Anda di halaman 1dari 40

PROSES PERTUMBUHAN

&
PERKEMBANGAN HEWAN
DAN PENINGKATAN PERFOMANCE
REPRODUKSI ORGANISME
“KOMERSIAL”
KELOMPOK 3

ELFRIDEI BR PURBA 1705113636


RIZKI AMALIAH FITRI 1705113549
TANIA SAFITRI 1705122112
WITRIA NINGSIH 1705110893
ZURHIDAYATI 1705122210

DOSEN PENGAMPU
DARMADI AHMAD S.Pd M.Si
MATERI

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan pada


hewan

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses


Pertumbuhan dan Perkembangan pada Hewan

3. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan


Performance Reproduksi Organisme Komersial
4. Pengaruh Peningkatan Performance Reproduksi
Organisme Komersial pada Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan
1. PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN HEWAN

Pertumbuhan adalah penambahan sel-


sel dan bobot tubuh yang bersifat
irreversible.

Perkembangan adalah pertumbuhan


yang disertai dengan organogenesis dan
diferensiasi struktur serta fungsi.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses
Pertumbuhan dan Perkembangan pada Hewan

2.1 Faktor Faktor dalam yang


Dalam mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan berasal dari
(Internal)
dalam tubuh makhluk hidup
sendiri.

Gen

Hormon
GEN

Substansi/materi pembawa
sifat yang diturunkan dari
induk.

1 3
Mempengaruhi Mempengaruhi
ciri dan sifat pertumbuhan dan
makhluk hidup perkembangannya

2
Menentukan
kemampuan
metabolisme
makhluk hidup
HORMON
Zat yang berfungsi untuk
mengendalikan berbagai
fungsi di dalam tubuh.

Tiroksin, mengendalikan
Hormon pertumbuhan pada hewan :
pertumbuhan hewan.

Somatomedin, mempengaruhi
pertumbuhan tulang.

Ekdison dan juvenil,


mempengaruhi perkembangan
fase larva dan fase dewasa,
2.2 Faktor Eksternal

Faktor luar yang mempengaruhi proses


pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup
berasal dari faktor lingkungan.

Makanan atau Nutrisi

Suhu

Air
Makanan atau Nutrisi
Bahan baku dan sumber energi dalam proses
metabolisme tubuh.

Suhu
Pada suhu optimum, semua makhluk hidup dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik.

Air

Tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia di dalam


tubuh.
3. PENINGKATAN PERFOMANCE
REPRODUKSI ORGANISME “KOMERSIAL”

UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK CONTOH


MENINGKATKAN PEFORMANCE FAKTOR
REPRODUKSI ORGANISME KOMERSIAL

PENGARUH PENINGKATAN PERFOMANCE


REPRODUKSI ORGANISME KOMERSIAL
PADA TUJUAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
Contoh faktor yang dapat mencerminkan performance
reproduksi yaitu pada ternak sapi, meliputi :

• Siklus Estrus

• Lama Kehamilan

• Kawinan Setelah Beranak (Pospartum Mating)

• Calving Interval

• Skor Kondisi Tubuh


Siklus Estrus

•Siklus estrus adalah interval antara mulainya


estrus ke estrus berikutnya yang merupakan
suatu proses yang distimulasi hormon estrogen.
•Siklus estrus pada sapi rata rata 21 dengan
lama estrus 15 jam dan ovulasi terjadi 10-11
jam setelah estrus berakhir.
•Pengetahuan dasar tentang siklus estrus ini
penting diketahui oleh peternak sehingga
deteksi birahi dapat dilakukan dengan benar
dan tepat.
Lama Kehamilan

periode
ovum

periode Periode
fetus embrio
Periode ovum dimulai sejak terjadinya fertilisasi
kemudian berlanjut ke stadium morula blastula
sampai zygot siap untuk implantasi.
Periode embrio atau periode triwulan kedua dimulai sejak
terjadinya implantasi sampai ke stadium pembentukan alat alat
tubuh bagian dalam dan deferensiasi fungsi sel organ. Pada
periode ini terjadi pembentukan plasenta secara lengkap dan
pembentukan cairan uterin.
Periode fetus atau periode triwulan ketiga dimulai dari
pembentukan organ tubuh bagian dalam sampai
terbentuknya ekstremitas dan terus berlanjut sampai
anak lahir.
Kawinan Setelah Beranak
(Pospartum Mating)

