Pada masa lampau, seorang pemuda yang sudah ingin berumah tangga atau kawin tidak
secara langsung mengatakannya kepada orangtuanya, tetapi biasanya dengan tanda-tanda
yang dibuatnya.
Dalam masyarakat Aceh, pihak orangtua dalam memilih calon jodoh untuk anaknya sering
kali diperhatikan calon yang ideal yaitu sekurang-kurangnya perlu memenuhi lima syarat,
yaitu:
Pertama, adalah anak yang baik perangai, watak dan perilakunya.
Kedua, anak yang suka beribadat dan berpengetahuan luas, terutama tentang agama.
Ketiga, anak itu memiliki sedikit kecantikan.
Keempat, anak itu dari keturunan orang baik-baik, dan
Kelima, (sebagai kesempurnaan) dilihat pula status sosial ekonomi orangtua anak gadis itu.
Adat Jak Meulakee
atau Peukong Haba
Intat Linto (upacara mengantar pengantin pria ke rumah pengantin wanita), antara keduanya
ada yang berjarak waktu beberapa hari dan ada juga yang berlangsung pada hari bersamaan,
malah ada juga yang berselang waktu sampai lebih satu tahun yang disebut dengan nikah
gantung, yang artinya si suami belum boleh pulang kerumah isterinya sekalipun mereka secara
resmi telah menikah. Sekarang ini nikah gantung sudah tidak dilakukan lagi.
Upacara intat linto biasanya dilakukan setelah pernikahan atau akad nikah berlangsung, dan
sering pula bersamaan waktunya. Artinya pada hari intat linto, upacara pernikahan dilakukan
setelah calon linto tiba di rumah dara baro yang sekaligus dirayakan dengan pesta perkawinan
atau khanduri dengan dihadiri para tamu undangan.
Linto baro diantarkan ke rumah dara baro oleh sejumlah orang yang disebut rombongan linto
atau rombongan besan dengan membawa barang-barang pembawaan linto.
Setelah adat peusijuk linto dan dara baro, Selanjutnya diadakan jamuan makan kepada
rombongan besan dara baro (family dari pihak linto), biasanya makanan yang disediakan lebih
istimewa dalam hal lauk-pauknya dibandingkan dengan tamu-tamu yang lain.
Tueng Dara Baroe
(Menjemput Mempelai
Wanita)
Acara tueng dara baro dilakukan segera atau beberapa hari setelah acara
intat linto. Pihak linto merasa malu apabila belum menerima kunjungan
keluarga dara baro dan demikian pula sebaliknya, keluraga dara baro merasa
ada sesuatu yang belum selesai apabila belum berkunjung secara adat ke
rumah keluarga linto. Pada acara tueng dara baro diadakan juga khanduri,
tetapi biasanya tidak sebesar atau semeriah ketika khanduri intat linto. Dara
baro biasanya hanya diantar oleh kaum wanita saja dengan membawa kue-
kue adat Aceh ke rumah mertuanya. Pada waktu itu ia dikunjungi oleh family
dari pihak suaminya sambil membawa hadiah.