 4x300 mg oral/ hari atau diberikan amoksisilin asam klavulanat 2x875 mg
– Antibiotik parenteral diganti ke oral bila pasien tidak panas lagi klindamisin
300-600 mg 3x/hari atau flagyl 3x500 mg/hari
Chest X-Ray
• Prognosis :
– Tergantung dari respon inflamasi, keadaan umum pasien, letak abses, serta
luas kerusakan, dan respon pengobatan
– Pada era antibiotika sekarang penyembuhan sudah mencapai 90-95%
– Faktor yang memperjelek (mortalitas 65-75%)
• Kavitas besar
• Penyakit dasar
• Status immunocompromised
• Umur tua
• Empinema
• Komplikasi :
– Lokal  penyebaran infeksi melalui aspirasi lewat bronkus atau penyebaran
langsung melalui jaringan sekitarnya
– Kurang drainase  ruptur kesegmen lainnya dengan adanya penyebaran
infeksi Staphylococcus, ruptur rongga pleura (piotoraks)
– Abses otak, hemoptisis masif, ruptur pleura viseralis
– Adanya resisten akibat pengobatan 6 minggu, menyebabkan kerusakan
permanen, atau bronkiektasis, kor pulmonal, dan amiloidosis
– Kronik bisa menyebabkan anemia, malnutrisi, kaheksia, gangguan cairan dan
elektrolit, serta gagal jantung pada manula
Daftar pustaka
• Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Vol. II, in Pneumonia, by Zul Dahlan, edited by Aru W.
Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K. and Siti Setiati, 1609 –
1618. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2007.
• Rahajoe NN, Supriyanto B, Setyanto DB, ed. Buku Ajar Respirologi Anaka. Edisi pertama.
Jakarta: IDAI, 2008.
• Goering, Richard V; Dockrell, Hazel M; Zuckerman, Mark; Chiodini, Peter L; Roitt, Ivan M.
"Mims' Medical Microbiology." In Lower Respiratory Tract Infections, 218. China: Elsevier,
2013.
• http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000073.htm
• https://www.merckmanuals.com/home/lung-and-airway-disorders/acute-bronchitis/acute-
bronchitis
• http://emedicine.medscape.com/article/297108-overview
• http://emedicine.medscape.com/article/297108-differential
• http://www.drugs.com/health-guide/acute-bronchitis.html
• Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Vol. III, edited by Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus
Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati, 2268 – 2272. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014.
Daftar pustaka
• Murray & Nadel’s Textbook of Respiratory Medicine ed. 5 section H Ch. 31 “Viral
Infection” pg. 661-698.
• https://www.merckmanuals.com/home/lung-and-airway-
disorders/pneumonia/overview-of-pneumonia
• Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, Senior RM, Pack AI, editors. Fishman’s
pulmonary diseases and disorders. 4th ed vol 2. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.; 2008.
• World Health Organization. Overview of the emergence and characteristics of the
avian influenza A(H7N9) virus
• World Health Organization, Pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit
rujukan tingkat pertama di kabupaten/ WHO ; alihbahasa, Tim Adaptasi Indonesia.
– Jakarta : WHO Indonesia, 2008 . Halaman 123-128
• World Health Organization, Pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit
rujukan tingkat pertama di kabupaten/ WHO ; alihbahasa, Tim Adaptasi Indonesia.
– Jakarta : WHO Indonesia, 2008
• http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007263.htm
• http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007192.htm

Anda mungkin juga menyukai