Postpartum mating adalah waktu yang ditentukan oleh induk


untuk dikawinkan kembali setelah beranak. Perkawinan setelah
beranak ini akan menentukan panjang pendeknya calving
interval. Panjang pendeknya perkawinan pertama setelah
beranak juga dipengaruhi oleh estrus pertama kali setelah
seekor ternak betina beranak. Hal ini sangat penting untuk
segera diketahui oleh peternak sapi perah sebagai salah satu
faktor yang menentukan dalam rangka peningkatan efisiensi
reproduksi.
Calving Interval

Calving Interval atau interval beranak pada sapi adalah waktu yang
diperlukan dari sejumlah induk sejak beranak pertama hingga
beranak berikutnya. Calving interval pada usaha sapi perah
merupakan komponen utama yang harus diperhatikan dalam
manajemen induk agar efisiensi reproduksi dan ekonomi dapat
tercapai. Beberapa faktor yang memengaruhi panjang
pendeknya calving interval antara lain postpartum, estrus
postpartum, mating service per conception, ketepatan saat
mengawinkan dan jadi tidaknya kebuntingan.
Skor Kondisi Tubuh

Putro(2005) menyatakan bahwa performans reproduksi sapi


dipengaruhi oleh skor kondisi badan berat badan serta perubahan
perubahan berat badan. Penurunan berat badan atau skor kondisi
badan akan diikuti dengan gejala anestrus. Pulihnya kembali siklus
estrus pasca beranak ada hubungannya dengan perubahan berat badan
pada akhir kebuntingan dan kondisi badan saat melahirkan. Penurunan
berat badan segera setelah melahirkan akan menunda pulihnya siklus
estrus kembali, dicatat bahwa ada penundaan hari pada setiap
penurunan berat badan. Angka kebuntingan yang rendah akan terjadi
pada sapi dengan skor kondisi tubuh yang rendah.
3.1 Pemberian Pakan
Suplemen Multinutrient 3.2 Optimasi Program
Block Plus Inseminasi Buatan Pada
Medicated (MBPM) pada Kerbau
Induk Sapi

3.3Penyuntikan Hormon 3.4 Perlakuan Induced


Ovaprim dan Hormon Molting Pada Ayam Yang
Wova-fh Pada Ikan Lele Sudah Tua

3.6 Pengaturan
3.5 Peningkatan Produksi
Pencahayaan Untuk
Udang Galah Melalui
Peningkatan Reproduksi
Intensifikasi
Ayam
3.7 Manipulasi Reproduksi Pada
Itik Petelur Dengan Hamil Mare
Serum Gonadotropin
3.1 Pemberian Pakan Suplement
Multinutrient Block Plus Medicated
(MBPM) pada Induk Sapi
Efisiensi reproduksi sapi dicoba ditingkatkan dengan cara
pemberian pakan suplemen multinutrient block plus
medicated (MBPM). Pakan suplemen MBPM adalah pakan
yang mengandung sumber energi, sumber protein, sumber
mineral, dan sumber vitamin serta mengandung obat
cacing, yang diberikan secara komplit dalam bentuk block
kepada ternak.
Adapun suplemen multinutrient block plus
medicated (MBPM) terdiri dari formulasi,
yaitu : dedak padi 49%, bungkil kelapa
22%, mineral mix 11%, cangkang telur 4%,
SP36 1%, urea 2%, semen 1%, dan
molases 12% serta obat cacing sesuai
dosis anjuran pada pabriknya.
Kondisi demikian menunjukkan bahwa, pemberian
pakan suplemen MBPM dapat mempunyai nilai
ekonomi lebih baik dalam mempercepat muncul berahi
pada sapi. Pemberian pakan suplemen MBPM pada
sapi induk yang mempercepat muncul berahi post
partum.
3.2 Optimasi Program Inseminasi Buatan pada
Kerbau

Tingkat Perkembangan
pemotongan ternak kerbau
ternak
Faktor-faktor yang menghambat
perkembangan kerbau

sistem pemeliharaan masih


bersifat ekstensif,

usaha sambilan,

pertumbuhan lambat

efisiensi reproduksinya rendah.


Optimasi Program Inseminasi
Buatan pada Kerbau

Inseminasi Buatan (IB) adalah salah satu bioteknologi


reproduksi alternatif yang dapat digunakan untuk
memperbaiki produktivitas usaha ternak kerbau di
Indonesia
IB merupakan alat yang efisien dan efektif dalam
melaksanakan kebijaksanaan pemuliaan ternak secara
nasional untuk memperbaiki mutu genetik keturunannya
secara cepat.

