Anda di halaman 1dari 8

Nama kelompok

Nurmala sari (180407015)


Intan kumala ginting (180407016)
Siti sauna waniza (180407017)
Julius sormin (180407018)
Muhammad raza (180407019)
Ayu novlianur (180407021)
Ega maiyuri (180407023)
Perkawinan adalah salah satu peristiwa
penting dalam kehidupan manusia. Dalam
masyarakat Aceh upacara perkawinan di
lakukan secara adat. Ada acara yang
perkawinan di lakukan dengan upacara
adat yang lengkap dan ada yang hanya
sebagian saja, menurut kemampuan
financial masing-masing.
Adat perkawinan dalam masyarakat Aceh
terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap
sebelum, selama dan sesudah upacara
perkawinan. Adat sebelum acara
perkawinan, adalah pertunangan. Dalam
acara pertunangan itu sendiri terdapat
kegiatan: Cah Rhot, Meulake, atau
Peukong Haba. Adat selama upacara
perkawinan biasanya adalah: Meugatib
(menikah) dan Intat Linto (mengantar
pengantin laki-laki ke tempat kediaman
pengantin perempuan). Sedangkan yang
termasuk dalam adat sesudah perkawinan
adalah: Tueng Dara Baro (menjemput
pengantin perempuan) dan Jak Meuturi
(berkunjung untuk berkenalan dengan
sanak famili).
Adat Cah Rhot
(Merintis Jalan)

 Pada masa lampau, seorang pemuda yang sudah ingin berumah tangga atau kawin tidak
secara langsung mengatakannya kepada orangtuanya, tetapi biasanya dengan tanda-tanda
yang dibuatnya.
 Dalam masyarakat Aceh, pihak orangtua dalam memilih calon jodoh untuk anaknya sering
kali diperhatikan calon yang ideal yaitu sekurang-kurangnya perlu memenuhi lima syarat,
yaitu:
 Pertama, adalah anak yang baik perangai, watak dan perilakunya.
 Kedua, anak yang suka beribadat dan berpengetahuan luas, terutama tentang agama.
 Ketiga, anak itu memiliki sedikit kecantikan.
 Keempat, anak itu dari keturunan orang baik-baik, dan
 Kelima, (sebagai kesempurnaan) dilihat pula status sosial ekonomi orangtua anak gadis itu.
Adat Jak Meulakee
atau Peukong Haba

 Tahap berikutnya yang akan dilakukan oleh pihak orangtua si pemuda


adalah mengadakan peminangan pada pihak si gadis yang disebut Jak
Meulakee (pergi meminang) atau Peukong Haba (memperkuat
pembicaraan sebelumnya).
 Biasanya yang menjadi tanda adalah berbentuk sebuah cincin emas
seberat satu atau dua mayam (1 mayam = 3,33 gram).
 Pada upacara peminangan ditentukan juga beberapa kesepakatan lain,
seperti: besarnya mas kawin, hari diadakannya pernikahan, intat linto
dan hal-hal lain yang berkaitan dengan tindak lanjut dari acara
peminangan itu. Biasanya juga diingatkan akan adat yang berlaku
sehubungan dengan hubungan antara kedua orang yang sudah
bertunangan, misalnya melarang membawa calon isterinya berjalan-
jalan karena hal itu dapat menimbukan fitnah.
Meukeurija (Persiapan
Pesta Perkawinan)

 Telah menjadi adat yang terpelihara didaerah Aceh, bahwa tiap-tiap


peristiwa besar, bahwa tiap-tiap peristiwa besar yang mengenai salah
seorang penduduk, termasuk upacara
 Kepala kampung membentuk panitia yang diperlukan dengan tugasnya
masing-masing. Setelah semuannya diatur, maka pada waktu yang telah
ditentukan diadakan gotong-royong untuk mendirikan teratak, membuat
dapur, tempat pencuci piring, membuat pintu gerbang dan lain-lain.
 Untuk pesta perkawinan yang besar biasanya di potong satu atau dua ekor
sapi sehari sebelum hari “HA” nya.
Meugatib (Pernikahan
atau Ijab Qabul)

 Upacara adat meugatib (acara pernikahan atau ijab qabul) merupakan


acara wajib dalam rangkaian acara suatu perkawinan, karena hal itu
merupakan hukum perkawinan secara islam. Kalau tidak dilaksanakan
acara pernikahan berarti belum berlangsung acara perkawinan, sebab
acara tersebutlah yang meresmikan kedua orang secara sah menjadi
suami isteri.
 Meugatib biasanya diadakan dirumah pengantin perempuan, kadang-
kadang ada juga di Meunasah atau Mesjid. Pada zaman sekarang ada juga
yang di “KUA” (Kantor Urusan Agama). Dalam upacara tersebut dibacakan
perjanjian atau akad nikah antara seorang laki-laki dengan perempuan
yang akan menjadi isterinya.
Intat Linto (Mengantar
Mempelai Pria)

 Intat Linto (upacara mengantar pengantin pria ke rumah pengantin wanita), antara keduanya
ada yang berjarak waktu beberapa hari dan ada juga yang berlangsung pada hari bersamaan,
malah ada juga yang berselang waktu sampai lebih satu tahun yang disebut dengan nikah
gantung, yang artinya si suami belum boleh pulang kerumah isterinya sekalipun mereka secara
resmi telah menikah. Sekarang ini nikah gantung sudah tidak dilakukan lagi.
 Upacara intat linto biasanya dilakukan setelah pernikahan atau akad nikah berlangsung, dan
sering pula bersamaan waktunya. Artinya pada hari intat linto, upacara pernikahan dilakukan
setelah calon linto tiba di rumah dara baro yang sekaligus dirayakan dengan pesta perkawinan
atau khanduri dengan dihadiri para tamu undangan.
 Linto baro diantarkan ke rumah dara baro oleh sejumlah orang yang disebut rombongan linto
atau rombongan besan dengan membawa barang-barang pembawaan linto.
 Setelah adat peusijuk linto dan dara baro, Selanjutnya diadakan jamuan makan kepada
rombongan besan dara baro (family dari pihak linto), biasanya makanan yang disediakan lebih
istimewa dalam hal lauk-pauknya dibandingkan dengan tamu-tamu yang lain.
Tueng Dara Baroe
(Menjemput Mempelai
Wanita)

Acara tueng dara baro dilakukan segera atau beberapa hari setelah acara
intat linto. Pihak linto merasa malu apabila belum menerima kunjungan
keluarga dara baro dan demikian pula sebaliknya, keluraga dara baro merasa
ada sesuatu yang belum selesai apabila belum berkunjung secara adat ke
rumah keluarga linto. Pada acara tueng dara baro diadakan juga khanduri,
tetapi biasanya tidak sebesar atau semeriah ketika khanduri intat linto. Dara
baro biasanya hanya diantar oleh kaum wanita saja dengan membawa kue-
kue adat Aceh ke rumah mertuanya. Pada waktu itu ia dikunjungi oleh family
dari pihak suaminya sambil membawa hadiah.

Anda mungkin juga menyukai