Keberhasilan IB ditunjukkan dengan jumlah anak yang


dilahirkan dari sejumlah induk yang di inseminasi.
Optimasi Program Inseminasi Buatan
Pada Kerbau

Program IB pada kerbau tidak akan bermanfaat jika


tidak diikuti pula dengan program pemuliaan.
Program pemuliaan yang perlu dilakukan adalah
program seleksi disertai dengan perbaikan
manajemen (tata laksana) pemeliharaan sehingga
akan mampu meningkatkan produktivitasnya.
Faktor terpenting dalam pelaksanaan inseminasi
adalah ketepatan waktu pemasukan semen pada
puncak kesuburan ternak betina. Puncak
kesuburan ternak betina adalah pada waktu
menjelang ovulasi. Waktu terjadinya ovulasi selalu
terkait dengan periode berahi.
Optimasi Program Inseminasi Buatan
Pada Kerbau

Pada umumnya ovulasi berlangsung sesudah akhir


periode berahi. Sebelum dapat membuahi sel telur
yang dikeluarkan sewaktu ovulasi, spermatozoa
membutuhkan waktu kapasitasi untuk menyiapkan
pengeluaran enzim-enzim zona pelucida dan masuk
menyatu dengan ovum menjadi embrio. Waktu
kapasitasi pada kerbau diperkirakan sama dengan
waktu kapasitasi pada sapi, yaitu 5-6 jam.
3.3 Penyuntikan Hormon Ovaprim dan Hormon Wova-fh
pada Ikan Lele

Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk


betina dan sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti
dengan pembuahan sel telur oleh sperma. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk mempercepat proses pemijahan
adalah dengan menambahkan atau menyuntikkan hormon
ovaprim dan hormon wova-fH ke dalam tubuh ikan yang
sudah matang gonad sehingga dapat dihasilkan benih ikan
lele yang baik dimana jumlah, mutu, dan waktu
penyediaannya dapat diatur sesuai yang diinginkan.

Ovaprim adalah campuran analog salmon


Gonadotrophin Releasing Hormon (sGnRH-a)
dan anti dopamine. Ovaprim adalah hormon
yang berfungsi untuk merangsang dan memacu
hormon gonadothropin pada tubuh ikan
sehingga dapat mempercepat proses ovulasi
dan pemijahan,
Penyuntikan Hormon Ovaprim dan
Hormon Wova-fh Pada Ikan Lele

Hormon wova-fH adalah hormon yang dapat


membantu mempercepat proses kelahiran
khususnya pada ikan yang kurang fertil.
Adapun manfaat penggunaan wofa-fh untuk
pemijahan ikan lele adalah untuk meningkatkan
kesuburan dan mempercepat tingkat penetasan.

Berdasarkan analisis uji-t diperoleh hasil bahwa


perbedaan perlakuan dengan hormon yang berbeda
yaitu menggunakan hormon ovaprim dan wova-fh
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap
daya tetas telur ikan lele.
Penyuntikan Hormon Ovaprim dan
Hormon Wova-fh Pada Ikan Lele

Induk ikan lele disuntik dengan hormon wova-fh


menunjukkan hasil yang baik dalam merangsang hormon
gonadotropin dalam mempercepat proses penetasan,
Dengan demikian dikatakan bahwa pemberian hormone
wova-fH pada induk ikan lele dapat meningkatkan daya
tetas telur yang berkualitas dengan rata-rata
55,625/individu dari hasil pemijahan. Sedangkan Induk ikan
lele disuntik dengan ovaprim juga dapat meningkatkan daya
tetas telur ikan lele karena adanya kandungan Folicle
Stimulating Hormone (FSH) meningkat sehingga folikel
berkembang dan daya tetas telur juga meningkat. Ovaprim
dapat meningkatkan daya tetas telur dengan rata-rata
20/individu dari hasil pemijahan.
3.4 Pemberlakuan Induced Molting pada Ayam yang sudah
tua
Peternak memaksa ayam berhenti
bertelur untuk beberapa waktu
IM (induced molting) dengan berbagai cara sehingga
ayam dapat berproduksi kembali
tanpa melakukan replacement
stock.

Produksi telur dapat meningkat


kembali. Ayam yang di induced molting
harus berumur lebih dari 72 minggu,
produksi telur rendah dibawah 60%.

Akibatnya
Pada ayam berumur 87 minggu dapat
menghasilkan produksi telur pada
tahun kedua sebesar 94% dari produksi
Back tahun pertama yaitu 80%
3.5 Peningkatan Produksi Udang Galah Melalui
Intensifikasi
“Sapta Usaha” mencakup 7 kegiatan pendukung dalam
Peningkatan Produksi Udang Galah Melalui
Intensifikasi
1. Konstruksi kolam

2. Pengaturan air

3. Benih
4. Pengelolaan

5.Pengendalian hama

6.Tatalaksana usaha

7.Pemasaran hasil
Back
3.6 Pengaturan Pencahyaan Untuk peningkatan
Reproduksi Ayam

Cahaya sangat diperlukan dalam pemeliharaan ayam, karena


memiliki arti penting berkaitan dengan proses pertumbuhan dan produksi
ayam, yaitu sebagai berikut:
.
cahaya dapat meningkatkan jumlah makanan
yang dikonsumsi oleh ayam. Sementara, jumlah
1. Proses Pertumbuhan makan yang masuk kedalam tubuh (feed intake),
juga berpengaruh besar terhadap proses
produksi.
.

merangsang hormon reproduksi gonadotropin,


dan proses ovulasi atau peneluran. Hal ini terjadi
2. Proses Produksi karena cahaya yang masuk kedalam ruangan
Telur diterima saraf pada mata ayam, yang kemudian
menimbulkan rangsangan dalam mengahasilkan
hormon yang sangat potensial dalam proses
Next pembentukan telur.
Waktu pemberian cahaya buatan ada 3 macam yaitu :

1. Morning light (penambahan cahaya yang dilakukan pada dini hari)


2. Evening light (penambahan cahaya yang dilakukan pada sore hari)
3.Morning and evening light (penambahan cahaya yang dilakukan
dengan kombinasi pagi dan sore hari).
Back

Pencahayaan sebelum waktunya bertelur dapat berakibat pada:


⦁ Dewasa kelamin menjadi lebih cepat
⦁ Telur yang dihasilkan lebih kecil-kecil
⦁ Penambahan lama pencahayaan harus segera dilakukan ketika ayam
pertama kali bertelur
⦁ Jangan mengurangi lama pencahayaan pada saat ayam berproduksi
telur
⦁ Penambahan lama pencahayaan dapat dilakukan secara bertahap
⦁ Lama pencahayaan yang maksimal untuk ayam yang sudah memasuki
masa produksi yaitu 16 jam (12 jam cahaya alami+ 4 jam cahaya buatan ).
3.7 Manipulasi Reproduksi Pada Itik Petelur dengan
Pregnant Mare Serum Gonadotropin

Hormon FSH mempengaruhi pertumbuhan folikel muda


menjadi folikel masak

Hormon LH dapat mendorong pertumbuhan folikel menjadi


folikel praovulasi dan diikuti terjadinya ovulasi.

Pregnant Mare`s Serum Gonadotropin (PMSG) adalah hormon


eksogen yang memiliki aktifitas biologi seperti FSH dan sedikit
LH pada hewan selain kuda
Hormon PMSG dapat merangsang pembentukan telur pada ayam
petelur yang menderita gangguan reproduksi pada umur 23
minggu. Dosis hormon PMSG yang paling baik pengaruhnya
terhadap produksi telur pada ayam petelur

Penyuntikan PMSG pada itik fase akhir produksi dengan dosis


15 IU berperanan meningkatkan jumlah produksi telur.
4. Pengaruh Peningkatan Peformance Reproduksi
Organisme Komersial pada Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan

3. Decent Work and


2. Zero Hunger Economic Growth
1. No Poverty Dengan adanya Peningkatan
Menghapus segala peningkatan reproduksi organisme
bentuk kemiskinan reproduksi organissme juga dapat
berkaitan dengan komersial maka hal ini mewujudkan
kemampuan daya beli dapat menjadi meeningkatnya
masyarakat, dengan salahsatu usaha untuk pertumbuhan
adanya peningkatan mengakhiri kelaparan, ekonomi. Badan
raproduksi misalnya mencapai ketahanan usaha swasta
hewan ternak diharapkan pangan dan terutama dibidang
harga pasaran untuk peningkatan gizi dan peternakan dapat
daging ternak tidak terlalu mencanangkan membuka lapangan
tinggi. pertanian pekerjaan di industri
berkelanjutan peternakannya.
.5. Responsible
Consumtion and 6. Life on Land
4. Industry, Innovation Production Untuk individu atau
and Infrastructure Upaya peningkatan badan usaha swasta
Badan usaha swasta peformance reproduksi yang bergerak
atau industri dibidang organisme komersial dibidang peningkatan
peternakan komersial perlu memperhatikan reproduksi organisme
menerapkan inovasi- dampak lingkungan komersial diharapkan
inovasi yang dapat yang terjadi terutama dapat memperhatikan
meningkatkan bagi badan usaha rumusan yang ke 15
produktifitas organisme swasta yang membuka SDGs ini.
komersial peternakan skala besar
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai